Anda di halaman 1dari 11

ODONTEKTOMI

Oleh :

Dian Permata Pratama


40617044

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
A. Alat dan Bahan
1. Masker
2. Handscoon
3. Alas dada
4. Alat diagnostik
5. Povidone iodine 10%
6. Spuit injeksi 3cc
7. Pehacaine
8. Tampon
9. Cotton roll
10. Cotton pellet
11. Larutan saline
12. Bein
13. Blade no 11 dan 15
14. Handel scalpel
15. Rasparatorium
16. Bur tulang
17. Bone file
18. Handpiece
19. Tang
20. Pinset cirugis
21. Klem bengkok
22. Gunting
23. Kuret
24. Needle holder
25. Needle
26. Benang nylon

B. PERSIAPAN ODONTEKTOMI

1. Persiapan, meliputi persiapan mental, jasmani dan rohani

2. Kondisi pasien harus dalam kedaan sehat, tidak capek, serta tidak ada keluhan nyeri.

3. Penerapan prinsip sterilisasi, instrumentasi

C. Prosedur Tindakan
1. Pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang.
2. Melakukan inform concent.
3. Melakukan universal precaution. Operator menggunakan masker dan handscoon.
4. Pasien menggunakan alas dada.
5. Asepsis pada daerah kerja menggunakan povidone iodine 10%.
6. Anastesi pada daerah yang akan dilakukan flap menggunakan cairan pehacaine. Cek k
eberhasilan anastesi.
7. Membuat flap dengan menggunakan scalpel no 11 dan 15.
8. Pisahkan mukosa dan tulang menggunakan rasparatorium.
9. Pengambilan tulang dengan menggunakan bur tulang berbentuk round maupun fissure.
10. Pengambilan gigi menggunakan tang. Pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan
emembuang sedikit tulang.
11. Untuk pengambilan gigi impaksi peru dilakukan pembelahan gigi terlebih dahulu.
12. Kemudian gigi diambil menggunakan tang.
13. Kuret pada daerah pencabutan dan lakukan irigasi dengan menggunakan larutan salin
e.
14. Kembalikan flap sesuai dengan keadaan semula, lakukan suturing menggunakan nee
dle, benang nylon, yang dipegang menggunakan needle holder dengan Teknik simple int
errupted.

D. INSTRUKSI PASCA ODONTEKTOMI

Adapun hal-hal yang wajib diinstruksikan pada pasien setelah menjalani prosedur bedah adal

ah sebagai berikut :

- Terangkan pada pasien bahwa proses penyembuhan bergantung dari ketaatan pasien dal

am melaksanakan instruksi pasca bedah. Terangkan pula bahwa kondisi yang biasa terjad

i pasca pembedahan yakni rasa sakit, perdarahan, dan pembengkakan

- Instruksi meminum obat > instruksikan pasien untuk rutin meminum obat yang telah di

resepkan

- Tidak menghisap-hisap daerah luka > instruksikan pasien agar tidak menghisap-hisap

daerah luka karena akan menghambat terjadinya proses penyembuhan. Instruksikan pula

untuk tidak sering membuang ludah maupun mengunyah permen karet


- Istirahat > Setelah pembedahan, pasien harus beristirahat dan tidak melakukan pekerjaa

n berat 1-2 hari.

- Rasa sakit > rasa sakit dan tidak nyaman mencapai puncaknya pada waktu kembalinya s

ensasi. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, instruksikan untuk meminum analgetik yan

g telah diresepkan setiap 4 jam bila perlu.

- Perdarahan > perdarahan ringan biasa terjadi pada 24 jam pertama. Perdarahan paling b

aik dikontrol dengan menggunakan penekanan. Ingatkan pasien untuk menggigit tampon/

kasa.

- Pembengkakan > pembengkakan mencapai puncaknya kurang lebih 24 jam sesudah pe

mbedahan. Ini sering terjadi sampai 1 minggu. Bila terjadi pembengkakan, pasien diinstr

uksikan untuk kompres dingin (kantung es) pada daerah wajah di dekat daerah yang diop

erasi

- Makan dan minum > instruksikan pasien untuk makan makanan yang lunak-lunak dan

dingin (ice cream, pudding, yogurt, milk, cold soup, orange juice).Hindari makanan kera

s dan makan satu sisi dahulu.

- Posisi Tidur > Instruksikan pasien untuk tidur dengan kepala agak dinaikkan yaitu deng

an diganjal dengan 1 atau 2 bantal tambahan. Ini dapat mengurangi/mengontrol pembeng

kakan.

- Oral Hygiene > lakukan sikat gigi seperti biasa namun tidak menyikat dengan tekanan y

ang berlebih pada daerah yang dioperasi. Gunakan obat kumur mengandung antiseptik se

lama 24 jam pertama hingga 3-4 hari kemudian.

- Medikasi > berikan antibiotik, analgesik-anti inflamasi.


E. TAHAP KONTROL

1. Instruksikan pasien untuk kembali kontrol kondisi ekstra oral dan intra oral 3 hari post

odontektomi. Tanyakan apa ada keluhan pasca operasi.

2. Jahitan dibuka 1 minggu post odontektomi. Dilakukan pemeriksaa kembali dengan tel

iti meliputi penutupan luka dan keberadaan bekuan darah. Biasanya pasien akan datan

g dengan kedaan OHIS yang buruk disebabkan kurangnya pembersihan mekanis pada

daerah tersebut karena adanya rasa sakit, sehingga diinstruksikan untuk menggunakan

obat kumur

3. Pasien diinstruksikan kembali untuk kontrol kedua 2 minggu post odontektomi. Anam

nesa dan tanyakan apakah ada keluhan.

LANDASAN TEORI ODONTEKTOMI


A. Definisi
Odontektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat
dilakukan dengan cara ektraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang impaksi atau
tertanam dibawah tulang atau mukosa.

B. Indikasi Odontektomi
1. Perikoronitis merupakan peradangan pada jaringan lunak yang terjadi pada gigi yang
erupsi tidak sempurna.
2. Adanya impaksi gigi yang terlihat mendesak gigi molar kedua.
3. Bila terjadi infeksi (focur selulitis)
4. Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah sakit.
5. Akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan prothesa
6. Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi karena erupsi yang terlambat dan
abnormla, serta mencegah berkembangnya folikel menjadi keadaan yang patologis ( kista
odontogenik dan neoplasia)
C. Kontraindikasi odontogenik
1. Pasien yang tidak menghendaki gigi nya dicabut.
2. Kemungkinan menyebabkan gigi terdekat rusak atau struktur lainnya
3. Penderita usia lanjut
4. Kondisi fisik atay mental terganggu.
D. Faktor Penyulit Tindakan Odontektomi
1. Lengkung akar yang abnormal.
2. Gigi mengalami ankylosis dan hypersementosis
3. Gigi yang terletak pada zona yang dalam.
4. Ketebalan tulang yang ekstrim
5. Akses yang sulit ke daerah oprasi seperti ketidakmampuan pasien membuka mulut yang
lebar, lidah yang besar, penderita sensitif terhadap benda asing yang masuk ke rongga
mulut.
E. Komplikasi pasca bedah odontektomi
1. Terjadi pembengkakan.
2. Terjadi perdarahan sekunder
3. Terjadi dry socket
4. Infeksi pada jaringan lunak ataupun tulang.
5. Adanya memar pada jaringan lunak ekstraoral.
6. Terjadi trismus.
7. Terdapat luka didaerah sudut leher.
F. Klasifikasi Impaksi
Faktor yang memengaruhi tingkat kesulitan pembedahan impaksi gigi molar ketiga rah
ang bawah antara lain bentuk dan posisi gigi impaksi, variabel operatif (teknik pembedahan d
an pengalaman operator) dan variabel demografi (usia, jenis kelamin, etnis dan indeks massa
tubuh). Aspek bentuk dan posisi gigi impaksi dan jaringan sekitarnya dalam sebuah klasifikas
i impaksi gigi mengevaluasi beberapa faktor meliputi, kedalaman gigi molar ketiga didalam t
ulang rahang, angulasi dan inklinasi gigi molar ketiga dan bentuk akar dan hubungannya den
gan mandibular kanal. Berbagai klasifikasi telah diajukan sejak 1926 hingga 2019.
1. Winter (1926). Winter menjelaskan tiga garis imajiner, WAR lines yang digambarka
n pada radiograf periapikal yaitu garis White, AmberdanRed.White line ditarik sepanjang okl
usal gigi molar kesatu dan molar kedua dan berakhir di atas molar ketiga. Garis pertama ini di
gunakan untuk menilai inklinasi aksial pada gigi impaksi. Garis kedua Amber lineberjalan se
panjang puncak tulang alveolar di antara gigi molar kesatu dan kedua memanjang hingga dist
al sepanjang linea oblik interna. Garis ini mengindikasikan batas tulang alveolar yang meliput
i gigi setelah dilakukan flap. Garis terakhir atau red lineditarik tegak lurus dari white line mel
ewati red linehingga titik aplikasi penempatan elevator. Ketiga garis tersebut ditunjukkan pad
a ilustrasi radiograf. Red line digunakan untuk mengukur kedalaman gigi impaksi di dalam tu
lang rahang jika red line 5 mm atau lebih, pencabutan molar ketiga termasuk klasifikasi sulit
dan diindikasikan menggunakan anestesi umum.

Angulasi mahkota gigi molar ketiga dipaparkan oleh Winter pada tahun 1926 terdapat b
erbagai posisi spasial yang terdiri dari vertikal, mesioangular, distoangular dan horizontal.
2. Pell dan Gregory (1933) .
Klasifikasi Pell dan Gregory telah digunakan secara luas pada textbook, jurnal dan pra
ktek klinis dengan penilaian gigi molar ketiga berdasarkan dua faktor. Faktor pertama adalah
kedalaman relatif gigi molar ketiga yang terdiri atas kelas A dengan bidang oklusal gigi impa
ksi dalam posisi yang sama dengan bidang oklusal gigi molar kedua, kelas B ketika bidang ok
lusal gigi impaksi berada di antara bidang oklusal dan garis servikal gigi molar kedua, dan kel
as C apabila bidang oklusal gigi impaksi dalam posisi di bawah garis servikal gigi molar kedu
a. Faktor yang kedua adalah hubungan ramus dan ruangan yang tersedia yang terbagi menjadi
kelas I yakni jarak cukup, kelas II apabila jarak kurang dan Sebagian gigi terpendam di dalam
tulang, serta kelas III ketika tidak ada ruang sama sekali dan gigi sepenuhnya terletak di dala
m tulang.
Daftar Pustaka
Gordon W. Pedersen, D. D.S., M.S.D. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. EGC :
Jakarta
Lita Ambar Y. 2020. Klasifikasi impaksi gigi molar ketiga melalui pemeriksaan radio
grafi sebagai penunjang odontektomi. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial In
donesia; 4(1); 1-5 | DOI: 10.32793/jrdi.v4i1.467
Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR., Contemporary oral and maxillofacial sur
gery. Elsevier : India, 2004.

Anda mungkin juga menyukai