Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

DOSEN PENGAJAR

M. Azhari Noor, M.Eng.

NIP. 19801119 200501 1 001

Dikerjakan Oleh

M. Iqbal Rizky

NIM. H1A115414

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2017
Soal
1. a. Kala ulang banjir untuk mendesain banjir
b. Pelajari umur rencana suatu waduk
2. Apa perbedaaan bendungan dengan bendung ?
3. Tipe bendungan
4. a. Pelajari nilai manfaat air
b. Pelajari Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
(AKNOP)

Penyelesaian
1. a. Pemilihan kala ulang (return period) banjir rancangan untuk
bangunan air adalah suatu masalah yang sangat bergantung pada
analisa statistik dari urutan kejadian banjir baik berupa debit air
di sungai maupun curah hujan badai. Untuk mempermudah
pemecahan masalah, pertimbangan ekonomi diabaikan sehingga
hanya berdasarkan teori kemungkinan yang sering disebut juga
dengan resiko kegagalan (risk of failure), atau kemungkinan
terjadinya banjir rancangan sekali atau lebih selama umur
bangunan (life time) suatu bangunan air. Pemilihan suatu teknik
analisa penentuan banjir rancangan tergantung dari data-data
yang tersedia dan macam dari bangunan air tersebut. Kriteria
pemilian banjir dengan hanya meninjau kemungkinan terjadinya
banjir yang lebih besar atau sama dengan banjir rencana, sekali
atau lebih selama bangunan air tersebut berdiri. Kriteria lain
yang dapat menjadi bahan pertimbangan  dalam pemilihan
banjir rancangan sebagai berikut:
Tabel 1.  Kriteria Pemilihan Kala Ulang Banjir Rancangan
Tabel 2. Kriteria Pemilihan Kala Ulang Banjir Rancangan Sebagai
Kontrol Kapasitas Pelimpah Berdasarkan Klasifikasi Tingkat
Bahaya
(Hazard Classification)

b. Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Sumber


Daya Air, umur rencana waduk adalah umur patokan suatu
waduk direncanakan untuk dapat difungsikan atau dioperasikan
secara penuh, misal 50 tahun atau 100 tahun. Umur rencana
sering digunakan untuk menghitung nilai kelayakan waduk,
apakah umur rencana berada di atas umur ekonomi (layak) atau
dibawah umur ekonomi (tidak layak). Umur rencana juga
digunakan sebagai dasar untuk mendesain umur teknis
infrastruktur yang harus dibangun dengan melihat tingkat
keamanan.
Batas usia umur waduk ditentukan oleh habisnya manfaat
waduk untuk bisa diatur penggunaannya bagi kepentingan
pengairan atau pembangkit tenaga listrik, dimana air keluaran
melalui intake (beranda pengambilan). Didalam perencanaan
pembuatan waduk diadakan pembagian ruang dalam volume
waduknya, yaitu bagian volume yang airnya dapat atau tidak
dapat diatur melaui suatu pintu pengatur air. Volume diatas
bidang horizontal melaui intake merupakan volume Life
Storage, sedangkan volume di bawahnya disebut Dead
Storage (Kantong Lumpur). Dead Storage inilah yang
menentukan perhitungan umur suatu waduk. Dead Storage
merupakan ruangan yang khusus disediakan untuk menampung
sedimen yang terbawa aliran sungai yang bermuara di waduk
maupun yang terbawa air hujan sekitar waduk.
Jika tingkat sedimentasi sudah mengisi semua bagian dead
storage maka pada saat itulah endapan atau sedimentasi mulai
menginjak daerah Life Storage, endapan perlahan akan sampai
pada tingkatan terganggunya fungsi intake dalam pengaturan air
keluar waduk.  Jika fungsi intake sudah terganggu oleh sedimen,
pengeluaran air tidak bisa diatur maka waduk tidak bisa
berfungsi sebagai  pembangkit tenaga listrik.
Tahap-tahap pengendapan pada saat pengisian waduk 
(impounding) maupun saat pengoperasian waduk:
 Air mengisi bagian yang terendah dari waduk, pengendapan
terjadi pada saat kecepatan air mendekati nol. jadi pada saat
pertama pengisian waduk praktis endapan berada pada
daerah dead storage (kantong Lumpur).
 Saat daerah dead storage sudah mulai penuh air, endapan
yang terbawa aliran mulai mengendap di muara sungai yang
praktis kecepatan airnya  mendekati nol.
 Tahap pengisian sampai air penuh (tinggi muka air /
ketinggian ambang pelimpah /spillway), endapan berada pada
daerah life storage dimana sungai atau anak sungai bermuara.
 Pada tahap operasi TMA ( Tinggi Muka Air ) waduk mulai
surut, endapan yang telah terjadi di daerah life storage
tergerus aliran sungai terbawa ke daerah lebih rendah. Bila
operasi waduk misalnya pada musim kering di bawah normal,
sehingga TMA terendah sudah berada di bidang antara life
storage dan dead storage maka endapan yang terjadi
sebelumnya di life storage terkikis aliran sungai masuk ke
daerah dead storage.
Begitu keadaan endapan sepanjang tahun berulang sampai
berakhirnya endapan menutup intake yang dikatakan tersebut di
atas sebagai saat berakhirnya umur manfaat waduk untuk
keperluan pengairan/pembangkit tenaga listrik. Pemantauan
endapan ini dilakukan dengan pemetaan Survey Bathimetri pada
saat TMA tinggi lebih mendapatkan daerah cakupan luas dari
pada saat pelaksanaan pada TMA rendah. Periode ulang
pemetaan Bathimetri secara teratur (4-5 setahun sekali)
mempermudah perhitungan rata-rata jumlah endapan yang
terjadi. Jika periode 4-5 tahun sekali, kurang memberikan hasil
yang baik atau teliti, periode ulang tersebut bisa diperpendek 2-4
tahun sekali terutama pada waduk yang tingkat
pendangkalannya relatif cukup tinggi.

2. Bendungan

Bendungan adalah bangunan yang dirancang untuk menahan


laju air dengan membentuk waduk, danau, maupun tempat rekreasi.
Sejumlah bendungan juga kerap dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik tenaga air. Konstruksi bendungan biasanya dilengkapi dengan
pintu air sebagai saluran pembuangan air yang tidak dibutuhkan
secara bertahap.
Lumrahnya bendungan terbuat dari material tanah, batu, beton,
atau pasangan bata. Tidak hanya dipakai untuk menampung dan
menahan air, tetapi bendungan juga sering digunakan untuk
menampung lumpur dan limbah industri. Berdasarkan ketinggian
strukturnya, bendungan bisa diklasifikasikan menjadi lima macam.
Bendungan besar memiliki tinggi lebih dari 15 meter, bendungan
utama lebih dari 150 meter, bendungan rendah kurang dari 30
meter, bendungan sedang sekitar 30-100 meter, dan bendungan
tinggi lebih dari 100 meter.

Bendung

Bendung merupakan bangunan yang dibuat melintasi sungai dan


berfungsi untuk mengubah karakteristik aliran air. Kegunaan lainnya
seperti mencegah terjadinya banjir, mengukur debit sungai, dan
melambatkan aliran sungai. Ada dua macam bendung yaitu bendung
tetap dan bendung gerak. Bendung tetap bermanfaat untuk
menaikkan tinggi muka air hingga batas tertentu supaya air bisa
dialirkan ke irigasi. Dan bendung gerak memiliki beberapa pintu
yang bisa digerak-gerakkan untuk keperluan mengatur ketinggian
muka air di sungai.
Bendung adalah struktur mirip bendungan yang memiliki kepala
cukup rendah. Fungsi dari bangunan ini yaitu untuk menaikkan
muka air hingga dapat mengalir melalui puncak atau mercu
bendung. Penerapan bendung paling banyak di Indonesia adalah
untuk kepentingan irigasi, terutama jika ketinggian muka air sungai
lebih rendah daripada ketinggian muka tanah yang akan dialiri air.
Tiga perbedaan spesifik antara bendung dengan bendungan adalah:
 Konstruksi bendung memiliki ukuran yang lebih kecil daripada
bendungan.
 Tingkat kerumitan dalam pembuatan bendung juga lebih sederhana
dibandingkan dengan bendungan yang memerlukan
perencanaan yang matang.
 Pada dasarnya, bendung berguna untuk menaikkan muka air
sedangkan bendungan berfungsi untuk menahan laju air.

3. Pembagian tipe bendungan dapat dipandang dari 7 keadaan


yaitu:
a. Tipe Bendungan Berdasarkan Ukurannya
 Bendungan Besar (Large Dams)
Menurut ICOLD definisi bendungan besar adalah
bendungan yang tingginya l e b i h dari 500 m,
diukur dari bagian terbawah pondasi
sampai ke p u n c a k    bendungan. Bendungan yang
tingginya antara 10 m dan 15 m dapat pula
disebut bendungan besar asal memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut:
 Panjang puncak bendungan tidak kuranag
dari 500 m;
 K apasitas waduk yang akan terbentuk tidak kurang dari
1 juta m3;
 Debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak
kurang dari 2000 m 3 /detik;
 Bendungan menghadapi kesulitan-kesulitan
khusus pada pondasinya; d a n
 Bendungan di desain tidak seperti biasanya
 Bendungan Kecil (Small Dams, Weir, Bending)
Semua bendungan yang tidak memenuhi syarat
sebagai bendungan besar disebut bendungan kecil.
b. Tipe Bendungan Berdasarkan Tujuan Pembangunannya
 Bendungan Tujuan Tunggal (Single Purpose Dams)
Single Purpose Dams adalah bendungan yang dibangun
untuk memenuhi satu tujuan saja.
 Bendungan Serbaguna (Multipurpose Dams)
Multipurpose Dams adalah bendungan yang dibangun untuk
memenuhi beberapa tujuan.
c. Tipe Bendungan Berdasarkan Jalannya Air
 Bendungan untuk Dilewati Air (Overflow Dams)
Overflow Dams adalah bendungan yang dibangun untuk
untuk dilewati air misalnya pada bangunan pelimpah
(spillway).
 Bendungan untuk Menahan Air (Non Overflow Dams)
Non Overflow Dams adalah bendungan yang sama sekali
tidak boleh di lewati air.
Kedua tipe ini biasanya dibangun berbatasan dan dibuat dari
beton, pasangan batu atau pasangan bata.
d. Tipe Bendungan Berdasarkan Fungsinya
 Bendungan Pengelak Pendahuluan (Primary Cofferdam,
Dike)
Primary cofferdam, Dike adalah bendungan yang pertama-
tama dibangun di sungai pada waktu debit air rendah agar
lokasi rencana bendungan pengelak menjadi kering yang
memungkinkan pembangunannya secara teknis.
 Bendungan Pengelak (Cofferdam)
Cofferdam adalah bendungan yang dibangun sesudah
selesainya bendungan pengelak pendahuluan sehingga lokasi
rencana bendungan utama menjadi kering yang
memungkinkan pembangunannya secara teknis.
 Bendungan Utama (Main Dam)
Main dam adalah bendungan yang dibangun untuk
memenuhi satu atau lebih tujuan tertentu.
 Bendungan Sisi ( High Level Dam )
High level dam dalah bendungan yang terletak di sebelah sisi
kiri dan sisi kanan bendungan utama yang tinggi puncaknya
juga sama. Ini dipakai untuk membuat proyek seoptimal-
optimalnya, artinya dengan menambah tinggi pada
bendungan utama diperoleh hasil yang sebesar-besarnya
biarpun harus menaikkan sebelah sisi kiri dan atau sisi
kanan.
 Bendungan di Tempat Rendah (Saddle Dam)
Saddle dam adalah bendungan yang terletak di tepi waduk
yang jauh dari bendungan utama yang dibangun untuk
mencegah keluarnya air dari waduk sehingga air waduk tidak
mengalir ke daerah sekitarnya.
 Tanggul ( Dyke, Levee)
Dyke, Levee adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi
kiri dan atau kanan bendungan utama dan di tempat yang
jauh dari bendungan utama yang tinngi maksimalnya hanya
5 m dengan panjang puncaknya maksimal 5 kali tingginya.
 Bendungan Limbah Industri (Industrial Waste Dam)
Industrial waste dam adalah bendungan yang terdiri atas
timbunan secara bertahap untuk menahan limbah yang
berasal dari industri.
 Bendungan Pertambangan (Mine Tailing Dam, Tailing
Dam)
Mine tailing dam, Tailing dam adalah bendungan yang
terdiri atas timbunan secara bertahap untuk menahan hasil
galian pertambangan dan bahan pembuatnya pun berasal
dari hasil galian pertambangan juga.
e. Tipe Bendungan Berdasarkan Konstruksinya
 Bendungan Urugan (Fill Dams, Embankment Dams)
Menurut ICOLD definisinya adalah bendungan yang
dibangun dari hasil penggalian bahan (material) tanpa
tambahan bahan lain yang bersifat campuran secara kimia,
jadi betul-betul bahan pembentuk bendungan asli.
Bendungan ini masih dapat dibagi menjadi :
 Bendungan Urugan Serbasama (Homogeneous Dams)
Homogeneous dams adalah bendungan urugan yang
lapisannya sama.
 Bendungan Urugan Berlapis-Lapis (Zone Dams, Rockfill
Dams)
Zone dams, Rockfill dams adalah bendungan urugan
yang terdiri atas beberapa lapisan , yaitu lapisan kedap
air (water tight layer), lapisan batu (rock zones, shell),
lapisan batu teratur (rip-rap) dan lapisan pengering
(filter zones).
 Bendungan Urugan Batu Dengan Lapisan Kedap Air di
Muka (Impermeable Face Rockfill Dams, Dekced Rockfill
Dams)
Impermeable face rockfill dams, Dekced rockfill dams
adalah bendungan urugan batu berlapis-lapis yang
lapisan kedap airnya diletakkan di sebelah hulu
bendungan. Lapisan kedap air yang biasa digunakan
adalah aspal dan beton bertulang.
 Bendungan Beton (Concrete Dams)
Concrete dams adalah bendungan yang dibuat dari
konstruksi beton baik dengan tulangan maupun tidak. Ini
masih dapat dibagi lagi menjadi :
 Bendungan Beton Berdasar Berat Sendiri (Concrete
Gravity Dams)
Concrete gravity dams adalah bendungan beton yang
didesain untuk menahan beban dan gaya yang bekerja
padanya hanya dengan berat sendiri saja.
 Bendungan Beton Dengan Penyangga (Concerete Butress
Dams)
Concerete butress dams adalah bendungan beton yang
mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya
yang bekerja padanya. Banyak dipakai apabila sungainya
sangat lebar sedangkan keadaan geologiya baik.
 Bendungan Beton Berbentuk Lengkung (Beton Berbentuk
Busur Atau Concerete Arch Dams)
Concerete Arch Dams adalah bendungan beton yang
didesain untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekerja
padaya lewat abutmen kiri dan abutmen kanan
bendungan.
 Bendungan Beton Kombinasi (Combination Concerete
Dams, Mixed Type Concerete Dams)
Combination concerete dams, Mixed type concerete
dams adalah merupakan kombinasi anatara lebih dari
satu tipe bendungan.
 Bendungan lainnya
Biasanya hanya untuk bendungan kecil misalnya :
bendungan kayu (timber dams), bendungan besi (steel
dams), bendungan pasangan bata (brick dams), bendungan
pasangan batu (masonry dams).
4. a. Nilai manfaat air
Menurut Permen PU No. 8 Tahun 2014, biaya jasa pengelolaan
sumber daya air yang selanjutnya disingkat BJPSDA adalah salah
satu jenis pembiayaan pengelolaan sumber daya air yang
dikenakan kepada pengguna yang mendapatkan manfaat atas
sumber daya air sesuai dengan perhitungan rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan dan dikecualikan bagi penggunaan
sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari
dan irigasi bagi pertanian rakyat.
Pembebanan BJPSDA dimaksudkan sebagai instrumen agar
masyarakat berhemat dalam penggunaan air serta
menumbuhkan peran serta masyarakat dalam menjaga dan
memelihara sumber daya air ataupun prasarana sumber daya air
Pembiayaan pengelolaan sumber daya air mencakup jenis
pembiayaan untuk :
 Biaya sistem informasi, merupakan biaya yang dibutuhkan
untuk pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan
penyebarluasan informasi sumber daya air.
 Biaya perencanaan, merupakan biaya yang diperuntukkan
untuk kegiatan penyusunan kebijakan, pola, dan rencana
pengelolaan sumber daya air.
 Biaya pelaksanaan konstruksi mencakup biaya untuk
pelaksanaan fisik dan non fisik kegiatan konservasi sumber
daya air,pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian
dayarusak air.
 Biaya operasi dan pemeliharaan merupakan biaya untuk
operasi prasarana sumber daya air serta pemeliharaan
sumber daya air dan prasarana sumber daya air.
 Biaya pemantauan, evaluasi, dan pemberdayaan masyarakat
merupakan biaya yang dibutuhkan untuk pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya air serta
biaya untuk pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya air.
Sasaran utama BJPSDA adalah para pengguna sumber daya air
untuk keperluan usaha/komersial, termasuk kelompok pengguna
sumber daya air untuk keperluan usaha yang diwajibkan menjadi
pembayar BJPSDA. Kelompok pengguna sumber daya air untuk
usaha antara lain dapat berupa usaha industri rumah tangga,
usaha industri pabrikan, usaha penyediaan air bersih baik
pemerintah daerah maupun swasta, usaha pembangkitan energi
tenaga air dan usaha lainnya, sedangkan kelompok pengguna
untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk keperluan
pertanian rakyat dibebaskan dari sasaran BJPSDA.
b. AKNOP
Menjelang pengajuan anggaran biaya tahun yang akan datang,
petugas dari masing-masing wilayah kerja akan melakukan
penelusuran jaringan guna melihat kondisi kerusakan dan
pemeliharaan riil di lapangan. Kerusakan-kerusakan dan
operasional pemeliharaan tersebut didata kemudian dibuat
perkiraan biaya yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan yang
terdata tersebut sehingga menghasilkan suatu nilai biaya yang
akan diajukan sebagai anggaran tahun mendatang.
AKNOP adalah angka kebutuhan nyata operasi dan
pemeliharaan untuk pengelolaan irigasi dari hasil inventarisasi
penelusuran kerusakan jaringan irigasi yang ditetapkan melalui
musyawarah. Komponen yang diperlukan dalam penyusunan
AKNOP saat ini berdasarka pembiayaan kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya tergantung dari
jumlah bangunan dan panjang saluran irigasi yang dikelola
dalam satu daerah irigasi. Komponen yang diperlukan dalam
penyusunan AKNOP saat ini berdasarkan pembiayaan kegiatan
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya
tergantung dari jumlah bangunan dan panjang saluran irigasi
yang dikelola dalam satu daerah irigasi. Pembiayaan operasi dan
pemeliharaan prasarana jaringan irigasi yang mantap besarnya
1%-2% dari nilai investasi biaya pembangunan jaringan irigasi
setiap tahunnya.
Sumber
https://insinyurpengairan.wordpress.com/2011/04/14/kriteria-perencanaan-
penentuan-kala-ulang-banjir/
http://www.kompasiana.com/mul/analisa-debit-kala-ulang-banjir-periode-
ulang_550e95ea813311ba2cbc6443

https://www.academia.edu/24569190/Perencanaan_Dan_Pengelolaan_Waduk_Ser
ta_Kapasitas_Tampungan_Dan_Pola_Operasi_Waduk?auto=download

https://jatiluhurdam.wordpress.com/2014/03/03/perhitungan-usia-manfaat-waduk-
ir-h-djuanda/

http://sda.pu.go.id/balai_bendungan/file/24%29%20PEDOMAN.%20SURVEY
%20&%20MONITORING%20SEDIMENTASI%20WADUK.pdf

http://farof.blogspot.co.id/2016/04/3-perbedaan-bendung-dan-bendungan.html

http://febrian-tekniksipil.blogspot.co.id/2012/02/tipe-tipe-bendungan_02.html

http://farof.blogspot.co.id/2016/05/3-perbedaan-waduk-bendung-dan-
bendungan.html

http://arafuru.com/sipil/tipe-tipe-bendungan-yang-wajib-diketahui.html
https://www.academia.edu/22957931/TIPE_BENDUNGAN

http://portalkonstruksi.blogspot.co.id/2016/09/tipe-bendungan.html

http://birohukum.pu.go.id/uploads/DPU/2014/PermenPU08-2014.pdf

http://digilib.unila.ac.id/13109/6/Bab%20I-III.pdf

http://birohukum.pu.go.id/uploads/DPU/2014/Lamp-PermenPU08-2014.pdf

Anda mungkin juga menyukai