Anda di halaman 1dari 5

Materi : PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

Kelas : 11 mipa 2 dan mipa 3

A.    Pengertian Mu’amalah


Muamalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan
kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya). Sementara dalam fiqih islam berarti
tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya,
seperti jual beli, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
            Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa- menyewa, utang-
piutang, dan pinjam-meminjam, islam melarang beberapa hal diantaranya seperti berikut :
1.      Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil.
2.      Tidak boleh melakukan perbuatan riba.
3.      Tidak boleh dengan cara-cara  zalim (aniaya).
4.      Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan. 
5.      Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.
6.      Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.

B.     Macam-Macam Mu’amalah


Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’amalah disini akan
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
1.      Jual Beli
Jual beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar menukar benda untuk
memiliki benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai dengan Firman
Allah berikut ini :
‫ك‬ َ ِ‫ْطانُ م َِن ْال َمسِّ َذل‬ َ ‫الش ي‬ ُ ‫ون إِال َك َم ا َيقُ و ُم الَّذِي َي َت َخب‬
َّ ‫َّط ُه‬ َ ‫ون الرِّ َب ا ال َيقُو ُم‬ َ ُ‫ِين َي أْ ُكل‬ َ ‫الَّذ‬
‫ِبأ َ َّن ُه ْم َقالُوا إِ َّن َما ْال َب ْي ُع م ِْث ُل الرِّ َبا َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الرِّ َبا َف َمنْ َجا َءهُ َم ْوعِ َظ ٌة ِمنْ َر ِّب ِه َفا ْن َت َهى‬
َ َ ‫ف َوأَمْ ُرهُ إِ َلى هَّللا ِ َو َمنْ َعادَ َفأُو َلئ‬
)٢٧٥( ‫ون‬ َ ‫ار ُه ْم فِي َها َخالِ ُد‬ِ ‫ِك أصْ َحابُ ال َّن‬ َ ‫َف َل ُه َما َس َل‬
Artinya : “...dan Allah Swt. Telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba...” (Q.S.
al-baqarah/2:275).

ٌ‫ْن إِ َلى أَ َج ٍل م َُس ًّمى َف ا ْك ُتبُوهُ َو ْل َي ْك ُتبْ َب ْي َن ُك ْم َك ا ِتب‬ ٍ ‫ِين آ َم ُنوا إِ َذا َت دَا َي ْن ُت ْم ِب دَ ي‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
‫ب َك َم ا َعلَّ َم ُه هَّللا ُ َف ْل َي ْك ُتبْ َو ْل ُي ْملِ ِل الَّذِي َع َل ْي ِه ْال َح ُّق‬ َ ‫ب َك ا ِتبٌ أَنْ َي ْك ُت‬ َ ْ‫ِب ْال َع ْد ِل َوال َي أ‬
‫ضعِي ًفا أَ ْو ال‬ َ ‫ان الَّذِي َع َل ْي ِه ْال َح ُّق َسفِيهًا أَ ْو‬ َ ‫س ِم ْن ُه َش ْي ًئا َفإِنْ َك‬ ْ ‫َو ْل َي َّت ِق هَّللا َ َر َّب ُه َوال َيب َْخ‬
‫ْن ِمنْ ِر َج الِ ُك ْم َف إِنْ َل ْم‬ ِ ‫َيسْ َتطِ ي ُع أَنْ ُي ِم َّل ه َُو َف ْليُمْ لِ ْل َولِ ُّي ُه ِب ْال َع ْد ِل َواسْ َت ْش ِه ُدوا َش ِهيدَ ي‬
‫ض ْو َن م َِن ال ُّش َهدَا ِء أَنْ َتضِ َّل إِحْ دَا ُه َما َف ُت َذ ِّك َر‬ َ ْ‫ان ِممَّنْ َتر‬ ِ ‫ْن َف َر ُج ٌل َوا ْم َرأَ َت‬ ِ ‫َي ُكو َنا َر ُج َلي‬
‫ص ِغيرً ا أَ ْو‬ َ ُ‫ب ال ُّش َهدَا ُء إِ َذا َما ُد ُع وا َوال َت ْس أَمُوا أَنْ َت ْك ُت ُب وه‬ َ ْ‫األخ َرى َوال َيأ‬ ْ ‫إِحْ دَ ا ُه َما‬
‫ون‬َ ‫ِلش َها َد ِة َوأَ ْد َنى أَال َترْ َت ابُوا إِال أَنْ َت ُك‬ َّ ‫ط عِ ْندَ هَّللا ِ َوأَ ْق َو ُم ل‬ ُ ‫َك ِبيرً ا إِ َلى أَ َجلِ ِه َذلِ ُك ْم أَ ْق َس‬
‫ْس َع َل ْي ُك ْم ُج َنا ٌح أَال َت ْك ُتبُو َه ا َوأَ ْش ِه ُدوا إِ َذا َت َب ا َيعْ ُت ْم‬ َ ‫ار ًة َحاضِ َر ًة ُتدِيرُو َن َها َب ْي َن ُك ْم َف َلي‬ َ ‫ت َِج‬
ُ ‫وق ِب ُك ْم َوا َّتقُ وا هَّللا َ َوي َُعلِّ ُم ُك ُم هَّللا ُ َوهَّللا‬
ٌ ‫ُضارَّ َكا ِتبٌ َوال َش ِهي ٌد َوإِنْ َت ْف َعلُوا َفإِ َّن ُه فُ ُس‬ َ ‫َوال ي‬
)٢٨٢( ‫ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِي ٌم‬
Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nialainya,dan agar
tidak terjadi kekurangan dibelakang hari, al-Qur’an menyarankan agar dicatat, dan ada saksi,
lihatlah penjelasan ini pada Q.S. al-baqarah/2:282
a.      Syarat- syarat jual-beli
Syarat-syarat adalah sebagai berikut.
1)                  Penjual dan pembelinya haruslah :
a.          Balig,
b.         Berakal sehat,
c.          Atas kehendak sendiri.
2)                  Uang dan barangnya haruslah :
a.          Halal dan Suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan
berhala, termasuk lemak bangkai tersebut.
b.         Bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan
menyia-nyiakan harta atau pemboros
َ ‫ان ال َّشي‬
)٢٧( ‫ْطانُ ل َِر ِّب ِه َكفُورً ا‬ ِ ِ‫ان ال َّشيَاط‬
َ ‫ين َو َك‬ َ ‫إِنَّ ْال ُم َب ِّذ ِر‬
َ ‫ين َكا ُنوا إِ ْخ َو‬
Artinya : “ sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Isra/17:27)
c.          Keadaan barang dapat diserah terimakan. Tidak sah menjual barang yang tidak
dapat diserah terimakan. Contohnya, menjual ikan dalam laut atau barang                          
yang sedang dijadikan jaminan sebab semua itu mengandung tipu daya.
d.         Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembelinya.
e.          Milik sendiri, sabda Rasulullah Saw., “tak sah jual-beli melainkan atas barang
yang dimiliki.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
3)                  Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.” Pembeli menjawab,
“Baiklah saya beli.”
Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah Saw.
Bersabda, “sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (H.R Ibnu Hibban).

b.      Khiyar
1.      Pengertian khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara menerusakan jual beli atau membatalkannya. Islam
memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-beli haruslah berdasarkan suka sama suka,
tanpa ada unsur paksaan sedikitpun. Penjual berhak mempertahakan harga barang
dagangannya, sebaliknya pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang
diyakininya. Rasulullah Saw. Bersabda, “penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama
keduanya belum berpisah. Apabila keduanya berlaku benar-benar dan suka menerangkan
keadaan  (barang)nya, maka jual beli akan memberkahi keduanya. Apabila keduanya
menyembunyikan keadaan sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual
belinya.” (H.R Bukhari dan Muslim).
2.      Macam-macam Khiyar
a.          Khiyar Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada ditempat
berlangsungnya transaksi atau tawar-menawar. Keduanya berhak memutuskan atau
membatalkan jual-beli. Rasulullah Saw. Bersabda, “ dua orang yang berjual beli, boleh
memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum berpisah.” ( H.R Bukhori dan
Muslim).
b.         Khiyar syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya penjual
mengatakan,”saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar tiga hari.”
Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli untuk memutuskan jadi tidaknya
pembeliannya tersebut dalam waktu tig hari. Apabila pembeli mengiyakan, status barang
tersebut sementara waktu (dalam masa khiyar) tidak ada pemiliknya, artinya, si penjual tidak
berhak menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya pembeli memutuskan tidak
jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali. Rasulullah Saw. Bersabda kepada seorang
lelaki, “Engkau boleh khiyar pada segala barang yang engkau beli selama tiga hari
tigamalam.” (H.R Baihaqi dan Ibnu Majah).
c.         Khiyar Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembelikan barang yang dibelinya jika
terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas nilai barang tersebut, namun hendaknya
dilakukan sesegera mungkin.

c.       Riba
1)      Pengertian Riba
Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi dalam
pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam.
Riba, apapun bentuknya, dalam syari’at islam hukumnya haram. Sanksi hukumnya juga
sangat berat. Diterangkan dalam hadist yang di riwayatkan bahwa, “Rasulullah mengutuk
orang yang mengambil riba, orang yang mewakilkan, orang yang mencatat, dan orang yang
menyaksikannya. (H.R Muslim). Dengan demikian, semua orang yang terlibat dalam riba
sekalipun hanya sebagai saksi, terkena dosanya juga.
a)                       Sama timbangan ukurannya atau
b)                       Dilakukam serah terima saat itu juga,
c)                       Tunai
Apabila tidak sama jenisnya seperti emas dan perak boleh berbeda takarannya, namun tetap
harus secara tunai dan diserah terimakan saat itu juga. Kecuali barang yang berlainan jenis
dengan perbedaan seperti perak dan beras, dapat berlaku ketentuan jual-beli sebagaimana
barang-barang yang lain.
2)      Macam-macam Riba
a)         Riba Fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya, misalnya
cincin emas 22karat sebesar 10 gram ditukar dengan emas 22 gram kelebihannya itulah yang
termasuk riba.
b)        Riba Qordi, adalah peminjaman dengan syarat harus memberikan kelebihan saat
mengembalikannya. Misal si A bersedia meminjami si B uang sebesar Rp 100.000,00 asal si
B bersedia mengembalikannya sebesar Rp115.000,00. Bunga pinjaman itulah yang disebut
riba.
c)         Riba Yadi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun penjualan
dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.
d)        Riba Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu kemudian.

2.    Utang-piutang
a.    Pengertian Utang-piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan akan
dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak mengubah keadaannya.
Misalnya utang Rp100.000,00 dikemudian hari harus melunasinya Rp100.000,00. Memberi
utang kepada seseorang berarti menolongnya dan sangat dianjurkan oleh agama.
b.    Rukun Utang-piutang
Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu:
1)                       Yang berpiutang dan yang berutang,
2)                       Ada harta atau barang,
3)                       Lafadz kesepatan. Misal: “saya utangkan ini kepadamu.”Yang berutang
menjawab, “Ya, saya utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan jelas” atau jika
sudah punya akan saya lunasi.”
Untuk menghindari keributan dikemudian hari, Allah Swt. Menyarankan agar kita mencatat
dengan baik utang-piutang yang kita lakukan.
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena kesulitan, Allah
Swt. Menganjurkan memberinya kelonggaran.
)٢٨٠( ‫ُون‬ َ ‫ان ُذو عُسْ َر ٍة َف َنظِ َرةٌ إِ َلى َم ْي َس َر ٍة َوأَنْ َت‬
َ ‫ص َّدقُوا َخ ْي ٌر َل ُك ْم إِنْ ُك ْن ُت ْم َتعْ َلم‬ َ ‫َوإِنْ َك‬
Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui..” (Q.S.al-Baqarah/2: 280)
Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas kemauannya
sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan itu halal bagi yang berpiutang, dan
merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang. Rasulullah saw, bersabda: “Sesungguhnya
sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-baiknya kita membayar utang.” (sepakat ahli hadis).
Abu Hurairah ra. Berkata, “Rasulullah saw. Telah berutang hewan, kemudian beliau bayar
dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu, dan Rasulullah saw.
Bersabda, “Orang yang paling baik ialah orang yang dapat membayar utangnya dengan
yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang
melunasi utang dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh. Tambahan
pelunasan tersebut tidak halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw. Berkata “Tiap-tiap
piutang yang mengambil manfaat maka ia semacam dari beberapa macam riba.” (HR.
Baihaqi)

3.    Sewa-menyewa
a.    Pengertian Sewa-menyewa
Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang harus diterima oleh
seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran,
tempat tinggal, atau hewan.
            Dasar hukum ijarahdalam firman Allah Swt.
‫ض ا َع َة َو َع َلى ْال َم ْولُ و ِد َل ُه‬ َ َّ‫ْن لِ َمنْ أَ َرا َد أَنْ ُي ِت َّم الر‬ ِ ‫ض عْ َن أَ ْوالدَ هُنَّ َح ْو َلي‬
ِ ‫ْن َك ا ِم َلي‬ ُ ِ‫َو ْال َوال‬
ِ ْ‫دَات يُر‬
‫ضارَّ َوالِ َدةٌ ِب َو َل ِد َها َوال َم ْولُ و ٌد َل ُه‬ َ ‫ِر ْزقُهُنَّ َو ِكسْ َو ُتهُنَّ ِب ْال َمعْ رُوفِ ال ُت َكلَّفُ َن ْفسٌ إِال وُ سْ َع َها ال ُت‬
‫اض ِم ْن ُه َما َو َت َش اوُ ٍر َفال ُج َن ا َح َع َلي ِْه َم ا‬ ٍ ‫ِصاال َعنْ َت َر‬ َ ‫ث م ِْث ُل َذل َِك َفإِنْ أَ َرادَا ف‬ ِ ‫ِب َو َل ِد ِه َو َع َلى ْال َو‬
ِ ‫ار‬
َ ‫اح َع َل ْي ُك ْم إِ َذا َس لَّمْ ُت ْم َم ا آ َت ْي ُت ْم ِب ْال َمعْ رُوفِ َوا َّتقُ وا هَّللا‬ َ ‫َوإِنْ أَ َر ْد ُت ْم أَنْ َتسْ َترْ ضِ عُوا أَ ْوالدَ ُك ْم َفال ُج َن‬
)٢٣٣( ‫ص ي ٌر‬ َ ُ‫ َواعْ َل ُم وا أَنَّ هَّللا َ ِب َم ا َتعْ َمل‬Artinya: ”...dan jika kamu ingin anakmu
ِ ‫ون َب‬
disusukan oleh orang lain,maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut...” (Q.S. al-Baqarah/2: 233)

‫ت َحمْ ٍل‬ ِ ‫ض ِّيقُوا َع َلي ِْهنَّ َوإِنْ ُكنَّ أُوال‬


َ ‫ض ارُّ وهُنَّ لِ ُت‬ ُ ‫أَسْ ِك ُنوهُنَّ ِمنْ َحي‬
َ ‫ْث َس َك ْن ُت ْم ِمنْ وُ جْ ِد ُك ْم َوال ُت‬
‫ورهُنَّ َو ْأ َت ِم رُوا َب ْي َن ُك ْم‬
َ ‫ض عْ َن َل ُك ْم َف آ ُتوهُنَّ أ ُ ُج‬ َ ْ‫ض عْ َن َح ْم َلهُنَّ َف إِنْ أَر‬ َ ‫َف أ َ ْنفِقُوا َع َلي ِْهنَّ َح َّتى َي‬
)٦( ‫ف َوإِنْ َت َعا َسرْ ُت ْم َف َس ُترْ ضِ ُع َل ُه أ ُ ْخ َرى‬ ٍ ‫ِب َمعْ رُو‬
Artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalannya
kepada mereka...” (Q.S. at-Talaq/65: 6)

b.    Syarat dan Rukun Sewa-menyewa


1)                  Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah balig dan berakal sehat.
2)                  Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena dipaksa.
3)                  Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau walinya.
4)                  Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
5)                  Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh
kedua belah pihak. Misalnya, ada orang yang menyewa sebuah rumah. Si penyewa harus
menerangkan secara jelas kepada pihak yang menyewakan, apakah rumah tersebut mau
ditempati atau dijadikan gudang. Dengan demikian, si pemilik rumah akan
mempertimbangkan boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan rumah antara dipakai
sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang. Demikian pula jika
barang yang disewakan itu mobil, harus dijelaskan dipergunakan untuk apa saja.

6)                  Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.
7)                  Harga sewa dan car pembayaannya juga harus ditentukan dengan jelas serta
disepakati bersama.

Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas dan
disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut.
1)      Jenis pekerjaan dan tenaga kerjanya.
2)      Berapa lama masa kerja.
3)      Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, mingguan ataukah
borongan?
4)      Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan,dan lain-lain, kalau ada.

Anda mungkin juga menyukai