Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang

memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya

bergantung dari matematika. Hal ini didukung oleh firman Allah di dalam

Alquran surat An-Nisa’ ayat: 11 yang berbunyi:

   


          
          
        
            
          
          
            
  
Artinya: “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak- anakmu. Yaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian
dua anak perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan, jika anak
perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk
dua orang ibu-bapak, bagi masing- masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu- bapaknya (saja),
maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (pembagian –
pembagian tersebut di atas) sudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)orang tuamu dan anak- anak-mu, kamu
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfa’atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .1
Surat An Nisa ayat 11 di atas menjelaskan tentang pembagian harta

warisan menurut aturan yang disyariatkan oleh agama Islam. Berdasarkan ayat

tersebut, pembagian harta warisan terdiri dari bagian- bagian untuk ahli waris

1
Kementrian Urusan Agama Islam, Al-Quran dan Terjemahnya.(Jakarta:
Mujamma’, 1990) h. 116-117
2

baik untuk istri, ibu-bapak, anak, maupun saudara- saudara si pewaris. Dalam

hal ini terlihat jelas manfaat matematika dalam kehidupan manusia, yaitu

aplikasi dari materi pecahan yang sudah diperkenalkan di sekolah dasar

Pembelajaran matematika bertujuan untuk meningkatkan penalaran

dan daya fikir yaang rasional, efektif, logis dalam menghadapi suatu

masalah. Penguasaan akan ilmu matematika dapat mempersiapkan siswa

dalam menghadapi perkembangan ilmnu pengetahuan dan tekhnologi.

Pembelajaran matematika memiliki fungsi sebagai sarana untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, dan bekerja

sama yang diperlukan siswa dalam kehidupan modern. Seperti tercantum

dalam salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2004

bahwa melalui pembelajaran matematika siswa dapat mengembangkan

aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan

mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat

prediksi dan dugaan, serta mencoba- coba. Oleh karena itu pembelajaran

matematika memiliki sumbangan yang penting untuk perkembangan

kemampuan berpikir kreatif dalam diri setiap individu siswa agar

menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Begitu pentingnya peranan matematika, berbagai usaha telah

dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika.

Usaha yang telah dilakukan pemerintah, adalah melakukan perubahan

kurikulum. Mulai dari Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), pada tahun pembelajaran 2004/2005. Kurikulum


3

tersebut juga akhirnya diubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada tahun pembelajaran 2006/2007. Selain usaha

yang dilakukan pemerintah, guru sebagai pengajar juga mengubah

pendekatan dan strategi mengajar.

Walaupun berbagai usaha telah dilakukan pemerintah, namun hasil

yang diharapkan belum sesuai dengan harapan. Siswa dikatakan tuntas

belajar, jika siswa tersebut telah menguasai 65% dari materi yang

diujikan2. Belum tuntasnya siswa belajar matematika dapat disebabkan

oleh berbagai faktor. Secara umum faktor tersebut dapat terbagi atas dua

kelompok, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dan faktor yang

berasal dari luar diri siswa.

Hasil belajar dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan

pembelajaran karena mencerminkan pencapaian yang diperoleh siswa

selama mengikuti pembelajaran.Pencapaian yang dimaksud berupa

bertambahnya ilmu (aspek kognitif), keterampilan(aspek psikomotor) dan

perubahan sikap (aspek afektif) siswa.Apabila hasil belajar yang diperoleh

siswa belum sesuaidengan yang diharapkan maka guru perlu melakukan

perbaikan.Namun, sebelum menentukan solusi yang tepat untuk mengatasi

masalah tersebut sebaiknya tentukan penyebab masalah terlebih dahulu.

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, termasuk

hasil belajar matematika.Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari luar

diri siswa (faktor eksternal), ada juga yang berasal dari dalam diri siswa

2
Depdikbud. Kurikulum Sekolah Menengah Umum. GBPP Mata Pelajaran Matematika.
(Jakarta : Depdikbud, 1994)
4

sendiri (faktor internal). Leonard dan Supardi (2010) menyatakan bahwa

faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

keadaan lingkungan belajar, model dan metode pembelajaran dan

kemampuan guru. Selanjutnya3, Al-Agili et al (2012) menyatakan bahwa

faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap hasil belajar matematika

siswa ialah guru.Pengetahuan, pengalaman dan karakter guru berperan

penting dalam pelaksanaan pembelajaran4

Karakteristik siswa dan lingkungan yang beragam, menuntut guru

untuk berpikir tentang teknik, model, metode pembelajaran apa yang

cocok untuk menyampaikan materi tertentu hingga memperoleh hasil yang

optimal. Guru tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan yang baik

(kompetensi professional) terhadap materi yang akan diajarkan

sebagaimana yang dituangkan dalam , tetapi juga harus menguasai

pengetahuan konten pedagogik (kompetensi pedagogik), kemampuan

berinteraksi dan berkomunikasi (kompetensi sosial) dan berakhlak yang

baik (kompetensi moral).

Selain faktor eksternal terdapat faktor yang berasal dari dalam diri

siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.Ketidaksiapan siswa

dalam mengikuti pembelajaran dan gangguan psikologis yang dialami

siswa dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Selain ketidaksiapan,

kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan terhadap pelajaran yang

3
Leonard dan Supardi U.S, Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa Pada matematika, dan Kecemasan
Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika.Cakrawala Pendidikan, November 2010, th XXIX,
No.3. http:/download.portalgaruda.org/article.php?article=52222&val=445
4
5

akan dihadapi di kelas merupakan salah satu masalah yang mempengaruhi

hasil belajar siswa termasuk hasil belajar matematika.

Kecemasan merupakan gejala psikologis yang normal pada setiap

orang, namun dapat menjadi masalah jika terlalu sering dialami seseorang

sehingga mengganggu kegiatan sehari-harinya termasuk belajar bahkan

dapat mempengaruhi kesehatan.Secara umum gangguan kecemasan

diartikan sebagai perasaan cemas dan panik yang berlebihan pada diri

seseorang yang dtunjukkan dengan gejala seperti detak jantung yang tidak

teratur, pusing dan sesak nafas (Hall, 1998).Kecemasan biasanya

disebabkan oleh tekanan atau trauma.Tekanan dapat berasal dari

lingkungan seperti lingkungan keluarga, lingkungan kerja, atau sekolah.

Selain tekanan, trauma juga dapat menimbulkan gangguan kecemasan,

misalnya seseorang yang pernah mengalami trauma setelah kecelakaan

kendaraan bermotor biasanya terkena gangguan ketika akan berkendara

kendaraan bermotor. Tingkat dan jenis kecemasan setiap orang berbeda-

beda, bergantung pada faktor penyebab dan bagaimana ia mengatasi

kecemasannya (Pfizer, 2012).

Kecemasan matematika yang dialami siswa dapat mempengaruhi

hasil belajar matematikanya, namun Rusmono (2011) menyatakan bahwa

pengaruh kecemasan matematika terhadap hasil belajar matematika

bergantung pada kualitas dan daya tahan siswa terhadap kecemasan

tersebut.Berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin

tinggi tingkat kecemasan matematika maka semakin rendah prestasi


6

akademik siswa tersebut. Sebaliknya, Sahin dan Yuksel (2008)

menyatakan bahwa siswa yang memiliki hasil belajar yang baik memiliki

tingkat kecemasan yang rendah.Berdasarkan hal ini berarti kecemasan

siswa dalam menghadapi pembelajaran matematika dapat menjadi

penghambat tercapainya hasil belajar yang baik.

Usop et al (2009) menyatakan bahwa, guru memiliki pengaruh

yang besar sebagai penyebab kecemasan siswa.Lebih lanjut, Newstead

(1999) menyatakan bahwa siswa yang diberikan pembelajaran dengan

pendekatan konvensional mengalami kecemasan matematika yang lebih

dibanding siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan alternatif.

Pendekatan konvensional didefinisikan sebagai cara mengajar yang

tradisional yaitu, demonstrasi, ekspositori atau penjelasan dari guru

kemudian siswa mengikuti cara yang diajarkan guru. Sementara itu,

pendekatan alternatif diartikan sebagai cara mengajar yang lebih

melibatkan siswa secara aktif (student centered) dalam diskusi kelompok

dan memecahkan masalah nonrutin menggunakan berbagai strategi.

Salah satu pendekatan alternatif yang digunakan untuk mengurangi

kecemasan siswa dalam pembelajaran ialah pendekatan konstruktivisme,

karena dapat membantu membangun keterampilan siswa siswa dalam

pembelajaran akan mengurangi kecemasan siswa (MACMH,

2006).Melalui pendekatan konstruktivisme, guru dapat membantu siswa

membangun pengetahuan, pemahaman dan keterampilan siswa dengan


7

menggunakan ide-ide yang dimilikinya. Siswa dibimbing untuk

mengungkapkan ide, pendapat atau penyelesaian dari masalah yang

diajukan berkaitan dengan topik dalam pembelajaran. Siswa akan merasa

lebih leluasa dalam pembelajaran sehingga dapat mengurangi tekanan

dalam diri siswa, yang menjadi salah satu penyebab munculnya

kecemasan. Siswa merasa lebih tertekan jika tidak dapat mengungkapkan

pikiran karena takut salah atau tidak sesuai dengan yang dipelajari.

Orang tua juga memberikan pengaruh pada hasil belajar anak

(siswa) yaitu dengan mengurangi tingkat kecemasan anak (Vukovic,

Roberts, Wright, 2013). Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

dapat ditunjukkan dengan membantu anak yang kesulitan menyelesaikan

tugas sekolah, memberikan apresiasi atas pencapaian yang telah diperoleh

anak dan mengkomunikasikan masalah/kendala yang dialami anak dalam

belajar atau masalah lain yang berhubungan dengan pendidikan. Orangtua

tidak hanya diharapkan menuntut anak memperoleh hasil belajar yang

baik, tetapi juga senantiasa memberikan dukungan dan berkomunikasi

dengan anak agar dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam mendidik

anak. Jika tidak terjadi komunikasi yang baik dikhawatirkan akan

memberikan tekanan dalam diri anak sehingga menimbulkan kecemasan

Selain mempersiapkan diri dengan baik, cara lain yang ditempuh

ialah berusaha menenangkan diri dengan menguatkan keyakinan bahwa

dirinya mampu karena telah mempersiapkan diri dengan baik.Berkaitan


8

dengan keyakinan diri, dalam psikologi istilah ini lebih dikenal dengan

self-efficacy.Self-efficacymerupakan aspek penting yang menjadi dorongan

bagi anak atau siswa untuk dapat menjadi berkualitas, mencapai hasil

belajar yang optimal dan memiliki prestasi tinggi.Banyak peneliti

menunjukkan bahwa self-efficacy mempengaruhi motivasi akademik,

belajar dan prestasi (Schunk dan Pajares, 2001:2).Idealnya setiap individu

termasuk siswa harus memiliki self-efficacy yang positif, karena hal

tersebut sangat berpengaruh tehadap keberhasilannya dalam menjalani

kehidupan.

Pada umumnya seseorang akan melakukan usaha untuk mencapai

tujuannya, jika seseorang merasa akan mendapatkan apa yang diinginkan

dari tindakan tersebut (Baron dan Byrne, 2004:183). Artinya, tindakan

akan muncul apabila ada keyakinan yang menyertainya. Jika seseorang

tidak memiliki keyakinan untuk dapat mencapai tujuannya, ada

kemungkinan seseorang tersebut tidak akan bertindak untuk mencapai

tujuannya. Dengan memiliki keyakinan yang kuat, keinginan untuk

mencapai tujuan akan hadir, sehingga akan menimbulkan semangat untuk

meraih apa yang diinginkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan

Musfirah, Rahmahana, dan Kumolohadi (2003:39) yang menyatakan

bahwa dengan self-efficacy yang tinggi seorang individu akan mempunyai

keyakinan bahwa dirinya akan berhasil melakukan sesuatu sehingga

seseorang tersebut akan melakukan berbagai usaha untuk mencapai

tujuannya.
9

Demikian juga dalam bidang pendidikan, self-efficacy memiliki

peranan yang penting terutama bagi para siswa dalam meraih prestasi

belajar.Menurut Kertamuda (2008:28) hasil belajar merupakan hasil yang

diperoleh atau dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar

yang diberikan oleh guru. Urdan (Kertamuda, 2008:28) berpendapat

bahwa hasil belajar yang akan dihasilkan oleh siswa tentunya berbeda-

beda, hal tersebut tergantung kepada tujuan yang ingin dicapainya.

Pencapaian hasil tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah self-efficacy. Siswa yang

memiliki self-efficacy tinggi akan sukses untuk memecahkan masalahyang

terlihat dari kinerja yang lebih besar dan bertahan lebih lama dibandingkan

siswa yang memiliki self-efficacy lebih rendah (Schunk dan Pajares,

2001:14).

Kenyataan yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa self-efficacy

yang dimiliki siswa sangat memprihatinkan.Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan di salah satu sekolah tempat pelaksanaan Praktek

Lapangan Kependidikan selama September-November 2014 terdapat

fenomena siswa sering mencontek ketika ulangan, baik ulangan harian

maupun ulangan akhir semester, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR)

yang diyakininya sulit, dan tidak mau menampilkan kompetensi dirinya

ketika diminta untuk menjelaskan atau menyelesaikan soal di depan kelas

dengan alasan tidak yakin mampu melakukannya.Kurangnya keyakinan

siswa tersebut berdampak pada rendahnya hasilbelajar yang mereka capai.


10

Kecemasan dan self-efficacy mempengaruhi hasil belajar siswa.,

termasuk hasil belajar matematika. Kecemasan yang tidak berlebihan

disertai dengan self-efficacyyang baik akan memndukung siswa dalam

upaya mencapai hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Kecemasan Matematika, Self-Efficacy Siswa Dalam

Pembelajaran Matematika dan Hasil Belajar Matematika Siswa.

B. Identifikasi Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika yang

diperoleh oleh siswa . Faktor-Faktor tesebut dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu: faktor internal seperti ketidaksiapan, kecemasan atau kekhawatiran

yang berlebihan terhadap pelajaran yang akan dihadapi di kelas merupakan

salah satu masalah yang mempengaruhi hasil belajar siswa termasuk hasil

belajar matematika, keadaan lingkungan belajar, model dan metode

pembelajaran dan kemampuan guru

C. Batasan Masalah

1. Kecemasan siswa yang berlebihan dalam belajar matematika

mempengaruhi hasil belajar matematika

2. Tingkat kepercayaan diri dan keyakinan siswa terhadap potensi dan

kemampuaanya relatif rendah, sehingga mudah menyerah dalam belajar

matematika
11

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

dijabarkan dalam pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat kecemasan matematika yang dimiliki siswa

kelas VII di MTsN Kamang

2. Bagaimana gambaran self-efficacyyang dimiliki siswa kelas VII di MTsN

Kamang dalam pembelajaran matematika?

3. Bagaimana gambaran hasil belajar matematika siswa kelas VII di MTsN

Kamang?

4. Apakah terdapat hubungan antara kecemasan matematika dengan hasil

belajar matematika siswa kelas VII di MTsN Kamang?

5. Apakah terdapat hubungan antara self-efficacydengan hasil belajar

matematika siswa VII di MTsN Kamang?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji secara

komprehensif tentang:

1. Gambaran tingkat kecemasan matematika yang dimiliki siswa VII di

MTsN Kamang

2. Gambaran self-efficacyyang dimiliki siswa VII di MTsN Kamang dalam

pembelajaran matematika

3. Gambaran hasil belajar matematika siswa VII di MTsN Kamang

4. Hubungan antara kecemasan matematika dengan hasil belajar matematika

siswa VII di MTsN Kamang


12

5. Hubungan antara self-efficacydengan hasil belajar matematika siswa VII di

MTsN Kamang

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman pada siswa tentang hubungan kecemasan

matematika dan self-efficacy terhadap hasil belajar matematika .

2. Melatih peneliti sebagai calon guru untuk mengidentifikasi kecemasan

matematika dan self-efficacy siswa dalam pembelajaran matematika

sebagai salah satu aspek yang perlu dipertimbangan dalam mendesain

pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai