Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.NY.

A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BBLR DI RUANG MAWAR
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :

ANGGI

2017.C.09a.0825

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi Asfiksia
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnyakurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga
dapatmengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapatmenggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006). BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growthrestriction) (Pudjiadi, dkk., 2010)
1.1.2 Anatomi Fisiologi
a. Sistem Pernafasan
Pada bayi dengan berat 900 galveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit
pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur dan bayi
lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada
hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler. Terdapat juga kekurangan
lipoprotein paru- paru,yaitu suatu surfaktan yang dapat mengurangi
tegangan permukaan pada paru-paru.surfaktan diduga bertindak dengan cara
menstabilkan alveoli yang kecil,sehingga mencegah terjadinya kolaps pada
saat terjadi ekspirasi.
b. Sistem Sirkulasi
Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi pre-term kerjanya
lambat dan lemah. Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat didengar
pada atau segera setelah lahir. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding
pembuluh darah juga lemah. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya
kecenderungan perdarahan intrakanial yang terlihat pada bayi pre-term.
Tekanan darah lebih rendah dbandingkan dengan bayi aterm, tingginya m
enurun dengan menurunnnya berat badan. Tekanan sistolik pada bayi aterm
sekitar 80 mmhg dan pada bayi pre-term 45 sampai 60 mmhg. Tekanan
diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 sampai 45 mmhg.
Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit.
c. Sistem Pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan
menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif.
Regurgitasi merupakan hal yang sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh
karena mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang berkembang
dan spingter pilorus yang secara relatif kuat. Pencernaan tergantung pada
perkembangan dari alat pencernaan. Lambung dari seorang bayi dengan
berat 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula
sekretoris, demikian juga otot, kurangberkembang.
d. Sistem Urinariu
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan. Fungsi ginjal kurang efesien dengan adanya angka filtrasi
glumerolus yang menurun, dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi
urin dan urin menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
mudah terjadi.
e. Sistem Persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung ada drajat maturitas. Pusat
pengendali fungsi vital, penrafasan, suhu tubuh, dan pusat reflek, kurang
berkenbang. Reflek moro dan reflek leher tonik di temukan pada bayi
prematur yang normal,tetapi reflek tandon berfariasi. Karena perkembangan
saraf buruk maka bayi kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai
tangisan yang lemah

1.1.3 Klasifikasi
Menurut Deslidel et al. (2011: 108) klasifikasi BBLR, yaitu :a.
a. BBLR prematur atau kurang bulan.
1. Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin).
2. Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna,
bayi belum dapat menyusui.
3. Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak
lateralakibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan).
4. Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan
yangmasih sedikit maupun brown fat belum terbentuk.
Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain :
a) Bayi menggigil
b) Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak.
c) Anak terlihat apatis atau diam saja.
d) Gerakan bayi kurang dari normal.
e) Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada
bibir dan ujung-ujung jarinya. (Walyani, 2015 : 161).5)
5. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
b. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
1. Sindrom aspirasi meconium
2. Hiperbilirubinemia
3. Hipoglikemia
4. Hipotermia
1.1.4 Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor Orang Tua
1. Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahanantepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi,HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV)dan Herpes simplex virus), danpenyakit
jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.2)
2. Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.3)
3. Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
inidikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusisitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecahdini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi,terkena radiasi, serta terpapar zat beracun
1.1.5 Patofisiologi
Menurut Maryanti, et al (2012:169) faktor yang mempengaruhi
terjadinyaBBLR terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu,
keadaan sosialekonomi dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan
faktor lingkungan.BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena sistem
reproduksi ibu sudahmengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini
disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin
menurun. Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke
janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan
sebelumnya (Mahayana et al., 2015 :669).
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu
hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke
jaringan, selain itu juga dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini
akanmengganggu pertumbuhan janin sehingga akan memperkuat risiko terjadinya
persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah
terutamauntuk kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awalkehamilan
(Cunningham, et al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal seperti
plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga akan
mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi plasenta
disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut sering terjadi, sehingga
meningkatkan risiko untuk terjadi perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2008).
Apabila perdarahan banyak dan kehamilan tidak dapat dipertahankan, maka
terminasi kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini
menyebabkan tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir
rendah disertaimortalitas dan morbiditas yang tinggi. Keadaan sosial ekonomi
secara tidak langsung mempengaruhi kejadian BBLR, karena pada umumnya ibu
dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah akan mempunyai intake makan yang
lebih rendah baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang berakibat kepada
rendahnya status gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011 :258). Selain itu, gangguan
psikologis selama kehamilan berhubungan dengan terjadinya peningkatan indeks
resistensi arteri uterina. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan konsentrasi
noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran darah keuterus menurun dan uterus
sangat sensitif terhadap noradrenalin sehinggamenimbulkan efek vasokonstriksi.
Mekanisme inilah yang mengakibatkanterhambatnya proses pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterin sehinggaterjadi BBLR (Hapisah, et al., 2010 : 86-
87).
Menurut Maryanti et al. (2012:169) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari
faktor janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan
kelainankoromosom. Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air
ketuban lebih dari2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang
persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR. Pada kehamilan ganda berat
badan kedua janin pada kehamilan tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal
ini terjadi karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama.
Pada kehamilan kembar distensi (peregangan)uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan prematur (Amirudin &
Hasmi, 2014 : 110-111). Menurut Saifuddin dalam Amirudin& Hasmi (2013 :
111-112) kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelaianan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai
BBLR atau bayi kecil.Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi
berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-
pecah danter kelupas serta tidak adanya jaringan subkutan (Mitayani, 2013 : 176).
Karena suplai lemak subkutan terbatas dan area permukaan kulit yang besar
dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada
lingkungan (Sondakh, 2013 :152). Sehingga bayi dengan BBLR dengan cepat
akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia (Maryanti, 2012 : 171).
Selain itu tipisnya lemak subkutan menyebabkan struktur kulit belum matang dan
rapuh. Sensitivitas kulit yang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas
kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama
(Pantiawati, 2010 : 28). Pada bayi prematuritas juga mudah sekali terkena infeksi,
karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryanti, 2012 : 172).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabkan belum
sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu
zatyang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi surfaktan
menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan
stabilitasnya,alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk
pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang lebih besar
yang disertai usaha inspirasi yang kuat. Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan
polanafas (Pantiawati, 2010 : 24-25). Alat pencernaan bayi BBLR masih belum
sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang (Maryanti et al.,
2012 : 171). Selain itu jaringan lemak subkutan yang tipis menyebabkan cadangan
energi berkurang yang menyebabkan malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi
organ-organ belum baik terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas pada
sentrum-sentrum vital yang menyebabkan reflek menelan belum sempurna dan
reflek menghisap lemah. Hal ini menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI
(Nurarif & Kusuma, 2015 54-55).
1.1.6 Manifestasi Klinis ( Tanda Dan Gejala )
Menurut Smeltzer dalam penentuan bayi dengan berat badan lahir rendah
terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui seperti prematuritas murni dan
dismatur, istilah prematuritas murni atau dikenal dengan nama prematur ini
mempunyai maksud bahwa neonatus dengan usia kehamilan yang kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau dapat dikenal dengan nama neonatus kurang bulan sesuai dengan
masa kehamilan. Bayi prematuritas ini memiliki ciri diantaranya: berat badan
kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar daripada
badan, lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan, labio
minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis
belum turun,tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, pergerakan kurang
dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan mengalami serangan
apnea, reflek menghisap,dan menelan serta reflek batuk belum sempurna.

1.1.7 Komplikasi
Komplikasi menurut Hidayat (2006) antara lain :
a. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom
distres respirasi, penyakit membranhialin.
b. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari
35minggu.
c. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan
ventrikelotak.
d. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan
pembekuandarah.
e. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing
enterocolitis(NEC).
f. Bronchopulmonary dysplasia, malformasikonginetal.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk
mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas.
Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan
metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru
dalam kantung ibunya.

2. Pengawasan Nutrisi atau ASI


Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai
5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling
dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan
sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
3. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
4. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara
efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
6. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
7. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.
1.2 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur
bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu
tubuhrendah
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsangPemeriksaan fisik:
1) Keadaan umum
a. B1 (Breathing)
Skor APGAR: skor optimal antara 7-10. Rentang dari 30-60 permenit,
pola periodik dapat terlihat. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang
krekels umum awalnya silindrik thorak: kertilago xifoid menonjol
umum terjadi.
b. B2 (Blood)
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan. Tali
pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
c. B3 (Brain)
Meliputi tingkat kesadaran, keadaan rambut, Kulit lembut, fleksibel,
pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna merah muda atau
kemerahan, mungkin belang-belang menunjukan memar minor (misal:
kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie
pada kepala/wajah (dapat menunjukan peningkatan tekanan berkenaan
dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis dan mata atau pada nukhal),
atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat
terlihat.
d. B4 (Bladder)
Dapat berkemih saat lahir.
e. B5 (Bowel)
Berat badan : 2500-4000 gram. Panjang badan : 44 - 45 cm. Turgor
kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi).
f. B6 (Bone)
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. Sadar dan aktif
mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma). Menangis kuat, sehat, nada sedang
(nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik,
hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada BBLR adalah:
1. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
3. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
1.2.3 INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Hipotermi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital.
berhubungan keperawatan selama proses 2. Tempatkan bayi pada
dengan kontrol keperawatan diharapkan jalan incubator.
suhu yang imatur nafas lancar. Kriteria hasil : 3. Awasi dan atur control
Suhu tubuh dalam rentang temperature dalam incubator
dan penurunan
normal sesuai kebutuhan.
lemak tubuh Kriteria hasil: 4. Monitor tanda-tanda
subkutan. 1. Suhu 36-37C. Hipertermi.
2. Kulit hangat. 5. Hindari bayi dari pengaruh
3. Sianosis (-) yang dapat menurunkan
4. Ekstremitas hangat suhu tubuh.
6. Ganti pakaian setiap basah
7. Observasi adanya sianosis.

5. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1.Pertahankan kepatenan jalan


efektif berhubungan keperawatan selama proses nafas dengan melakukan
dengan maturitas keperawatan diharapkan pola pengisapan lendir.
pusat pernafasan nafas menjadi efektif. Kriteria 2.Pantau status pernafasan dan
keterbatasan hasil : oksigenasi sesuai dengan
perkembangan otot. 1. Pasien menunjukkan pola kebutuhan.
nafas yang efektif 3.Auskultasi jalan nafas untuk
2. Ekspansi dada simetris mengetahui adanya penurunan
3. Tidak ada bunyi nafas ventilasi.
tambahan 4.Kolaborasi dengan dokter
4. Kecepatan dan irama untuk pemeriksaan AGD dan
respirasi dalam batas pemakaian alat bantu nafas
normal 5.Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan.
5. Resiko gangguan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Observasi intake dan
kebutuhan nutrisi : tindakan keperawatan selama output.
kurang dari proses keperawatan 2. Observasi reflek hisap
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi belum dan menelan.
berhubungan dengan terpenuhi 3. Beri minum sesuai
ketidak mampuan .Kriteria Hasil :
program
mencerna nutrisi 1. Reflek hisap dan
karena imaturitas 4. Pasang NGT bila reflek
menelan baik
menghisap dan menelan
2. Muntah (-)
tidak ada.
3. Kembung (-)
5. Monitor tanda-tanda
4. BAB lancar
intoleransi terhadap
5. Berat badan
nutrisi parenteral.
meningkat 15 gr/hr
6. Kaji kesiapan untuk
6. Turgor elastis
pemberian nutrisi enteral
7. Kaji kesiapan ibu untuk
menyusu.
8. Timbang BB setiap hari.
4. Resiko infeksi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda
berhubungan tindakan keperawatan selama infeksi.
dengan proses keperawatan 2. Isolasi bayi dengan
pertahanan diharapkan tidak terjadi bayi lain.
infeksi
imunologis yang 3. Cuci tangan sebelum
Kriteria Hasil :
kurang. dan sesudah kontak
1. Suhu 36-37C
dengan bayi.
2. Tidak ada tanda-
4. Gunakan masker
tanda infeksi.
setiap kontak dengan
3. Leukosit 5.000-
bayi.
10.000
5. Cegah kontak dengan
orang yang terinfeksi.
6. Pastikan semua
perawatan yang
kontak
7. dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril.
8. Kolaborasi dengan
dokter.
9. Berikan antibiotic
sesuai program.

1.2.4 IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

1.2.5 EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara
terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa
keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai