Anda di halaman 1dari 4

Nama :

1. Elsa Oktaviani P17325119013


2. Diva Zianna Efrylian P17325119012
D3 Tingkat 1 / Semester 2
Mata Kuliah : Penyakit Gigi dan Mulut

KISTA ODONTOGENIK

1. Kista odontogenik
Adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epithelium pembentuk gigi (epithelium
odontogenik). Kista odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari
developmental dan inflammatory. Kista developmental adalah kista yang tidak
diketahui penyebabnya, dan tidak terlihat sebagai hasil dari reaksi inflamasi.
Sedangkan inflammatory merupakan kista yang terjadi karena adanya inflanmasi.
Kista odontogenik (kista yang terletak pada tulang rahang kemungkinan
epitelnya berasal dari epitel odontogenik dan disebabkan adanya proliferasi dan
degenerasi kistik) Kista nonodontogenik (berasal dari sisa epitel jaringan yang
meliputi prosessus yang primitif, yang terlibat dalam pembentukan muka dan rahang
masa embrional).
Klasifikasi kista odontogenik
Kista Dentigerous
a. Apa diagnosisnya
Penyakit ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan radiografik yang mencakup
organ tubuh bagian dalam, dalam hal ini adalah bagian mulut dan gigi. Kista
dentigerous berpotensi untuk berubah menjadi kista yang ganas. Oleh karena itu,
pemeriksaan kista dentigerous dapat ditunjang dengan pemeriksaan histopatologis,
yakni melalui pengamatan jaringan tubuh.

Pemeriksaan Histopaloghis
Pada beberapa kasus ditemukan kista dentigerous yang mengandung pigmen
melanin dan melanosit pada lapisan dinding epitel. Kadang-kadang tampak
dinding epitel dengan atau tanpa permukaan keratinisasi yang halus dan banyak
granular dari pigmen melanin yang terdistribusi di sel basal pada lapisan epitel.
Sel mukus dapat tersebar dalam epitel kista dentigerous. Di dalam dinding fibrosa
kista terkadang ditemukan sel kolumnar atau sel kuboidal yang memiliki bulu
getar dan kumpulan sel sebasea berukuran kecil. Unsur-unsur mukus, bulu getar,
dan sebasea dapat merupakan petunjuk adanya potensi lapisan epitelial
odontogenik dalam kista dentigerous.
Pemeriksaan Radiologi
Kista dentigerous tampak berupa gambaran radiolusen simetris,
unilokular, berbatas tegas, dan mengelilingi mahkota gigi yang tidak erupsi
(impaksi). Kecuali terinfeksi sehingga tepinya berbatas buruk, pertumbuhan kista
yang lambat dan teratur, membuat kista dentigerous mempunyai tepi sklerotik
yang berbatas tegas, dengan korteks yang jelas, dan ditandai dengan garis batas
radiopak yang tipis.
Gambaran radiografis kista ini perlu dibedakan dengan gambaran keadaan
normal dari sirkumkoronal atau ruang folikular. Pada kasus yang lain, daerah
radiolusen dapat muncul menyusup ke arah lateral dari mahkota gigi, terutama
jika kista relatif besar ukurannya atau jika telat terjadi perubahan posisi gigi dari
tempatnya Diantara 37% gigi molar tiga yang impaksi pada mandibula dan 15%
gigi molar tiga yang impaksi pada maksila yang memperlihatkan radiolusen pada
daerah perikoronal, hanya 11% yang kemungkinan besar diduga sebagai kista
dentigerous. Biasanya ruangan perikoronal yang mencapai 2,5 mm atau lebih
dapat dipertimbangkan sebagai jarak minimal untuk dapat didiagnosis sebagai
kemungkinan kista dentigerous. Kista dentigerous harus dapat dibedakan dengan
pembesaran kantong folikel. Tidak ada perbedaan nyata antara sebuah folikel gigi
dan kista dentigerous yang berukuran kecil, namun gambaran radiolusen
berukuran 3-4 mm atau lebih mengindikasikan adanya pembentukan suatu kista

b. Dimana lesi itu berada


Jenis kista dentigerous yang berhubungan dengan erupsi gigi sulung dan tetap
pada anak dinamanya kista erupsi atau kita hematoma. Secara klinis, lesi tampak
sebagai pembengkakan linger (ridge) alveolar di atas tempat gigi yang sedang
erupsi. Saat rongga kista sirkumkoronal berisi darah, pembengkakan tampak ungu
atau sangat biru sehingga dinamakan erupsi hematoma. Kista dapat memiliki
berbagai macam ukuran, dari yang pembesarannya berlangsung lambat pada
kantong perikoronal hingga yang meliputi seluruh badan dan ramus mandibula
serta sebagian tulang rahang. Kista pada rahang bawah biasanya dijumpai lebih
besar dibanding rahang atas.

c. Gambaran klinisnya
Kista dentigerous yang belum mengalami komplikasi seperti kista lainnya
tidak akan menyebabkan gejala sampai pembesarannya nyata terlihat. Meski
gejala biasanya tidak ada, dengan terlambatnya erupsi gigi semakin besar pula
indikasi terjadinya kista dentigerous. Jenis kista dentigerous yang berhubungan
dengan erupsi gigi sulung dan tetap pada anak dinamanya kista erupsi atau kita
hematoma. Secara klinis, lesi tampak sebagai pembengkakan linger (ridge)
alveolar di atas tempat gigi yang sedang erupsi. Saat rongga kista sirkumkoronal
berisi darah, pembengkakan tampak ungu atau sangat biru sehingga dinamakan
erupsi hematoma. Kista dapat memiliki berbagai macam ukuran, dari yang
pembesarannya berlangsung lambat pada kantong perikoronal hingga yang
meliputi seluruh badan dan ramus mandibula serta sebagian tulang rahang. Kista
pada rahang bawah biasanya dijumpai lebih besar dibanding rahang atas. Kista
dentigerous biasanya soliter, bila multipel mungkin terjadi bersamaan dengan
sindrom karsinoma sel basal nevoid.

d. Keluhan apa yang dirasakan pasien

Pasien datang dangan keluhan daerah rahang terasa sakit, bengkak, dan
terlokalisir sakitnya.

Perbedaan Kista Radikuler dan Dentigerous

Kista Radikuler Kista Dentigerous

Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya resorbsi pada distal molar 2, oleh


karena adanya pola resobsi yang aneh ini , pasien dirujuk ke divisi bedah mulut
guna dilakukan evaluasi.

e. Advis saudara
Penatalaksanaan ketika terjadi kista Dentigerous
Pasien datang dengan keluhan sakit dan pada beberapa yang datang dengan
kekhawatiran erupsi gigi yang tertunda atau pembengkakan wajah. Kista
dentigerous juga dapat tidak diketahui dan dapat ditemukan secara kebetulan 
pada pemeriksaan radiografi biasa.
Perawatan pilihan untuk kista dentigerous adalah enukleasi bersama dengan
pencabutan gigi yang terkena.  Jika erupsi gigi yang tidak erupsi dianggap layak,
gigi dapat dibiarkan di tempat setelah pengangkatan sebagian dinding kista.
Perawatan ortodontik selanjutnya diperlukan untuk membantu erupsi. Demikian
pula, jika perpindahan gigi yang terkait oleh kista telah terjadi dan ekstraksi
mungkin terbukti sulit, pergerakan ortodontik gigi ke lokasi yang lebih
menguntungkan untuk ekstraksi dapat dilakukan. Marsupialisasi juga dapat
digunakan untuk mengobati kista dentigerous besar. Ini memungkinkan
dekompresi kista, dengan penurunan ukuran cacat tulang. Kista kemudian dapat
dieksisi di kemudian hari, dengan prosedur bedah yang kurang luas.
Advis
Penanganan yang dilakukan setelah pembedahan atau operasi Kista
dentigerous yaitu dengan menjaga kebersihan pada gigi sehingga tidak terjadi
infeksi, Konsultasi pada dokter yang bersangkutan supaya bisa terkontrol,
menentukan pilihan jenis makanan seperti makan makanan yang tidak terlalu
panas untuk menghindari infeksi dan cairan yang cukup dibutuhkan oleh tubuh,
pola hidup sehat yang teratur.

Sumber :

1. https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
client=srp&depth=1&hl=id&nv=1&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&
tl=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dentigerous_cyst&usg=ALkJrhjVLl9Pn
eGStyuqhGdwOPQLrkY-aQ
2. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/1234
56789/21172/SKRIPSI%2520AZNIRA.pdf%3Fsequence
%3D1&ved=2ahUKEwjE2rndyobpAhVTaCsKHZI0ASEQFjAFegQIAxAB&usg
=AOvVaw2fm5YtbXHAAHJk2HpdHfbL
3. https://www.google.com/amp/s/m.klikdokter.com/amp/penyakit/kista-dentigerous

Anda mungkin juga menyukai