Anda di halaman 1dari 11

KESELAMATAN H2S

Pendahuluan
1. Tujuan Modul
2. Sifat dan Bahaya Gas H2S
3. Program Keselamatan Kerja H2S di Industri Minyak dan Gas Bumi
4. Sistem Monitoring Gas H2S dan Alarm
5. Alat Pelindung Pernapasan
6. Rencana Tanggap Darurat
7. Studi Kasus
8. Lampiran MSDS H2S dan matriks kompetensi sika

TUJUAN MODUL

 Memberikan Pemahaman Ciri-Ciri dan Bahaya H2S dan.


 Memberikan Pengetahuan Bekerja Aman Dengan Potensi Bahaya H2S di
Lingkungan Kerja.
Melalui modul ini diharapkan para pekerja dapat memahami bahaya H2S, sifat,
dan dimana biasanya ditemukan atau terdapat bahaya H2S di lingkungan
kerja. Dari pengetahuan akan bahaya H2S, pekerja diharapkan mampu
memahami efek dari gas H2S dan memahami pentingnya bekerja dengan
aman walaupun terdapat bahaya di sekitar tempat kerja.

Selain itu, pekerja diharapkan mengetahui batas-batas aman H2S dan


pengukurannya, dapat melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan sumber H2S
di area kerja, penggunaan alat pelindung diri, dan rencana tanggap daruratnya.

SUMBER H2S

Hidrogen Sulfida (H2S) dihasilkan di alam yang disebabkan oleh dekomposisi


bahan-bahan organik (binatang atau tumbuh-tumbuhan) oleh bakteri. H2S juga
dihasilkan di dataran rendah atau daerah yang memiliki kadar Oksigen cukup
rendah seperti daerah rawa-rawa, dan juga bisa ditemukan pada gas vulkanik.

Gambar 1.1 Sumber H2S di Alam

Hidrogen Sulfida ditemukan di dalam pori-pori atau celah-celah bebatuan pada


lapisan bawah / dasar bumi. Biasanya tercampur dengan air garam, gas alam
dan minyak bumi. H2S bukan hanya ditemukan pada lokasi tertentu saja, tapi
lebih terutama ditemukan di dalam pembentukan soda batu gamping / batu
kapur dimana konsentrasi besinya tampak rendah dan mencegah pembentukan
Besi Sulfida (pyrite) yang stabil.

Di dalam eksplorasi minyak dan gas, daerah H2S terbentuk selama terjadinya
pembusukan dari binatang organik dan / tumbuhan oleh aktifitas bakteri.
Bakteri berkembang di bawah endapan kedap / rapat dimana kondisinya sangat
anaerobik dan mengurangi kehadiran Sulfat untuk membentuk H2S. Pada
dasarnya anaerobik adalah berarti bakteri yang dapat hidup di area yang
kurang Oksigen dan menghasilkan senyawa pembusukan dibanding dengan
bakteri lain yang hidup dalam air atau udara bebas.

Dalam pekerjaan pengeboran, H2S dapat terbentuk dengan penurunan panas


(diatas suhu 375oF) dari semacam belerang yang mengandung cairan tambahan
pengeboran (lignosulfates) juga bakteri pembusukan dari Sulfat di dalam lumpur
pengeboran (lumpur buatan / gyp mud, kontaminasi Anhydride, dsb).

Dalam pengeboran panas bumi, H2S dihasilkan bersama- sama dengan CO2,
NH3, HCI, HF & SO2 dalam uap primer yang dilepaskan dari aktifitas
magma. Dalam struktur dari sistem gas - gas magma berpindah tempat. H2S
dapat dibentuk oleh reaksi
kimia antara Sulfur Dioksida dan molekul Hydrogen :

SO2 + H2 = H2S + H2O

H2S Juga dapat dibentuk saat cairan panas bumi bertemu dengan lapisan yang
mengandung Sulfur (belerang), mengikuti reaksi di bawah ini :

4S + 4H2O = 3H2O + H2SO4 + 3H2S

Kehadiran permukaan yang mengandung Asam Sulfat dapat menunjukkan


adanya gas H2S yang berpindah ke permukaan dan beroksidasi. Seringkali
proses oksidasi tidak sempurna dan membebaskan H2S yang akan dilepaskan
ke permukaan udara. Dari sini bau telur busuk seringkali ditemukan disekitar
sumber air panas dan fumarol.

Pada panas bumi (geothermal), pengeboran minyak dan gas, produksi dan
industri pengilangan, H2S dapat menjadi masalah yang serius dan
membahayakan.

Aktifitas pengeboran dan produksi minyak, gas atau panas bumi sangat
berpotensi terjadinya paparan gas H2S ke udara yang sangat berbahaya
terhadap tubuh manusia.

Pekerja yang bekerja di lokasi pengeboran minyak dan gas bumi di daerah yang
diketahui mengandung gas H2S dihadapkan pada resiko terpaparnya gas
H2S yang dipacu oleh udara panas sekitar.

H2S adalah materi yang sangat beracun, tidak berwarna, dalam konsentrasi
yang rendah berbau seperti telur busuk dan juga lebih berat daripada udara.
Oleh karenanya, H2S sering disebut juga gas telur busuk, gas asam, asam
belerang ataupun uap bau.

Keberadaannya yang mudah diketahui dapat digunakan sebagai peringatan dini


bagi pekerja di sekitarnya. Namun, jika terlalu lama menghirup udara yang
telah tercemar oleh gas H2S, maka akan terjadi kelelahan penciuman yang
dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan penciuman untuk memberi
peringatan dini jika konsentrasi gas H2S di udara meningkat menuju ke
tingkatan yang dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran seseorang.

Gambar 1.2 Keberadaan H2S di dalam eksplorasi dan pengolahan gas dan
minyak bumi

Untuk alasan tersebut, pengetahuan untuk melindungi diri sendiri dan pekerja
lain adalah sangat penting khususnya untuk setiap pekerja yang bekerja di
industri minyak dan gas bumi yang menangani material berbahaya ini.

Beberapa contoh kecelakaan yang diakibatkan oleh terlepasnya gas H2S ke


udara sekitar, banyak disebabkan ketika pekerja membuka saluran yang
seharusnya bekerja dengan sistem tertutup. Beberapa kecelakan tersebut
antara lain :

 Pada tahun 1988, seorang karyawan kilang terpapar oleh gas H2S dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Hal ini terjadi ketika pekerja tersebut
sedang mengosongkan isi dari KO Drum ke dalam saluran
pembuangan secara manual dan bukannya mengaktifkan pompa untuk
membuang isi dari KO drum tersebut. Pekerja tersebut tidak
melaksanakan prosedur yang sesuai dan membuka katup pembuangan
tersebut yang mengakibatkan ikut terbawanya gas H2S dan terlepas ke
udara. Pada tahun 1993, 2 karyawan yang bekerja di Vacuum Unit
terkena ledakan yang disebabkan oleh gas H2S yang bocor.

 Pada tahun 1994, sebuah kematian tragis yang disebabkan oleh paparan
Hidrogen Sulfida. Kecelakaan itu terjadi ketika salah seorang pekerja
membuka katup pembuangan pada KO Drum di unit Hydrocracker.
Berdasarkan prosedur operasi, pekerja terebut seharusnya mengalirkan
campuran air-gas tersebut menuju ke separator untuk memisahkan uap
yang dikandungnya.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai sifat-sifat H2S ini yang
berhubungan dengan pekerjaan sehari-hari, yaitu :

1. H2S akan mudah teruapkan jika cairan yang mengandung H2S tersebut
teraduk atau dengan kata lain terganggu kestabilannya. Hal ini dapat
terjadi dalam beberapa cara. Memompa cairan dari tangki penampungan
ke dalam truk tangki akan menyebabkan H2S dalam cairan menjadi
teruapkan. Setiap pekerja harus berhati-hati ketika memindahkan atau
bekerja di sekitar cairan yang mungkin mengandung H2S terlarutkan.

2. Berhati-hatilah ketika melakukan pengurangan tekanan pada suatu


peralatan, kolom, tangki, dll. Dan yang mungkin mengandung cairan
dengan kandungan H2S di dalamnya. Proses pengurangan tekanan juga
membuat H2S terlepas ke udara dan bisa menyebabkan bahaya.
3. Meningkatnyatemperaturcairanyangmengandung H2S juga dapat
mengakibatkan terlepasnya H2S tersebut ke udara. Setiap pekerja perlu
berhati-hati ketika berada di sekitar kolom atau tanki khususnya pada
siang hari.

4. Oleh karena itu, setiap tempat kerja yang menangani bahan-bahan


berbahaya seperti gas H2S atau cairan yang memiliki kandungan H2S di
dalamnya wajib menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk
memastikan pekerja mengetahui bahaya dan penanganan dari bahan
kima tersebut.

A. LOKASI PAPARAN H2S

Sebagian besar H2S didapat sebagai produk sampingan dari kegiatan lainnya.
Gas H2S banyak ditemukan pada proses eksplorasi dan pengolahan gas alam
serta pengilangan minyak bumi. Pada proses pengilangan minyak bumi, gas H2S
ini dapat diubah kembali menjadi asam belerang atau belerang mutu tinggi,
atau dimusnahkan dengan jalan membakarnya melalui saluran pembakaran.

Berikut ini adalah jenis-jenis industri yang memiliki potensi ditemukannya


gas H2S tersebut, yaitu :

1. Proses pengeboran minyak dan gas bumi.


2. Proses pengolahan minyak dan gas bumi.
3. Proses transportasi bahan kima yang mengandung H2S.

Pada proses industri gas dan minyak bumi, H2S bisa ditemukan di beberapa
lokasi yaitu :

1. Sumur minyak.
2. Stasiun pengumpul minyak.
3. Area pengeboran, termasuk lantai rig, fasilitas pengaduk, lumpur dan
cellar box.
4. Kompresor gas.
5. Ruang tertutup seperti bejana proses dan tangki minyak mentah.
6. Pompa dan perpipaan.
7. Proses pengolahan air seperti : skimmer, mfu, pit, dan separator api.
8. Saluran pembuangan, fasilitas pengolahan limbah.
9. Tangki penampungan (kargo), galangan kapal,
10.Tanki bahan bakar.
11.Laboratorium kimia.
12.Gudang bahan kimia (chemical storage) yang menyimpan sulfat, tiosulfat,
sulfit, sulfida, belerang, dan s-organik.

Sedangkan lokasi-lokasi yang memungkinkan terjadinya kebocoran H2S


adalah :

1. Sambungan antar peralatan termasuk karet seal


2. Atau gasket.
3. Sambungan perpipaan (fittings,flanges)
4. Saluran pembuangan cairan (drains)
5. Katup atau kerangan pengendali aliran sampel
6. (sample valves)
7. Katup atau kerangan pelepasan tekanan gas (relief valve)
8. Saluran pembuangan gas (vent line)

Penyebab terjadinya pelepasan H2S ke lingkungan kerja, dapat disebabkan oleh


hal-hal sebagai berikut :

 Korosi, H S menyerang logam Fe dalam atmosfer :


2

H2S + Fe + ½ O2 =FeS + H2O

Catatan: FeS(FeroSulfida) pada keadaan kering jika kontak dengan udara


kering akan terbakar. Ini yang disebut Materi Phyrophoric. Oleh sebab itu
jika diperkirakan ada H2S, pertama kali saat separator atau bejana diisi
udara (walaupun telah di”purging” dengan gas inert sebelumnya) harus
dipastikan kondisi separator atau bejana selalu dalam keadaan basah.

 H2S menyerang Oksida-Besi (sebagai hasil korosi dengan udara atau zat
kimia lain) :

H2S + FeO = FeS + H2O

 Kegiatan operasional : tekanan berlebihan (over pressure), panas


berlebihan pada satu lokasi (over heathing / hot spot), reaksi berantai
(chain reaction), dll.

 Kegagalan mekanik (mechanical failure) : fatique, aus, fragmentasi,


fungsi kerangan (valve), dll.

Sebab-sebab lain : erosi, kurang pemeliharaan yang baik, dll.


Yang perlu diperhatikan ketika ditemukan kebocoran H2S adalah :

1. Jika gas H2S bercampur dengan gas lain dan memiliki massa jenis yang
lebih ringan dari udara (< 1.0), maka gas H2S tersebut akan naik.
2. Ketika sedang memasuki area tertutup di lokasi yang diketahui
keberadaan gas H2S, maka ruangan tertutup tersebut memilki potensi
kandungan gas H2S di dalamnya. Yang perlu diperhatikan adalah
keberadaan dari kerak dan cairan di dalamnya :
Cairan tersebut memungkinkan mengeluarkan gas H2S yang
dikandungnya jika cairan tersebut diganggu kestabilannya.
3. Proses penghilangan kerak dengan cara di-steam, bahan kima atau di
gerinda dapat mengeluarkan gas H2S yang terkandung di dalamnya.

4. Ketika berada di fasilitas eksplorasi maupun produksi dari gas dan minyak
bumi, maka perlu diperhatikan adalah arah angin yang terjadi, bisa
dengan memperhatikan alat penunjuk arah angin atau memperhatikan
gerak pepohonan sekitar. Jika terjadi kebocoran gas, maka gas H2S
tersebut dapat dengan mudah terbawa angin.
5. Dikarenakan sifat H2S yang lebih berat daripada udara, maka gas H2S
dapat berkumpul di area dataran rendah atau terhalang oleh bangunan
sekitarnya.

B. SATUAN PENGUKURAN GAS H2S

Sesuai dengan daftar di atas, banyak tabel-tabel yang tercetak yang


menggambarkan akibat dari H2S. Kebanyakan mengunakan ukuran umum
bagian perjuta (ppm). Dalam membacanya, informasi di bawah ini perlu untuk
diketahui :

 Part Per Million (PPM) / bagian per juta (BPJ) - Betapa kecil jumlahnya,
yang dapat lebih mudah dimengerti dengan contoh berikut :

a. Jika 1 inchi (2,54cm) mewakili 1 ppm gas, adalah seperti


membandingkan 1 inchi tersebut dalam 15,5 mil (25 km).
b. Jika 1 detik mewakili 1 ppm gas, adalah seperti membandingkan 1
detik tersebut dalam 11,5 hari.
c. Jika 1 pound (0,5 kg) mewakili 1 ppm gas, adalah seperti
membandingkan 1 pound tersebut dalam 500 ton.

Untuk merubah ppm dalam persentasi, pindahkan poin desimal empat kali ke
kiri.
Tabel 1.1 Perbandingan PPM dengan persentasi

C. SIFAT-SIFAT BAHAYA GAS H2S

Gas H2S merupakan gas yang sangat beracun dan lebih mematikan dibandingkan dengan Karbon
Monoksida (CO), dan hampir sama beracunnya dengan Hidro Sianida (HCN), sejenis gas yang
digunakan untuk menghukum mati para narapidana di beberapa negara bagian Amerika Serikat.

Pada umumnya, proses masuknya gas H2S kedalam tubuh manusia melalui sistem saluran
pernapasan, sedangkan paparan gas H2S yang terserap melalui kulit sangat kecil.

Masuknya gas H2S melalui saluran pernapasan diakibatkan ukuran partikel dari gas H2S yang kecil
sehingga dapat dengan mudah masuk kedalam saluran pernapasan dimana gas H2S dapat diserap
kedalam darah.

Ketika seseorang bernapas, udara yang dihirup masuk ke dalam paru-paru melalui mulut dan /
hidung. Jika udara yang dihirup ini mengandung H2S pada konsentrasi kurang dari 100 ppm, bau
telur busuk sudah dapat dideteksi, sedangkan konsentrasi di atas 100 ppm dapat melemahkan saraf
penciuman kita, lalu kita akan kehilangan daya penciuman. Berarti juga kita tidak dapat
mengetahui tanda bahaya adanya gas ini lewat bau. Tidak terciumnya bau untuk memperingati
kita akan adanya gas ini, tanpa disadari H2S telah terhirup ke dalam paru-paru dan secara cepat
mengalir ke dalam aliran darah.

Untuk melindungi dirinya sendiri, badan kita secepat mungkin akan beroksidasi atau memecah-
belahkan H2S menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Tetapi jika seseorang menghirup H2S
terlampau banyak hingga tubuhnya tidak dapat meng-oksidasi seluruh gas ini, H2S akan merambat
dan berkembang di dalam aliran darahnya dan pekerja tersebut akan keracunan. Keracunan ini
dapat melumpuhkan saraf pusat di dalam otak yang mengontrol otot paru-paru sehingga
mengakibatkan paru-paru kita berhenti bekerja. Tidak bekerjanya paru-paru seketika menyebabkan
seseorang menjadi sesak napas.

Selain itu, gas H2S dapat bercampur dengan air di paru-paru dan dapat membentuk “weak acid” /
zat asam lemah. Keberadaan zat asam lemah di dalam paru-paru dapat menyerang pembuluh darah,
sehingga cairan dari pembuluh darah akan keluar dari pembuluh darah menuju ke dalam jaringan-
jaringan sekelilingnya dan dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada paru-paru.
Sehingga dapat menyebabkan kesulitan bernapas.

Sedangkan, efek fisik gas H2S pada tingkat rendah dapat menyebabkan terjadinya gejala-gejala
sebagai berikut :

1. Mata seperti terbakar.


2. Sakit kepala atau pusing.
3. Badan terasa lesu.
4. Hilangnya kemampuan indera penciuman.
5. Rasa kering pada hidung, tenggorokan dan dada.
6. Batuk-batuk.
7. Kulit terasa perih.

Dampak paparan gas H2S terhadap manusia tergantung dari beberapa faktor, antara lain adalah :
 Lamanya seseorang berada di lingkungan / paparan gas H2S pada konsentrasi tertentu
(dalam hitungan jam atau menit).
 Frekuensi / tingkat keseringan seseorang terpapar.
 Besarnya konsentrasi H2S yang terpapar seseorang (dalam satuan ppm).

Di bawah ini adalah table mengenai dampak paparan gas H2S berdasarkan tingkat konsentrasinya
terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Tabel 2.1 Tingkat konsentrasi H2S dan efek fisik gas H2S
Tabel 2.2 Sifat-sifat H2S
D. IDENTIFIKASI TEMPAT-TEMPAT BERPOTENSI H2S

Pada setiap lokasi yang diperkirakan mengandung H2S sehubungan


dengan telah dijelaskan pada bab 1. Semua sumber yang emungkinkan
dapat timbulnya H2S harus diidentifikasi. Semua area dimana
konsentrasi melebihi 5 ppm harus diberi tanda pada jalan masuk
dengan simbol gas beracun.

Tanda juga meliputi lokasi, nama dan nomor telpon untuk keadaan
darurat. Setiap unit proses dan produksi yang terdapat kandungan H2S
di atas 100 ppm harus terdapat indikator arah angin (wind sock).
Pengukuran dan pengujian H2S harus dilakukan secara berkala pada
aliran gas atau fasa gas pada fasilitas produksi minyak. Program
pelatihan H2S juga harus diberikan pada para pekerja.

Gambar 3.1 Penggunaan WIndshock di area kerja.

Anda mungkin juga menyukai