Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“DEMOKRASI DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM NKRI”

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Wayan Landrawan, M.Si.

NAMA : WAYAN DEVIN AMABEL SANGGING


NIM : 1917041143
ROMBEL 39

JURUSAN S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020

1
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “DEMOKRASI DAN
PENEGAKAN HUKUM DALAM NKRI” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UAS semester
genap 2019/2020 Bapak Drs. Wayan Landrawan, M.Si. pada mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

[Buleleng, 10 Juni 2020]


 
Wayan Devin Amabel Sangging

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah …………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan …………………………………………….. 5
D. Manfaat Penulisan ………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian penegakan hukum………………….……… 6
B. Lembaga penegak hukum……………………………….…7
C. Faktor penegakan hukum………………………………… 11
D. Pengertian Demokrasi……………………………………… 12
E. Komponen penegak Demokrasi Indonesia……….. 13
F. Prinsip- prinsip Demokrasi……………………………….. 14
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………… 16
B. Saran ……………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk pribadi, tiap-tiap manusia mempunyai sifat, watak, kehendak, dan
kepentingan masing-masing. Kehendak dan kepentingan inividu mungkin sejalan atau
mungkin berbeda bahkan bertentangan dengan kehendak dan kepentingan individu lainnya.
Pertentangan kepentingan antarindividu ini mengakibatkan terganggunya pemenuhan
kepentingan para individu itu sendiri.
Perbedaan kepentingan antar individu tersebut menumbuhkan kesadaran akan suatu
kebutuhan bersama, yaitu kebutuhan agar kepentingan para individu terjamin dari
gangguan individu lainnya. Kebutuhan inilah yang menjadi cikal-bakal terbentuknya tata
kehidupan bersama yang dikenal dengan tata kehidupan bermasyarakat. Kenyataan
tersebut, diperkuat lagi oleh hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dilahirkan
dalam keadaan tidak berdaya, memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain, sehingga
manusia melakukan berbagai bentuk pola-pola kerjasama yang menjadi substansi dari tata
pergaulan hidup manusia dalam upaya melindungi dan mewujudkan kepentingan bersama.
Penegak hukum, serta penegakan hukum di masyarakat merupakan salah satu bagian
penting yang dijalani setiap individu dalam proses sosialisasinya. Warga masyarakat yang
baik adalah warga yang mampu menjunjung tinggi dan mentaati norma-norma yang berlaku
dalam masyarakatnya.

Demokrasi saat ini merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan berbagai
lapisan masyarakat mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat kelas elit seperti
kalangan elit politik, birokrat pemerintahan, tokoh masyarakat, aktivis lembaga swadaya
masyarakat, cendikiawan, mahasiswa, kaum profesional lainnya. Pada berbagai kesempatan
mulai dari obrolan warung kopi sampai dalam forum ilmiah seperti seminar, lokakarya,
symposium, diskusi publik, dan sebagainya. Semaraknya perbincangan tentang demokrasi
semakin memberi dorongan kuat agar kehidupan bernegara , berbangsa , dan
bermasyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Wacana tentang demokrasi
seringkali dikaitkan dengan berbagai persoalan. Karena itu demokrasi menjadi alternatif
system nilai dalam berbagai lapangan kehidupan manusia baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, dan Negara.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian penegakan hukum?
2. Apa saja lembaga penegak hukum?
3. Apa saja faktor penegakan hukum ?
4. Apakah Pengertian Demokrasi ?
5. Apa saja komponen penegak Demokrasi Indonesia?
6. Apa saja prinsip- prinsip Demokrasi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian penegakan hukum.
2. Untuk mengetahui apa saja lembaga penegak hukum.
3. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Hakikat Demokrasi Indonesia
4. Untuk mengetahui komponen-komponen penegak Demokrasi Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi umum
Mampu memberikan pengetahuan baru mengenai demokrasi dan penegakan hukum dalam
NKRI
Indonesia
2. Bagi mahasiswa/i
Mampu mengetahui hakikat demokrasi Indonesia dan penegakan hokum di Indonesia.

5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penegakan Hukum
2.1.1 Pengertian Penegakan Hukum
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap
dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi
yang mempunyai dasar filosofis tersebut memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga akan
tampak lebih konkrit.
Manusia dalam pergaulan hidup, pada dasarnya mempunyai pandangan tertentu mengenai
apa yang baik dana pa yang buruk. Pandangan- pandangan tersebut senantiasa terwujud di
dalam pasangan-pasangan tertentu, sehingga misalnya ada pasangan nilai ketertiban
dengan nilai ketentraman, pasangan nilai kepentingan umum dengan nilai kepentingan
pribadi, pasangan nilai kelestarian dengan inovatisme, dan seterusnya. Di dalam penegakan
hukum, pasangan nilai-nilai perlu diserasikan; misalnya, perlu penyerasian antara nilai
ketertiban dengan nilai ketenteraman. Sebab, nilai ketertiban bertitik tolak pada
keterikatan, sedangkan nilai ketenteraman titik tolaknya adalah kebebasan. Di dalam
kehidupannya, maka manusia memerlukan keterikatan maupun kebebasan di dalam wujud
yang serasi.
Pasangan nilai-nilai yang telah diserasikan tersebut, memerlukan penjabaran secara lebih
konkrit lagi, oleh karena nilai-nilai lazimnya bersifat abstrak. Penjabaran secara lebih konkrit
terjadi di dalam bentuk kaidah- kaidah, dalam hal ini kaidah-kaidah hukum, yang mungkin
berisikan suruhan, larangan atau kebolehan. Didalam bidang hukum tata negara Indonesia,
misalnya, terdapat kaidah-kaidah tersebut yang berisikan suruhan atau perintah untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu, atau tidak melakukannya. Di dalam kebanyakan
kaidah hukum pidana tercantum larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu, sedangkan di dalam bidang hukum perdata ada kaidah-kaidah yang berisikan
kebolehan- kebolehan. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan
bagi perilaku atau sikap tindak yang dianggap pantas, atau yang seharusnya. Perilaku atau
sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan
kedamaian. Demikianlah konkretisasi dari pada penegakan hukum secara konsepsional.

6
Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi
yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum,
akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Dengan mengutip pendapat Roscoe Pound,
maka Soerjono Soekanto menyatakan, bahwa pada hakikat-nya diskresi berada diantara
hukum dan moral (etika dalam arti sempit).
Atas dasar uraian tersebut di atas dapatlah dikatakan, bahwa gangguan terhadap
penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara "tritunggal" nilai,
kaidah dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi, apabila terjadi ketidakserasian antara
nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur,
dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup.
Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa penegak an huk um bukanlah semata-mata
berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia
kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian "law enforcement" begitu
populer. Selain dari itu, maka ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan
hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim.

2.1.2 Lembaga Penegak Hukum


Untuk menjalankan hukum sebagaimana mestinya maka dibentuk lembaga penegakan
hukum (law enforces), antara lain adalah sebagai berikut.
1. Kepolisian
Kepolisian negara ialah alat penegak hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan
di dalam negeri. Dalam kaitannya dengan hukum, khususnya Hukum acara Pidana,
Kepolisian negara bertindak sebagai penyelidik dan penyidik. Menurut Pasal 4 U-U nomor 8
tahun 1981 tentang Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHP), Penyelidik adalah setiap
pejabat polisi negara RI. Penyelidik mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak Pidana
2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
Atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa:

7
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan
dan penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidikjari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik
Setelah itu, penyelidik berwewenang membuat dan menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan tindakan tersebut di atas kepada penyidik.
Selain penyelidik, polisi bertindak pula sebagai penyidik. Menurut Pasal 6 UU No. 8/1981
yang bertindak sebagai penyidik, yaitu:
1. Pejabat Polisi negara Republik Indonesia
2. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang
Pejabat polisi yang dapat bertindak sebagai penyidik harus memenuhi persyaratan
kepangkatan tertentu, yaitu sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua (Pelda).
Sedangkan bagi pejabat pegawai negeri sipil sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur
Muda Tingkat I (Golongan II b) atau yang disamakan dengan itu.
Penyidik karena kewajibannya mempunyai wewenang sebagai berikut.
1. Menerima laporan dan pengaduan dari seorang tentang adanya tindak Pidana
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal
diri tersangka
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. Mengambil sidikjari dan memotret seseorang
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara
9. Mengadakan penghentian penyidikan
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab

8
2. Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai penuntut umum serta
melaksanakan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Jadi,
Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan. Sedangkan yang dimaksud penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus
oleh hakim di sidang Pengadilan.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka Jaksa (penuntut umum) berwewenang, antara lain
untuk:
1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan;
2. Membuat surat dakwaan
3. Melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri sesuai dengan peraturan
yang berlaku
4. Menuntut pelaku perbuatan melanggar hukum (tersangka) dengan
hukuman tertentu
5. Melaksanakan penetapan hakim, dan lain-lain. Yang dimaksud
penetapan hakim adalah hal-hal yang telah ditetapkan baik oleh hakim tunggal
maupun tidak tunggal (Majelis Hakim) dalam suatu putusan pengadilan. Putusan
tersebut dapat berbentuk penjatuhan pidana, pembebasan dari segala tuntutan atau
pembebasan bersyarat.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan atau penegakan hukum,
Kejaksaan berkedudukan sebagai lembaga pemerinta ha n ya ng melaksanakan kekuasaan
negara di bidang penuntutan. Berdasarkan Pasal 3 UU No. 5 tahun 1991 tentang "Kejaksaan
Republik Indonesia" pelaksanaan kekuasaan negara di bidang penuntutan tersebut
diselenggarakan oleh berikut ini.
1. Kejaksaan Negeri yang berkedudukan di ibu kota Kabupaten atau di
kotamadya atau di kota administratif dan daerah hukumnya yang meliputi wilayah
kabupaten atau kotamadya dan atau kota administratif. Misalnya, Kejaksaan Negeri
Kabupaten Bandung; Kejaksaan Negeri Jakarta Utara.

9
2. Kejaksaan Tinggi yang berkedudukan di ibu kota Provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah provinsi. Misalnya, Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta; Kejaksaan Tinggi
Jawa Barat.
3. Kejaksaan Agung yang berkedudukan di ibu kota negara RI dan daerah hukumnya
meliputi wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia.
Tugas dan wewenang Kejaksaan bukan hanya dalam bidang Pidana, tetapi juga di bidang
Perdata dan Tata usaha negara, di bidang ketertiban dan kepentingan umum, serta dapat
memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah lainnya.
Khusus dalam bidang Pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang untuk:
1. Melakukan penuntutan dalam perkara pidana
2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas
bersyarat (yaitu keputusan yang dikeluarkan oleh menteri kehakiman)
4. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
3. Kehakiman
Kehakiman merupakan suatu lembaga yang diberi kekuasaan untuk mengadili. Sedangkan
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili. Menurut Pasal 1 UU nomor 8/1981 mengadili adalah serangkaian tindakan hakim
untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur,
dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang tersebut.
Dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan. Artinya, hakim tidak boleh dipengaruhi
oleh kekuasaan- kekuasaan lain dalam memutuskan perkara. Apabila hakim mendapat
pengaruh dari pihak lain dalam memutuskan perkara maka cenderung keputusan hakim itu
tidak adil, yang pada akhirnya akan meresahkan masyarakat dan wibawa hukum dan hakim
akan pudar. Oleh karena itu, daiam Pasal 5 UU Nomor 14 Tahun 1970 ditegaskan bahwa
pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Demikian
pula dalam Pasal 1 disebutkan bahwa Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

10
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya negara Hukum RI. Dalam Penjelasan Pasal 1
tersebut ditegaskan bahwa "kekuasaan kehakiman yang merdeka ini mengandung
pengertian bahwa Kekuasaan kehakiman itu bebas dari campur tangan pihak kekuasaan
negara lainnya, dan kebebasan dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari
pihak ekstra yudisial, kecuali dalam hal-hal yang diizinkan oleh undang-undang". Kebebasan
dan kemerdekaan yang dimiliki kekuasaan kehakiman tersebut tidak bersifat mutlak atau
sewenang-wenang dalam memutuskan suatu perkara karena hakim bertugas untuk
menegakkan hukum dan keadilan sehingga keputusan-keputusannya wajib menjunjung
hukum dan mencerminkan perasaan keadilan masyarakat.
Penyelesaian perbuatan-perbuatan yang melawan hukum, dapat dilakukan dalam berbagai
badan peradilan sesuai dengan rhasalah dan pelakunya. Dalam Pasal 10 ayat 1 Undang-
undang No. 14 Tahiin 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman ditegaskan bahwa
kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh badan pengadilan dalam 4 lingkungan, yaitu (1)
Peradilan Umum; (2) Peradilan Agama; (3) Peradilan Militer; dan (4) Peradilan Tata Usaha
Negara.
Keempat lingkungan peradilan tersebut, masing- masing mempunyai lingkungan wewenang
mengadili tertentu dan meliputi badan peradilan secara bertingkat.
Peradilan Militer, peradilan Agama, dan peradilan Tata Usaha Negara merupakan peradilan
khusus karena mengadili perkara-perkara tertentu atau mengadili golongan rakyat tertentu.
Sedangkan peradilan umum merupakan peradilan bagi rakyat pada umumnya baik
mengenai perkara Perdata maupun perkara Pidana.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum


Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan,
walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga
pengertian "law enforcement" begitu populer. Selain dari itu, maka ada kecenderungan
yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan
hakim. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono
Soekanto (1993:5) adalah sebagai berikut.
1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada Undang-
Undang saja.

11
2. Faktor penegak hukum, yakni fihak-fihak yang membentuk maupun menerapkan
hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup.
.

2.2.1 Pengertian Demokrasi


Demokrasi saat ini merupakan kaya yang senantiasa mengisi perbincangan berbagai lapisan
masyarakat mulai dari masyrakat bahwa masyarakat kelas elit seperti kalangan elit politik,
birokrat, pemerintahan, took masyarakat, aktivitas lembaga swadaya masyarakat,
cendekiawan, maha siswa dan kaum professional lainnya.
Secara etimilogi demokrasi terdiri daru dua kata yang berasal dari Yunani yaitu: “demos”
yang berarti rakyat atau kekuasaan suatu tempat dan “cratein” yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan. Jadi :demos-cratos” atau “demos-cratos” (demokrasi) adalah kekuasaan atau
kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat yang
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Adapun pengertian demokrasi dari para ahli yaitu:
1. Josefh A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan komperatif atas
suara rakyat.
2. Sidney Hook dekrasi adalah bentuk pemerintahab dimana keputusan-keputusan
pemerintahan yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
3. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl demokrasi merupakan suatu system
pemerintahan dimana pemerintahan dimintai tanggung jawab atas tindakan-
tindakan mereka diwilayah public oleh warga Negara, yang bertindak secara

12
tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang telah
terpilih. Jadi demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.

2.2.2 Komponen-Komponen Penegak Demokrasi


Tegaknya demokrasi sangat terkait dengan komponen-komponen yang mengawantahkan
tegaknya demokrasi antara lain:
1. Negara Hukum
Konsepsi Negara hukum mengandung pengertian
bahwa Negara memberikan perlindungan hukum bagi warga Negara melalui
pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak serta penjaminan hak asasi
manusia.
Istilah hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 bahwa
“Negara Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum dan bukan
berdasarkan atas kekuasaan belaka”.
Adapun ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya perlindungan HAM
b. Adannya supremasi hukum dan
c. penyelenggaraan pemerintah.
d. Adanya pemisahan dan kekuasaan Negara.
e. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.
2. Masyarakat Madani
Masyarakat madani dengan cirinya sebagai masyarakat terbuka, masyarakat yang
bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan Negara, masrakat yang berpartisipasi
aktif sertamasyarakat egaliter merupakan bagian yang integral dalam menegakkan
demokrasi. Selain itu masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan dalam
membangun demokrasi sebagaimana yang dikatakan oleh Soetandyo
wignyosoebroto, Adi Suryadi Culla, Muhammad AS. Hikam, Ryaas Rasyid, Samsuddin
Haris sebagai prasyarat demokrasi. Sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi
adalah terciptanya partisipasi masyarakat secara aktif dalam proses- proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Negara atau pemerintahan.

13
3. Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan, dan kelompok
penrkanan. Partai politik adalah struktur kelembagaan politik yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama yaitu
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan
kebijakan-kebijakannya. Begitu pula aktivitas yang dilakukan oleh kelompok gerakan
dan kelompok penekanan merupakan perwujutan adanya kebebasan berorganisasi,
kebebasan menyampaokan pendapat dan melakukan oposisi terhadap Negara dan
pemeruntahan.
4. Pers Yang Bebas dan Bertanggung Jawab
Sebagai institusi penegak demokrasi, pres mempunyai peran yang sangat strategis.
Salah satu peranan strategis pres adalah sebagai penyedia informasi bagi masyarakat
yang berkaitan dengan kehidupan kenegaraan dan pemerintahan maupun masalah
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Demokrasi


Menurut Kencana prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut :
1. Adanya pembagian kekuasaan (Sharing Power)
Untuk timbulnya iklim dan budaya demokratis, kekuasaan (power) dipisahkan atau
dibagi-bagi antara pembuatan undang-undang dengan pelaksanaan undang-undang,
agar terjadi pengawasan atau control ( checking power with power )
2. Adanya pemilihan umum yang bebas ( general election )
Untuk terpilihnya pemerintahan yang dikehendaki oleh rakyat atau
anggota-anggota perwakilan yang akan mewakili suara rakyat itu sendiri diperlukan
pemilihan umum yang jujur adil, bebas, dan demokratis dilakukan oleh lembaga
independen.
3. Adanya manajemen pemerintahan yang terbuka
Untuk tidak terciptanya Negara tirai besi yang kaku dan otoriter , perlu
keikutsertaan rakyat dalam menilai pemerintahan. Hal tersebut terwujud bila
manajemen pemerintahan dilakukan secara transparan , menerapkan akuntabilitas
public.

14
4. Adanya kebebasan individu
Untuk membuktikan bahwa rakyat tidak dihantui rasa ketakutan, setiap lapisan
masyarakat mesti memilki kebebasan berbicara, beribadah, dan kebebasan mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Apabila mahasiswa, wartawan,
aktivis partai resmi yang bersuara lantang lalu diciduk , hal ini sama sekali tidak
demokratis.
5. Adanya peradilan bebas
Untuk tidak ikut campurnya aparat pemerintah ( dalam arti sempit) dalam peradilan
umum dan penegakan hukum , maka aparat pengadilan harus bebas dari pengaruh
eksekutif , sehingga keluarga pejabat pemerintah itu sendiri dapat diproses di
pengadilan dan dapat diputuskan hukumannya dengan adil.
6. Adanya pengakuan hak minoritas
Untuk adanya perlindungan terhadap kelompok minoritas , mesti ada pengakuan
baik terhadap agama yang minoritas penganutnya atau terhadap golongan ekonomi
lemah seperti pedagang kaki lima.
7. Adanya pers yang bebas
Secara konseptual kebebasan pers akan mememunculkan pemerintahan yang
cerdas, bersih, dan bijaksana. Untuk menjamin tegaknya demokrasi, per situ sendiri
harus bebas menyuarakan hati nurani rakyat, baik penyampaian kritik terhadap
kebijakan dan pelaksanaan pemerintah maupun terhadap diri seorang pejabat public
juga dalam penyampaian informasi pembangunan lainnya. Informasi yang
5
disampaikan pers hendaknya didukung oleh akurasi data.
8. Adanya musyawarah
Untuk menyelesaikan konflik secara damai seperti timbulnya protes dan demonstrasi
yang dilakukan oleh rakyat hendaklah diselesaikan dengan musyawarah atau
negoisasi (syur), bukan dengan penekanan dan intimidasi apalagi dengan kekerasan
senjata. Dengan demikian dalam system demokrasi konflik baik vertical mupun
konflik horizontal bukan sesuatu yang menakutkan , melainkan sesuatu yang harus
diselesaikan dengan damai.

15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan
diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh
kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Aparat penegak
hukum di Indonesia antara lain Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman yang dilaksanakan
oleh Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha
Negara, dan apparat penegak hukum selanjutnya adalah Peneasihat Hukum. Faktor-
faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah faktor hukumnya sendiri, yang
di dalam tulisan ini akan dibatasi pada Undang-Undang saja, faktor penegak hukum,
yakni fihak-fihak yang membentuk maupun menerapkan hukum, faktor sarana atau
fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, yakni lingk un ga n
dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, dan faktor kebudayaan, yakni
sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.
2. Pengertian demokrasi, secara etimologi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu : “demos” yang berarti rakyat atau kekuasaan suatu tempat dan
“cratein” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi “demos-cratos” atau
demokrasi adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan
oleh rakyat.
3. Komponen Penegak Demokrasi
1. Negara Hukum
2. Masyarakat Madani
3. Infrastruktur Politik
4. Pers yang bebas dan bertanggungjawab
4. Prinsip-prinsip Demokrasi
1. Adanya pembagian kekuasaan
2. Adanya manajemen pemerintahan yang terbuka
3. Adanya kebebasan Individu
4. Adanya peradilan yang bebas

16
5. Adanya pengakuan hak minoritas
6. Adanya pemerintah yang berdasarkan hukum
7. Adanya pers yang bebas
8. Adanya musyawarah

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan implementasi dan pengaplikasian
pengetahuan yang didapatkan pembaca dari hasil karya penulis untuk kehidupan pembaca
dalam ranah pendidikan yang semakin berkembang saat ini dan yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2007

I Putu Ari Astawa , Demokrasi Indonesia, Jakarta : Universitas Udayana press, 2017

Nurtjahyo, Hendra, Filsafat Demokrasi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006

Subiakto, Henry, Komunikasi Politik Media dan Demokrasi, Jakarta : Kencana Prenada media
grup , 2012

18

Anda mungkin juga menyukai