Askep Luka Bakar Anak
Askep Luka Bakar Anak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan trauma yang berdampak paling berat terhadap fisik maupun
psikologis, dan mengakibatkan penderitaan sepanjang hidup seseorang, dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi (Yefta, 2003).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (Smeltzer,
suzanna, 2002)
Kegawatan psikologis tersebut dapat memicu suatu keadaan stress pasca trauma atau
post traumatic stress disorder (PTSD) (Brunner dan Suddarth, 2010).
Pada beberapa negara, luka bakar masih merupakan masalah yang berat, perawatannya
masih sulit, memerlukan ketekunan dan membutuhkan biaya yang mahal serta waktu
yang lama. Perawatan yang lama pada luka bakar sering membuat pasien putus asa dan
mengalami stress, gangguan seperti ini sering menjadi penyulit terhadap kesembuhan
optimal dari pasien luka bakar. Oleh karena itu pasien luka bakar memerlukan
penanganan yang serius dari berbagai multidisiplin ilmu serta sikap dan pemahaman dari
orang-orang sekitar baik dari keluarga maupun dari tenaga kesehatan sangat penting bagi
support dan penguatan strategi koping pasien untuk menerima serta beradaptasi dalam
menjalani perawatan lukanya juga untuk mengurangi stres psikologis sehingga
mempercepat penyembuhan luka (Maghsoudi, 2010).
RSUP. Dr.Sardjito selama tahun 2014 terdapat 49 pasien luka bakar dengan angka
kematian 34%, rata-rata setiap bulannya terdapat 4-5 pasien baru dengan luka bakar
derajat II – III dan luas antara 20 – 90 % yang dirawat di unit Luka Bakar membutuhkan
lama dirawat /length of stay (LOS) untuk penyembuhan lukanya rata rata 1 bulan, untuk
kasus-kasus tertentu bisa sampai sekitar 6 bulan sampai 1 tahun (Register Unit Luka
Bakar RSUP. Dr.Sardjito, 2014). Angka kejadian gangguan stres paska trauma di RS
Cipto Mangunkusumo adalah 16,2%, paska rawat inap 21,1% dan pada rawat inap 10,7%
(Yefta 2003).
Dalam proses penyembuhan luka bakar, perlambatan penyembuhan luka (delayed
healing) dapat terjadi bila sel inflamasi dan sel imunitas yang diperlukan pada fase
inflamasi, proliferasi dan maturasi tidak dapat bekerja secara optimal. Respon inflamasi
dan imun tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya stres psikologis (Yefta,
2003 dan Dealey, 2005). Pengaruh stres psikologis dalam penyembuhan luka sebagai
berikut; stres psikologis yang buruk seperti stres, ansietas, dan depresi menunjukkan
penurunan efisiensi sistem imun dan berlanjut pada terhambatnya penyembuhan luka
(Dealey, 2005 dan Handayani, 2010).
Salah satu terapi nonfarmakologis untuk penanganan stres psikologis dengan SEFT
terapi. SEFT (Spiritual Emotional freedom Technique) merupakan terapi yang mampu
menurunkan stres psikologis seperti ketakutan yang berlebihan secara signifikan pada
penderita gangguan fobia spesifik (Zainul, 2011).
Dengan SEFT terapi pasien menjadi rileks dan pikiran menjadi lebih tenang. Relaksasi
yang diciptakan tersebut dapat menstimulasi hipotalamus untuk menstimulasi kelenjar
1
pituitari menurunkan sekresi ACTH dan diikuti dengan penurunan kadar glukokortikoid
dan kortisol yang berperan dalam mengatur respon inflamasi, respon imun, dan
pengaturan kadar gula darah yang merupakan faktor-faktor internal ini sangat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka (Kozier, 1995).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Luka Bakar?
2. Jelaskan Etiogi dari Luka Bakar!
3. Apa saja Manifestasi Klinis dari Luka Bakar?
4. Apa yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan Penunjang pada Luka Bakar?
5. Apa saja Penatalaksanaan Luka Bakar?
6. Bagaimana cara Perhitungan Luas Luka Bakar?
7. Apa saja Masalah yang Lazim Muncul?
8. Bagaimana cara Perawatan Luka Bakar?
9. Bagaimana Proses Penyembuhan Luka Bakar?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan Laporan ini, yaitu:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu Luka Bakar.
2. Mampu menjelaskan Etiologi dari Luka Bakar.
3. Mampu mengetahui dan mengenali manifestasi klinis Luka Bakar.
4. Mampu untuk melakukan pemeriksaan Penunjang pada Luka Bakar.
5. Mampu menerapkan Penatalaksanaan Luka Bakar.
6. Mampu menghitung Luas Luka Bakar.
7. Mampu Mengidentifikasi masalah yang Lazim Muncul.
8. Mampu merawat Luka Bakar.
9. Mampu menjelaskan Proses Penyembuhan Luka Bakar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma panas,
elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektro magnetic. (Effendi. C,
1999)
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (Smeltzr,
susanna, 2002)
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio aktif
(Wong, 2003).
Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia,
elektrik maupun radiasi.
Untuk mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar
diklasifikasikan bedasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni:
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena air panas
-basah (air panas, minyak)
-kering (uap, metal, api)
b. Luka bakar karena bahan kimia
Asam kuat seperti Asam Sulfat
Basa kuat seperti Natrium Hidroksida
c. Luka bakar karena listrik
Voltage tinggi, petir
d. Luka bakar karena radiasi
X-ray
e. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
b. Luka bakar derajat II
- Derajat II dangkal (superficial)
- Derajat II dalam (deep)
c. Luka bakar derajat III
d. Luka bakar derajat IV
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Brun Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori:
a. Luka bakar Mayor
3
b. Luka bakar Moderat
c. Luka bakar Minor
4. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa
metode yaitu :
a. Rule of nine
- Kepala dan leher : 9%
- Dada depan dan belakang : 18%
- Abdomen depan dan belakang : 18%
- Tangan kanan dan kiri : 18%
- Paha kanan dan kiri : 18%
- Kaki kanan dan kiri : 18%
- Genital : 1%
b. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram
Lund dan Browder sebagai berikut :
B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi
atau radiasi elektromagnetik.
Bedasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
4
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis
dan penguapan cairan tubuh disertai panas atau energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.
C. Manifestasi Klinis
1. Bedasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis.
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema.
- Tidak dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari.
b. Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.
- Dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal.
- Penyembuhan dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
- Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar
pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa
sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam
- Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
- Penyembuahan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
- dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna
merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay
darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah
5
yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001).
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
- Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu
c. Luka bakar derajat III
- Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
- Tidak dijumpai bulae.
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.
- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan atau kematian.
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.
6
D. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Laboratorium : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera. Pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan
yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidak adekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan
9. Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
10. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia
11. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka
bakar lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.
12. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan
13. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera
E. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena
7
bahaya yang terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada
luka bakar apapun.
1. Evaluasi awal
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penangan pada luka akibat
trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti
dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey
sekunder. Saat menilai Airway, perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi.
Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong,
luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status
mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal tube.
Meskipun perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama
dibandingkan luka bakar, perlu diperkirakan untuk meningkatkan jumlah cairan
pengganti. Anemnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali
untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. (Wim de Jong).
2. Resusitasi cairan
Perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, pemberian cairan intravena
yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama
pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar.
Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula parkland: 24 jam
pertama: Cairan Ringer laktat: 4ml/kgBB/% luka bakar
- Contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25% membutuhkan
cairan : (25) x (80 kg) x(4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama.
- ½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam, ½ jumlah cairan sisanya 4000
ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.
8
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat
penguapan) Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan
hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan Rumus
Baxter yaitu : % x BB x 4 cc.
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit
yaitu larutan RL karena terjadi defosot ion Na. Hari kedua dibrikan setengah cairan
hari pertama.
Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 %
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari
pertama dan 2000 cc pada hari kedua.
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan mnggunakan formula curreri adalah :
25 kcal/kgBB/hari ditambah dengan 40 kcal/ 5 luka bakar/hari. (James H. Holmes)
Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah
sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Karena plasma predominan hilang pada
48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitmia terjadi pertama kali.
Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali
terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luk. Setelah proses eksisi luka bakar
dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.
- Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeada dari orang
normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi
yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah:
1. Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, masa bebas lemak.
9
2. Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan
lain-lain.
3. Luas dan derajat luka bakar
4. Suhu dan kelembaban ruangan (mempengaruhi kehilangan panas melalui evaporasi).
5. Aktivitas fisik dan fisioterapi.
6. Penggantian balutan.
7. Rasa sakit dan kecemasan.
8. Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah dengan
mengatur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirekk kalorimetri karena alat
ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas
permukaan tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus
ditambahkan faktor stress sebasar 20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit.
Yang sering di rekomendasikan adalh perhitungan kebutuhan kalori basal dengan Formula
Harris Benedick yang melibatkan faktor BB, TB dan umur. Sedangkan untuk kebutuhan
kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor aktivitas
fisik dan faktor stress.
Esharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan iskemik
distal progesif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya
pengerutan kopeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan
dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal
pada ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen
dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy.
Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas. (James H.
Holmes)
Antimikroba
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit
sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah
kuman sudah mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke
10
dalam jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan
mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian
antimikroba ini dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam
bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering dipakai : Salep :
Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya
untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin, Mebo.
Antibiotik
Pemberian antibiotik ini dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal
dapat dalam bnetuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering
dipakai berupa salep antara lain: Silver sulfadiazine, Mefenide acetatae, Sulver nitrate,
povidone-iodine, Bacitratin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycinn, Polymiyxin
B, Nysatatin, Mupirocin, Mebo.
Efek pengobatan:
1. Menghilangkan nyeri luka bakar.
2. Mencegah perluasan nekrosis pada jaringan terluka.
3. Mengeluarkan jaringan netroktik dengan mencairkannya.
4. Membuat lingkungan lembab pada luka, yang dibutuhkan selama perbaikan jaringan
kulit tersisa.
5. Kontrol infeksi dengan membuat suasana yang jelek untuk pertumbuhan kuman bukan
dengan membunuh kuman.
6. Merangsang pertumbuhan PRCs (potential regenerative cell) dan stem cell untuk
penyembuhan luka dan mengurangi terbentuknya jaringan parut.
7. Mengurangi kebutuhan untuk skin graft.
1. Makin cepat diberi MEBO, hasilnya lebih baik (dalam 4-12 jam setelah kejadian).
2. Biarkan luka terbuka
3. Kelembaban yang optimal pada luka dengan MEBO
4. Pemberian salep harus teratur dan terus menerus tiap 6-12 jam dibersihkan dengan
kassa steril jangan dibiarkan kulit terbuka tanpa salep >2-3 menit untuk mencegah
11
penguapan cairan di kulit dan microvascular menyebabkan thrombosit merusak
jaringan dibawahnya yang masih vital.
5. Pada pemberian jangan sampai kesakitan atau berdarah, menimbulkan perlukaan pada
jaringan hidup tersisa.
6. Luka jangan sampai maserasi maupun kering
7. Tidak boleh menggunakan desinfektan, saline atau air untuk Wound debridement.
1. Earlier period (1-6 hari); Blister dipungsi, kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pada
luka setebal 0,5-1 mm. Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6 jam, hari ke 3-5 kulit penutup
bulla diangkat.
2. Liquefaction period (6-15 hari); Angkat zat cair yang timbul diatas luka, bersihkan
dengan kassa, beri MEBO lagi setebal 1 mm.
3. Preparative period (10-21 hari); Bersihkan luka seperti sebelumnya. Beri MEBO
dengan ketebalan 0,5-1 mm ganti dan beri lagi MEBO tiap 6-8 jam.
4. Rehabilitation; Bersihkan luka yang sembuh dengan air hangat. Beri MEBO 0,5 mm
1-2 kali/hari. Jangan cuci luka yang sudah sembuh berlebihan. Lindungi luka yang
sembuh dari sinar matahari.
12
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (evaporasi akibat luka
bakar)
3. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup jantung, kontraktilitas
dan frekuensi jantung
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme da
kebutuhan bagi kesembuhan luka
5. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
6. Nyeri akut b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka, dan penanganan luka bakar
7. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada penampilan tubuh (trauma)
8. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal b.d menurunnya sirkulasi darah keginjal
(hipoksia keginjal)
9. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
10. Resiko infeksi b.d hilangnya berier kulit dan terganggunya respon imun
11. Defesiensi pengetahuan b.d proses penanganan luka bakar
12. Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan dan pola interaksi
H. Dischange planing
1. Jangan menaruh es batu, margarine, atau air es langsung pada bagian kulit yang
mengalami luka bakar karena bisa mengakibatkan kerusakan lebih lanjut
2. Mempertahankan status nutrisi yang normal
3. Oleskan krim antibiotika atau salep khusus luka bakar sesuai anjuran dokter
4. Tutupi luka bakar dengan kassa steril
5. Cucilah tangan dengan sabun dan air sebelum mengganti kassa pembalut
6. Jangan memecahkan dan menggaruk lepuhan luka bakar agar luka tidak terinfeksi
7. Bersihkan luka bakar dengan kassa steril secara berkala
8. Awasi luka bakar secara berkala terhadap tanda-tanda infeksi
9. Singgirkan pakaian atau kain yang melekat pada kulit yang mengalami luka bakar
dengan merendamnya didalam larutan salin
10. Jelaskan penggunaan obat dan cara penanganan luka bakar
13
kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan fungi. Proses penyembuhannya mencakup
beberapa fase (Potter & Perry, 2005) yaitu: 20
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari. Dua proses utama terjadi
pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan)
akibat vasokonstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah,
endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah
luka. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.
Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Sel epitel membantu
sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan
dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka
tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil)
berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari
monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka.
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut
fagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang
merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF
bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat
penting bagi proses penyembuhanRespon segera setelah terjadi injuri akan terjadi
pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah. Karakteristik fase ini adalah
tumor, rubor, dolor, calor, functio laesa. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi
infeksi.
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke–21. Jaringan
granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,
fibronectin and hyularonic acid. Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang
berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka. Diawali dengan
mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari
setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan
permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan
permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Kapilarisasi dan epitelisasi
tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan
nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1 –2 tahun. Fibroblas terus
mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang
lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis
putih. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari
peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi
vaskularitas luka. Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
14
peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan parut 50–80% sama kuatnya
dengan jaringan sebelumnya. Kemudian terdapat pengurangan secara bertahap pada
aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan (Syamsul
hidjayat, 2005).
15
kandungan glukosa adalah media yang bagus untuk perkembangan bakteri dan
jamur (DeLaune & Ladner, 2002).
g. Sirkulasi
Aliran darah yang tidak adekuat dapat mempengaruhi penyembuhan luka hal ini
biasa disebabkan karena arteriosklerosis atau abnormalitas pada vena (DeLaune &
Ladner, 2002.
h. Steroid
Steroid dapat menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
dan menghambat sintesa kolagen. Obat obat antiinflamasi dapat menekan sintesa
protein, kontraksi luka, epitelisasi dan inflamasi (DeLaune & Ladner, 2002).
i. Antibiotik
Penggunaan antibiotik jangka panjang dengan disertai perkembangan bakteri yang
resisten, dapat menigkatkan resiko infeksi (Delaune & Ladner, 2002).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan respon imun,
prosedur invasif. (Effendi. C, 1999).
Tujuan : Menunjukkan tidak ada infeksi
Intervensi :
a. Laksanakan dan pertahankan kontrol infeksi sesuai kebijakan ruang
b. Pertahankan tehnik cuci tangan yang hati-hati bagi perawatan dan pengunjung
c. Pakai sarung tangan ketika merawat luka untuk meminimalkan terhadap agen
infeksi.
d. Ambil eksudat, krusta untuk mengurangi sumber infeksi.
e. Cegah kontak pasien dengan orang yang mengalami ISPA / infeksi kulit.
f. Berikan obat antimikrobial dan penggantian. balutan pada luka.
g. Monitor vital sign untuk mencegah sepsis
17
F. PATOFISIOLOGI
Luka Bakar
Ketidakefektifan Masalah
Pola Nafas Keperawatan: Cairan Intravaskular Hipovolemia dan
Kekurangan Volume Menurun Hemokonsentrasi
cairan, Resiko
Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Gangguan Sirkulasi
Makro
Gangguan Perfusi
Gagal Fungsi Hepar Daya Tahan Tub Imun
Laju Metabolisme
18 Meningkat
Hipoksia Hepatik Pelepasan Hepar Glukogenolisis
Katekolamin
Hambatan Neurologi
Gg Neurologi Ketidakseimbangan
Pertumbuhan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Penurunan Curah Kebocoran Kapiler Kardiovaskuler
Jantung
Gagal Jantung
Resiko Penurunan
Perfusi Jaringan
Otak
MULTI SISTEM
ORGAN FAILURE
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Anak By ( 2 tahun ) dibawa ke Instalasi Gawat Darurat karena mengalami luka
bakar. Menurut ibu pasien By, saat ibu berada didapur untuk masak, anak By sedang
bermain didapur, tiba-tiba ibu terpleset lantai rumah dan air panas yang ada diketel
mengenai punggung pasien. Pada awalnya pasien pertama kali dibawa ke poliklinik.
Setelah itu pasien dirujuk kerumah sakit dan akhirnya pasien dirawat. Oleh dokter yang
memeriksa anak didiagnosa luka bakar sedang dengan prosentasi 22 %. Bagian badan
anak yang mengalami luka bakar grade II dan paling parah adalah di daerah leher. Pasien
akan dilakukan operasi skingraph. Anak By selalu menjerit jerit saat dilakukan wound
care.
1. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : An.By
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status : Anak
No. Register : 62614
Diagnosa Medis : Combustio
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hub. Dengan pasien : Orangtua
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
20
Alamat : Cirebon
B. STATUS KESEHATAN
a. Riwayat Penyakit Sekarang
- Ibu klien mengatakan pada saat masak di dapur, anak sedang bermain tiba-tiba
terpelesat dilantai dan air panas yang ada diketel mengenai punggung anak, anak
dibawa ke IGD dengan keadaan kulit keabu-abuan, pucat dan dijumpai bulae dari
leher sampai bokong.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Primary Survey
Airway
Pasien bernafas spontan
Kesadaran : CM
Bicara jelas
Irama nafas teratur
Breathing
RR : 24 x/menit
Cappilary refill normal
Warna kulit kemerahan, abu-abu (bagian luka bakar)
Cirkulation
N : 112 x/menit, S : 37,8 °C
Disability
GCS :15 E:4, M:5, V:6
Pupil : tidak ada ikterik
21
Exposure
Luka bakar total 22%, dileher 4% derajat 2, dipunggung 13%, bokong 5%
2. Secondary Survey
Status Generalis :
- Keadaan Umum : Tampak kesakitan di daerah punggung, wajah dan leher
bagian kiri.
- Kesadaran : CM
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rumus baxter : (% luka bakar) x (BB) x (4cc)
22% x 12 x 4 = 1056 cc
8 jam pertama 528 cc
8 jam kedua 264 cc
8 jam ketiga 264 cc
Dilakukam operasi skingraph
22
E. ANALISA DATA
No Masalah
Data Fokus Etiologi
. keperawatan
1. Ds : Termis Kerusakan
Ibu klien mengatakan anaknya integritas kulit
biologis
Do :
- Terdapat bulae
- Kulit kering Kerusakan kulit
- Luas luka bakar 22% grade 2
- Luka bakar pada bagian Kerusakan
punggung dan leher Integritas kulit
- Dasar luka bewarna merah
2 Ds : Termis Gangguan rasa
Ibu klien mengatakan anaknya nyaman
Biologis
Do :
- Klien tampak menjerit-jerit
saat dilakukan wound care. Kerusakan kulit
- Luas luka bakar 22% grade 2
- Luka bakar pada bagian Gangguan rasa
punggung dan leher nyaman
- Terdapat bulae
- Kulit kering
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
23
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa NOC NIC
N
Keperawat (Nursing Outcome (Nursing Intervention Rasional
o
an Classification) Classification)
1 Kerusakan NOC NIC - Untuk
integritas - Monitor kulit akan mengetahui
Setelah dilakukan tindakan
kulit b.d adanya kemerahan tanda dan
keperawatan 2x24 jam
luka bakar - Mobilisasi pasien gejala infeksi
diharapkan kerusakan
terbuka (ubah posisi pasien) - Untuk
integritas kulit dapat
setiap dua jam sekali mencegah
teratasi dengan kriteria
- Jaga kebersihan kulit cedera
hasil sebagai berikut :
agar tetap bersih dan - Untuk
- Luka bullae tampak kering mempertahank
membaik - Oleskan lotion atau an kebersihan
- Kulit elastis minyak/baby oil pada kulit
- Grade luka bakar daerah yang tertekan - Untuk
menurun dari grade 2 - Ganti balutan pada menjaga
ke grade 1 interval waktu yang kelembaban
- Luka bakar pada bagian sesuai atau biarkan kulit
punggung dan leher luka tetap tebuka - Untuk
membaik (tidak dibalut) sesuai mempercepat
- Tidak ada kemerahan program proses
pada luka - Gunakan preparat penyembuhan
antiseptic sesuai luka
program - Untuk
- Berikan operasi mencegah
Skingraph terjadinya
penyebaran
bakteri
- Untuk
meregenerasi
jaringan kulit
yang
rusak/mati
2 Gangguan NOC : NIC : - Untuk
rasa - Atur lingkungan yang memberikan
24
nyaman Setelah dilakukan tindakan dapat meningkatkan lingkungan
b.d luka keperawatan 2x24 jam kenyamanan pasien yang nyaman
bakar diharapkan kerusakan - Atur posisi pasien bagi pasien
terbuka integritas kulit dapat senyaman mungkin, - Untuk
teratasi dengan kriteria hindari posisi yang mencegah
hasil sebagai berikut : menekan luka terjadinya
- Anjurkan pasien penekanan
- Klien tampak nyaman
memakai pakaian berlebih pada
- Luas luka bakar
lembut dan longgar area luka
berkurang
- Berikan pemahaman - Untuk
- Grade luka bakar
kepada pasien terkait mencegah
menurun dari grade 2
penyakit yang tergoresnya
ke grade 1
dialaminya luka oleh
- Luka bakar pada bagian
- Dorong keluarga pakaian
punggung dan leher
untuk menemani anak - Agar pasien
mulai membaik
dalam proses dapat
- Luka bullae tampak
penyembuhan menerima
membaik
- Dorong pasien untuk keadaan
- Kulit elastis
mengungkapkan penyakitnya
perasaaanya, - Untuk
ketakutan, persepsi memberikan
- Ajarkan klien suport kepada
menggunakan tehnik anak
relaksasi - Untuk
- Temani pasien untuk mengetahui
memberikan apa yang
keamanan dan dirasakan
kenyamanan klien
- Untuk
meningkatkan
kenyamanan
- Agar pasien
merasa aman
dan nyaman
selama proses
25
penyembuhan
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (Smeltzer,
suzanna, 2002). Penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan luka bakar
diklafikasikan bedasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka.
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui
konduksi atau radiasi elektromagnetik. Perjalanan penyakit luka bakar dibagi menjadi 3
fase, yaitu : fase akut, fase sub akut, dan fase lanjut.
27
DAFTAR PUSTAKA
Yefta, Moenajat. (2003) . Luka Bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi Revisi.
Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Suriadi. (2007). Manajemen Luka. Romeo Grafika.Pontianak
Brunner & Suddarth. (2010). Textbook of Medical Surgical Nursing (12th ed.). USA:
Lippincott
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.EGC.
Jakarta. p 66-88
28