Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP PENYAKIT)

SEROSIS HEPATIS

NAMA : Mohamad Ali Nur Robet


NIM : 19020051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
SEROSIS HEPATIS

1. Definisi
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur
yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati,
yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Nodul-nodul regenerasi ini dapat
berukuran kecil (mikronodular) dan besar (makronodular).Sirosis dapat mengganggu
sirkulasi darah intra hepatic, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan
kegagalan fungsi hati yang secara bertahap.(Price & Wilson, 2002).
Sirosis adalah kondisi fibrosis dan pembentukan jaringan parut yang difus di
hati.Jaringan hati normal digantikan oleh nodus-nodus fibrosa yang mengerut dan
mengelilingi hepatosit.Arsitektur dan fungsi normal hati terganggu.(Corwin, 2001)
Jadi Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang diakibatkan adanya
distorsi arsitektur pada lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul yang
beregenerasi pada sel hati sehingga menyebabkan sirkulasi darah di hati tidak normal
yang menyebabkan kegagalan fungsi hati atau fungsi normal hati terganggu.
2. Etiologi
Sirosis dapat disebabkan oleh banyak keadaan, termasuk radang kronis
berkepanjangan, racun, infeksi, dan penyakit jantung, penyebab sirosis hepatic :
a. Alcoholic Liver Disease
b. Penyebab Cryptogenik/Tidak diketahui
c. Hepatitis C
d. Hepatitis B
e. Lain-lain
3. Klasifikasi

Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :


1) Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2) Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3) Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar
saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis). Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal
tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk
membentuk saluran empedu baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan
jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan
tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.
4. Patofisiologi
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang
utama. Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun
defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati
pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab
utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun
demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan
minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang
tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua
kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-
sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang
melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal
yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-
bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip
paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.Sirosis hepatis
biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang sangat panjang
sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih
5. Pathway
Alkohol Kolestasis kronik Toksis obat-obatan
Virus Hepatitis B dan C

Adanya perlemakan atau Nekrosis pada hepar

SEROSIS HEPATIS

Kelainan Jaringan Parenkim Hati Fungsi hati terganggu Inflamasi Akut

Kronis Ansietas Nyeri Akut

Hipertensi portal

Ascites Gangguan Metabolisme Ggg. Metabolisme Ggg. Metabolisme Ggg. Metabolisme Gangguan
Bilirubin Protein Vitamin Zat Besi Pembentukan
Ekspansi Paru Empedu
terganggu Bilirubin tak As.amino Gangguan
relatif (albumin, Sintesis Vi. A, B Lemak tidak dapat
terkonjugasi Asam Folat
globulin) Komplek dan B12 diemulsikan dan tidak
Ketidakefektifan
melului hati menurun dapat diserap diusus halus
Pola Napas Feaces Ikterik Urine
Ggg.
pucat Gelap Produksi sel darah Peristaltik Usus
Sintesi
Vit. K merah menurun meningkat
Gangguan
Citra Tubuh Penumpukan Anemia Oksigen dalam darah
garam Faktor pembekuan Diare
menurun
empedu darah terganggu Kelemahan
dibawah kulit Ketidakefektifan
Risiko Perdarahan Intoleran Aktivitas perfusi jaringan perifer Ketidakseimbangan
Risiko Kerusakan Nutris Kurang dari
Integritas Kulit Pruritus kebutuhan tubuh
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada kasus serosis hepatis adalah
a. Pembesaran Hati ( hepatomegali ).
Pada awal perjalanan sirosis, hati cendrung membesar dan sel-selnya dipenuhi
oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung
fibrosa hati (kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran
hati akan berkurang setelah jaringan parut sehingga menyebabkan pengerutan
jaringan hati.
b. Obstruksi Portal dan Asites.
c. Varises Gastroinstestinal.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik yang
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam
pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah.
d. Edema.
e. Defisiensi Vitamin dan Anemia.
Kerena pembentukan, penggunaan, dan penyimpanan vitamin tertentu yang tidak
memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin
tersebut sering dijumpai khususnya sebagai fenomena hemoragi yang berkaitan
dengan defisiensi vitamin K.
Didapatkan gejala dan tanda berdasarkan stadium sirosis hepatis:
1) STADIUM I
a) Fase kompensasi sempurna (Latent, dini) : Demam, Diare, Berat badan
turun, Nyeri tumpul
Manifestasi : Badan kurang fit, Kelemahan otot, Anoreksia, Nausea
b) Fase dekompensasi
1. Gangguan faal hepar : Hilangnya rambut pubis dan aksila, Impoten,
Spider naevi
2. Gangguan Endokrin : Ikterus, Atrofi testis, Ginekomastia, Erithema
palmaris, Hiperpigmentasi
3. Gangguan hematologik : Kecendrungan perdarahan, (varises
esofagus), wasir, melena,hematemesis, hematoschezia, Anemia,
trombositopenia, leukopenia
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Edema, Ascites
2) STADIUM II
Flapping tremor, apraksia
3) STADIUM III
Gelisah tidak bisa tidur
4) STADIUM IV
Koma hepaticum
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikaan yang dapat dilakukan pada kasus Serosis Hepatis adalah
a. Biopsi: untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit
b. Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus untuk
konfirmasi hipertensi portal.
c. Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis
hati/hipertensi portal.
d. Ultrasonografi : untuk melihat permukaan hati dan pembesarannya, asites,
pelebaran saluran empedu, vena hepatica, vena porta.
e. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pada darah dijumpai HB rendah, trombositopenia, anemia normokrom
nomosister, hipokrom mikrosister/hipokrom makrosister. 
2) Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan
petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul
dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak.
3) Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan
juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang
kurang dan menghadapi stress.
4) Elektrolit menurun 
5) Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg,
HcvRNA, untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP
(Alfa Feto Protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi
transformasi ke arah keganasan.
8. Penatalaksanaan
8.1 Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus Serosis Hepatis :
1) Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam
2) Diet tanpa protein. Bila ada asites diberikan diet rendah garam.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
4) No alcohol at all.(Setya, 2011)
8.2 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi
seperti :
1) Asites
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
a. Istirahat
b. Diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet
rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka
penderita harus dirawat. Diet rendah garam diberikan 0,5 g/hari dan total
cairan 1,5 L/hari. Spirolakton dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari
dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari, bila perlu dikombinasi dengan
furosemid.       
c. Diuretik
d. Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah
garamdan pembatasan cairan namun penurunan berat  badannya kurang dari
1 kg setelah 4 hari.  Diuresisnya belum tercapai maka dapat kita
kombinasikan dengan furosemid.
e. Terapi lain (selain konservatif)
f. Parasintesis
g. cairan asites dapat dilakukan 5-10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan
infuse albumin sebanyak 6 – 8 gr/l cairan asites yang dikeluarkan Indikasi
Parasentesis: bila menyebabkan gangguan nafas.
2) Dengan Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintese.
Tipe yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar
20% kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompesata
yang berat. Pada sirosis hati terjadi permiabilitas usus menurun dan mikroba ini
berasal dari usus.
a. Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III
(Cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau Quinolon secara oral.
b. untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3
minggu.
3) Dengan Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus
Penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil,
dalam keadaan ini maka dilakukan :
a. Pasien diistirahatkan dan dipuasakan
b. Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfuse
c. Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali
kegunaannya yaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es,
pemberian obat-obatan, evaluasi darah. disamping melakukan aspirasi cairan
lambung. Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik 100 x/menit atau Hb 9 g
% dilakukan pemberian dekstrosa/salin dan tranfusi darah secukupnya.
Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g dalam 500 cc cairan d 5 % atau salin
pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali.
d. Menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade (sb
Tube)
e. Bedah anamtomosis porta-kava (Mariyani, 2003)
4) Dengan  Ensefalopati Hepatik
Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :
a. Mengenali dan mengobati factor pencetus
b. Intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-
Toxin yang berasal dari usus dengan jalan :
 Diet tanpa protein
 Pemberian antibiotik (neomisin)
 Pemberian lactulose/ lactikol
c. Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter : Secara langsung
(Bromocriptin,Flumazemil)
9. Diagnosa banding :
Diagnosis banding yang paling mendekati sirosis adalah sebagai berikut:
1) Hiperplasia nodular regenerative
2) Fibrosis hepatik kongenital
3) Hipertensi portal nonsirosis
4) Sindroma Budd-Chiari
5) Trombosis Vena Porta
6) Hepatoportal Sklerosis
10. Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan (2001) adalah:
1) Perdarahan Gastrointestinal
Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah pecah, sehingga timbul
perdarahan yang massif. Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah
atau hematemesis biasanya mendadak dan massif tanpa didahului rasa nyeri di
epigastrium. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan
membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung. Setelah hematemesis
selalu disusul dengan melena (Sujono Hadi).
2) Koma hepatikum
Pada penyakit hati yang kronis timbullah gangguan metabolisme protein, dan
berkurangnya pembentukan asam glukoronat dan sulfat. Demikian pula proses
detoksifikasi berkurang. Pada keadaan normal, amoniak akan diserap ke dalam
sirkulasi portal masuk ke dalam hati, kemudian oleh sel hati diubah menjadi urea.
Pada penderita dengan kerusakan sel hati yang berat, banyak amoniak yang
bebas beredar dalam darah. Oleh karena sel hati tidak dapat mengubah amoniak
menjadi urea lagi, akhirnya amoniak menuju ke otak dan bersifat toksik/iritatif
pada otak.
3) Ulkus peptikum
Menurut Tumen timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih
besar bila dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan
disebutkan diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan
duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah
timbulnya defisiensi makanan.
4) Karsinoma hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk
postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi
adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple.
5) Infeksi
Setiap  penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga
penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering timbul pada
penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis, bronchopneumonia,
pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis,
perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun septikemi.
11. Proses Keperawatan
1) Pengkajian
a) Identitas Klien
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Penyakit ini dapat berjalan tanpa keluhan dan dapat juga
dengan atau tanpa gejala klinik yang jelas. Mula-mula timbul kelemahan
badan, rasa cepat payah yang makin menghebat, nafsu makan menurun,
penurunan berat badan, badan menguning (ikterus), demam ringan, sembab
tungkai dan pembesaran perut (asites).
c) Riwayat Penyakit Masa lalu
d) Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain
yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan penyakit
Sirosis hepatis. Apakah pernah sebagai pengguna alkohol dalam jangka waktu
yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani
serta rohani pasien.
e) Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
1. B1 (Breathing) : sesak, keterbatasan ekspansi dada karena hidrotoraks dan
asites.
2. B2 (Blood) : pendarahan, anemia, menstruari menghilang. Obstruksi
pengeluaran empedu mengakibatkan absorpsi lemak menurun, sehingga
absorpsi vitamin K menurun. Akibatnya, factor-faktor pembekuan darah
menurun dan menimbulkan pendarahan. Produksi pembekuan darah
menurun yang mengakibatkan gangguan pembekuan darah, selanjutnya
cenderung mengalami pendarahan dan mengakibatkan anemia. produksi
albumin menurun mengakibatkan penurunan tekanan osmotic koloid,
yang akhirnya menimbulkan edema dan asites. Gangguan system imun :
sistesis protein secara umum menurun, sehingga menggangu system
imun, akhirnya penyembuhan melambat.
3. B3 (Brain) : Kesadaran dan keadaan umum pasien Perlu dikaji tingkat
kesadaran pasien dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk
mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacuan fungsi
dari hepar salah satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap
penurunan kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia menyebabkan
pasokanO2 ke jaringan kurang termasuk pada otak.
4. B4 (Bladder) : urine berwarna kuning tua dan berbuih. Bilirubin tak-
terkonjugasi meningkat bilirubin dalam urine dan ikterik serta pruritus
5. B5 (Bowel) : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen. Vena-vena
gastrointestinal menyempit, terjadi inflamasi hepar, fungsi gastrointestinal
terganggu. Sintetisb asam lemak dan trigliserida meningkat yang
mengakibatkan hepar berlemak, akhirnya menjadi hepatomegali : oksidasi
asam lemak menurun yang menyebabkan penurunan produksi tenaga.
Akibatnya, berat badan menurun.
6. B6 (Bone) : keletihan, metabolism tubuh meningkat produksi energy
kurang. Glikogenesis meningkat, glikogenolisis dan glikoneogenesis
meningkat yang menyebabkan gangguan metabolisme glukosa.
Akibatnya terjadi penurunan tenaga (Marry, 2008).

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada kasus Serosis Hepatis :
1. Nyeri akut (00132)
2. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
4. Ketidakefektifan Perfusi jaringan Perifer (00204)
5. Intoleran aktifitas (00092)
6. Diare (00013)
7. Ansietas (00146)
8. Gangguan Citra Tubuh (00118)
9. Risiko Perdarahan (00206)
10. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (00047)
3) Intervensi

N DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
O KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Pola Napas NOC : NIC :
Definisi : Pertukaran udara
v  Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas :
inspirasi dan/atau ekspirasi selama 2x24 jam, masalah
tidak adekuat Ketidakefektifsn pols napas dapat  Monitor respirasi dan status O2

Batasan karakteristik : teratasi.  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin


lift atau jaw thrust bila perlu
 Penurunan tekanan - Status Pernapasan : Ventilasi
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan
inspirasi/ekspirasi (0403)
ventilasi
 Penurunan pertukaran udara Kode Indikator SA ST
04030 frekuensi  Identifikasi pasien perlunya pemasangan
per menit
1 pernapasan alat jalan nafas buatan
 Menggunakan otot 04031 suara napas  Pasang mayo bila perlu
pernafasan tambahan 0 tambahan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Nasal flaring 04031 retraksi dinding
 Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Dyspnea 1 dada
d suction
 Orthopnea
 Auskultasi suara nafas, catat adanya
 Perubahan penyimpangan keterangan :
suara tambahan
dada
 Nafas pendek 1 : deviasi berat dari kisaran normal  Lakukan suction pada mayo
 Assumption of 3-point 2 : deviasi yang cukup berat dari  Berikan bronkodilator bila perlu
position kisaran normal  Berikan pelembab udara Kassa basah
 Pernafasan pursed-lip NaCl Lembab
3 : deviasi ringan dari kisaran normal
 Tahap ekspirasi  Atur intake untuk cairan
berlangsung sangat lama 4 : deviasi sedang dari kisaran normal mengoptimalkan keseimbangan.
Faktor yang berhubungan :
5 : tidak ada deviasi dari kisaran
Terapi oksigen :
 Hiperventilasi normal

 Deformitas tulang  Bersihkan mulut, hidung dan secret

 Kelainan bentuk dinding trakea

dada  Pertahankan jalan nafas yang paten

 Penurunan energi /  Atur peralatan oksigenasi


kelelahan  Monitor aliran oksigen
 Perusakan/pelemahan  Pertahankan posisi pasien
muskulo-skeletal  Onservasi adanya tanda tanda
 Posisi tubuh hipoventilasi

Monitor adanya kecemasan pasien terhadap


oksigenasi
2 Nyeri akut (00132) b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)
cidera biologi keperawatan selama 1x24 jam masalah Aktifitas :
nyeri akut dapat teratasi. 1. Lakukan penilaian nyeri secara
kriteria hasil : komprehensif dimulai dari lokasi,
Kontrol nyeri (1605) karakteristik, dan penyebab
Kode Indikator SA ST 2. Kaji ketidaknyamanan non verbal
16050 mengenali 3. Tentukan dampak nyeri pada kehidupan
2 kapan nyeri sehari-hari
terjadi 4. Ajari untuk menggunakan teknik non
16050 menggambarkan
farmakologis (seperti biofeedback, TENS,
1 faktor penyebab
16051 melaporkan hypnosis, relaksasi, terapi musik,
1 nyeri yang distraksi, terapi bermain, acupresure,
terkontrol aplikasi hangat/dingin dan pijatan)
keterangan : sebelum, sesudah dan jika memungkinkan
1 : tidak pernah menunjukkan selama puncak nyeri, sebelum nyeri
2 : jarang menunjukkan terjadi atau meningkat dan sepanjang
3 : kadang-kadang menunjukkan nyeri itu terjadi atau meningkat dan
4 : sering menujukkan sepanjang nyeri itu masih terukur
5 : secara konsisten menunjukkan 5. Anjurkan untuk istirahat atau tidur yang
adekuat untuk mengurangi nyeri
6. Kolaborasi dengan Tim Medis dalam
pemberian analgesik ibu post partum.
3 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 2x24 jam,
Management Nutrisi :
Definisi : Intake nutrisi tidak masalah ketidakseimbangan nutrisi
 Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk keperluan kurang dari kebutuhan tubuh dapat
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
metabolisme tubuh. teratasi.
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Batasan karakteristik : - Status nutrisi (1004)
yang dibutuhkan pasien.
Kode Indikator SA ST
 Berat badan 20 % atau 10040 asupan gizi
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan
lebih di bawah ideal intake Fe
1
 Dilaporkan adanya intake 10040 asupan makanan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kurang dari 2 protein dan vitamin C
10040 energi
RDA (Recomended Daily  Berikan substansi gula
3
Allowance)  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
1 : sangat menyimpang dari rentang
 Membran mukosa dan normal tinggi serat untuk mencegah konstipasi
konjungtiva pucat  Berikan makanan yang terpilih ( sudah
2 : banyak menyimpang dari rentang dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Kelemahan otot yang
normal  Ajarkan pasien bagaimana membuat
digunakan untuk
menelan/mengunyah 3 : cukup menyimpang dari rentang catatan makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
 Luka, inflamasi pada normal kalori
rongga mulut  Berikan informasi tentang kebutuhan
4 : sedikit menyimpang dari rentang
Faktor-faktor yang nutrisi
normal
berhubungan :  Kaji kemampuan pasien untuk
Ketidakmampuan pemasukan 5 : tidak menyimpang dari rentang mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
atau mencerna makanan atau normal
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.
4 Ketifakefektifan Perfusi Setelah dilakukan asuhan Pengecekan Kulit (6580)
Jaringan Perifer (00204) keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda- tanda vital
masalah Ketidakefektifan Perfusi pasien
Jaringan Perifer dapat teratasi. 2. Berikan terapi oksigen untuk
kriteria hasil : memenuhi kebutuhan oksigen
Perfusi Jaringan : Perifer (0407) 3. Tingkatkan konsumsi cairan
Kode Indikator SA ST pada klien
04071 pengisian 4. Pertahankan warna dan suhu
5 kapiler kulit dalam rentang normal
04071 suhu kulit
5. Kolaborasi dengan tim
6 diujung kesehatan dalam peningkatan sirkulasi
kaki dan klien
tangan
04074 nilai rata-
0 rata
tekanan
darah
keterangan :
1 : deviasi berat
2 : deviasi cukup besar
3 : deviasi sedang
4 : deviasi ringan
5 : tidak ada deviasi
5 Intoleransi Aktivitas NOC : NIC :
Definisi : ketidakcukupn
Setelah dilakukan asuhan keperwatan Activity Therapy
energi psikologis untuk
selama 2x24 jam Intoleransi aktivitas
mempertahankan / 1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan
teratasi dengan kriteria :
menyelesaikan aktivitas klien
1. toleransi terhadap aktivitas
kehidupan sehari-hari 2. Bantu klien memenuhi kebutuhan

Batasan karakteristik : kode Indikator SA ST aktivitasnya sesuai dengan tingkat


00050 Saturasi oksigen keterbatasan klien
 Respons tekanan darah 1 ketika 3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang
abnormal beraktivitas dapat membantu dan meningkatkan
00050 Frekuensi kekuatan fisik klien.
 Respon frekuensi
3 pernapasan 4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan
jantung abnormal
00050 Frekuensi nadi
 Perubahan ECG ADL klien
2
 Keletihan 5. Jelaskan pada keluarga dan klien

 Lemah tentang pentingnya bedrest ditempat


Keterangan :
tidur.
Faktor yang berhubungan : 1 : sangat terganggu 6. Kaji tanda verbal dan nonverbal

 Ketidakseimbangan 2 : banyak terganggu kecemasan. Dampingi pasien dan

antara suplai dan lakukan tindakan bila menunjukkan


3 : cukup terganggu
kebutuhan oksigen perilaku merusak.

 Imobilitas 4 : sedikit terganggu 7. Monitor intake output nutrisi


8. Mulai melakukan tindakan untuk
 Fisik tidak bugar 5 : tidak terganggu
mengurangi intoleransi aktivitas. Beri
lingkungan yang tenang dan suasana
penuh istirahat.
9. Kolaborasi dengan tim medis
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M, Bulechek dkk, 2013. Nursing Interventions Classifiation (NIC) edisi


Bahasa Indonesia. Edisi keenam. Jakarta : Elsevier.
Hudak, Gallo.(1992). Keperawatan Kritis.Jakarta: Penerbit ECC
Lestari. (2009). Jurnal Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis, FKUI, Jakarta
Mariyani, Sri (2005). Jurnal Sirosis Hepatis, FK UNSUMSEL
Moorhead, Sue dkk, 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) edisi Bahasa
Indonesia. Edisi kelima. Jakarta : Elsevier
NANDA. 2015. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2015-2017.
NANDA International. Philadelphia.
Setiya, Yulis. (2010). Handout Materi Sirosis Hepatis.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed
8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-
proses penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Anda mungkin juga menyukai