Oleh :
I NYOMAN HARI WEDA WIKRAMA
NIM : 1406043075
Oleh :
I NYOMAN HARI WEDA WIKRAMA
NIM : 1406043075
Mengetahui,
Ketua PS. DIII Perpajakan Dosen Pembimbing
Dr.I Ketut Sujana, SE, M.Si, Ak. Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak.
NIP. 19640518 199212 1 004 NIP.19800526 200312 2 002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang
berjudul, “Perlakuan Pajak Penghasilan pasal 21 pada Istri yang Suaminya tidak
berpenghasilan jika memiliki satu NPWP”
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam menyusun Tugas Akhir Studi
ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana .
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa.,SE.,MS., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. I Ketut Sujana.,SE.,M.Si.,Ak, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Ibu Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Tugas Akhir Studi (TAS)
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sampai
dengan selesainya Tugas Akhir Studi (TAS) ini.
5. Ibu Ni Luh Supadmi, SE.M.Si.Ak. CA, selaku Pembimbing Akademik (PA) selama penulis
menjalankan kuliah pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar dan membimbing penulis selama mengikuti
perkuliahan pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun Tugas Akhir Studi ini, masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan
serta pengapaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.
Penulis
Judul :Perlakuan Pajak Penghasilan pasal 21 pada Istri yang Suaminya tidak
berpenghasilan jika memiliki satu NPWP
Nama : I Nyoman Hari Weda Wikrama
NIM : 1406043075
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui secara langsung mengenai perlakuan PPh
21 pada Istri yang Suaminya tidak berpenghasilan jika mereka satu NPWP.Dalam penelitian
yang dilakukan, jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder. Semua data tersebut dikumpulkan dengan dengan
menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis deskritif komparatif.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perhitungan pada saat
suami bekerja dan saat suami tidak bekerja itu berbeda, dimana saat suami berpenghasilan,
penghasilan istri dianggap sebagi penghasilan final karena di potong oleh pemberi kerja dan
tidak digabung ke penghasilan suami, penghasilan netto yang dikurangkan dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah penghasilan suami, dan tidak ada pembayaran pajak
pada akhir tahun karena penghasilan telah dipotong oleh pemberi kerja. Sedangkan saat
suami tidak berpenghasilan, penghasilan istri yang digunakan di penghasilan netto dan
dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Tidak ada pembayaran pajak karena
penghasilan sudah dipotong oleh pemberi kerja.
Isi
Halaman
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK………………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 3
1.3 Kegunaan Penelitian 3
1.4 Sistematika Penulisan 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 5
2.1.1 Definisi Pajak……………………………………………. 5
2.1.2 Pengertian Pajak Penghasilan…………………………… 6
2.1.3 Pajak Penghasilan Pasal 21…………………………….. 7
2.1.4 Pengertian dan Fungsi NPWP………………………….. 8
2.1.5 NPWP suami istri yang digabung………………………… 9
Daftar Rujukan 33
Lampiran
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Perhitungan PPh Bapak I Made X…………………………. 13
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
4.2 SPT 1770 S II bagian B Bapak I Made X……………………………. 15
4.3 SPT 1770 S II bagian D Bapak I Made X……………………………. 16
4.4 SPT 1770 S I bagian C Bapak I Made X…………………………….. 16
4.5 SPT 1770 S bagian A dan B Bapak I Made X……………………… 17
4.6 SPT 1770 S bagian C Bapak I Made X……………………………… 17
4.7 SPT 1770 S bagian D Bapak I Made X………………………………. 18
4.8 SPT 1770 S II bagian B Ibu Ni Putu Y………………………………. 20
4.9 SPT 1770 S II bagian D Ibu Ni Putu Y……………………………… 20
4.10 SPT 1770 S I bagian C Ibu Ni Putu Y………………………………. 20
4.11 SPT 1770 S bagian A dan B Ibu Ni Putu Y………………………... 21
4.12 SPT 1770 S bagian C Ibu Ni Putu Y………………………………... 22
4.13 SPT 1770 S bagian D Ibu Ni Putu Y……………………………….. 22
4.14 SPT 1770 S II bagian A Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga… 25
4.15 SPT 1770 S II bagian A Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga…… 25
4.16 SPT 1770 S I bagian C Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga….. 26
4.17 SPT 1770 S I bagian C Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga…… 26
4.18 SPT 1770 S bagian A dan B Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga 27
4.19 SPT 1770 S Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga……………….. 28
4.20 SPT 1770 S bagian C Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga….. 29
4.21 SPT 1770 S bagian C Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga…….. 29
4.22 SPT 1770 S bagian D Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga….. 30
4.23 SPT 1770 S bagian D Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga…….. 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SPT 1770 S Bapak I Made X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan Negara. Pajak digunakan untuk
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu jenis pajak yang dipungut oleh
pemerintah. Salah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. PPh Pasal 21 adalah
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan disebut Wajib Pajak. Apabila orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri
memperoleh penghasilan dan dikenai PPh Pasal 21, maka menjadi wajib pajak orang
mengatur secara jelas bahwa sistem pengenaan pajak Indonesia menempatkan keluarga
sebagai satu kesatuan ekonomis. Penjelasan Pasal 8 UU PPh nomor 36 Tahun 2008
menyatakan, penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabung sebagai
satu kesatuan yang dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh
kepala keluarga (dalam hal ini suami). Maksudnya, penghasilan dan kerugian istri akan
dianggap sebagai penghasilan dan kerugian suami, sehingga dikenai pajak bersama.
Seperti contoh misalnya, suami pada pertengahaan periode pajak tiba-tiba berhenti
bekerja atau dalam kata lain tidak memiliki penghasilan, situasi ini tentu membuat wajib
pajak bingung bagaimana perlakuan perpajakan mereka bila suami tidak berpenghasilan
lagi. Kasus suami yang berhenti bekerja pada pertengahan periode pajak terjadi pada
Bapak X pada tahun 2016. Bapak I Made X dan sang istri yaitu Ibu Ni Putu Y memiliki
satu NPWP atau dalam kata lain kewajiban perpajakannya digabung. Akan tetapi
pertengahan tahun 2015 Bapak I Made X tiba-tiba berhenti bekerja, tentu ini membuat
Bapak I Made X dan Ibu Ni Putu Y bingung tentang perlakuan perpajakan mereka. Apa
tetap Bapak I Made X yang memenuhi kewajiban keluarganya sesuai dengan penjelasan
Pasal 8 UU PPh nomor 36 Tahun 2008 atau dilimpahkan kepada Ibu Ni Putu Y.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahannya adalah
“Bagaimana perlakuan PPh 21 pada Istri yang suaminya tidak berpenghasilan jika
memiliki satu NPWP?”. Penulis mengangkat materi tersebut, dikarenakan banyak wajib
pajak yang khususnya memiliki satu NPWP belum mengetahui bagaimana prosedur
pelimpahan kewajiban perpajakan dari suami ke istri jika suami berhenti bekerja dan
bagaimana sistematika perhitungannya. Pada kesempatan kali ini kasus yang diangkat
adalah perlakuan PPh pasal 21 Bapak I Made X dan Ibu Ni Putu Y yang memiliki satu
NPWP.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan PPh pasal 21
pada istri yang suaminya tidak berpenghasilan jika memiliki satu NPWP.
a) Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan
mengenai perlakuan PPh pasal 21 pada istri yang suaminya tidak berpenghasilan
b) Bagi Perusahaan
proses perlakuan PPh pasal 21 pada istri yang suaminya tidak berpenghasilan jika
BAB I : PENDAHULUAN
penelitian.
sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Berbagai definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, semuanya mempunyai
maksud dan tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak agar mudah dipahami. Di
1) Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
2) Menurut Waluyo (2008:2), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
mendapat imbalan kembali, yang langsung dirunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
3) Menurut Mardiasmo (2009:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan pada masyarakat yang
berpenghasilan atau atas hasil yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak untuk
kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu
subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau di perolehnya dalam tahun
pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan
dalam Undang-Undang disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai dan
Berbagai definisi Pajak Penghasilan (PPh) yang dikemukakan oleh para ahli, semuanya
mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian Pajak Penghasilan
(PPh) agar mudah dipahami. Di bawah ini merupakan definisi Pajak Penghasilan (PPh)
1) Menurut Resmi (2011:74), “Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun
pajak”.
Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan orang pribadi
selama tahun pajak berjalan. Ada beberapa definisi PPh pasal 21 yang dikemukakan para
ahli, diantaranya :
1) Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
2) Subjek pajak penghasilan pasal 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21, terdiri atas pegawai yang memperoleh penghasilan dari pemberi kerja
secara berkala, penerima pensiun, penerima honorarium, penerima upah, dan orang
kegiatan dari pemotong pajak. Pajak penghasilan pasal 21 merupakan pajak yang
bersifat withholding system, yaitu pajak yang dipotong oleh orang lain atau pihak
ketiga. Perhitungan jumlah pajak penghasilan pasal 21 yang harus dibayar oleh wajib
pajak dilakukan dengan cara mengalikan penghasilan kena pajak dengan tarif pajak
penghasilan kena pajak dari wajib pajak dihitung berdasarkan penghasilan netonya
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
administratsi perpajakan.
Pajak (SSP).
Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) sendiri telah mengatur secara jelas bahwa
sistem pengenaan pajak Indonesia menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis.
Penjelasan Pasal 8 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa penghasilan atau
kerugian dari seluruh anggota keluarga digabung sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak
dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga (suami). Dalam artian,
penghasilan dan kerugian istri akan dianggap sebagai penghasilan dan kerugian suami,
BAB III
METODE PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di BPR Lestari, Jalan Teuku Umar No 110 Dauh
Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh sistem informasi akuntansi manajemen dan
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kuisioner. Data kualitatif dalam penelitian ini
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang dapat diamati.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut
Sugiyono (2013:137), data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung meliputi
organisasi, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, sumber
data yang diperoleh dari penulis adalah sumber data primer. Sumber data primer ini diperoleh
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai penghasilan yang dimiliki
oleh bapak I Made X dan Ibu Ni Putu Y yang menjadi klien di Lembaga Manajemen
Accounting and Tax Formasi System (LMATS), yang digunakan untuk menganalisa
perhitungan pajak suami istri yang memiliki satu NPWP tapi dalam pertengahan periode
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskritif komparatif, tahap
a) Memperhitungkan PPh suami istri dengan satu NPWP, jika suami tidak
berpenghasilan
XYZ di daerah Denpasar. Bapak I Made X dan Ibu Ni Putu Y memiliki satu NPWP. Bapak I
Made X dan Ibu Ni Made Y bertempat tinggal di Perumahan Nuansa Penatih, Banjar
Pohmanis, Desa Penatih, Denpasar. Mereka mempunyai dua orang anak yang keduanya
masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Pada saat ini beliau dan istrinya tercatat
sebagai klien dari LMATS Consulting yang terletak di JL. Kenyeri No 65 Tonja, Denpasar.
Pada tahun 2015 tepatnya di bulan Oktober Bapak I Made X di berhentikan dari
tempatnya bekerja karena perusahaan tempat beliau bekerja mengalami kebangkrutan. Maka
Bapak I Made X
Ibu Ni Putu Y
Dari perhitungan PPh Bapak I Made X dan Ibu Ni Putu Y di atas tidak terjadi
kurang bayar, karena PPh terutang Bapak I Made X sebesar Rp 1.550.000 di SPT
induk akan dikurangi PPh yang di potong oleh pemberi kerja yaitu PT ABC dengan
menjadi nihil dan tidak terjadi kurang bayar. Penghasilan dari Ibu Ni Putu Y yang
telah dipotong oleh pemberi kerja dianggap sebagi PPh final, dan dimasukan ke
Pada lampiran 1770 S ll, diisi hutang dan harta pada akhir tahun, daftar
anggota keluarga, dan penghasilan final Ibu Ni Putu Y. Pertama diisi adalah bagian A,
yaitu penghasilan yang dikenakan PPh final atau bersifat final. Diisi pada nomor 14
dasar pengenaan pajak/ penghasilan bruto diisi penghasilan netto Ibu Ni Putu Y
sebesar Rp 85.000.000 dan PPh terutang diisi dengan PPh terutang Ibu Ni Putu Y
sebesar Rp 1.550.000.
Untuk bagian D diisi susunan keluarga dari Bapak I Made X yang terdiri dari
Ibu Ni Putu Y dan 2 anak dari Bapak I Made X dan Ibu Ni Putu Y.
Saat pengisian SPT Tahunan Orang Pribadi, yang dimasukkan dalam formulir
induk adalah penghasilan Bapak I Made X yang di terima dari PT ABC. Penghasilan
Pada bagian B di Penghasilan Tidak Kena Pajak digunakan K/2, karena Bapak I Made
X berstatus kawin dan mempunyai 2 orang anak, Penghasilan Tidak Kena Pajak Bapak
PKP sebesar
Rp 82.500.000.
Maka dari hasil pengisian form SPT Tahunan 2015, akan terlihat SPT suami
nihil dan tidak ada kewajiban untuk membayar pajak di akhir tahun dan membayar
angsuran PPh pasal 25 tiap bulannya. Karena jumlah PPh terutang sudah di kurangi
Pada pertengahan tahun 2015 Bapak I Made X berhenti bekerja, oleh karena
itu kewajiban perpajakaan keluarganya pada tahun 2016 tidak mungkin ditanggung
oleh Bapak I Made X. Maka pada awal tahun 2016 Bapak I Made X dan Ibu Ni Putu
Y mengurus surat pernyataan bahwa pada tahun 2016 Bapak I Made X tidak
tersebut hanya berisi pernyataan bahwa Bapak I Made X tidak berpenghasilan, dan
sudah disetujui dan ditandatangani oleh kepala camat setempat. Setelah itu surat
pernyataan tersebut di serahkan di tempat Ibu I Putu Y bekerja yaitu PT XYZ. Agar
nantinya PTKP Ibu Ni Putu Y dari semulanya TK/0 akan dirubah menjadi K/2, atau
dalam kata lain PTKP dari suami dilimpahkan ke istri. Surat pernyataan ini hanya
Pada Tahun 2016 perhitungan atas pajak penghasilan Ibu Ni Putu Y akan
berubah, semula PTKP nya adalah TK/0 menjadi K/2, berikut adalah perhitungan PPh
Dari perhitungan PPh Ibu Ni Putu Y di atas tidak terjadi kurang bayar, karena
PPh terutang Ibu Ni Putu Y sebesar Rp 875.000 di SPT induk akan dikurangi PPh
yang di potong oleh pemberi kerja yaitu PT XYZ dengan jumlah yang sama sebesar
Rp 875.000. Sehingga PPh Ibu Ni Putu Y menjadi nihil dan tidak terjadi kurang
bayar.
Pada lampiran 1770 S ll, sama pengisiannya sama seperti SPT Tahunan 2015
Bapak I Made X, hanya saja pada bagian A nomor 13, penghasilan istri dari satu
pemberi kerja dihapuskan, karena pada tahun 2016 penghasilan Ibu Ni Putu Y di
pindahkan ke SPT Induk, karena Ibu Ni Putu Y pada tahun 2016 menanggung semua
Pada bagian D diisi susunan daftar anggota keluarga dari Bapak I Made X
875.000.
Saat pengisian SPT Tahunan Orang Pribadi 2016, yang dimasukkan dalam
formulir induk adalah penghasilan Ibu Ni Putu Y yang di terima dari PT XYZ.
Setelah itu pada bagian B pada penghasilan tidak kena pajak, dimasukkan
PTKP Ibu Ni Putu Y sebesar Rp 67.500.000, karena PTKP nya adalah K/2, dikurangi
Rp 875.000.
Dari perhitungan pada bagian D tidak ada kekurangan pajak, karena jumlah
PPh terutang sudah di kurangi dengan PPh yang di potong oleh pemberi kerja, yaitu
Tahunan Orang Pribadi 2016 Ibu Ni Putu Y nihil dan tidak ada kewajiban untuk
membayar pajak di akhir tahun dan membayar angsuran PPh pasal 25 tiap bulannya.
4.2.3 Perbandingan PPh saat suami masih bekerja dan setelah selesai bekerja
adalah TK/0 (Rp 54.000.000), sedangkan pada tahun 2016 saat Bapak I Made X
tidak berpenghasilan PTKP Ibu Ni Putu Y menjadi K/2 (Rp 67.500.000). Karena
PTKP Bapak I Made X dilimpahkan ke istri yaitu Ibu Ni Putu Y karena Bapak I
dilimpahkan ke istri.
b) Pajak Terhutang
PPh Bapak I Made X tahun 2015 PPh Bapak I Made X 2016
PPh Ibu Ni Putu Y tahun 2015 PPh Ibu Ni Putu Y tahun 2016
Pada Lampiran SPT 1770 S II ada beberapa perbedaan antara SPT tahun 2015
dengan 2016. Pada tahun 2015 bagian A nomer 13 diisi penghasilan Ibu Ni Putu Y,
karena penghasilan Ibu Ni Putu Y dianggap penghsilan final karena dipotong oleh
satu pemberi kerja. Sedangkan pada tahun 2016, bagian A dikosongkan karena
penghasilan Ibu Ni Putu Y pindah ke SPT Induk, karena pada tahun 2016 Ibu Ni Putu
Gambar 4.14 SPT 1770 S II bagian A Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga
Gambar 4.15 SPT 1770 S II bagian A Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga
Pada lampiran 1770 S II tahun 2016 bagian A kosong, karena penghasilan Ibu
Ni Putu Y dipindah ke SPT induk, yang pada tahun 2016 Ibu Ni Putu Y yang
Putu Y yang semula dianggap sebagai penghasilan final dan dimasukkan ke lampiran
SPT 1770 S II bagian A nomor 13, dipindahkan ke SPT induk 1770 S ke penghasilan
netto sebesar Rp 85.000.000, yang nantinya akan dikurangi Penghasilan Tidak Kena
Lampiran SPT 1770 S I pada bagian C ada perbedaan pada tahun 2015
dengan tahun 2016. Pada tahun 2015 pada bagian C daftar pemotongan/pemungutan
oleh pihak lain diisi penghasilan Bapak I Made X yang di potong oleh PT ABC
sebesar Rp 4.125.000.
Gambar 4.16 SPT 1770 S I bagian C Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga
Gambar 4.17 SPT 1770 S I bagian C Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga
Sedangkan pada tahun 2016 pada bagian C diisi penghasilan Ibu Ni Putu Y
yang dipotong oleh PT XYZ sebesar Rp 875.000. Karena pada tahun 2016
penghasilan Ibu Ni Putu Y yang masuk ke SPT induk, dan nantinya hasil penghasilan
yang di potong pemberi kerja akan digunakan sebagai pengurangan dari PPh terutang,
dimana SPT pada tahun 2016 menjadi nihil tidak ada kewajiban pembayaran
Pada SPT induk 1770 S pada SPT tahun 2015 diisi penghasilan dari Bapak I
Made X, sedangkan pada tahun 2016 diisi penghasilan Ibu Ni Putu Y. SPT induk
1770 S tahun 2015, pada bagian A diisi penghasilan Bapak I Made X sebesar Rp
150.000.000. Pada bagian B tepatnya SPT tahun 2015 PTKP Bapak I Made X adalah
K/2, karena ada tanggungan istri dan dua anak, sebesar Rp 67.500.000, yang terdiri
Gambar 4.18 SPT 1770 S bagian A dan B Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga
Sedangkan pada tahun 2016, diisi penghasilan Ibu Ni Putu Y, karena pada
sama dengan PTKP tahun 2015 yaitu K/2 sebesar Rp 67.500.000, yang terbagi atas Rp
54.000.000 untuk wajib pajak, Rp 4.500.000 untuk status kawin Ibu Ni Putu Y, Rp
9.000.000 terbagi atas dua anak Ibu Ni Putu Y. PTKP tahun 2016 perbedaanya di
Penghasilan Kena Pajak yang sudah dikurangi penghasilan neto, yaitu sebesar Rp
150.000.000. Maka Penghasilan Kena Pajak dari Ibu Ni Putu Y lebih kecil dari
adalah Rp 4.125.000 , yang di dapat dari jumlah Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp
82.500.000 dikalikan dengan tarih PPh pasal 17 sebesar 5%. Tidak ada pengurangan
dari pasal 24 yang di kreditkan maka jumlah PPh terutang menjadi Rp 4.125.000.
Gambar 4.20 SPT 1770 S bagian C Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga
Sedangkan pada tahun 2016 pada bagian C, PPh terutang Ibu Ni Putu Y
sebesar Rp 875.000 , yang di dapat dari jumlah Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp
17.500.000 dikalikan dengan tariff PPh pasal 17 sebesar 5%. Tidak ada
Gambar 4.21 SPT 1770 S bagian C Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga
Dari perhitungan pada bagian D SPT Tahun 2015, tidak ada kekurangan pajak
Rp 4.125.000 yang pada saat ini adalah PT ABC tempat Bapak I Made X bekerja.
Maka dari hasil pengisisan form SPT Tahunan 2015, akan terlihat SPT
Tahunan Orang Pribadi 2015 Bapak I Made X nihil dan tidak ada kewajiban untuk
membayar pajak di akhir tahun dan membayar angsuran PPh pasal 25 tiap bulannya.
Gambar 4.22 SPT 1770 S bagian D Bapak I Made X sebagai Kepala Keluarga
Gambar 4.23 SPT 1770 S bagian D Ibu Ni Putu Y sebagai Kepala Keluarga
Sedangkan pada tahun 2016 SPT tahunan bagian D, tidak ada kekurangan
pajak juga karena telah di potong oleh pemberi kerja sebesar Rp 875.000 yang pada
Maka SPT Tahunan 2016 Ibu Ni Putu Y nihil tidak ada kewajiban untuk
membayar pajak di akhir tahun dan membayar angsuran PPh pasal 25 tiap bulannya.
BAB V
5.1 Simpulan
Pada pembahasan bab sebelumnya perhitungan pajak penghasilan tahun 2015 dan 2016
A, karena dipotong oleh pemberi kerja dan dianggap sebagai penghasilan final.
Untuk tahun 2016 penghasilan Ibu Ni Putu Y yang dimasukkan ke SPT induk,
2. PTKP pada tahun 2015 Ibu Ni Putu Y yaitu TK/0 (Rp 54.000.000) berubah di
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat disampaikan adalah perlu di
berpenghasilan ke istri yang memiliki penghasilan, karena masih banyak Wajib Pajak yang
belum mengetahui prosedur pelimpahan kewajiban perpajakan tersebut yang bisa diajukan
di tingkat kecamatan, dan juga peritungannya tidak jauh berbeda hanya perubahan pada
DAFTAR RUJUKAN
Mardiasmo, Prof., Dr., MBA., Ak. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi Tahun 2013.
Yogyakarta: Andi.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.