1
dipakai dalam pembelajaran disesuaikan dengan KI yang ada,
dengan cara diskusi, ceramah dan kerja kelompok. akan tetapi
strategi pengelolaan peserta didik yang belum dapat
mengkontrol peserta didik di kelas dengan baik merupakan
faktor utama yang manjadikan pembelajaran kurang optimal”3
3
Hasil Wawancara Dengan Ibu Rabiatul Adhawiyah S. Ag, Selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di
MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 3 Desember 2017, 11:00 WIB
4
Hasil Wawancara Hendry Febriansyah, Selaku siswa kelas VIII B di MTs Silahul Ulum
Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 3 Desember 2017, 09:40 WIB
5
Hasil Wawancara M. Aziz Ulin Nuha Selaku siswa kelas VIII B di MTs Silahul Ulum
Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 3 Desember 2017, 10:00 WIB
2
Sedangkan mengenai manajemen kelas yang terjadi di MTs
Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati akan dipaparkan sebagaimana
berikut. Manajemen adalah upaya dan tindakan yang dilakukan oleh
guru untuk menciptakan suasana belajar dan pembelajaran yang
kundusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Pengertian ini
meliputi pengelolaan administrasi , sarana dan prasarana baik fisik
maupun non fisik. manajemen kelas Intervensi Minor adalah strategi
atau prosedur yang ketika diimplementasikan mengurangi
kecenderungan terjadinya perilaku yang tidak tepat atau menantang
dimasa depan. Serta salah satu bentuk penanggulangan masalah-
masalah mengenai perilaku peserta didik yang dialami oleh guru
didalam kelas.7
Mengintervensi dalam kasus masalah-masalah manajemen tidak
selalu mudah. Penelitian ini telah mengidentifikasi beberapa
karakteristik intervensi yang aktif. Karakteristik-karakteristik tersebut
memiliki tindakan-tindakan berikut ini:
1) Bring With It dan Overlapping, Jacob Kounin menyebut
keterampilan Bring With It dengan Whitness (Keikutsertaan). Guru
yang memiliki keterampilan ini mampu menengarai perilaku
menyimpang dengan cepat dan hampir selalu akurat dalam
mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab. Sedangkan
Overlapping adalah keterampilan guru yang mampu menengarai
peserta didik yang berbuat tidak semestinya dan menengarai secara
tidak mencolok sehingga pelajarannya tidak mengganggu.
Mendekati pelaku adalah salah satu taktik overlapping yang
digunakan pengelola kelas yang efektif. Meletakkan tangan
dipundak peserta didik yang sedang berbicara dengan teman
disebelahnya sambil melanjutkan instruksinya tentang cara
menyelesaikan sebuah proyek. Mengintegrasikan petanyaan yang
sengaja dilontarkan peserta didik untuk menunda instruksi atau
komentar kepada peserta didik.8
6
Hasil Wawancara Dengan Ibu Rabiatul Adhawiyah S. Ag, Selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di
MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 3 Desember 2017, 11:00 WIB
7
Donald R. Cruickshank, Et.al, Perilaku Mengajar, Salemba Humanika, Jakarta, 2014, hlm. 193
8
Richard I. Arends, Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2008, hlm. 195
3
2) Konsistensi dan tindak lanjut, Anda pasti sering mendengar
keharusan untuk konsistensi, sehingga tak jarang istilah ini
memiliki makna yang klise. Ketika seorang guru sedang mengajar
dan menemukan murid sedang menoleh kearah lawan lalu kembali
berkonsentrasi dengan pelajaran. Maka seorang guru yang withit
mengetahui apa yang sering terjadi, dapat membedakan antara dua
perilaku, dan mengetahui kapan harus mengintervensi.
3) Kecekatan, kejelasan dan ketegasan, Kejelasan menggambarkan
kecermatan komunikasi guru terhadap perilaku yang didinginkan
atau perilaku yang baik. Ketegasan berarti kemampuan untuk
mengkomunikasikan bahwa guru tersebut benar-benar ingin dan
berniat untuk menindaklanjuti komunikasinya dan memastikan
bahwa perilaku tersebut berhenti. Sementara kejelasan dan
ketegasan adalah dua sikap yang efektif, maka kekerasan yang
berisi ungkapan-ungkapan marah, frustasi atau perseteruan yang
gaduh adalah bentuk sikap yang tidak efektif.
4) Menjaga martabat peserta didik merupakan prinsip dasar
intervensi. Nada emosional anda ketika anda berinteraksi dengan
peserta didik akan mempengaruhi seberapa besar kepatuhan dan
sikap peserta didik terhadap anda. Teguran publik yang keras,
kecaman publik dan sarkasme dapat berpotensi mengurangi rasa
aman peserta didik, menimbulkan kesebalan dan mengurangi iklim
lingkungan pembelajaran yang produktif.9
9
David A. Jacobson, Metode-metode Pengajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hlm.66
4
bagaimana implementasinya saya kurang tahu, lebih jelasnya
tanya dengan guru mapel yang bersangkutan, tapi yang saya
ketahui bahwa manajemen kelas yang dilakukan guru
bersangkutan cukup berhasil mengubah psikologi belajar peserta
didik”. 10
Ulum Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 2 Desember 2017, 08:30 WIB
5
sedang berlangsung sudah cukup, akan tetapi jika tidak cukup
membantu maka saya melakukan grup pujian terhadap peserta
didik yang berperilaku benar. Maka peserta didik yang
melakukan perilaku menyimpang akan merasa bahwa dia sedang
melakukan hal yang salah. Saya berusaha agar peserta didik
sangat paham tentang materi maupun tugas yang saya berikan.
Jika salah satu peserta didik menunjukkan perilaku yang tidak
sesuai dengan tugas yang saya berikan maka saya memberikan
instruksi secara individu, akan tetapi jika mayoritas peserta didik
maka saya akan mengulangi instruksi untuk seisi kelas. Jika
pada tahap ini peserta didik masih saja melakukan perilaku yang
tidak semestinya maka pilihan terakhir adalah memberikan
hukuman berupa pilihan kepada peserta didik apakah dia mau
berperilaku sebagaimana mestinya atau meneruskan perilaku
tersebut dan menerima hukuman. Seperti ketika peserta didik
ramai sendiri di tempat duduknya saat mengerjakan tugas, maka
saya akan memberikan pilihan kepada peserta didik untuk tetap
tenang ditempat duduknya atau mengerjakan tugas ditempat
hukuman seperti di depan kelas. Tujuan saya disini untuk
menekankan tanggung jawab peserta didik demi perilakunya
sendiri. Serta menambah kepedulian kepada guru yang sedang
mengajar”.11
MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 3 Desember 2017, 11:00 WIB
6
“Mengenai perhatian peserta didik disini sangat bagus, selama
guru bisa mempertahankan situasi dan kondisi serta menarik
perhatian dan mengugah pikiran peserta didik maka mereka
akan menghargai apa yang telah guru lakukan”.12
12
Hasil Wawancara Dengan Ibu Rabiatul Adhawiyah S. Ag, Selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di
MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 3 Desember 2017, 11:00 WIB
13
Hasil Wawancara Dengan Ibu Rabiatul Adhawiyah S. Ag, Selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di
MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 3 Desember 2017, 11:00 WIB
7
asyik dengan dirinya sendiri sedangkan dari faktor eksernal yakni dari
suasana kelas serta masalah dari rumah yang dibawa kedalam kelas.
Hal ini sesuai dengan peryataan Ibu Rabiatul Adhawiyah S.Ag selaku
guru mata pelajaran Fiqih kelas VIII MTs Silahul Ulum Asempapan
Trangkil Pati Bahwa :
“Faktor yang menjadi penghambat dalam strategi manajemen
kelas ini meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berasal dari dalam diri peserta didik sendiri yakni dari
aspek fisiologis (kesehatan jasmani) dan psikologis (minat,
bakat dan motivasi) serta tidak memperhatikan dalam pelajaran
dan asyik dengan dirinya sendiri sedangkan dari faktor eksernal
yakni dari suasana kelas dan masalah dari rumah yang dibawa
kedalam kelas serta lingkungan peserta didik berasal”.14
14
Hasil Wawancara Dengan Ibu Rabiatul Adhawiyah S. Ag, Selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di
MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 3 Desember 2017, 11:00 WIB
15
Hasil Wawancara Dengan Bapak Salamun Aziz S.Pd.I , Selaku Wakakurikulum di MTs Silahul
Ulum Asempapan Trangkil Pati, dikutip tanggal 2 Desember 2017, 09:00 WIB
8
“Adapun Faktor Pendukungnya yaitu : dari keinginan peserta
didik untuk mengerti ilmu agama, sarana prasarana yang
mendukung, penyediaan media pembelajaran, pengaturan
pencahayaan dalam kelas serta motivasi guru untuk selalu
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam bidang
agama”.16
9
mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan
mendahayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien. keberhasilan dan tercapainya tujuan dalam proses penerapan
manajemen kelas dengan Intervensi Minor pada pembelajaran Fiqih di
MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati tentunya saling
berhubungan antara guru dan peserta didik.
Penerapan Manajemen Kelas dengan Intervensi Minor pada
pembelajaran Fiqih di MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati,
sebagaimana berikut :
Penerapan Manajemen kelas yang dilaksanakan disini
bermacam-macam Kondisi. Manajemen kelas Intervensi Minor disini
saya lakukan dengan cara mengidentifikasi keadaan peserta didik,
setelah itu baru menentukan program yang akan dilaksanakan, dalam
hal ini saya ikut serta, konsisten dan ketegasan dalam kegiatan peserta
didik. Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar ada peserta didik
yang tidak memperhatikan, bicara dengan temannya, maka saya akan
memperingatkan peserta didik secara langsung maupun tidak langsung
serta melalui pendekatan individu, ini ditunjukan agar dapat menjaga
martabat serta menambah etika kepedulian peserta didik terhadap guru
dan pembelajaran. Didalam pembelajaran fiqih dengan penerapan
manajemen kelas Intervensi Minor adapun langkah-langkahnya yakni
pertama saya menjelaskan materi yang bersangkutan secara runtut
kemudian ketika banyak yang tidak memperhatikan penjelasan saya,
kemudian saya mengintervensi melalui pertama yakni menggunakan
isyarat non-verbal dan meneruskan kegiatan yang sedang berlangsung
kemudian saya menggunakan kedekatan lalu menggabungkannya
dengan isyarat Non Verbal. Ketika saatnya untuk melakukan kegiatan
diskusi atau tugas kelompok saya menggunakan strategi kelompok
fokus untuk meminimalisir ketidaktanggung jawaban peserta didik
sebagai salah satu bagian dari kelompok. Kemudian jika keesokan
10
harinya perilaku tidak memperhatikan seperti diatas terulang kembali
maka hal pertama yang saya lakukan adalah mengarahkan lagi
perilaku, jika hanya satu atau dua peserta didik yang mengganggu
jalannya pembelajaran maka strategi meneruskan kegiatan yang
sedang berlangsung sudah cukup, akan tetapi jika tidak cukup
membantu maka saya melakukan grup pujian terhadap peserta didik
yang berperilaku benar. Maka peserta didik yang melakukan perilaku
menyimpang akan merasa bahwa dia sedang melakukan hal yang
salah. Saya berusaha agar peserta didik sangat paham tentang materi
maupun tugas yang saya berikan. Jika salah satu peserta didik
menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan tugas yang saya
berikan maka saya memberikan instruksi secara individu, akan tetapi
jika mayoritas peserta didik maka saya akan mengulangi instruksi
untuk seisi kelas. Jika pada tahap ini peserta didik masih saja
melakukan perilaku yang tidak semestinya maka pilihan terakhir
adalah memberikan hukuman berupa pilihan kepada peserta didik
apakah dia mau berperilaku sebagaimana mestinya atau meneruskan
perilaku tersebut dan menerima hukuman. Seperti ketika peserta didik
ramai sendiri di tempat duduknya saat mengerjakan tugas, maka saya
akan memberikan pilihan kepada peserta didik untuk tetap tenang
ditempat duduknya atau mengerjakan tugas ditempat hukuman seperti
di depan kelas. Tujuan saya disini untuk menekankan tanggung jawab
peserta didik demi perilakunya sendiri. Serta menambah kepedulian
kepada guru yang sedang mengajar.
Menurut analisa peneliti apa yang dilakukan oleh guru Fiqih di
MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati, sesuai dengan dengan
apa yang dimaksud dengan manajemen kelas yaitu upaya dan tindakan
yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar dan
pembelajaran yang kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
Pengertian ini meliputi pengelolaan administrasi, sarana prasarana
baik fisik maupun non fisik. Dan tujuan dari manajemen kelas juga
11
sudah terwujud dalam penerapan tersebut sebagaimana tujuan
manajemen kelas menurut Suharsimi Arikunto tujuan pegelolaan kelas
adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.18
18
Syarifuddin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Diadit Media, Jakarta, 2010, hlm. 192
12
mengikuti proses pembelajaran sehingga terciptanya kelas
yang proaktif
2) Lingkungan Kelas dan Sarana prasarana serta media
pembelajaran yang mendukung serta pengaturan kelas seperti
ventilasi udara yang baik sehingga peserta didik nyaman dan
terciptanya suasana kelas yang efektif dan efisien.
Lingkungan kelas memeiliki pengaruh yang kuat pada
perilaku, pembelajaran dan motivasi peserta didik.
lingkungan kelas memiliki dua elemen diantaranya yaitu :
Lingkungan Fisik dan Psikologis. Para guru dapat
memanipulasi dua elemen ini untuk meningkatkan
pembelajaran dan memperbaiki perilaku. Lingkungan fisik
mencakup aspek-aspek dari kelas yang terpisah dari orang-
orang yang berada didalamnya. Bentuk dan ukuran ruangan,
pengeturan tempat guru, dan lokasi serta ketersediaan
peralatan dan material adalah aspek utama dalam lingkungan
fisik. Sebaliknya lingkungan psikologis hanya dirasakan oleh
orang yang berada dalam situasi kelas tersebut lingkungan
psikologis kadang mengacu pada iklim kelas yaitu mencakup
nuansa emosional didalam kelas dan tingkat kenyamanan
yang peserta didik rasakan dengan guru, tugas belajar dan
satu sama lain sebagai kelompok sosial.19
3) Berbagai macam motivasi yang mendorong peserta didik
untuk tetap semangat belajar dalam bidang agama.
Motivasi belajar merupakan usaha-usaha untuk menyediakan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut ini
adalah beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya
motivasi belajar aktif pada diri peserta didik, yaitu: a)
Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi
positif. b) Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan
19
Donald R. Cruickshank, Et.al, Perilaku Mengajar, Salemba Humanika, Jakarta, 2014, hlm. 167
13
pembelajaran. c) Tersedia sumber belajar, fasilitas dan
lingkungan yang mendukung. d) Adanya prinsip pengakuan
penuh atas pribadi setiap peserta didik. e) Adanya konsistensi
dalam penerpan aturan atau perlakuan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar. f) Adanya pemberian penguatan
dalam kegiatan belajar mengajar. g) Jenis kegiatan menarik,
menyenangakan, dan menantang. h) Penilaian hasil belajar
dilakukan dengan serius, teliti dan terbuka.
Dengan adanya motivasi tersebut diharapkan perhatian
peserta didik memusat pada pendidik sehingga penerapan
manajemen kelas dengan Intervensi Minor pada
Pembelajaran Fiqih di MTs Silahul Ulum Asempapan
Trangkil Pati bisa berjalan dengan lancar. Maka dengan
konsentrasi peserta didik yang kembali bisa membuat
penyerapan materi oleh peserta didik menjadi optimal
sehingga terciptanya situasi kelas yang kondusif.
b. Faktor Penghambat
Kesuksesan dan tercapainya tujuan dalam proses
Manajemen Kelas dengan Intervensi Minor pada pembelajaran
Fiqih di MTs Silahul Ulum Asempapan Trangkil Pati tentunya
mendapat dukungan dari berbagai faktor-faktor yang manunjang
lancarnya kegiatan belajar mengajar. Disisi lain, kesuksesan
memerlukan perjuangan yang berat untuk meraihnya, termasuk
dalam kegiatan pengelolaan peserta didik dan kelas. Adapun
faktor yang menghambat sebagai berikut :
1) Lokasi
Keadaan tempat berlangsung proses pelajaran sangat
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Oleh karena itu proses berlangsungnya pembelajaran
memerlukan lingkungan yang kondusif yaitu suatu
lingkungan yang aman dan nyaman, sehingga proses
14
pembelajaran tidak terganggu. Dalam proses interaksi belajar
mengajar lingkungan dikelompokkan menjadi dua yakni
lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Adapun
yang dimaksud lingkungan alami yakni lingkungan
lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha
didalamnya, seperti udara yag sehat, suasana kelas yang
tenang. adapun lingkungan sosial budaya yang dimaksud
seperti : sistem peraturan sekolah, pergaulan dengan teman
sebaya, dengan para guru dan staf.20
Lokasi MTs Silahul Ulum Asempapan Pati berada di
pinggir jalan raya, dalam praktiknya memang ketika pertama
kali merasa terganggu dengan adanya lalu lalang kendaraan
yang melintas. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya hal ini
memang mengganggu dalam kegiatan pembelajaran. akan
tetapi hal ini dapat disiasati dengan pembelajaran yang
menyenangkan sehingga peserta didik teralihkan dan dapat
fokus dalam menerima pelajaran.
2) Lingkungan
Menurut analisis peneliti, lingkungan keluarga
mempengaruhi peserta didik dalam kedisiplinan belajar
peserta didik, salah satunya orang tua yang menjadi figur dan
cerminan bagi anaknya. Apa yang diperbuat dan dicontohkan
orang tua pada anaknya itulah yang akan ditiru. Kebiasaan
orang tua dalam beribadah seperti sholat, membaca Al-Quran
dan memberikan keteladanan yang baik sudah banyak
berkurang. Karena waktunya telah habis untuk mencari
materi. Akan tetapi bagaimanapun juga, sesibuk apapun
orang tua harus meluangkan waktu untuk memberikan
perhatian dan bimbingan serta keteladanan yang baik bagi
20
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, jakarta, 2002, hlm. 143-145
15
anaknya. Orang tua juga harus berupaya untuk menciptakan
rumah tangga yang nyaman dan tentram , sehingga anak
dapat dengan mudah untuk diarahkan pada hal-hal yang
positif. dalam keteladanan orang tua harus memberikan
contoh langsung tentang bagaimana kehidupan muslim
sehari-hari seperti shalat pada waktunya, kejujuran, empati
dan sebagainya.
Jadi orang tua harusnya menampilkan tauladan yang
baik bagi anak-anaknya dalam setiap tindak-tanduknya harus
mencerminkan nilai-nilai islami. Karena pendidikan yang
pertama dan utama adalah pendidikan keluarga.
Menurut analisis peneliti, keadaan lingkungan peserta
didik yang berada diantara percampuran budaya lokal dan
kekota-kotaan, sehingga peserta didik tertarik untuk mencoba
meniru budaya-budaya yang baru meskipun tidak cocok
dengan budaya masyarakat lokal setempat.
3) Peserta didik
Faktor penghambat peserta didik meliputi aspek
fisiologis dan Psikologis. Aspek fisiologis (kondisi jasmani
peserta didik) diantaranya Pertama, karena sakit. siswa yang
sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf
sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang
diterima melalui inderanya terhambat. Sarafnya akan
bertambah lemah sehingga ia akan tidak dapat masuk se
kolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal
jauh dalam pelajarannya. Kedua, kurang sehat. anak yang
kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia
mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang
dan pikiran terganggu. Karena hal-hal ini penerimaan respon
pelajarn berkurang, syaraf otak tidak mampu bekerja secara
optimal memproses bahan pelajaran melalaui indranya.
16
Sedangkan dari aspek psikologis, diantaranya : bakat,
minat dan motivasi. Bakat adalah potensi atau kecakapan
dasar yang dibawa sejak lahir, setiap individu mempunyai
bakat yang berbeda-beda. Jadi seorang akan mudah
mempelajari sesuatu jika sesuai dengan bakatnya. Apabila
seorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari
bakatnya ia akan cepat bosan dan mudah putus asa. Hal ini
akan tampak pada anak yang menunjukkan sikap disruptif
dalam pembelajaran. Minat. tidak adanya minat siswa pada
pembelajaran juga sangat mempengaruhi dalam suksesnya
pengelolaan siswa karena sikap penarkan diri dari pelajaran
yang sangat dikhawatirkan jika tidak adanya minat dari
dalam diri siswa. Motivasi, motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasinya akan semakin besar pula kesuksesan belajarnya.
Menurut analisis peneliti, pada umumnya peserta didik
lebih senang bermalas-malasan, berperilaku disruptif untuk
mencari perhatian dari guru dibandingkan belajar.
Karena seperti yang dikemuukakan oleh Albert dan
kawan kawannya mengenai peserta didik berperilaku
disruptif biasanya dengan tujuan memenuhi empat kebutuhan
dasar, pertama karena siswa Mencari perhatian, peserta didik
seperti ini memerlukan perhatian lebih dan ingin menjadi
pusat perhatian. Mereka mengganggu para guru dan
menghibur teman-temannya dengan membuat kebisingan,
menggunakan bahas koyol, dan menyebabkan interupsi
selama pelajaran. Kedua, Mencari kekuasaan. peserta didik
ini ingin menguasai dan ingin semua hal yang dilakukan
sesuai dengan cara mereka. Untuk memperlihatkan kepada
guru dan teman-teman sekelasnya bahwa “kamu tidak dapat
mendorong menjauh “mereka menolak untuk menuruti
17
peraturan atau hanya meminta dan cenderung menantang dan
berargumentasi dengan orang lain. Ketiga, Mencari balas
dendam. Perilaku salah ini sering kali muncul sebagai respon
dari perjuangan mendapatkan kekuasaannya sebelumnya,
dimana siswa merasa malu, dipermalukan atau terancam
dengan tanpa penghargaan didepan teman sepermainannya.
Para siswa yang mencari balas dendam mungkin mengancam
bahaya fisik atau melakukan balas dendam secara langsung
dengan merusak, memecahkan atau merusak properti.
Keempat, Mencari isolasi. Siswa-siswa ini mencoba
menghindari kegagalan. Mereka merasa tidak adekuat dan
percaya mereka bisa hidup sendiri, dengan keluarganya atau
harapan guru. Mereka menunda, berpura-pura memiliki
ketidakmampuan dan mengumpulkan pekerjaan kelompok
yang belum lengkap berharap semua orang akan
meninggalkannya sendiri, sehingga mereaka tidak perlu
menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak melakukan yang
terbaik sesuai dengan potensi mereka. Sayangnya jika mereka
ditinggalkan sendiri malah akan menguatkan perasaan tidak
adekuat.21
Berdasarkan deskripsi faktor penghambat diatas dalam
kegiatan proses manajemen kelas Intervensi Minor maka dapat
peneliti analisis bahwa perilaku disruptif pada siswa dengan
empat alasan diantaranya mencari perhatian, Mencari
Kekuasaan, Mencari balas dendam, Mencari isolasi dalam proses
pembelajaran fiqih manjadi faktor penghambat yang menyita
waktu guru untuk mengoptimalkan pembelajaran. untuk itu guru
yang mengampu pelajaran fiqih merasa kurang maksimal dalam
mengalola peserta didik.
21
Donald R. Cruickshank, Et.al, Perilaku Mengajar, OP. Cit., hlm. 190
18