Anda di halaman 1dari 4

Figo Alsistani (11190930000054)

Annisa Rosdiyana (11190930000059)


M Ridho Alghifari (11190930000062)

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasa Arab, kata alam dan ilmu mempunyai akar huruf yang sama:
`ain-lam-mim1. Alam semesta beserta isinya merupakan ciptaan Allah, dan dari sana lah
manusia mendapatkan berbagai macam ilmu seperti yang kita tahu sekarang. Di dalam Al
Quran juga, Allah memerintahkan manusia untuk melakukan ​tadabbur terhadap alam
semesta dan mencari ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan Allah. Tanpa ilmu pengetahuan, hal
tersebut sangat sulit dilakukan. Maka, ilmu pengetahuan sejatinya tidak dapat dipisahkan dari
Islam. Pada dasarnya, Islam mengandung ajaran yang absolut, sudah umum dipandang
bersifat statis, dan dengan demikian tidak sejalan bahkan bertentangan antara agama yang
bersifat statis dan ilmu pengetahuan yang bersifat dinamis2. Pandangan seperti itu seringkali
kita jumpai di zaman sekarang. Padahal, kita tahu sekarang banyak penemuan-penemuan
yang mengatasnamakan sains dan teknologi, yang jika kita cek Al Quran, itu semua sudah
dituliskan 1400 tahun yang lalu. Seperti, identitas pada sidik jari, perihal dua laut yang tidak
bercampur, tiga tahapan perkembangan bayi pada rahim, dan masih banyak lagi3. Hal ini
seharusnya dapat membantah pandangan tersebut. Penekanan lain untuk menepikan
pandangan tersebut di antaranya jika kita melihat jauh ke belakang, nama-nama seperti Ibnu
Sina, Al Khawarizmi, dan Ibn Al Khaitam merupakan ilmuan-ilmuan hebat, dirujuk sampai
sekarang, dan Islam. Lantas, bagaimana sebenarnya Islam memandang ilmu pengetahuan?
Dan apa pengaruh temuan-temuan sains terhadap Islam?

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perspektif Islam terhadap ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana pengaruh temuan sains terhadap perubahan Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami bagaimana perspektif islam terhadap ilmu pengetahuan.
2. Untuk memahami pengaruh temuan sains terhadap perubahan islam.

PEMBAHASAN
Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang
sungguh-sungguh (​ijtihad​) dari para ilmuan muslim (ulama/​mujtahid​) atas
persoalan-persoalan duniawi dan ​ukhrawi d​ engan bersumber kepada wahyu Allah4. Hal ini
dapat dikaitkan dengan wahyu yang pertama kali turun, yakni perintah untuk membaca.
Membaca sendiri dalam arti yang luas merupakan aktivitas utama dalam kegiatan ilmiah. Di
dalam Al Quran dijelaskan kedudukan orang berilmu dan beriman ditinggikan beberapa
derajat oleh Allah. Di dalam hadits juga, masalah ilmu disebutkan seperti “Barangsiapa
keluar rumah dalam rangka menuntut ilmu, maka ia selalu dalam jalan Allah sampai ia
kembali” (HR. Muslim). Penjelasan-penjelasan Al Quran dan hadis tersebut menunjukkan

1
Imam Zamroni Latief, “​Islam dan Ilmu Pengetahuan​”. Islamuna. Vol. 1 No. 2, Desember 2014, 152.
2
Baso Hasyim, “​Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains Terhadap Perubahan Islam)​”. Dakwah
Tabligh. Vol. 14 No. 1, Juni 2013, 128.
3
Harun Yahya, ​Al Quran dan Sains​. (Bandung: Dzikra, 2004), hlm. 79-110.
4
Mohammad Kosim, “​Ilmu Pengetahuan dalam Islam​ ​(Perspektif Filosofis-Historis)​”. Tadris. Vol. 3 No. 2,
2008, 122.
bahwa paradigma ilmu dalam Islam adalah ​teosentris5. Karena itu, dalam sejarah peradaban
Islam, ulama hidup rukun berdampingan dengan para ilmuwan.
Kita sering mendengar istilah epistemologi, yang membahas apa itu pengetahuan dan
bagaimana cara mendapatkannya. Terkait dengan pertanyaan pertama, epistemologi Islam
menjawab bahwa pengetahuan ilmiah adalah segala sesuatu yang bersumber dari alam fisik
dan non-fisik6. Keduanya diakui di dalam Islam, berbeda dengan Barat yang empiris atau
tidak mengakui alam non-fisik. Pada problema kedua, epistemologi Islam berpendapat bahwa
ilmu pengetahuan bisa dicapai melalui tiga elemen; indra, akal, dan hati7. Dalam kegiatan
ilmiah, indra digunakan untuk metode pengamatan atau observasi, akal untuk metode logis
atau demonstratif, sedangkan hati untuk metode intuitif. Berbeda dengan barat, yang hanya
menggunakan indra (empirisme) dan akal (rasionalisme), sedangkan hati tidak digunakan.
Hal ini menyebabkan kaum Barat menghindari atau tidak mengakui objek-objek metafisika.
Semakin berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan pun ikut berkembang hingga
menghasilkan banyak penemuan baru. Tidak sedikit peneliti yang berhasil menemukan
penemuan sains yang tentunya bermanfaat untuk kehidupan ini. Mulai dari penemuan
komputer pada tahun 1945 sampai penemuan obat untuk penyakit ​cyctic fibrosis p​ ada tahun
2019 silam. Hal ini merupakan bukti bahwa ilmu pengetahuan berjalan dengan sangat cepat.
Sedang agama bergerak dengan lamban sekali, karena itu terjadi ketidak harmonisan antara
agama dan ilmu pengetahuan serta teknologi8.
Kabar memilukan yang dialami oleh umat muslim di dunia yaitu ketertinggalannya
ilmu pengetahuan dan teknologi, padahal IPTEK sendiri dapat membantu manusia untuk
memahami betapa besarnya kekuasaan Allah SWT. Kenyataan tersebut menuntut umat Islam
untuk berusaha melakukan pembaruan, penyegaran, atau pemurnian pemahaman ummat
kepada agamanya.
Pertemuan kaum muslimin dengan dunia modern, melahirkan berbagai aliran
pemikiran, seperti aliran salaf dengan semboyan “Kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah”,
dan aliran Tajdid dengan semboyan “maju ke depan bersama al-Qur’an”9. Semboyan
“Kembali kepada Al-Qur’an” dirasa kurang cocok untuk menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan yang sangat cepat. Memang benar kita sebagai umat muslim wajib untuk
kembali kepada Al-Qur’an dan tuntunan Hadits Nabi Muhammad SAW. Namun akan terjadi
ketimpangan jika kita hanya langsung kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Karena ayat Al-Qur’an dan Hadits bukanlah seperti teks yang jika telah
diterjemahkan akan segera dapat dipahami. Imam mujtahid muncul untuk memahami apa
makna atau maksud yang terdapat dalam Al-qur;an dan Hadits. tanggapan berbagai
penemuan sains dirasa kurang cocok menggunakan slogan “kembali kepada Al-Qur’an”.
Pembaruan dalam islam wajib dilakukan agar kaum muslimin tidak tertinggal.
Namun perlu juga diperhatikan bahwa pembaruan yang dimaksud tidak mengebiri ajaran
islam yang otentik.

5
Mohammad Kosim, “​Ilmu Pengetahuan dalam Islam​ ​(Perspektif Filosofis-Historis)​”. Tadris. Vol. 3 No. 2,
2008, 124.
6
Mohammad Kosim, “​Ilmu Pengetahuan dalam Islam​ ​(Perspektif Filosofis-Historis)​”. Tadris. Vol. 3 No. 2,
2008, 125.
7
​Mohammad Kosim, “​Ilmu Pengetahuan dalam Islam​ ​(Perspektif Filosofis-Historis)​”. Tadris. Vol. 3 No. 2,
2008, 126.
8
​Baso Hasyim, “​Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains terhadap Perubahan Islam)”. J​ urnal
Dakwah Tabligh. Vol 14. No 1, 2013, 128.
9
​Baso Hasyim, “​Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains terhadap Perubahan Islam)”. J​ urnal
Dakwah Tabligh. Vol 14. No 1, 2013, 136.
Salah satu tokoh pembaruan muslim yaitu Muhammad Abduh. Pada masa
kemunduran islam, beliau menjadi penghubung antara dua kelompok (kelompok konservatif
dan kelompok terpelajar) yang memiliki perbedaan sudut pandang. Beliau tak hanya
merombak hal-hal pragmatis, namun lebih dalam lagi, cara keberagaman (fiqh) dan
keyakinan (tauhid) mendapatkan suntikan infusi. Ide pembaharuan ini tak hanya terjadi di
Mesir saja yang diwakili Abduh. Di Saudi misalnya, ide pembaharuan mulai digalakkan oleh
seorang pengikut Ibn Taimiyah, Muhammad ibn Abdul Wahab (1703-1787 M) yang
merupakan cikal bakal tumbuh kembangnya paham Wahabi di sana10.
Pemikiran yang ditimbulkan oleh tokoh tokoh tersebut mempengaruhi pemimpin
pemimpin Indonesia untuk melakukan usaha usaha modernisasi. salah satu tokoh
pembaharuan islam di Indonesia yaitu Harun Nasution. Beliau mengajak untuk merubah pola
pendidikan islam tradisional ke arah pendidikan islam yang modern. dengan memasukkan
mata pelajaran tentang ilmu-ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum sekolah islam
atau madrasah madrasah, termasuk juga perguruan tinggi islam11.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan teknologi kian hari makin terus berkembang. Membuat ajaran agama
Islam terlihat lamban dalam mengikuti perubahan tersebut. Padahal ajaran Islam telah
menjelaskan semua pokok-pokok ajaran yang akan kita hadapi pada masa yang akan datang.
Ajaran Islam terlihat lamban karena banyak orang yang belum mengetahui makna di
dalamnya yang sebenarnya tidak bisa kita maknai lewat arti dari yang telah kita baca tersebut.
Banyak dari kita mengabaikan tafsir dari bacaan Al-Qur’an kita. Sebenarnya kita tidak akan
tertinggal apabila bisa mengikuti perkembangan dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits.
Kita harus maju bersama Al-Qur’an dan Hadits agar bisa mengikuti semua perkembangan
zaman dengan baik.
Kita wajib membuat suatu pembaruan agar umat muslim di dunia tidak tertinggal.
Kita harus mulai belajar Al-Qur’an dan Hadits dengan baik dan paham isi yang terkandung di
dalamnya dengan baik. Mengikuti perkembangan zaman berlandaskan ajaran Islam adalah
suatu sikap yang sangat baik yang harus kita lakukan sekarang. Namun, dengan mengikuti
perkembangan tersebut kita juga tidak bermaksud untuk mengebiri ajaran Islam yang otentik.

REFERENSI

Hasyim, B. 2013. Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains Terhadap Perubahan
Islam). ​Dakwah Tabligh​. 14(1): .
Kosim, M. 2008. Ilmu Pengetahuan dalam Islam (Perspektif Filosofis-Historis). ​Tadris.​ 3(2):
Latief, I. Z. 2014. Islam dan Ilmu Pengetahuan. ​Islamuna.​ 1(2): .
Yahya, H. 2004. ​Al Quran dan Sains​. Bandung: Dzikra
Firdaus, S. U. T. 2017. Pembaharuan Pendidikan Islam ala Harun Nasution (Sebuah Refleksi
akan Kerinduan “Keemasan Islam”). ​El-Furqania. 5​ (2): .

10
​Arkiyah, “​Tokoh Pembaharuan Muslim Abad Modern”, ​diakses dari
http://eprints.uad.ac.id/6714/1/TOKOH%20PEMBAHARUAN%20MUSLIM%20ABAD%20MODERN.pdf​,
pada tanggal 18 september pukul 11.40.
11
​Sukma Umbara Tirta Firdaus, “​Pembaharuan Pendidikan Islam ala Harun Nasution (Sebuah Refleksi akan
Kerinduan “Keemasan Islam”), E ​ l-Furqania. Vol 05. No 02, 2017,183.
Arkiyah. “Tokoh Pembaharuan Muslim Abad Modern”.
http://eprints.uad.ac.id/6714/1/TOKOH%20PEMBAHARUAN%20MUSLIM%20AB
AD%20MODERN.pdf​. (diakses pada tangal 18 september pukul 11.40).

Anda mungkin juga menyukai