Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS DAN


PENANGANANNYA

DI SUSUN OLEH :
 LAILA NURJANA
 LINDA SUKMAWATI
 HASNA
 IRMA SURIANI
 MEGA NURHALISA
 HERNIATIN
 HERNITA
 MELIANA
 FIRDANIA MIDO

AKADEMI KEBIDANAN
YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE
2020
KATA PENGANTAR

Syukur  kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ DETEKSI DINI
KOMPLIKASI MASA NIFAS “ Penulis menyadari akan banyak kekurangan
dalam menyusun karya tulis ini, akan tetapi meski demikian penulis berharap
makalah ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan, arahan,
bimbingan dan nasehat dari semua pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikaan
karya tulis ini. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen pembimbing.
Semoga seluruh amal baik ibu/bapak mendapat balasan yang berlipat ganda dari
Allah SWT.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN MASA NIFAS
1.1 Pengertian dan penanganan masa nifas
A Perdarahan masa nifas
1.2. Pengertian dan penanganan Infeksi masa nifas
A. Infeksi masa nifas
1.3 Penanganan sakit kepala, nyeri epigestrik, penglihatan kabur
A Sakit kepala
B. Nyerih epigestrik
C Penglihatan kabur
2.1 Penanganan pembengkakan di wajah atau eksremitas
2.2 Penanganan demam, muntah, rasa sakit, waktu berkemih
A. Demam
B Muntah
C Rasa sakit waktu berkemih
2.3 Penanganan payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit
3.1 Penanganan kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
3.2 Penanganan rasa sakit merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
A      Rasa sakit
B Kemerahan
C Nyeri tekan
D Pembengkakan pada kaki
3.3 Penanganan tentang merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya dan
dirinya
BAB III PENUTUP
A Kesimpulan
B Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah
plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi
seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum
hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin.
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena
pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan
setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas 
dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu.
Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24
jam setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1
hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa
nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu
setelah melahirkan.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi
dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju
maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak
tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang
sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan
kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan.
Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping
ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm
menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan
promosi kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat
terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya
merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa
kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan
baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan
ibu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit
Cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2009 adalah 71,54%,
sementara target cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2015 adalah 90%.
Berdasarkan data dari profil kesehatan tahun 2009 cakupan kunjungan masa
nifas di Jawa Tengah yaitu 73, 38%.

2. Rumusan masalah ?
Bagaimana mendeteksi komplikasi pada masa nifas
Bagaiamana cara penanganan yang tepat pada komplikasi pada masa nifas

3. Tujuan

Tujuan umum
Agar mahasiswi mengetahui apa saja yang termasuk dalam deteksi dini
komplikasi masa nifas.
Tujuan khusus

1) Mahasiswi dapat mengetahui apa itu perdarahan post partum


2) Mahasiswi dapat mengetahui apa saja yang termasuk kedalam infeksi
masa nifas
3) Mahasiswi dapat mengetahui kapan jadwal kunjungan dirumah
4) Mahasiswi dapat mengetahui hasil penelitian tentang penatalaksanaan
pencegahan infeksi nifas
BAB II
PEMBAHASAN

      PENGERTIAN MASA NIFAS

Puerperium
    Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari

1.1 PENGERTIAN DAN PENANGANAN MASA NIFAS

A. Perdarahan Pada Masa Nifas

Perdarahan yang terjadi setelah melahirkan bisa disebabkan oleh keadaan yang


normal maupun abnormal. Penting untuk
mengenali perbedaan di antara keduanya, agar Anda bisa menentukan bagaimana
harus menyikapinya.Saat hamil, volume darah biasanya akan meningkat sekitar
50%. Peningkatan volume darah ini merupakan persiapan dalam menghadapi
kehilangan darah saat proses persalinan
.

Tanda-Tanda Perdarahan Setelah Melahirkan yang Tergolong Normal

Perdarahan setelah melahirkan umumnya berasal dari robekan pada vagina


atau akibat tindakan episiotomi yang dilakukan saat persalinan. Selain itu,
perdarahan juga bisa terjadi selama proses pelepasan plasenta.

Sesaat setelah bayi lahir, kontraksi pada rahim akan memicu lepasnya
plasenta. Pada kondisi yang normal, kontraksi akan terus terjadi hingga
perdarahan terhenti.

Beberapa hari usai persalinan, darah akan keluar secara bertahap. Ini
adalah salah satu hal yang dialami wanita setelah melahirkan. Beberapa tanda
perdarahan setelah melahirkan yang tergolong normal adalah:

 Perdarahan dapat diawali dengan keluarnya darah yang cukup deras dan
berwarna merah terang. Kadang perdarahan disertai keluarnya gumpalan
darah.
 Secara bertahap, darah akan berubah warna menjadi merah muda, cokelat,
dan akhirnya digantikan oleh cairan berwarna putih kekuningan.

Perdarahan normal ini disebut juga dengan perdarahan nifas, yang bisa
berlangsung 2-6 minggu usai melahirkan. Pada awal-awal masa nifas ini, Anda
mungkin membutuhkan pembalut khusus karena cukup derasnya perdarahan,
namun seiring waktu, Anda bisa menggunakan pembalut biasa.
Gejala Perdarahan Setelah Melahirkan yang Abnormal

Untuk mewaspadai kondisi yang berbahaya, Anda perlu mengetahui gejala


saat terjadi perdarahan yang abnormal, yaitu:

 Perdarahan hebat, yang dengan cepat bisa menyebabkan syok


hipovolemik. Kondisi ini dapat ditandai dengan rasa lemas, pucat,
penurunan tekanan darah, bingung, gelisah, serta berkurangnya frekuensi
dan jumlah urin.
 Jika terjadi infeksi, perdarahan bisa juga disertai dengan keluarnya bau
yang tidak sedap, demam, dan nyeri perut bagian bawah.

Perdarahan setelah melahirkan, atau sering disebut dengan postpartum


hemorrhage (PPH), bisa terjadi sehari setelah melahirkan, atau bisa juga beberapa
hari hingga minggu setelahnya. Penyebab dari perdarahan setelah melahirkan
yang abnormal ini adalah:

 Rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah mengeluarkan plasenta


(atonia uteri)
 Vagina atau perineum robek parah
 Rahim yang robek (ruptur uteri)
 Gangguan pembekuan darah
 Plasenta akreta dan plasenta previa

Perdarahan setelah melahirkan yang abnormal perlu mendapat penanganan


segera, karena bisa mengancam nyawa. Penanganan perdarahan setelah
melahirkan akan diawali dengan mengatasi kondisi gawat darurat dahulu, baru
kemudian dilanjutkan dengan menangani penyebab perdarahan setelah kondisi
pasien stabil.

Jika disebabkan oleh gangguan kontraksi pada rahim, akan dilakukan


pemiijatan rahim untuk merangsang kontraksi atau pemberian obat yang memicu
kontraksi rahim. Jika disebabkan oleh adanya robekan pada vagina dan perineum,
akan dilakukan penjahitan pada area yang mengalami robekan. Sedangkan, jika
disebabkan oleh robeknya rahim, akan dilakukan operasi untuk menghentikan
perdarahan atau bahkan operasi pengangkatan rahim.

Anda perlu mengenali tanda perdarahan setelah melahirkan yang normal


dan abnormal, agar dapat mengantisipasi kondisi yang berbahaya. Jika Anda
mengalami gejala atau tanda perdarahan yang tidak normal, segera
lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan penanganan.

Cara Menangani Perdarahan Post Partum

Dalam melakukan penanganan perdarahan postpartum secara sistematis


terdapat dua tingkat penatalaksanaan yaitu tatalaksana umum dan tatalaksana
khusus.

Tatalaksana Umum

 Memanggil bantuan tim untuk melakukan tatalaksana secara simultan


 Menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
 Apabila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok
 Memberikan oksigen.
 Memasang infus intravena dengan jarum besar
 Memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau
Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu.
 Melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan.
 Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah lengkap.
 Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan
dengan jumlah cairan yang masuk.
a) Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
b) Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka,
dan tinggi fundus uteri.
c) Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
d) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
e) Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis
ditemukan keadaan anemia berat
f) Menentukan penyebab perdarahannya dan melakukan tatalaksana
spesifik sesuai penyebab

Tatalaksana Khusus

 Atonia uteri : Memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan


NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM.
Lanjutkan infus oksitosin 20 unitd alam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti.
 Retensio Plasenta : Melakukan plasenta manual secara hati-hati
 Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual
atau dilatasi dan kuretase.
 Robekan Jalan Lahir : Untuk ruptur perineum dan robekan dinding vagina
lakukan penjahitan seperti biasa, untuk robekan Serviks lakukan
penjahitan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke
arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
 Gangguan Pembekuan Darah : Memberikan transfusi darah lengkap segar
untuk menggantikan faktor pembekuan dan sel darah merah.
 Inversio uteri : Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi
tampak sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, rujuk ke
fasilitas yang lebih memadai dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan
laparotomi. Bila laparotomi tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi
sub total hingga total.
 Ruptura uteri : Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat
melakukan operasi untuk dilakukan reparasi uterus atau histerorafi. Bila
histerorafi tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi sub total hingga
total.

1.2 PENGERTIAN DAN PENANGANAN INFEKSI MASA NIFAS

A. Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang


masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat
Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,
dengan mengecualikan 24 jam pertama 

Penyebab Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ


kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

1) Ektogen (kuman datang dari luar)


2) Autogen (kuman dari tempat lain)
3) Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic


2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii
Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling
berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril,
tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

Penanganan Infeksi Nifas

Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka


operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah,
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta
perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
Penanganan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin


185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr
4-6 jam kemudian peroral.
2. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM,
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM
ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
1.3 PENANGANAN SAKIT KEPALA, NYERIH EPIGESTRIK,
PENGLIHATAN KABUR

A. Sakit kepala hebat

Sakit kepala yang terjadi satu minggu pertama masa nifas mungkin merupakan
efek sisa pemberian obat anestesi saat melahirkan. Namun, jika sakit kepala terasa
sangat mengganggu, disertai dengan penglihatan kabur, muntah, nyeri ulu hati,
ataupun bengkaknya pergelangan kaki, Anda perlu waspada. Kondisi tersebut bisa
menjadi tanda komplikasi seperti preeklampsia pascamelahirkan.

Gejala :
1) Tekanan darah naik atau turun
2) Lemah
3) Anemia
4) Napas pendek atau cepat
5) Nafsu makan turun
6) Kemampuan berkonsentrasi kurang
7) Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong
8) Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang
pun mengerti
9) Serangan cemas
10) Merasa takut
11) Berpikir obsesi
12) Hilangnya rasa takut
13) Control terhadap emosi hilang
14) Berpikir tentang kematian
Bagaimana cara mengatasi sakit kepala setelah melahirkan?
Penanganan:
1) Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat
penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga
2) Pemberian  Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi
1x/hari
3) Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolic
4) Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih
5) Ukur keseimbangan cairan
6) Persiapan rujukan
7) Periksa Hb
8) Periksa protein urine
9) Observasi tanda-tanda vital
10) Lebih banyak istirahat

B. Nyeri epigastrium

Nyeri daerah epigastrium atau daerah kuadran atas kanan perut, dapat
disertai dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa khawatir pada
penderita akan adanya gangguan pada organ vital di dalam dada seperti jantung,
paru dan lain-lain.
   Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi pada triwulan ke-3
kehamilan. Sedangkan eklampsia merupakan penyakit lanjutan preeklamsia, yakni
gejala di atas ditambah tanda gangguan saraf pusat, yakni terjadinya kejang
hingga koma, nyeri frontal, gangguan penglihatan, mual hebat, nyeri epigastrium,
dan hiperrefleksia. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada  tanda-tanda
lain karena terjadi reimplantasi amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3
kehamilan. Pada keadaan ibu yang tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang,
reimplantasi tidak terjadi secara optimal sehingga menyebabkan blokade
pembuluh darah setempat dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat
dibuat jika kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang
biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik
naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan
tekanan darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada
keadaan istirahat. Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan
dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan
serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia.
Edema juga terjadi karena proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air
kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan
kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+  atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang
dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi
dan kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup
serius.

     Tanda dan Gejala


1.      Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah,
2.       65 persen dengan nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah
3.      31 persen dengan sakit kepala.

     Penanganan :
1.    Informed consent
2.    Mengobservasi TTV
3.    Persiapan rujukan
4.    Pemeriksaan darah rutin
5.    Tes fungsi hati.
6.    Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia),
7.    Bolus 4 – 6 g MgSO4 dalam konsentrasi 20%. Dosis ini diikuti dengan
infus 2 g per
jam.
8.   Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10%  i.v.
9.   Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di atas
160/110 mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis inisial
5mg) setiap 15 – 20 menit sampai tekanan darah target tercapai atau
kombinasi nifedipin dan MgSO4.

C. Penglihatan kabur
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda
preeklampsi. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam
jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan  kabur atau
berbayang, melihat bintik-bintik (spot) , berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda
yang menunjukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia.
Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di
korteks cerebri atau didalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah).
Perubahan penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
satu atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita
preeklamsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit
menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang
interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit, peningkatan
protein serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah
berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama.
Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang, dengan
akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukkan
perubahan yang nyata pada preeklamsia. Konsentrasi kalium, natrium, kalsium,
dan klorida dalam serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah,
bikarbonat dan pH pun normal. Kadar kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak
meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total,
perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada
preeklamsia. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan
nyata dan kadar tersebut lebih meningkat lagi pada preeklamsia.

   Tanda dan Gejala :


1.      Peningkatan tekanan darah yang cepat
2.      Oliguria
3.      Peningkatan jumlah proteinuri
4.      Sakit kepala hebat dan persisten
5.      Rasa mengantuk
6.      Penglihatan kabur
7.      Mual muntah
8.      Nyeri epigastrium
9.      Hiperfleksi

Faktor resiko :
1.     Primigravida
2.     Wanita gemuk
3.     Wanita dengan hipertensi esensial
4.     Wanita dengan kehamilan kembar
5.     Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
6.     Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya
7.     Riwayat keluarga eklamsi
Peran Bidan :
1.      Mendeteksi terjadinya eklamsi
2.      Mencegah terjadinya eklamsi
3.      Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
4.      Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi

2.1 PENANGANAN PEMBEKAKAN DI WAJAH ATAU EKSREMITAS

Pembengkakan wajah dan ektremitas atau yang sering disebut dengan


udem sering ditemukan pada wanita hamil ataupun nifas. Baik karena perubahan
fisiologis maupun perubahan yang patologis.
Udem adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan , akibat adanya
gannguan keseimbangan. Udem dapat terjadi oleh :

a) Adanya tekanan hidrostatik yang sangat tinggi pada pembuluh kapiler


seperti misalnya bila aliran darah vena tersumbat
b) Tekanan osmotik terlalu rendah, karena kadar protein plasma, terutama
albumin sangat rendah
c) Sumbatan pada aliran limfe
d) Kerusakan dinding kapiler sehingga plasma dapat merembes keluar dan
masuk ke dalam jaringan serta menimbulkan tekanan osmotik yang
melawan tekanan osmotik protein dalam aliran darah

Udem juga terlihat pada adanya trombosis pada vena – vena betis yang
terletak dalam, biasanya merupakan komplikasi berbahaya akibat berbaring yang
terlalu lama, yang menyebabkan aliran dalam darah vena menjadi lambat sehinga
membeku. Trombosis seperti ini terjadi akibat infeksi.

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam


jaringan dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema paling umum terjadi pada feet
(tungkai-tungkai) dan legs (kaki-kaki), dimana ia dirujuk sebagai peripheral
edema. Pembengkakan adalah akibat dari akumulasi cairan yang berlebihan
dibawah kulit dalam ruang-ruang didalam jaringan-jaringan. Organ tubuh
mempunyai ruang-ruang interstitial dimana cairan dapat berakumulasi. Akumulasi
cairan dalam ruang-ruang udara interstitial (alveoli) dalam paru-paru terjadi pada
penyakit yang disebut pulmonary edema.

Sebagai tambahan, kelebihan cairan adakalanya berkumpul dalam apa yang


disebut ruang ketiga, yang termasuk rongga-ronga dalam perut (rongga perut atau
peritoneal - disebut ascites ) atau di dada (rongga paru atau pleural - disebut
pleural effusion). Edema ialah edema biasa yang terjadi pada kehamilan normal
sehingga edema bukan tanda pre eklampsi yang dapat dipercaya kecuali jika
edema juga dimulai terjadi pada tangan dan wajah. Kadang-kadang edema tidak
terlihat jelas pada pemeriksan teapi termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan
berat badan yang mendadak sebanyak 1 kg / lebih dalam seminggu atau 3 kg
dalam sebulan adalah indikasi pre eklampsi.

Ada beberapa hal yang memicu parahnya edema, yaitu :

1.      Cuaca panas
2.      Berdiri terlalu lama
3.      Kecapekan
4.      Kebanyakan sodium, biasanya pada garam
5.      Kebanyakan cafein
6.      Kurang potassium

Cara penanganan nya

Penanganan

1.    Tidak berdiri terlalu lama


2.    Rebahan dengan kaki agak terangkat
3.    Sepatu/sandal yang enak, jangan yang berhak tinggi
4.    Pake stocking ketat tapi tidak nyekik, ada yang khusus buat bengkak
5.    Jangan pakai pakaian ketat
6.    Pijit
7.    Minum air putih sebanyak-banyaknya
8.    Kurangi sodium pada garam

Penatalaksanaan

Terapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang


reversibel (jika memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan
untuk meminimalisasi retensi air. tidak semua pasien edema memerlukan terapi
farmakologis ,pada beberapa pasien terapi non farmakologis sangat efektif seperti
pengurangan asupan natrium (yakni kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh
ginjal) dan menaikkan kaki diatas level dari atrium kiri. Tetapi pada kondisi
tertentu diuretic harus diberikan bersamaan dengan terapi non farmakologis.

Pemilihan obat dan dosis akan sangat tergantung pada penyakit yang
mendasari, berat-ringannya penyakit dan urgensi dari penyakitnya. Efek diuretic
berbeda berdasarkan tempat kerjanya pada ginjal. Klasifikasi diuretic berdasarkan
tempat kerja :

1.    Diuretic yang bekerja pada tubulus proksimalis


2.    Diuretic yang bekerja pada loop of henle
3.    Diuretic yang bekerja pada tubulus kontortus distal
4.    Diuretic yang bekerja pada cortical collecting tubule
5.    Prinsip terapi edema
6.    Penanganan penyakit yang mendasari
7.    Mengurangi asupan natrium dan air, baik dari diet maupun intravena
8.    Meningkatkan pengeluaran natrium dan air : Diuretik, hanya sebagai terapi
paliatif,bukan kuratif, Tirah baring, lokal pressure
9.    Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar, diuresis yang berlebihan
menyebabkan pengurangan volume plasma,hipotensi,perfusi yang
inadekuat, sehinggga diuretic harus diberikan dengan hati-hati.
2.2 PENANGANAN DEMAM, MUNTAH, RASA SAKIT, WAKTU
BERKEMIH
A. Demam

Usai melahirkan, sebagian Mama ada yang mengalami demam. Suhu


demamnya tidak kelewat tinggi, berkisar antara 37-37,5 C. Setelah 12 jam
pertama, biasanya suhu tubuh Mama kembali normal. Demam usai melahirkan ini
dapat dikategorikan normal. Meski begitu, Mama perlu waspada bila demam itu
tak kunjung turun, bahkan hingga 48 jam. Apalagi bila suhunya naik lebih dari 38
C. Bila ini terjadi, ada dugaan Mama mengalami infeksi nifas usai
melahirkan atau  puerperalis infection. Kondisi itu terjadi karena masuknya
kuman ke dalam tubuh Mama, kemudian tubuh mengaktifkan mekanisme
pertahanan tubuh untuk membunuh kuman itu dengan menaikkan suhu tubuh.

Cara penanganan nya……

 Konsultasi ke dokter
 Kompres dengan terapi panas

 Minum obat yang telah di resepkan dokter


 Momsumsi nutrisi yang sehat dan cukup
 Nyeri payudara juga dapat menyebabkan demam setelah melahirkan.
Hindari memakai bra ketat. Bra atau baju bersalin postnatal ideal untuk
dipakai.
 Infeksi urin juga dapat meningkatkan suhu tubuh Anda. Banyak minum air
dan makanan dengan banyak cairanuntuk mencegah tubuh dehidrasi.
 Istirahat yang cukup

B. Muntah
Pasca melahirkan, jangan anggap remeh jika Anda merasa sakit perut
disertai rasa mual sampai muntah-muntah, apalagi disertai diare. Bisa jadi, ini
merupakan gejala infeksi di saluran pencernaan.

Rupanya kondisi tubuh yang masih lemah sehabis melahirkan


menyebabkan Anda mudah mengalami infeksi jika makan sembarangan. Akibat
muntah-muntah dan diare, dikhawatirkan Anda mengalami dehidrasi atau
kekurangan cairan tubuh. Dalam kondisi ini Anda akan merasa lemas.

Penanganan nya…..

Jika penyebabnya adalah virus, maka penyakitnya akan hilang sendiri


dalam waktu satu atau dua hari. Hanya saja, Anda tetap harus banyak minum
untuk mencegah kekurangan cairan tubuh.

Jika penyebabnya adalah bakteri, selain harus banyak minum untuk


mengatasi kekurangan cairan yang mungkin terjadi, Anda juga harus
mendapatkan antibiotik dari dokter. Apabila Anda muntah dan diare terlalu
banyak, bisa jadi Anda perlu mendapatkan tambahan cairan melalui pembuluh
darah balik alias diinfus. Nah, untuk bisa tahu penyebabnya, hasil muntahan atau
tinja perlu diperiksa di laboratorium.

C. Sakit waktu berkemih.

Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora


normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli memiliki
pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-eden, 1982).

Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air


kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia
epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang
akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi
periuretra atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse
oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan
distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk
mengeluarkan air yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih. 

seringkali disebabkan oleh batu atau infeksi pada saluran kemih. Kondisi


ini memang rentan dialami oleh orang yang pernah mengalami retensi urin
(sulit BAK), termasuk yang terjadi pada ibu pasca menjalani persalinan normal.
Retensi urin ini bisa diakibatkan oleh trauma pada saluran kemih saat persalinan
yang mengakibatkan peradangan (inflamasi) atau hipotonia (tonus otot yang
menurun) otot kandung kemih.

Urin yang mengalami statis (terbendung) dalam saluran kemih berpotensi


menggumpal membentuk batu atau juga membuat bakteri di dalamnya
berkembang biak.

Akibatnya, sering muncul gejala-gejala, seperti:

 Nyeri saat BAK


 BAK tidak lancar, tidak lampias
 BAK sedikit-sedikit tapi sering
 Urin berwarna keruh, atau bahkan berdarah
 Nyeri perut bawah
 Demam, menggigil
 Mual, dsb

Adapun penangan nya sebagai berikut:

 Bersihkan organ intim dengan air bersih setiap habis buang air dari arah
depan ke belakang
 Gunakan pakaian dalam yang bersih, kering, berbahan lembut
 Perbanyak minum air putih 8-12 gelas perhari
 Berolahraga teratur
 Hindari konsumsi kafein dan merokok
2.3 PENANGANAN PAYUDARA YANG BERUBAH MENJADI MERAH,
PANAS, DAN TERASA SAKIT

Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan


payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet
akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. B.H yang
terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak disusu dengan
adekuat, bisa terjadi mastitis.

Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.

Gejala :

• Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal.


• Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
• Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)
• Panas badan dan rasa sakit umum.

Penatalaksanaan :

 Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena


edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada payudara
yang normal.
 Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah
panas pada payudara yang terkena.
 Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran,
duduk atau posisi memegang bola (football position)
 Pakailah baju B. H yang longgar
 Istirahat yang cukup , makanan yang bergizi
 Banyak minum sekitar 2 liter per hari 

1) Bersihkan payudara dengan handuk hangat untuk meningkatkan aliran


ASI.
2) Gunakan teknik atau posisi yang berbeda ketika menyusui.
3) Gunakan payudara secara bergantian ketika sedang menyusui.
4) Kosongkan payudara sepenuhnya ketika sedang menyusui untuk
mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran ASI. Jika bayi sudah
berhenti menyusu dan payudara belum sepenuhnya kosong, gunakanlah
alat pompa ASI untuk memompa ASI dan mengosongkan payudara.
5) Hindari penggunaan sabun ketika membersihkan puting.
6) Pijat payudara secara teratur untuk memperlancar saluran ASI.
7) Perbanyak konsumsi cairan untuk mencegah dehidrasi.
8) Hindari penggunaan bra yang terlalu ketat.
9) Hindari menindik puting payudara karena dapat meningkatkan risiko
infeksi.

·          Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan


menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi apabila
dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidaka da perbaikan setelah 12 jam, maka
diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.

3.1 KEHILANGAN NAFSU MAKAN DALAM WAKTU LAMA

Kehilangan nafsu makan adalah hilangnya keinginan untuk makan makanan


dan tidak merasa lapar. Pada masa nifas dapat terjadi rasa kehilangan nafsu
makan biasanya berlangsung beberapa hari pasca persalinan.
Penyebab hilangnya nafsu makan pada ibu, yaitu, :

1.      Ibu post partum blues

2.      Kurangnya dukungan dari keluarga (terutama suami)

3.      Ibu mengidap suatu penyakit dalam pencernaan atau anggota tubuh

4.      Kedaan ekonomi yang tidak mendukung.

5.      Kurangistirahat
 Penanganan.

1) Pemberian dukungan mental pada ibu.


2) Pemberian KIE kepada ibu dan keluarga mengenai pentingnya asupan gizi
yang baik untuk ibu dan bayinya.
3) Anjurkan ibu untuk makan yang segar dan bervariasi setiap hari agar tidak
bosan, yaitu:
a. Makan sumber protein nabati dan hewani.

seperti: daging, telur, kacang-kacangan dan ayam.

b. Makanan sumber kerbohidrat

seperti: beras, jagung, kentang, dan ubi. Sayuran (seperti: bayam,


kangkung) dan buah-buahan (seperti: jeruk, pepaya, pisang dan
mangga).

c. Zinc: daging, hati, kerang, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan.


d. Kalium: makanan mentah atau segar, terutama sayuran, buah dan
kacang-kacangan.
e. Magnesium: sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian, kacang-
kacangan, daging, susu, daging.
f. Vitamin B: biji-bijian, kacang-kacangan, kacang merah, tofu, tuna,
ikan salmon, sayuran.
g. Vitamin C: buah jeruk, melon, semangka, bayam, brokoli, tomat, ubi,
kubis,kembang kol.

4) Coba cari variasi makanan, diluar makanan biasa ibu. Makanan yang
paling enak menurut ibu (mungkin bisa mempercepat mengembalikan
nafsu makannya).
5) Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering.
6) Upayakan keluarga/pasangan menyajikan hidangan dalam porsi kecil dan
penampilan menarik.
7) Anjurkan ibu untuk makan pil penambah darah, vitamin yang diberikan
dari rumah sakit.
8) Fasilitasi dengan pemberian bimbingan dalam menyusun menu seimbang
sesuai dengan selera ibu.

3.2  RASA SAKIT, MERAH, LUNAK dan PEMBENGKAKAN DI KAKI

Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan di kaki yang terjadi pada masa
nifas biasa disebut dengan DVT ( deep venous trombosis ). DVT adalah inflamasi
vena dengan pembentukan bekuan yang lebih sering terjadi pada vena femoralis
(tungkai) dan vena-vena pada uterus, ovarium, dan hipogastrik. Pembekuan ini
dapat menyebabkan inflamasi, alokal dan menyumbat vena kemudian pembekuan
terlepas menjadi embolus dan bergerak kedalam pembuluh jantung dan paru-paru
sehingga menyumbat pembuluh tersebut.

A.     Rasa sakit
Rasa sakit yang disebut after pain (mules – mules) disebabkan kontraksi
rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat
diberikan obat pengurang rasa sakit.

B.      Kemerahan
Kemerahan pada ibu nifas disebabkan karena pada ibu nifas terbentuk
thrombus (munculnya) vena – vena kecil yang mengalami pengembangan.
Selain itu, vena – vena juga akan mengalami dilatasi (pembukaan) sehingga
sering terjadinya pembengkakan tersebut, maka akan tampak kaki kemerah-
merahan serta lunak dan menimbulkan sedikit rasa sakit pada kaki, atau
disebabkan pada saat persalinan, kandung kemih tidak dikosongkan sehingga
cairan tersebut turun kebagian lateral / kaki.
C.    Nyeri tekan
Selama masa nifas , dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi dan mungkin lebih sering
mengalaminya. Rasa sakit yang berlebihan pada masa nifas berkemungkinan
besar jika pada masa kehamilan ibu juga mengalaminya.

Factor Predisposisi, yaitu :


1) Obesitas
2) Peningkatan umur ibu dan tingginya paritas
3) Riwayat sebelumnya
4) Anastesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada
pembuluh vena
5) Anemia Maternal
6) Hipotermi , penyakit jantung
7) Endometritis
8) Varicositis
Tanda – tanda dan gejala yang timbul :
1)      Timbul secara akut
2)      Timbul rasa nyeri akibat tertekan (nyeri tekan permukaan)

D.      Pembengkakan pada kaki


Kaki bengkak ( ankle edema ) adalah pembengkakan pada tungkai
bawah yang disebabkan penumpukan cairan pada kaki tersebut. Factor yang
berperan adalah kadar protein (albumin) dalam darah rendah, fungsi pompa
jantung menurun, sumbatan pembuluh darah atau pembuluh limfe, penyakit
liver dan ginjal kronis, posisi tungkai terlalu lama tergantung.
Ankle edema ini terjadi pada kedua tungkai tetapi dapat juga terjadi
pada satu tungkai saja. Ankle edema hanya satu tungkai saja disebabkan
karena aliran pembuluh darah atau pembulih limfe tersumbat, sumbatan ini
dapat terjadi karena darah yang kental lalu membeku didalam pembuluh darah
atau massa tumor yang menekan pembuluh darah atau pembuluh limfe.
Pemeriksaan yang dilakukan sangat mudah yakni dengan menekan pada
daerah mata kaki akan timbul cekungan yang cukup lama untuk kembali pada
keadaan normal. Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab dari ankle
edema adalah menentukan kadar protein darah dan di air seni (urin),
pemeriksaan jantung (Rontgen dada, EKG), fungsi liver dan ginjal.
Pengobatan awal yang dapat dilakukan dengan mengganjal kaki agar tidak
tergantung dan meninggikan kaki pada saat berbaring. Pengobatan lanjutan
disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.
DVT (deep venous trombosis) atau trombosis vena dalam lebih jarang
terjadi, tetapi dapat menyebabkan terlepasnya bekuan yang kemudian
menyebabkan emboli paru hiperkoagulabititas meningkat seiring dengan
peningkatan usia ibu, parietas, dehidrasi setelah persalinan dan persalinan
melalui seksio sesaria ( SC ). Wanita beresiko lebih besar apabila mereka
memiliki riwayat gangguan tromboimbulus, hipertensi akibat kehamilan dan
anemi atau pernah melahirkan dengan operasi
Resiko DVT ditungkai bawah kiri, terutama setelah secsio secaria,
karena kecepatan aliran darah paling rendah.Gejala DVT biasanya dirasakan
nyeri serta mengalami pembengkakan didaerah yang terkena dan kadang –
kadang terjadi demam. Terjadi perbedaan mencolok dalam ukuran betis atau
pada ekstremitas sirkulasi ditungkai bawah serta trombosis mungkin
terpengaruh sehingga tungkai tampak pucat dan dingin serta mungkin oedema.

PENYEBAB, GEJALA dan PENANGANAN


Penyebab:
1.       Perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
disepanjang vena dan cabang – cabangnnya
2.       Perpindahan cairan setelah melahirkan yang menghilang dalam seminggu
3.       Komprensi vena tibialis
4.       Kekentalan darah yang meningkat
Gejala :
1.         Kaki terasa kenyal atau lunak
2.         Terasa panas pada tungkai
3.         Nyeri kaki pada saat berjalan
4.         Adanya pembengkakan pada tungkai
5.         Terjadi perubahan warna kulit ( memerah ) pada kaki

Penanganan
1.       Terapi anti koanggulan menggunakan heparin
2.       Istrahat yang cukup dengan kaki agak tinggi
3.       Memberikan kehangatan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan
menghilangkan rasa
tidak nyaman
4.       Hindari pemijatan tungkai  pada daerah yang bengkak untuk mencegah
bekuan
5.        Memberikan obat-obatan seperti asidium asetilosalisikum dan apabila ada
pedangan
diberi anti biotik
6.       Setelah rasa nyeri hilang, penderita di anjurkan untuk mulai berjalan.

3.3 MERASA SEDIH ATAU TIDAK MAMPU MENGASUH SENDIRI


BAYINYA DAN DIRINYA SENDIRI

Pada minggu – minggu awal setelah persalinan, ibi post partum cenderung
akan mengalami perasaan – perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa
sedih, atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.

Penyebab :
a. Kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan
wanita hamil dan melahirkan,yang berlanjut sampai ke masa nifas.
b. Kekecewaan emosional karena ada hal yang tidak diinginkan ibu tentang
bayinya.
c. Rasa nyeri pada awal masa nifas, hal ini dapat disebabkan kelanjutan dari
proses persalinan yang yang abnormal, dan tidak steril.
d. Kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, sehingga ibu
mengalami kelelahan dan tidak mampu melakukan aktivitas yang
semestinya ia lakukan.
e. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit, hal ini lebih sering terjadi pada primipara.
f. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi sebagai seorang wanita.

Penanganan :
a. Posisi tidur yang baik
b. Menganjurkan ibu untuk senam nifas akan mencegah pembengkan pada
kaki
c. Memberikan dukungan emosional kepada ibu serta keluarganya
d. Meyakinkan kepada ibu bahwa ini adalah masa dan proses yang fisiologi
yang harus ibu lewati.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam
komplikasi pada masa nifas antara lain Perdarahan pervagina; Infeksi pada
masa nifas; Sakit kepala, nyeriepigastrik, penglihatan kabur; Pembengkakan di
wajah dan ekstremitas; Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih; Payudara
yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit; Kehilangan nafsu makan
dalam waktu yang lama; Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di
kaki; Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri
sendiri.

Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan


kondisi ibu dan tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang
terjadi. Petugas kesehatan wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi
yang terjadi pada masa nifas, karena masa nifas merupakan fase yang sangat
rawan terjadi komplikasi yang berakibat pada kematian.

Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan


harus melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan
kesejahteraan maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban bidan untuk
mewujudkan program MDGs dalam bidang yang sesuai dengan profesinya
sebagai tenaga kesehatan.

B.     SARAN

Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah


komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah
satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti.
Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam
kehidupan secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/118195438/Cara-Deteksi-Dini-Komplikasi-Pada-
Nifas-Dan-Penanganannya

https://www.academia.edu/35418136/DETEKSI_DINI_KOMPLIKASI_PADA_
NIFAS_DAN_PENANGANANNYA

https://delimapipitnov.wordpress.com/2013/10/25/rasa-sakit-merah-lunak-atau-
pembengkakan-pada-kaki/

https://www.alodokter.com/tanda-bahaya-masa-nifas-yang-patut-diwaspadai

https://www.ayahbunda.co.id/kelahiran-gizi-kesehatan/jika-mual-pasca-
melahirkan-

Anda mungkin juga menyukai