Anda di halaman 1dari 4

Warga Protes Klaim Tanah Grand Sultan di Medan, Plang

Dicabut-Gubuk Dibakar

Medan - 
Warga di Sari Rejo, Medan, menggelar aksi protes terhadap klaim tanah Grand Sultan seluas 260,44
hektare. Protes dilakukan karena klaim tanah tersebut dinilai termasuk lingkungan rumah warga yang
proses sengketa dengan pemerintah disebut telah selesai.

Pantauan detikcom di Jalan Padang Golf, Medan, pukul 11.00 WIB, Rabu (26/8/2020), terlihat sejumlah
warga mendatangi lokasi tanah yang disebut warga diklaim oleh Grand Sultan. Di lokasi itu, terlihat ada
spanduk bertuliskan 'Tidak ada Grand Sultan di Kelurahan Sari Rejo Polonia Medan'.

Satu mobil pikap berisi pengeras suara terlihat ada di lokasi. Warga tampak mencabut plang berisi tulisan
soal luas dan hak milik tanah tersebut.

"Tanah ini seluas 260,44 Ha adalah kepunyaan ahli waris Drs Djalaloedin Ali Idroes SH. Alas hak: Grand
Sultan No. 12 thn 1900 dengan surat pengakuan Sultan Deli Tengku Azhi Perkasa Alam tertanggal 20-09-
1997. Letak tanah, Kelurahan Sari Rejo, Kelurahan Suka Damai, Kec. Medan Polonia Kota Medan Prov.
Sumut," demikian isi plang tersebut.

Warga juga membakar gubuk yang ada di lokasi. Salah satu warga yang mengikuti aksi, Rudolf Naibaho,
mengatakan aksi tersebut dilakukan karena keberatan dengan klaim tersebut.

"Jadi masyarakat Sari Rejo datang kemari adalah keberatan mengenai adanya plank yang dipajang oleh
turunan ahli waris daripada Pak Djalaloedin, yang mana merupakan ahli waris dari Sultan. Yang mana
dalam hal ini dalam plang itu dicantumkan, bahwa 260 hektare adalah milik keturunan daripada Sultan.
Dalam hal ini warga yang keberatan karena merasa 260 hektare itu masuk dalam lingkungan rumahnya
juga, yang mana dari segi sengketa antara pemerintah dengan warga Sari Rejo udah selesai," ujar
Rudolf.

Dia mengatakan ada bagian tanah yang diklaim itu merupakan objek sengketa antara dua pihak. Menurut
Rudolf, kedatangan mereka bukan terkait sengketa itu, melainkan soal klaim tanah 260 hektare milik
Grand Sultan yang masuk ke lingkungan rumah warga.

"Kenapa masih ada orang yang mengklaim seperti itu. Tapi dalam hal ini ada juga sengketa lain
antara Bu Samsiah dan Ginting. Nah warga Sari Rejo tidak terkait dalam hal itu. Aksi kali ini
bukan ditunggangi Samsiah ataupun Ginting. Bahwa sengketa kepemilikan selesaikan di pengadilan.
Kami hanya soal ini dan aksi ini sudah terealisasi," ujarnya.

Dia mengatakan warga mendapat kabar kalau pihak yang mengklaim tanah tersebut memang keturunan
Sultan. Namun, dia mengaku belum mengetahui benar tidaknya klaim keturunan Sultan tersebut.
Usai dari Gedung GKN Medan, Massa Sari
Rejo Demo Kantor BPN

Medan - 
Sekelompok massa yang menamai dirinya Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas)
melanjutkan demonstrasi di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kanwil Sumut. Dalam
aksinya, mereka memprotes kabar kewajiban pembayaran pelepasan hak tanah.

Pantauan detikcom, para pendemo ke depan Gedung BPN Sumut, Jalan Brigjen Katamso
Medan, sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (10/8/2020). Jalan di sekitar kantor BPN Sumut terlihat
ditutup.
Dalam orasinya, pendemo menolak membayar tanah yang telah mereka tempati selama ini.
Sejumlah perwakilan massa aksi kemudian diterima untuk bertemu pihak BPN Sumut.

"Kami diminta membayar tanah ini kepada BUMN. Kami menolak membayar kepada BUMN,"
kata salah seorang orator, Ujang.
Ujang menyebut warga telah memengkan persoalan tanah yang di Sari Rejo. Mereka menolak
membayar tanah yang telah ditempatinya puluhan tahun itu.

"Karena kita sudah memenangkannya itu. BUMN minta bayaran. Mana mungkin kami mau
bayar," ujar Ujang.

Sebelumnya, massa Formas menggelar demonstrasi di depan Gedung Keuangan Negara (GKN)
Medan. Mereka protes kabar kewajiban pembayaran pelepasan hak tanah.

Pantauan detikcom di Jalan Diponegoro, pukul 12.20 WIB, Senin (10/8), massa aksi terlihat
berkumpul di depan GKN hingga ke kantor Gubernur Sumut.
Bentrok TNI Vs Warga di Kebumen, Bom Waktu dari
Urut Sewu

Kebumen - Konflik berkepanjangan TNI dengan warga dalam sengketa lahan di Urut Sewu, Kebumen,
Jateng, akhirnya berujung bentrok fisik. Puluhan aparat TNI bersenjata pentungan dan peluru karet
melakukan tindakan represi terhadap warga yang menolak pemagaran lahan sengketa.

Hingga kini konflik perebutan tanah antara TNI dan warga pun terus berlanjut dan belum menemui titik
temu meski sudah dilakukan pertemuan kedua belah pihak.

Sesuai rencana, pemagaran akan dilaksanakan sepanjang sekitar 22,5 kilometer di wilayah Urut Sewu,
Kecamatan Bulus Pesantren, yang diklaim sebagai tanah negara yang bisa dimanfaatkan oleh pihak TNI,
termasuk untuk pelatihan militer. Namun warga berkukuh tanah tersebut milik mereka.

Karena pemagaran masih berlanjut, Rabu (11/9) kemarin warga melakukan penolakan di lokasi
pemagaran di Desa Brencong, Bulus Pesantren, Kebumen. Namun pihak TNI juga tak tinggal diam.
Puluhan aparat bersenjata pentungan merangsek, mengejar, dan memukuli beberapa warga.

Suara tembakan di udara pun pecah. Warga yang kocar-kacir itu kemudian meninggalkan lokasi dan
menggeruduk pendapa Bupati Kebumen untuk menuntut keadilan.

"Ya, terjadi tindak kekerasan terhadap warga oleh TNI di Urut Sewu. Warga yang luka-luka, banyak warga
yang luka-luka, ada yang kena peluru karet. Kami kemudian meninggalkan lokasi dan menuju pendapa
Bupati untuk melanjutkan aksi dan menemui Bupati," kata koordinator aksi, Widodo Sunu Nugroho.

Sedikitnya 16 warga terluka di bagian kepala, tangan, badan, hingga kaki. Belasan korban tersebut
kemudian meminta visum et repertum kepada petugas medis Puskesmas Bulus Pesantren sebagai bukti
atas luka yang dialaminya.
Kodam IV/Diponegoro membenarkan telah terjadi tindakan tegas aparat kepada warga di area sengketa
lahan Urut Sewu tersebut. Tindakan itu dilakukan oleh aparat dari Kodim 0709/Kebumen dan Yonif
403/WP.

Kapendam IV/Diponegoro Letkol (Kav) Susanto mengatakan awal kejadian adalah adanya pemagaran
tahap III area lapangan tembak Dislitbangad di Desa Brencong, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten
Kebumen. Kemudian datang massa dari warga.
"Kegiatan pemagaran yang dilakukan Kodam IV/Diponegoro adalah untuk mengamankan aset negara.
Selain itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, karena area tersebut merupakan daerah
latihan atau tepatnya lapangan tembak. Namun masyarakat tetap diperbolehkan menggarap lahan
tersebut dengan catatan tidak boleh mengklaim bahwa tanah tersebut merupakan tanah miliknya sampai
ada keputusan lebih lanjut," jelas Susanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (11/9/2019).

TUG
AS
PRO
YEK
IPS

DISUSUN
OLEH

NAMA:
NABILA
NURZAINI

KELAS:
VIII 7

Anda mungkin juga menyukai