Anda di halaman 1dari 19

Analisis Kebijakan Salsabila Putri Refia - 1706052624

Stevan Adika - 1706052630


Toko Tani Indonesia (TTI) Syarif Amr Hasyemi - 1706052643
Pendahuluan

• Indonesia menempati peringkat 8 di dunia dalam ukuran lahan


agrikultur (CIA, 2011).
• Jumlah profesi petani justru menurun dari tahun 1991 sebanyak
54% (dari total pekerja) menjadi 31% pada tahun 2017 (World
Bank, 2018).
• Penurunan tersebut disebabkan karena banyaknya generasi
muda yang lebih memilih alih profesi karena profesi petani
dianggap tidak menjanjikan untuk ke depannya.
(Republika.co.id, 23 Agustus 2017).
Pendahuluan

• Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan


petani adalah keberadaan tengkulak “nakal” dan disertai fluktuasi
harga pangan.
• Menurut Menteri Pertanian, hingga saat ini pihak yang paling
diuntungkan dalam industri pertanian bukanlah petani melainkan
tengkulak (Republika.co.id, 5 Juli 2017).
Pendahuluan

• Fluktuasi harga dapat merugikan konsumen dan produsen.


Untuk itu, perlu adanya usaha penstabilan harga.
• Panjangnya rantai distribusi produk pertanian menghasilkan
biaya lebih, sehingga harga akhir produk tersebut akan lebih
mahal.
• Adanya sebuah inovasi atau peraturan yang dapat
mempersingkat rantai produksi tersebut akan sangat membantu.
• Untuk itu, muncul program Toko Tani Indonesia (TTI) yang
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani,
menstabilkan harga, serta memangkas rantai produksi.
Metode Penelitian

• Menggunakan metode campuran: kualitatif dan kuantitatif.


• Indikator maupun tujuan dari TTI sendiri ada yang bersifat
kualitatif, dan ada yang bersifat kuantitatif.
Deskripsi Kebijakan

• Berakar pada Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia


(Kepmentan RI) dengan nomor 06/KPTS/RC.110/J/01/2017
tentang Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Pangan
Masyarakat Tahun 2017.
• Kebijakan ini diputuskan dalam rangka melakukan inovasi baru
dalam menetapkan harga komoditas di setiap daerah, agar tidak
berfluktuasi terus-menerus.
Deskripsi Kebijakan

PUPM
• Pemerintah mendukung proses stabilisasi komoditas dan bahan-
bahan pangan.
• Pemerintah memberikan akses yang mudah kepada masyarakat
terkait dengan harga yang sesuai dan juga mengenai
ketersediaan pangan di daerah.
• Pemerintah membantu petani dengan cara menyerap produk
pertanian nasional dengan harga yang sesuai
• Dilaksanakan melalui bantuan Lembaga Usaha Pangan
Masyarakat (LUPM).
Penetapan Agenda

• Permintaan atas bahan pangan terus meningkat, sedangkan


jumlah petani terus menurun akibat belum ada jaminan
kesejahteraan yang layak bagi mereka.
• Naiknya harga pangan tidak berdampak bagi para petani akibat
ulah tengkulak-tengkulak “nakal”.
• Panjangnya rantai distribusi pangan menyebabkan harga pangan
juga meningkat.
Formulasi dan Legitimasi Kebijakan

Memiliki payung hukum:


1. UU 18/2012 tentang Pangan.
2. UU 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
3. UU 7/2004 tentang Perdagangan.
Formulasi dan Legitimasi Kebijakan

Indikator kesuksesan: terdapat 898 LUPM dan 2.000 TTI


di Indonesia

Tujuan kebijakan PUPM dalam bentuk TTI:


1. menjaga harga di tingkat produsen;
2. memotong rantai pasok;
3. menekan harga di tingkat konsumen;
4. mengurangi keuntungan middle-man; dan
5. mengubah struktur pasar.
Pelaksanaan Kebijakan

• Mempersingkat rantai distribusi → produk (output) cenderung


lebih murah.
• Mengikuti harga jual minimum ketika membeli produk pangan
dari petani.
• LUPM langsung mendistribusikan produk yang dibeli dari petani
ke TTI untuk dibeli oleh masyarakat (konsumen terakhir).
Pelaksanaan Kebijakan

• Harga beras pada 14 November 2018 sekitar Rp8.800,00/kg,


sementara di pasaran, beras dengan kualitas setara dijual dengan
harga Rp12.000,00-Rp15.000,00/kg.
(okezone.com, 14 November 2018).
• Harga tiap komoditas berubah setiap hari, dan dapat diketahui
oleh konsumen melalui laman infopasartani.com.
• Memiliki keterbukaan informasi mengenai volume beli dan jual
yang dapat diakses di laman tti.pertanian.go.id.
Evaluasi

• Belum ditemukan dokumen tersendiri terkait evaluasi program TTI.

• Ada keterbukaan informasi → tti.pertanian.go.id, isinya:


1. harga jual/beli; 3. jumlah LUPM;
2. volume penjualan/pembelian; 4. jumlah TTI, dsb.

• Keterbukaan informasi → memberikan kesempatan masyarakat


untuk “mengevaluasi” pencapaian program TTI.
Simpulan

• Profesi petani terus menurun, sementara tingkat permintaan


produk pangan terus meningkat.
• Adanya tengkulak “nakal”, fluktuasi harga, dan panjangnya rantai
distribusi menjadi alasan rendahnya tingkat kesejahteraan petani
dan tingginya harga pangan di pasaran.
• Untuk itu, lahirnya kebijakan TTI yang bertujuan untuk:
1. menjaga harga di tingkat produsen;
2. memotong rantai pasok;
3. menekan harga di tingkat konsumen;
4. mengurangi keuntungan middle-man; dan
5. mengubah struktur pasar.
Simpulan

• Indikator kesuksesan: terdapat 898 LUPM dan 2.000 TTI.

• Dikutip dari detik.com (14 November 2018), terdapat 1.399 unit


LUPM dan 3.655 unit TTI yang tersebar di 31 provinsi di
Indonesia.
Saran

• Merinci kembali potensi pengangguran yang muncul akibat


keberadaan TTI: apakah mereka punya kemampuan untuk alih
profesi, dan apakah ada solusi dari pemerintah untuk menangani
pengangguran tersebut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai