Anda di halaman 1dari 3

Hindari Konflik Sosial, Ridwan Kamil

Minta Pusat Salurkan Bansos lewat


Satu Pintu
Agung Bakti Sarasa
Selasa, 28 April 2020 - 16:08 WIB

views: 501

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Foto/Dok.Humas Pemprov Jabar

BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta pemerintah pusat menyalurkan
seluruh bantuan sosial melalui satu pintu untuk mencegah konflik sosial.

Dalam rapat video conference dengan Presiden Joko Widodo, Gubernur yang akrab disapa
Kang Emil mengungkapkan penyaluran bansos bagi warga terdampak pandemi virus Corona
(COVID-19) malah menimbulkan konflik sosial
Ini terjadi karena banyak terjadi dinamika di lapangan. Masyarakat kebingungan karena
bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak datang bersamaan.
"Banyak kementerian dengan caranya sendiri sehingga membingungkan masyarakat. Ada yang
kebagian duluan, ada yang telat, bahkan ada yang menyangka tidak akan kebagian akhirnya
menyalahkan RT/RW hingga demo dan sebagainya," papar Emil. 

Agar konflik sosial dapat dihindari, Emil meminta penyaluran bansos baik dari pemerintah pusat
maupun daerah dilakukan melalui satu pintu. Penyaluran dikoordinasikan Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

"Usulan kami, delapan pintu bantuan dari pusat dan daerah ini disinkronkan teknisnya. Kalau
bisa oleh Kemenko PMK agar semua pintu menjadi satu regulasi, satu cara, dan satu waktu
supaya tidak ada konflik sosial, mudah-mudahan ini efektif," jelas Emil.

Presiden Jokowi menyambut baik usulan tersebut. "Menko PMK sudah saya perintahkan untuk
berbicara dengan para gubernur biar sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Pak Emil,
terutama untuk timing-nya agar masyarakat menerimanya," katanya.
Pilkada Serentak 2020,
Kabaharkam Polri: Waspadai
Konflik Sosial
Raka Dwi Novianto
Kamis, 19 Desember 2019 - 14:57 WIB
loading...

Kabaharkam Polri Irjen Pol Agus Andrianto saat berbicara dalam Seminar Nasional Strategi Manajemen
Media di Era Disrupsi 4.0 untuk Indonesia Maju, di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Foto/SINDOnews/Raka
Dwi
JAKARTA - Polri mewaspadai potensi konflik sosial menjelang Pilkada Serentak
2020 yang bakal berlangsung di sejumlah daerah di Tanah Air.

Konflik sosial bisa bersifat horizontal maupun vertikal yang dipicu oleh
perkembangan media sosial dan kepentingan politik.

Hal itu diwaspadai Polri melihat evaluasi Polri pada tahun 2018-2019 yang
memperlihatkan adanya puluhan konflik sosial menjelang pilkada dan pemilu.

"Tahun 2018 terdapat 29 peristiwa konflik sosial dan sampai bulan Juli tahun 2019
telah terjadi 26 peristiwa konflik sosial yang salah satunya diakibatkan karena
pengaruh media sosial," tutur Kabaharkam Polri Irjen Pol Agus Andrianto saat
Seminar Nasional Strategi Manajemen Media di Era Disrupsi 4.0 untuk Indonesia
Maju, di Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Agus menilai kondisi tersebut saat ini semakin diperparah dengan perkembangan
teknologi informasi.

"Perkembangan teknologi informasi yang menampilkan kecepatan, kebebasan,


Keterbukaan Informasi Publik tanpa batas, dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah
atau norma-norma yang dijunjung tinggi oleh budaya bangsa Indonesia," tutur
mantan Kapolda Sumatera Utara ini.

Selain pengaruh media sosial, Agus juga mengungkapkan sabotase dan terorisme
menjadi ancaman serius menjelang pesta demokrasi.
Jokowi Disarankan Pilih Menteri
yang Mampu Atasi Konflik Sosial
Adam Prawira
Sabtu, 19 Oktober 2019 - 23:10 WIB
loading...

Jokowi Disarankan Pilih Menteri yang Mampu Atasi Konflik Sosial


A+ A-

JAKARTA - Presiden Joko Widodo belum lama ini menyatakan sudah


merampungkan penyusunan kabinet pemerintahannya nanti.

Pernyataan itu disampaikan Jokowi melalui media sosialnya, Kamis 17 Oktober lalu.
Dia juga meminta agar masyarakat bersabar menunggu pengumuman kabinet.

Menyikapi hal itu, Jokowi diingatkan untuk memilih anggota kabinet yang memiliki
kemampuan dalam mengatasi konflik sosial dan menangani potensi disintegrasi
yang muncul belakangan ini.

"Wajib memilih menteri berkualitas karena kalau kita bicara masalah konflik sosial
memang harus diselesaikan, kasus seperti Aceh, Papua, harus jadi perhatian betul
Presiden," kata pengamat politik dari Indobarometer Muhammad Qodhari ketika
dihubungi wartawan, Sabtu (19/10/2019).
Dia mengatakan, Presiden juga harus memilih menteri yang memahami masalah
aktual. Contohnya potensi konflik di wilayah-wilayah rawan gejolak sosial.

Tidak kalah penting, lanjut dia, masalah-masalah seperti yang terjadi saat ini,
mengenai intoleransi, radikalisme, dan konflik sosial akar rumput. Karena Ini
umumnya sering muncul. Seperti masalah Papua bukan hanya masalah di
keamanan saja, tetapi lebih kepada intoleransi dan radiklisme.

"Ini masalah besar yang harus benar benar diperhatikan," kata dia.
Menurut dia, kabinet Jokowi mendatang bisa belajar dari penyelesaian konflik di
Aceh sedikit banyak memberi pengalaman empiris.

Anda mungkin juga menyukai