Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup
besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional.
Penduduk di Indonesia sebagian besar juga menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian. Sektor pertanian terdiri dari pertanian, peternakan, perikanan dan
kehutanan memiliki potensi yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di
Indonesia. Sektor pertanian juga berperan besar dalam penyediaan pangan untuk
mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka memenuhi hak atas pangan.
Menurut data BPS (2008) hingga tahun 2007, GDP Indonesia dari sektor
pertanian adalah sebesar 14 persen dengan serapan tenaga kerja sebesar 41,21
persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang berjasa dalam penyediaan
kebutuhan hidup masyarakat baik pangan maupun non pangan. Kebutuhan akan
produk pertanian akan terus ada selama manusia masih membutuhkan pangan.
Terdapat usaha-usaha yang baru dalam sektor pertanian dan memberikan
suatu peluang yang besar kepada masyarakat di Indonesia. Kebutuhan konsumen
mulai dari sandang, pangan dan papan yang berkualitas membuat perusahaan
mengalami persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang terus
berkembang. Perusahaan dituntut untuk dapat memasarkan barang atau jasa yang
diproduksi kepada konsumen agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan
lain. Produk yang dikeluarkan oleh perusahaan seharusnya sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen agar produk yang dikeluarkan dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat.
Menurut Kotler (2000), kualitas produk merupakan senjata strategis yang
potensial untuk mengalahkan pesaing. Hanya perusahaan dengan kualitas produk
paling baik yang akan tumbuh dengan pesat dan dalam jangka panjang perusahaan
tersebut akan lebih berhasil dari perusahaan lain. Banyak sekali usaha di
Indonesia yang bergerak di sektor pertanian, sehingga usaha yang ditawarkan
dalam sektor ini pun bermacam-macam mulai dari usaha yang bergerak di bidang
jasa, barang maupun dalam bidang makanan ataupun minuman.
2

Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 telah memperburuk kondisi
perekonomian di Indonesia. Menurut Saragih (2004), pada waktu krisis ekonomi
telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam sektor
pertanian. Kredit program pertanian dicabut, suku bunga kredit membubung
tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian. Karena desakan IMF
waktu itu, subsidi pertanian (pupuk, benih, dan lain lain) juga dicabut dan tarif
impor komoditi khususnya pangan dipatok maksimum 5 persen. Akibat perubahan
mendadak tersebut pelaku agribisnis khususnya para pengusaha dari sektor
pertanian dan para petani mengalami kegamangan dan kekacauan dalam usaha
yang telah dijalankannya. Usaha yang telah dijalankan pun bermacam-macam,
mulai dari usaha kecil, usaha menengah maupun sampai pada usaha besar.
Pasca krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, usaha-usaha yang
bergerak pada sektor pertanian mulai merangkak naik. Tambunan (1999)
mengungkapkan bahwa industri kecil di sentra-sentra dapat berkembang lebih
pesat, lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar, dan dapat
meningkatkan produksinya daripada industri kecil secara individu diluar sentra.
Pada satu sisi, usaha-usaha yang telah dijalankan tersebut merupakan
pelaku roda perekonomian di Indonesia, selain itu potensi untuk memberikan
inovasi-inovasi terbaru juga sangat dibutuhkan dari usaha-usaha yang dijalankan
oleh masyarakat yang memiliki usaha dengan skala kecil sampai dengan skala
yang besar. Namun disisi lain banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi oleh
pengusaha-pengusaha tersebut, yakni kurang efektifnya komunikasi pemasaran
yang terdapat dari pengurus, pengusaha maupun badan yang melayani bidang
kewirausahaan, karena dari sektor pertanian, salah satunya adalah sektor
peternakan baik olahan maupun produk peternakan segar yang belum banyak
beredar di pasaran. Hal ini dapat mengakibatkan usaha yang dijalankan dari sektor
peternakan kurang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sebuah perusahaan membutuhkan suatu pemasaran agar barang atau jasa
yang diproduksi oleh perusahaan tersebut dapat berkembang dan diterima oleh
masyarakat dengan baik. Menurut Kotler (1983) konsep komunikasi pemasaran
menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang berorientasi profit perlu merancang
3

dan menyebarkan informasi tentang kehadiran, ketersediaan produk, ciri produk,


kondisi produk dan manfaat yang diperoleh calon konsumennya.
Oleh karena itu diperlukan keefektifan komunikasi dalam hal pemasaran
dari pengusaha maupun struktur organisasi untuk dapat menumbuh kembangkan
kembali usaha yang berada di sektor peternakan yang selama ini kurang begitu
menjanjikan untuk dapat mengangkatnya kembali menjadi usaha di sektor
peternakan yang menjanjikan. Pada persaingan seperti saat ini diperlukan suatu
strategi promosi untuk membantu mempromosikan usaha tersebut agar dapat
kembali tumbuh dan mempunyai perkembangan secara signifikan. Untuk
mencapai hal tersebut harus lebih diperhatikan dari efektifitas komunikasi
pemasaran yang didalamnya terdapat strategi promosi yang harus lebih
diperhatikan.
Salah satu contoh unit usaha yang merupakan produsen produk pertanian
olahan adalah HONEY Madoe perlu melakukan komunikasi pemasaran yang
lebih efektif. HONEY Madoe mulai berdiri pada tahun 2006 sampai saat ini dan
mempunyai tempat produksi sekaligus pemasaran di Laboratorium Non
Ruminansia dan Satwa Harapan (NRSH) di Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor di Dramaga. HONEY Madoe memproduksi berbagai macam
madu yang berasal dari lebah madu yang berasal dari pohon kapuk, karet,
rambutan dan kelengkeng. Produk HONEY Madoe yang berasal dari pohon
kelengkeng dan kapuk merupakan produk unggulan dari unit usaha HONEY
Madoe ini, dikarenakan dari pohon kelengkeng dan kapuk inilah yang banyak
diminati konsumen di Jabodetabek. Cita rasa HONEY Madoe ini yang dapat
disandingkan dengan produk serupa yang diproduksi oleh industri besar sudah
diakui kelezatan dan keaslian oleh konsumen produk tersebut.
Tahun 2011 ini HONEY Madoe memulai kerjasama dengan pihak
Indomaret. Hal ini dilakukan untuk membantu pihak HONEY Madoe dalam hal
pemasaran di luar lingkungan kampus IPB Dramaga. Namun, komunikasi
pemasaran produk HONEY Madoe terhadap konsumen masih kurang dapat
disandingkan dengan komunikasi pemasaran produk serupa dengan yang
dihasilkan oleh produsen dalam skala industri.
4

Unit usaha HONEY Madoe memiliki rencana untuk terus meningkatkan


produksinya agar produknya dapat diterima di kalangan konsumen internal dan
eksternal. Beberapa aspek perlu diperbaiki dalam hal komunikasi pemasaran
produk HONEY Madoe ini agar konsumen lebih mengetahui, mengenal dan
tertarik terhadap HONEY Madoe dan dapat menjadi sebagai strategi produsen
dalam rangka meningkatkan penjualan produk tersebut. Jadi, komunikasi
pemasaran yang efektif sangat disarankan agar produk dari HONEY Madoe ini
dapat bersaing di pasaran.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka tujuan dari penulisan
dari studi pustaka ini yaitu:
1. Bagaimanakah komunikasi pemasaran HONEY Madoe di lingkungan
sekitar kampus IPB Dramaga?
2. Bagaimanakah efektivitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe di
lingkungan kampus IPB Dramaga?
3. Bagaimanakah hubungan antara frekuensi komunikasi pemasaran dengan
efektivitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, tujuan penelitian


ini adalah:
1. Mengidentifikasi komunikasi pemasaran HONEY Madoe di lingkungan
kampus IPB Dramaga
2. Menganalisis efektivitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe
3. Menganalisis hubungan antara frekuensi bauran pemasaran terhadap
efektivitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe
5

1.4 Kegunaan Penulisan

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi


peneliti dan berbagai pihak lain.
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini menjadi sumber informasi untuk memahami potensi
konsumennya, sehingga dapat meningkatkan efektifitas komunikasi
pemasaran melalui sejumlah pendekatan pada konsumen yang tepat
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya khususnya bidang efektifitas komunikasi pemasaran.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
mengenai efektivitas komunikasi pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai