PENDAHULUAN
Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 telah memperburuk kondisi
perekonomian di Indonesia. Menurut Saragih (2004), pada waktu krisis ekonomi
telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam sektor
pertanian. Kredit program pertanian dicabut, suku bunga kredit membubung
tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian. Karena desakan IMF
waktu itu, subsidi pertanian (pupuk, benih, dan lain lain) juga dicabut dan tarif
impor komoditi khususnya pangan dipatok maksimum 5 persen. Akibat perubahan
mendadak tersebut pelaku agribisnis khususnya para pengusaha dari sektor
pertanian dan para petani mengalami kegamangan dan kekacauan dalam usaha
yang telah dijalankannya. Usaha yang telah dijalankan pun bermacam-macam,
mulai dari usaha kecil, usaha menengah maupun sampai pada usaha besar.
Pasca krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, usaha-usaha yang
bergerak pada sektor pertanian mulai merangkak naik. Tambunan (1999)
mengungkapkan bahwa industri kecil di sentra-sentra dapat berkembang lebih
pesat, lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar, dan dapat
meningkatkan produksinya daripada industri kecil secara individu diluar sentra.
Pada satu sisi, usaha-usaha yang telah dijalankan tersebut merupakan
pelaku roda perekonomian di Indonesia, selain itu potensi untuk memberikan
inovasi-inovasi terbaru juga sangat dibutuhkan dari usaha-usaha yang dijalankan
oleh masyarakat yang memiliki usaha dengan skala kecil sampai dengan skala
yang besar. Namun disisi lain banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi oleh
pengusaha-pengusaha tersebut, yakni kurang efektifnya komunikasi pemasaran
yang terdapat dari pengurus, pengusaha maupun badan yang melayani bidang
kewirausahaan, karena dari sektor pertanian, salah satunya adalah sektor
peternakan baik olahan maupun produk peternakan segar yang belum banyak
beredar di pasaran. Hal ini dapat mengakibatkan usaha yang dijalankan dari sektor
peternakan kurang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sebuah perusahaan membutuhkan suatu pemasaran agar barang atau jasa
yang diproduksi oleh perusahaan tersebut dapat berkembang dan diterima oleh
masyarakat dengan baik. Menurut Kotler (1983) konsep komunikasi pemasaran
menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang berorientasi profit perlu merancang
3
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka tujuan dari penulisan
dari studi pustaka ini yaitu:
1. Bagaimanakah komunikasi pemasaran HONEY Madoe di lingkungan
sekitar kampus IPB Dramaga?
2. Bagaimanakah efektivitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe di
lingkungan kampus IPB Dramaga?
3. Bagaimanakah hubungan antara frekuensi komunikasi pemasaran dengan
efektivitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe?