Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah


kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw untuk dijadikan
sebagai pedoman hidup. Petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat
menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai kitab bidayah sepanjang
zaman, al-Qur’an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai
masalah, baik informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan
sebagainya.

Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan


keluwesan isi kandungan al-Qur’an tersebut. Informasi yang diberikan
itu merupakan dasar-dasarnya saja, dan manusia lah yang akan
menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks al-Qur’an
menjadi lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-
persoalan kemanusiaan dan kehidupan modern.

Al-Quran juga merupakan kitab suci agama islam untuk seluruh


umat muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu
penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar
angkasa akibat kiamat besar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Al-Quran ?
2. Bagaimana kedudukan Al-Quran dalam agama Islam ?
3. Apakah fungsi Al-Quran ?
4. Apa saja pokok-pokok yang terdapat dalam kandungan Al-
Quran ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi Al-Quran.
2. Untuk mengetahui kedudukan Al-Quran dalam agama Islam.
3. Untuk mengetahui fungsi Al-Quran.
4. Untuk mengetahui apa saja pokok-pokok yang terdapat
dalam kandungan Al-Quran.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Al-Quran

Secara harfiah, Al-Qur’am berasal dari bahasa Arab yang artinya


bacaan atau himpunan. Al-Qur’an berarti bacaan, karena merupakan
kitab yang wajib dibaca dan dipelajari, dan berarti himpunan karena
merupakan himpunan firman-firman Allah SWT (wahyu).

Menurut istilah, Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang berisi
firman-firman Allah SWT yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada
rasul/nabi terakhir Nabi Muhammad SAW, yang membacanya adalah
ibadah.

Al-Qur’an memiliki beberapa  nama, seperti Al-Kitab Allah SWT


( lihat Q.S Al-Baqarah, 2:2) , Al-Furqan yang artinya pembeda antara
benar dan salah (Q.S Al-Furqan 25:1 ), Az-Zikr yang berarti peringatan
(Q.S Al-Hijr, 15:9), dan At-Tanzil yang artinya diturunkan (Q.S Asy-
Syu’ara, 26:192).

B. Kedudukan Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai kitab Allah menempati posisi sebagai sumber


pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam, baik yamg mengatur
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia
dengan alam.

Dalil naqli bahwa Al-Qur;an merupakan sumber hukum Islam yang


pertama dan utama antara lain Q.S. An-Nisa, 4:59, Q.S. An-Nisa,
4:105. dan hadis.

Hadis yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber


hukum Islam yang pertama dan utama adalah hadis riwayat Tirmizi
dan Abu Daud yang berisi dialog, antara Rasulullah dengan
sahabatnya Mu’az bin Jabal, gubernur Yaman, sebagaimana sudah
dikemukakan terdahulu.

Ulum Al-Quran atau Ilmu Tafsir ini selain terkait dengan tugas
utama kerasulann Nabi Muhammad, yakni menjelaskan Al-Quran,
atau membacakan dan menjelaskan ayat-ayat Al-Quran kepada umat
manusia, juga karena ilmu ini secara langsung berkaitan dengan
membahas Al-Quran yang merupakan sumber utama ajaran Islam,
3

kalam Allah Yang Paling Mulia yang berfungsi sebagai hudanklil


muttaqin (petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa), al-syifa’ (obat
penawar jiwa), yukhrijukum min al-dzulumat ila al-nur ( mengeluarkan
manusia dari kegelapan ke alam terang benderang), rahmat lil alamin
(menjadi rahmat bagi seluruh alam), allafa bain qulubikum fa
asbahtum bini’matihi ikhwana (menytukan hati umat manusia dan
menjadikannya dengan perantaraan nikmatnya menjadi bersaudara),
dan sebagainya.

Dengan beberapa alasan tersebut dapat diketahui, bahwa Ulum Al-


Quran atau Ulum al-Tafsir merupakan ilmu yang paling tinggi
kedudukannya di antara ilmu-ilmu keislaman yang lainnya, ilmu yang
paling tua usianya, dan ilmu yang paling dibutuhkan oleh ilmu-ilmu
lainnya. Atas dasar pertimbangan inlah, maka penyebutan Ulum Al-
Quran atau Ulum al-Tafsir dalam buku ini cukup beralasan, dan jauh
lebih masuk akal jika dibandingkan dengan buku Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspek karangan Harun Nasution yang menyebutkan Aspek
Ibadah, Latihan Spiritual dan Ajaran Moral sebagai bidang ilmu yang
pertama disebutkan dalam bukunya ini.

Penetapan Ulum Al-Quran atau Ulum al-Tafsir sebagai ilmu yang


paling mulia dan berada dalam urutan pertama tersebut didukung oleh
pendapat para ulama sebagai berikut

Pertama, Imam Ash-Syirbashi mengatakan sebagai berikut:


“Kedudukan tafsir sangat tergantung pada materi/ masalah yang
ditafsirkan Al-Quran sebagai materi tafsir jelas mempunyai kedudukan
sangat mulia, sebab ia adalah Kitabullah Azza wa Jalla. Adapun
kitabullah itu merupakan “cahaya”, “makanan”, “obat”, “penangkal
derita”, dan sekaligus juga adalah kunci kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.

Kedua, Ath-Thabari berpendapat sebagai berikut: “Kitab suci


tersebut, yaitu Al-Quran, merupakan tanda yang jelas dan memuat
keterangan yang gambling guna membedakan umat Muhammad dari
para pendusta, atau dari kaum yang mengingkari Allah atau dari
mereka yang kafir dan musyrik. Seandainya semua jin dan manusia di
seluruh penjuru bumi dikumpulkan, kemudian kepada mereka diminta
membuat sebuah ayat saja seperti yang termaktub dalam Al-Quran,
niscaya mereka tidak akan sanggup, walaupun mereka bekerja sama,
saling membantu, dan tolong-menolong.
4

Ketiga, Imam Az-Zarkasyi dalam kitab al-Burhan, berpendapat:


“Perbuatan terbaik yang dilakukan oleh akal serta kemampuan berpikit
tinggi adalah kegiatan untuk mengungkapkan rahasia yang
terkandung dalam Wahyu ilahi dan menyingkapkan pentakwilannya
yang benar berdasarkan pengertian yang kukuh dan tepat. Aktivitas
demikian itu merupakan usaha menjaga keselamatan dan keutuhan
Al-Quran sebagai nikmat Allah SWT yang wajib dipertahankan
sebagai dalil-dalil kebenaran yang masuk akal dan tak dapat
disangkal. Quran adalah penawar hati yang resah, merupakan hokum
yang adil untuk memecahkan berbagai soal yang meragukan.

Keempat, Jalaluddin al-Suyuthi dalam al-Itqan fi Ulum Al-Quran


mengemukakan tiga alas an tingginya ilmu tafsir

1. Bidang yang menjadi objek ilmu tersebut adalah Kala Ilahi, sumber
segala hikmah dan keutamaan. Di dalamnya terdapat berita
tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada masa silam dan yang
akan dating. Selain itu, terhimpun pula berbagai aturan yang
berlaku untuk kebaikan manusia. Sekalipun banyak pengulangan di
dalamnya, namun tidak menjemukan dan keajaibannya tidak akan
pernah habis.
2. Tujuannya yang mendorong manusia supaya berpegang teguh
pada Al-Quran dalam usahanya mencapai kebahagiaan sejati yang
keka abadi.
3. Dilhat dari kebutuhan mendesak pun jelaslah, bahwa
kesempurnaan mengenai bermacam soal agama maupun soal-soal
dunia, baik untuk kehidupan di dunia saat ini ataupun di akhirat
nanti; semuanya itu membutuhkan ilmu syariat dan pengetahuan
mengenai seluk-beluk agama. Itu sangat bergantung pada ilmu
pengetahuan tentang kitabulah, Al-Quran al-Karim.

C. Fungsi Al-Qur’an

1. Al-Qur’an berfungsi sebgai petunjuk atau pedoman bagi umat


manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.

2. Sebagai rahmat atau bentuk kasih sayang dari Allah bagi umat
manusia.

3. Sumber pokok ajaran islam


5

Fungsi Al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan


diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam. Adapun
isi/kandungan Al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran islam dapat
dibagi menjadi 3 pembahasan yaitu:

- Akidah (keimanan)

- Ibadah

- Prinsip-prinsip syariat yang meliputi pembahasan tentang


manusia, sosial, ekonomi, musyawarah, hukum perkawinan, hukum
waris, hukum perdana, dan hukum antar bangsa.

4. Sebagai mukzijat Nabi Muhammad SAW

Turunnya Al-Qur’an merupakan mukzijat terbesar yang Allah


karuniakan kepada Nabi Muhammad SAW.

5. Sebagai pemisah

Al-Quran merupakan ugeran yang membedakan atau memisahkan


antara yang hak dan yang batil atau antara yang benar dengan yang
salah.

6. Mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu


si dlam Al-Quran telah dijelaskan mengenai kisah-kisah umat
terdahulu. baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah
maupun mereka yang menentang ajarannya

7. Al-Qur’an berfungsi sebagai penyembuh penyakit hati

Penyakit hati seperti takabur, serakah, dzolim, dan dengki dapat


merusak keimanan seseorang dan apabila seseorang telah rusak atau
sampai hilang keimanannya, maka manusia itu jahatnya dapat
melebihi binatang. akan tetapi di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan
petunjuk-petunjuk yang bisa menyembuhkan penyakit hati tersebut.

8. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya yakni Taurat,


Zabur, dan Injil.

D. Pokok-Pokok Kandungan Al-Quran

Dalam memahami pokok-pokok kandungan alqur’an terjadi


perbedaan pendapat menurut Mahmud Syaltut membagi menjadi dua
bagian;
6

a). Akidah yaitu ajaran-ajaran yang mengatur sistem keyakinan


seorang muslim.

b). Syariah adalah doktrin yang mengatur berbagai perbuatan


manusia, baik dalam konteks hubungan ketuhanan, kekerabatan,
maupun sosial.

Menurut penulis buku alqur’an yang diterbitkan pokja UIN Sunan


Kalijaga Yogyakarta pembagian tersebut masih terlalu global masih
ada dimensi-dimensi yang lain seperti akhlak,sejarah dsb.

A.    Akidah (tauhid)

Akidah merupakan inti kandungan alqur’an yang berasal dari kata


aqada -ya’qidu-aqdan-aqidatan’ yang berarti simpul, ikatan, perjanjian
dan kokoh. Setelah kata tersebut menjadi aqidah berarti keyakinan.

Secara terminologis menurut Hasan al Banna akidah adalah


beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati,
mendatangkan ketenangan jiwa menjadi keyakinan yang tidak
tercampur dengan keragu-raguan sedikitpun.

Sedangkan menurut Abu Bakar Jabir al Jai’iri akidah adalah


sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (baca:bersifat
aksiomatik) oleh manusia,berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran tersebut dipatrikan oleh manusia dalam hati serta diyakini
kebenaran dan kaberadaannya secara pasti, segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran tersebut ditolak.

Adapun ruang lingkup pembahasan akidah meliputi;

a. Ilahiyyat adalah sesuatu yang berhubungan dengan Allah Swt


seperti wujud Allah, nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-Nya.
Karena Allah tidak tampak (ghaib) oleh manusia, maka untuk
sekedar mandapat gambaran atau pengertian di berikanlah
sifat-sifat Allah Swt dalam al qur’an. Meskipun tetap harus
dicatat bahwa segala sesuatu yang terbayang di benak
7

kita,sesungguhnya bukanlah Allah.Sebab allah tak dapat


dibayangkan. Sesuai dengan firman Allah QS.al-Syuro ayat 11 “
tidak ada sesuatupun yang serupa dengannya”

Diantara sifat Allah yang disebut dalam al qur’an adalah Rabb yang
berarti mendidik, memelihara, yang memiliki. Kata tersebut disebut
dalam al qur’an sebanyak 967 kali. Dan masih banyak lagi sifat-sifat
Allah sebagaimana terumuskan dalam asma’ul husna yang berjumlah
99 yang kesemuannya menggambarkan kesempurnaan sifat-sifat
Allah.

b.  Nubuwwat adalah hal-hal yang berkaitan dengan  nabi dan


rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab allah dan
sebagainya. Nabi yang disebut secara tegas dalam al qur’an
berjumlah dua puluh lima. Sedangkan kitab Allah ada empat:
Zabur,Taurat,Injil,Al qur’an. Al qur,an merupakan kitab Allah
yang akan menjadi petunjuk bagi umat manusia dan
kemurniannya akan tetap terjaga sampai hari kiamat nanti.Ada
shuhuf-shuhuf yang diturunkan kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahimdan juga Nabi Isa.

c. Ruhaniyyat yaitu pembahasan tentang alam ghaib seperti


tentang malaikat, jin, iblis dsb.

d.  Sam’iyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang bisa


di ketahui dengan as-sama’(pendengaran berdasarkan dalil
naqli yaitu al qur’an dan hadis)  seperti pembahasan tentang
surga neraka dsb

Untuk  mengajarkan tauhid Allah mengutus nabi dan rasul untuk


menyampaikan ajaran tauhid kepada umat manusia mulai dari Nabi
Adam sampai Nabi Muhammad sesuai dengan firman-Nya QS an-
nahl:36 dan al-ahzab:40.

Ayat al qur’an yang membicarakan tauhid sebanyak 96 ayat.


8

B. SYARIAH

Berasal dari kata syir’ah atau syari’ah yang berarti jalan yang jelas.
Dalam arti luas berarti seluruh ajaran islam yang berupa norma-norma
agama agar ditaati baik secara individu maupun kolektif. Syariah
dalam arti luas identik dengan ad-din yang berlaku umat-umat nabi
terdahulu. Allah berfirman:

Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah


diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa apa yang telah kami wahyukan
kepadamu dan apa telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu:tegakkanlah agaama dan janganlah kamu berpecah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu
seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
di kehndaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) –Nya orang
yang kembali (kepada-Nya). (QS al-syura:13)

Dalam arti sempit syariah atau orang menyebut dengan istilah fiqh
yakni hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum syarak mengatur
tingkah laku manusia meliputi ibadah, muamalah, uqbah

Ibadah berfungsi sebagai manifestasi manusia bersyukur kepada


Allah dan berfungsi sebagai realisasi dan konsekuensi manusia atas
kepercayaan terhadap tuhan YME. Ayat yang membicarakan tentang
syariah sebanyak 35 ayat.

Akkhlak dalam percakapan sehari-hari istilah akhlak (Arab: akhlaq)


sering disamakan begitu saja dengan istilah lain seperti perangai,
karakter, unggah-ungguh (Jawa), sopan santun, etika dan moral.
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab khulq berarti
tabiah dan watak. Secara terminologi Ibnu Miskawaih akhlaq suatu
kondisi jiwa yang menyebabkan ia bertindak tanpa memerlukan
pikiran dan pertimbangan yang mendalam. Hal ini disebabkan karena
seseorang telah membiasakan perilaku tersebut.
9

Menurut Al Ghazali akhlak adalah sebuah kondisi mental yang


tertanam kuat dalam jiwa, yang dirinya lalu muncul perbuatan
(perilaku) dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Dari dua definisi tersebut, jelas bahwa akhlak
sebenarnya berasal dari kondisi mental yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang, yang melahirkan perilaku baik. Disebabkan ia
telah membiasakannya, sehingga ketika akan melakukan perbuatan
tersebut ia tidak perlu lagi memikirkannya, seolah perbuatan tersebut
telah menjadi geraak reflek jika perbuatan yang dilakukkan itu baik,
maka disebut dengan istilah akhlakul karimah (akhlak yang mulia).
Sebaliknya bila perbuatan yang muncul dari seseorang itu buruk atau
jahat, maka disebut dengan akhlakul madzmumah (akhlak yang
tercela). Pengertian akhlak dan moral sebenarnya secara substansial
tidak terlalu ada perbedaan. Sebab keduanya mengacu pada masalah
perbuatan baik dan buruk. Oleh karenanya, sebagian ahli menyebut
bahwa akhlak adalah konsep moral dalam islam. Jadi, objek formal
dalam kajian akhlak adalah tentang perilaku baik dan buruk. Ajaran-
ajaran moral tersebut dalam islam banyak yang bersumber dari Al-
qur’an sebanyak 16 ayat dan hadis nabi. Rasulullah S.A.W. telah
memberikan petuah-petuah dan keteladanan sekaligus kepada
umatnya untuk berahlak mulia. Sebab itulah salah satu misi
utamanya, berdasarkan hadis shahih Nabi Muhammad diutus kedunia
tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak. Diriwayatkan dari
abu Hurairah, Nabi S.A.W. bersabda: “ sesungguhnya aku diutus
kedunia untuk menyempurnakan akhlak manusia” (H.R. Bukhari, Abu
Dawud dan Hakim). Sebagian orang memang menyamakan begitu
saja antara istilah akhlak dan etika. Padahal berbeda jika akhlak
sebagai konsep moral dalam islam adalah ajaran-ajaran bagaimana
seseorang bertindak dalam kehidupan ini, agar menjadi orang baik.

Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Etika berbicara


tentang mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu atau
10

bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertangguangjawab


berhadapan dengan berbagai ajaran moral atau akhlak. Dengan kata
lain, etika adalah filsafat moralnya atau filsafat akhlak sedangkan
akhlak adalah ajaran-ajaran moralnya, tentang hal yang baik dan yang
buruk. Pendek kata, etika lebih bersifat teoritis filosofis sedangkan
akhlak lebih bersifat prktis aplikatif.

Proses-proses pembentukan akhlak antara lain:

a)      Melalui keteladanan (qudwah, uswah)

b)      Melalui taklim (pengajaran)

c)      Pembiasaan (ta’wid)

d)     Pemberian motivasi (targhib)

e)      Pemberian ancaman dan sanksi hukum (tarhib)

Ajaran akhlak pada prinsipnya merupakan ajaran yang memberikan


tuntunan kepada kita tentang bagaimana hidup kita ini menjadi lebih
baik dan bermakna.

Manfaat mengamalkan akhlak, baik bagi diri sendiri maupun orang


lain:

a)   Melahirkan keluhuran moral berupa kesalehan ritual kepada


Allah dan kesalehan sosial terhadap sesama manusia.

b)   Menjadikan hidup ini lebih baik.

c)  Muraqabah dan makrifatullah dalam pengertian bahwa seseorang


akan merasa bahwa seluruh amal perbuatannya berada dalam
pengawasan Allah.

d) Mahabbah fillah (cinta kepada Allah).  Dengan dasar cinta, maka


semangat ibadah akan menggelora, semangat berkorban untuk
orang lainpun tak pernah padam.

C.     Sejarah (kisah-kisah Al-Qur’an)


11

Kisah-kisah Al-qur’an sering disebut dengan qashasul Qur’an. Al-


Qur’an lebih banyak berbicara tentang kisah ketimbang ayat-ayat
yang berbicara tentang hukum karena memberikan isyarat bahwa Al-
Qur’an sangat perhatian terhadap masalah kisah yang mengandung
banyak ibrah (pelajaran). Allah S.W.T. berfirman: “ sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
orang yang beriman. (Q.S. Yusuf: 111).

Manna al-Khalil al-Qathan mendifinisikan kisah Al-Qur’an adalah


pemberitaaan Al-Qur’an tentang hal ikhwal umat-umat dulu dan para
nabi, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi secara empiris. Dan
sesungguhnya Al-Qur’an banyak memuat peristiwa-peristiwa masa
lalu, sejarah umat-umat terdahulu, negara, perkampungan dan
mengisahkan setiap kaum dengan cara shuratan nathiqah artinya
seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri yang
menyaksikan peristiwa itu.

Adapun tujuan kisah Al-Qur’an untuk memberikan pengertian


tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan
ibrah untuk memperkokoh keimanan dan membimbing kearah
perbuatan yang lebih baik dan benar.

Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dikelompokan menjadi tiga:

A Kisah para nabi, yang memuat dakwah mereka kepada kaumnya,


mukjizat-mukjizat sikap para penentang dsb.

b) Kisah-kisah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian umat


terdahulu dan tentang orang-orang yang tidak dapat dipastikan
kennabiannya, seperti kisah Thalut, Jalut, Ashabul Kahfi,
Zulkarnain dsb.
12

c)   Kisah-kisah yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang


terjadi di zaman Rasulullah seperti perang badar, Uhud dll.

 Adapun unsur-unsur kisah dalam al-Qur’an:

a) Pelaku (al-syaksy). Dalam al-Qur’an para aktor bukan hanya


manusia tetapi juga malaikat, jin, hewan seperti, semut dan
burung hud-hud.

b)  Peristiwa (al- haditsah). Unsur peristiwa ini merupakan unsur


pokok dalam suatu kisah, sebab tidak mungkin, suatu kisah tanpa
ada peristiwanya. Para ahli membaginya menjadi tiga yaitu: a)
peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan
campur tangan qadha dan qadar Allah dalam suatu kisah seperti
kisah kaum dulu yang mendustakan rasul, mereka meminta tanda
bukti kebenaran lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka
tetap mendustakannya maka turunlah azab. b)  peristiwa yang
dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai bukti
kebenaran para rasul-Nya. c) peristiwa biasa yang dilakukan oleh
orana-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik dan buruk, baik
seorang rasul atau manusia biasa.

c) Percakapan(hiwar). Biasnya percakapan ini terdapat pada kisah


yang banyak pelakunya, seperti kisah  Nabi Yusuf, kisah Musa,
kisah Adam dsb. Isi percakapan dalam al-Qur’an umumnya soal
agama, tauhid,kemanusiaan para rasul dsb.Dalam hal ini al-
Qur’an menempuh model percakapan langsung. Jadi al-Qur’an
menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.

Tujuan dan fungsi kisah-kisah dalam al-Qur’an:

a) Untuk menunjukkan bukti kerasulan Muhammad saw.sebab beliau


tidak pernah belejar umat terdahulu, tetapi beliau tahu tidak lain
berasal dari al-Qur’an.
13

b) Untuk dijadikan uswah hasanah dengan mencontoh akhlak para


nabi dan orang-orang saleh yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

c) Untuk mengokohkan hati Nabi Muhammad dan umatnya dalam


beragama islam dan menguatkan kepercayaan orang-orang
mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan hancurnya
kebatilan. (QS 11:120)

d) Mengungkapkan kebohongan ahli kitab yang telah


menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni.

e) Untuk menarik perhatian para pendengar dan menggugah


kesadaran diri mereka melalui penutura kisah.

f) Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah agama allah, yaitu inti ajaran


para rasul Allah adalah tauhid.

Di dalam ayat al- Qur’an yang membicarakan kisah- kisah


sebanyak 132 ayat.

D.    Iptek

Al-Qur’an juga mengandung informasi tentang masalah ilmu


pengetahuan, paling tidak ada isyarat ilmu pengetahuan, ada sekian
kebenaran ilmiah yang dipaparkan oleh Al-Qur’an , tetapi tujuan
pemaparan ayat-ayat tersebut untuk menunjukkan kebesaran Tuhan
dan keesaan-Nya, serta mendorong manusia untuk mengadakan
observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan
kepercayaan kepadaNya.

Mengenai hal ini, Mahmud Syaltut mengatakan dalam tafsirnya:


“Sesungguhnya Tuhan tidak menurunkan di al-Qur’an untuk menjadi
satu kitab yang menerangkan kepada manusia mengenai teori-teori
ilmiah, problem-problem seni serta aneka warna pengetahuan.

Sebagai contoh di dalam asbabun nuzul di terangkan pada suatu


hari datang seorang kepada Rasul yang bertanya:” Mengapa bulan
kelihatan kecil bagaikan benang, kemudian membesar sampai
14

menjadi bulan purnama? Lalu Rasulullah mengembalikan jawaban


pertanyaan itu kepada Allah yang berfirman: Mereka bertanya
kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah “Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji, dan bukanlah
kebajikan itu ialah kebajikanmemasuki rumah-rumahdari belakangnya.
Akan tetapi kebajikan ialah kebajikan itu ialah kebajikan bagi orang-
orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah- rumah itu dari
pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”(QS.
Al-baqarah:189)

Jawaban al-Qur’an bukanlah jawaban ilmiah tetapi sesuai dengan


tujuan pokoknya. Tiada pertentangan antara al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan.Memahami hubungan al-Qur’an

Lebih lanjut, berkaitan dengan adanya informasi atau isyarat-isyarat


tentang iptek dalam al-Qur’an, perkembangan corak penafsiran al-
Qur’an rupanya juga dipengaruhi oleh perkembangan dunia ilmu
pengetahuan. Ini terbukti  dengan adanya corak penafsiran ilmiah
(scientific exegesis) yang dilandasi oleh asumsi bahwa al-Qur’an
mengandung berbagai informasi baik tentang agama maupun ilmu
pengetahuan. Al-Qur’an merupakan kitab yang tak untuk orang-orang
pada abad ke-7M tetapi untuk masyarakat modern bahkan untuk
masyarakat yang akan datang, ini menunjukkan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan.

Hal ini kemudian mendorong sarjana muslim (baca mufassir) untuk


menggeluti ilmu pengetahuan, juga melakukan kajian ayat-ayat
kauniyah. Mereka yang berbasis ilmu-ilmu kealaman (al-ulum al
thabaiyyat) dan juga sains  modern rupanya ingin membuktikan
kemukjizatan al-Qur’an ditinjau dari sains modern.(baca: al i’jaz
al-‘ilmi).

       Menurut sejarah penafsiran al-Qur’an bercorak ilmiah dimulai sejak


dinasti abbasiyah, ketika dunia islam berada di masa keemasan
15

dimana islam memimpin peradaban dunia. Salah satu faktor nya


karena ingin berinteraksi dengan dunia luar sebagai akibat dari
gerakan penterjamahan dunia luar.

 Menurut George Sarton sebagaimana dikutip AJ Arberry pernah


menulis bahwa sejak paruh abad ke-8 hingga akhir abad ke-11 M.
Bahasa arab merupakan bahasa ilmiah, satu-satunya bahasa ilmiah,
satu-satunya bahasa progresif yang dimiliki umat manusia, banyak
tokoh-tokoh islam yang tidak ada tandingannya di barat seperti: Al-
Kindi,Al-Razi dll. Abad kejayaan sains dalam dunia islam terjadi
sekitar tahun 750-1100 M.

 Ketika itu, dunia islam telah memberikan kontribusi yang luar biasa
kepada sains termasuk matematika dan kedokteran. Kita masih ingat
ketika Nil Amstrong berhasi naik ke bulan sebagian sarjana mslim
dengan penuh semangat mengutip ayat 33 surat al-Rahman yang
artinya “Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan”

Di dalam al-Qur’an banyak ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya


seperti: antropologi,biologi,astronomi,kedokteran,matematika dll.

Filsafat

  Menurut Bertrand Russel, fisafat merupakan jenis pengetahuan


yang memberikan kesatuan dan sistem ilmu pengetahuan melalui
pengujian kritis terhadap dasar-dasar keputusan, prasangka-
prasangka dan kepercayaan. Hal ini, karena pemikiran filsafat karena
bersifat radikal (mengakar) yang mencoba memberikan jawaban
menyeluruh dari A sampai Z,mencari yang sedalam-dalamnya
sehingga dimensi fisik dan teknik.

Sebagaimana ditulis Muhammad Yusuf Musa, karakter dasar al-


Qur’an itu adalah mengajak manusia berfilsafat. Seandainya alQur’an
16

itu hanya berbicara tentang tasyri’ dan akhlak, niscaya ia tidak  akan
melahirkan pergolakan pemikiran filosofis. Bukti bahwa al-Qur’an
mengajak berfilsafat  antara lain mengajak berdebat dengan
masyarakat Arab yang ketika itu sudah memliki tradisi,pemikiran dan
budaya. Dan al-Qur’an menunjukkan kesalahan-kesalahan apa yang
selama ini mereka yakini, terutama tentang konsep ketuhanan
mereka.

Nabi Muhammad adalah seorang filsof karena sangat cerdas dan


telah mampu berpikir radikal (mendasar) karena filsafat mengajarkan
berpikir mendasar. Nabi Muhammad menyembah berhala bukan
menyembah Allah ini bukti nyata bahwa beliau telah berpikir filosofis.

Setelah nabi melakukan perenungan dan mulai berdakwah beliau


ternyata berhasil merubah sistem pemikiran ketuhanan masyarakat
yang tadinya syirik menjadi menyembah Allah berhenti karna nabi
seorang yang cerdas.Namun sayang, sebagian orang menganggap
bahwa apa saja yang di ucapkan nabi adalah wahyu Tuhan dengan
argumen yang artinya:” Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat, (QS.an-Najm 3-5).

Ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang filsafat yang artinya:”


Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:”Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?”tentu mereka akan
menjawab:”Allah”. Katakanlah:”Segala puji bagi Allah”; tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman:25).           QS
Az-Zumar:33 , QS Taghabun:3, QS at- Thalaq:12 juga berbicara
tentang filsafat.
17
18

DAFTAR PUSTAKA

1. http://mellsarahwindy.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-
kedudukan-dan-fungsi-al-quran.html
2. http://ihdybeck.blogspot.co.id/2014/12/al-hadits-pengertian-
kedudukan-fungsi.html
3. https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/pokok-pokok-
kandungan-al-quran/
4. https://mihwanuddin.wordpress.com/2011/01/06/pengertiankeduduk
andan-fungsi-al-qur%E2%80%99an-hadis-dan-ijtihad/
5. https://roelwie.wordpress.com/isi-kandungan-alquran/
6. http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-sejarah-dan-pokok-
isi-kandungan-al-quran-alquran-pengetahuan-agama-islam.html
7. http://gadogadozaman.blogspot.co.id/2016/03/pokok-pokok-
kandungan-al-quran.html

Anda mungkin juga menyukai