Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOLOGI ABNORMAL

ANALISIS KASUS PERILAKU ABNORMAL

DISUSUN OLEH:

PUTRI NABILLA
15518656
3PA88

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2020
JUDUL JURNAL

Gangguan Mood Episode Depresi Sedang

GAMBARAN KASUS

Pasien Tn. Tz,63 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian
rapi dan perawatan diri baik. Datang ke poliklinik RS jiwa Lampung dengan
keluhan susah tidur ini sudah dirasakan pasien sejak 2,5 bulan sebelum datang ke
RS jiwa. Pasien mengatakan bahwa awalnya masih dapat tidur, namun terbangun
saat malam hari dan tidak dapat tidur lagi. Hal ini terjadi karena pada malam hari
pasien selalu memikirkan istri pasien yang sudah meninggal 1 tahun yang lalu.

Selain itu, pasien juga merasa kurang bersemangat untuk beraktivitas karena
pasien merasa lemas, mudah lelah, tidak berenergi dan pasien merasa kesal
terhadap diri sendiri karena tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, pasien
merasa bahwa hidupnya sudah tidak seperti dulu. Dahulu pasien merupakan orang
yang aktif bersosialisasi dengan lingkungan namun sekarang pasien sudah
menarik diri dari lingkungan kerena kurang percaya diri dan malas beraktivitas.
Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan sejak istrinya meninggal dan
kepercayaan diri pasien berkurang ditunjukan dengan sikap pesimis pasien
terhadap penyakitnya yang membuat pasien akan cepat menyusul istrinya. Pasien
menyangkal bahwa pasien kehilangan kosentrasi dan pelupa. Pasien mengatakan
tidak pernah mendengar suara-suara yang membisikan pasien yang tidak dapat
didengar orang lain, atau melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain.
Pasien mengatakan tidak pernah minum alkohol, narkoba namun pasien pernah
merokok. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi namun memiliki diabetes
melitus yang baru diketahui saat berobat ke dokter spesialis penyakit dalam 2
bulan yang lalu dan sekarang masih menjalani pengobatan.

Usia pasien pada masa kanak-kanak tidak diketahui. Usia saat remaja tidak
diketahui. Riwayat pendidikan terakhir SD, riwayat pernikahan menikah sekali
dan mempunyai 5 orang anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Riwayat kehidupan
keluarga pasien merupakan anak keenam dari 12 bersaudara. Pada kehidupan
keluarga pasien, sekarang pasien memiliki enam orang anak, anak kedua pasien
seorang perempuan menghilang pada tahun 2000 hingga sekarang. Anak kelima
pasien sudah meninggal pada usia 6 tahun karena penyakit jantung. Anak keempat
pasien pernah menggunakan narkoba pada tahun 2013 sudah selesai mengalami
rehabilitasi. Pada tahun 2013 akhir istri pasien meninggal dunia.

Pada status mental didapatkan: penampilan pasien sesuai usia, pakaian rapi, kuku
terpotong rapi, sikap kooperatif, kontak mata dengan pemeriksa baik, normoaktif,
pembicaraan spontan, lancar, intonasi sedang volume cukup kualitas dan kuantitas
baik, artikulasi jelas. Mood hipothymia, afek terbatas, appropriate, serasi, empati
dapat dirasakan. Proses pikir yaitu bentuk pikir realistik, produktivitas spontan,
kontinuitas relevan, koheren, hendaya berbahasa tidak ada. Isi pikiran waham
tidak ada, halusinasi tidak ada, ilusi tidak ada. Daya konsentrasi, daya ingat dan
orientasi baik, abstraksi baik, penilaian terhadap realita baik dan tilikan derajat
tiga.

Pasien ditatalaksana dengan psikofarmaka yaitu fluoxentin 20 mg 1x½ tab pagi


hari, dan lorazepam 2 mg 1x½ tab malam hari. Psikoterapi suportif dan
psikoterapi edukasi dilakukan pada pasien dan keluarga pasien.

HASIL ANALISIS

Pasien atau subjek pada kasus ini mengeluhkan kesulitan tidur sejak 2,5 bulan
sebelum datang ke rumah sakit. Pasien mengatakan hal ini terjadi karena pasien
memikirkan istrinya yang telah meninggal satu tahun yang lalu. Selain itu, pasien
juga merasa kurang bersemangat untuk beraktivitas karena merasa lemas, mudah
lelah, dan tidak berenergi. Pasien pun merasa kesal terhadap diri sendiri karena
tidak bisa aktif bersosialisasi di lingkungan seperti biasa. Pasien juga mengalami
penurunan nafsu makan sejak istrinya meninggal dan kepercayaan diri yang
berkurang dengan menunjukkan sikap pesimis pasien terhadap penyakitnya yang
membuat pasien akan cepat menyusul istrinya. Dari gejala-gejala yang pasien
sebutkan, semuanya termasuk dalam kriteria gejala major depressive episode atau
gangguan mood episode. Hal ini karena pasien mengalami 7 dari 9 gejala major
depressive episode menurut DSM-V dan telah berlangsung lebih dari 2 minggu.
Berikut 9 gejala major depressive episode menurut DSM-V:

1. Suasana hati tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti
yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya, merasa sedih, kosong,
putus asa) atau pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya,
tampak menangis).
(Catatan: Pada anak-anak dan remaja, mood bisa mudah tersinggung.)
2. Menurunnya minat atau kesenangan dalam semua, atau hampir semua,
aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang
ditunjukkan oleh laporan subjektif atau observasi).
3. Penurunan berat badan yang signifikan bila tidak berdiet atau penambahan
berat badan (mis., Perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan),
atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
(Catatan: Pada anak-anak, pertimbangkan kegagalan untuk mencapai
kenaikan berat badan yang diharapkan.)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau keterbelakangan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati
oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif gelisah atau menjadi
lambat).
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak
pantas (yang mungkin delusi) hampir setiap hari (bukan hanya
menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah karena sakit).
8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau keraguan,
hampir setiap hari (baik secara subjektif atau seperti yang diamati oleh
orang lain).
9. Pemikiran berulang tentang kematian (tidak hanya takut mati), keinginan
bunuh diri yang berulang tanpa rencana tertentu, atau percobaan bunuh
diri atau rencana khusus untuk bunuh diri.

Dari 9 gejala diatas, pasien mengalami gejala pada poin 1, 2, 3, 4, 6, 7, dan 9.


Untuk poin 1 memang tidak disebutkan oleh pasien, namun dari penyebab
insomnia pasien, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kesedihan karena
kehilangan istrinya. Sementara, untuk poin 9 pasien memang tidak memiliki
keinginan untuk bunuh diri, namun pasien memiliki sikap pesimis terhadap
penyakitnya yang dapat membuatnya menyusul istrinya dapat dimasukkan dalam
kriteria gejala pada poin 9. Seorang individu dapat dikatakan mengalami major
depressive episode jika individu tersebut setidaknya mengalami 5 atau lebih dari 9
gejala selama 2 minggu yang sama dan setidaknya satu dari gejala tersebut yaitu,
suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat dan kesenangan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami major depressive episode atau gangguan
mood episode.

Dalam jurnal, dijelaskan bahwa pasien mengalami gangguan mood episode


depresi sedang karena memenuhi 2 gejala utama dan 5 gejala tambahan depresi
menurut PPDGJ III. Dimana untuk depresi ringan harus memenuhi 2 dari 3 gejala
utama, sekurang-kurangnya 2 dari 7 gejala tambahan dan masih dapat melakukan
pekerjaan. Untuk depresi sedang harus memenuhi 2 dari 3 gejala utama, sekurang-
kurangnya 3 atau 4 dari 7 gejala tambahan dan kesulitan nyata dalam melakukan
pekerjaan dan kegiatan. Terakhir, untuk depresi berat harus memenuhi 3 dari 3
gejala utama, sekurang-kurangnya 4 dari gejala tambahan dan sudah tidak
memungkinkan melakukan aktivitas seperti biasa. Berikut kriteria gejala dalam
mendiagnosis depresi menurut PPDGJ III:

 3 Gejala Utama
1. Afek depresi
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
Lelah
 7 Gejala Tambahan
1. Kosentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang
Pada pasien, 2 gejala utama yang dirasakan adalah hilangnya minat untuk
beraktivitas dan merasa mudah lelah serta kehilangan energi. Sedangkan untuk 5
gejala tambahan yang dirasakan pasien adalah kurang percaya diri, pesimistis,
sulit tidur, nafsu makan berkurang, dan merasa tidak berguna. Pasien juga
mengaku jika tidak bisa beraktivitas seperti biasa atau kesulitan beraktivitas
karena kurang bersemangat dan kurang percaya diri.

Untuk treatment, dijelaskan bahwa pasien diberikan terapi intervensi psikososial


dan psikofarmakologi. Terapi psikososial yang diberikan berupa psikoterapi
edukasi dan suportif yang dilakukan pada pasien dan keluarga. Pada psikoedukasi,
pasien diajarkan tentang bagaimana penyakitnya, cara pengobatannya, tanda dan
gejala kemungkinan kambuh kembali, dan memberitahu pasien pentingnya
pengobatan sebelum penyakit kambuh lagi atau memburuk. Dalam kasus ini,
pasien perlu melakukan kegiatan atau meningkatkan aktivitas, serta menghindari
melamun. Karena prognosis pada pasien adalah dubia ad bonam dimana episode
depesi sedang dapat disembuhkan, diperlukan support atau dukungan keluarga
serta kemauan yang tinggi pada diri pasien. Untuk terapi psikofarmakologi
diberikan fluoxetin 20 mg 1x½ tab. Alasan penggunaan fluoxetine (Antidepresan
Golongan Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)) adalah karena secara
umum SSRI merupakan lini pertama pada pengobatan depresi, obat ini berkerja
dengan menghambat pengambilan serotonin secara spesifik. Dari
penelitian yang telah dilakukan setelah penggunaan fluoxentin selama 8 minggu
pada penderita gangguan depresi usia tua memperoleh hasil pengobatan yang
baik, hal tersebut dibuktikan dengan melihat tingkat aktivasi otak yang
menggambarkan emosi seorang penderita depresi yang sudah normal sama dengan
kontrol yang sehat dengan usia tua. Selain itu, diberikan juga lorazepam 2 mg
1x½ tab pada malam hari, obat ini merupakan obat golongan benzodiazepin, obat
penenang atau obat untuk anxietas. Obat ini memiliki efek samping sedasi atau
rasa mengantuk. Menurut penelitian meta-analisis yang dilakukan, pemberian
benzodiazepin dikombinasikan dengan antidepresan dapat membantu dalam
perbaikan khususnya bagi penderita yang mengalami kecemasan dan sulit tidur.
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of


Mental Disorder Edition “DSM-5”. Washington DC: American Psychiatric
Publishing.

Ninaprilia, Z., Rohmani, C. F. (2015). Gangguan mood episode depresi sedang.


Medical Profession Journal Of Lampung, 4, 182-187.

Anda mungkin juga menyukai