Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

KEHILANGAN DAN BERDUKA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik klinik keperawatan jiwa

yang diampu oleh :

Dhika Dharmansyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep.

Disusun Oleh ;

Putri Ananda Dini Ilhani Nurhasanah

1808088

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. DEFINISI
1. Kehilangan
Menurut Hidayat (2009) kehilangan (loss) merupakan suatu situasi actual
maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada baik itu sebagian maupun keseluruhan atau
terjadinyanperubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan,
kehilangan juga merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh oleh
setiap individu selama rentang kehidupannya cenderung mengalami
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda
2. Berduka
Berduka merupakan respon emosi terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan dengan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak
nafas, susah tidur, dan lainnya. Berduka (grieving) merupakan reaksi
emosional terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara
unik pada masing-masing orang yang didasarkan pada pengalaman
pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya.
(Hidayat, 2009).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
1) Faktor Genetik
Seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang
memiliki riwayat depresi akan sulit dalam mengembangkan sikap
optimis dalam menghadapi permasalahan termasuk dalam menghadapi
kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani
Seseorang dengan keadaan fisik yang sehat dan pola hidup yang teratur
cenderung dapat mengatasi stress lebih tinggi dibandingkan dengan
seseorang yang mengalami gangguan fisik. (Prabowo, 2014)
3) Kesehatan Mental
Seseorang yang mnegalami gangguan kesehatan mental yang ditandai
dengan rasa tidak perdaya, pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan
yang suram biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi
kehilangan.
4) Pegalaman kehilangan di masa lalu
Seseorang yang mengalami kehilangan atau perpisahan dengan orang
yang berarti di masa lalu akan mempengaruhi seseorang tersebut dalam
mengatasi situasi kehilangan di masa selanjutnya.
5) Struktur kepribadian
Seseorang dengan konsep dirinya yang negatif yang menyebabkan rasa
rendahnya percaya diri yang tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Prabowo (2014) ada beberapa faktor stressor yang dapat
menimbulkan perasaan kehilangan seperti kehilangan kasih sayang secara
nyata atau imajinasi individu seperti kehilangan sifat bio-psiko-sosial,
meliputi :
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi dimasyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan

C. JENIS-JENIS KEHILANGAN DAN BERDUKA


1. Kehilangan
Menurut Hidayat (2009) terdapat beberapa jenis-jenis kehilangan, yaitu :
1) Kehilangan objek eksternal (Seperti adanya pencurian atau kehancuran
akibat bencana alam)
2) Kehilangan lingkungan yang dikenal (seperti berpindah rumah, dirwat
di rumah sakit, atau pindah pekerjaan)
3) Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti (seperti pekerjaan,
kepergian anggota keluarga atau teman dekat, perawat yang dipercaya,
dan hewan peliharaan)
4) Kehilangan suatu aspek diri (seperti anggota tubuh dan fungsi fisik
atau psikologis)
5) Kehilangan hidup (seperti kematian anggota keluarga, teman dekat,
atau diri sendiri)
2. Berduka
Berduka dibagi menjadi beberapa, antara lain :
1) Berduka normal
Merupakan perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan seperti kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, menarik
diri yang sifatnya sementara
2) Berduka antisipatif
Merupakan proses melepaskan diri yang muncul sebelum terjadinya
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya seperti seseorang yang
didiagnosis terminal maka dirinya akan memulai proses perpisahan
dan menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum tiba ajalnya
3) Berduka yang rumit
Dialami seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu
tahap kedukaan normal dimana seolah-olah masa berkabung tidak
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan dengan orang yang
bersangkutan.
4) Berduka tertutup
Kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka
seperti kehilangan pasangan karena AIDS, atau ibu yang kehilangan
anaknya ketika didalam kandungan atau ketika sedang bersalin.
D. RENTANG RESPON
Menurut Kubler-Ross dalam Potter dan Perry (1977), Respon berduka
seseorang terhadap kehilangan dapat melaui tahap-tahap berikut ini

TAHAP PENGINGKARAN MARAH TAWAR-MENAWAR


DEPRESI PENERIMAAN
1. Tahap Pengingkaran
Reaksi pertama individu tehadap terhadap kehilangan yaitu syok, tidak
percaya, tidak mengerti, mengingkari kenyataan. Reaksi fisik yang terjadi
yaitu letih, lemah, pucat, mulai diare, gangguan pernafasan, detak jantung
cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu berbuat apa. Reaksi ini
berlangsung beberapa menit sampai beberapa tahun
2. Tahap Marah
Pada tahap ini individu yang mengalami kehilangan akan bereaksi seperti
menunjukan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain,
menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
kompeten, respon fisik yang terjadi yaitu muka merah, denyut nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal dan lainnya.
3. Tahap tawar-menawar
Pada tahap ini individu mencoba untuk membuat kesepakatan secara
halus dan terang-terangan dan melakukan tawar menawar dengan
memohon kemurahan Tuhan seolah olah kehilangan kehilangan dapat
dicegah.
4. Tahap depresi
Seseorang sering sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang –
kadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh
diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain menolak makan, susah
tidur, letih, turunnya dorongan libido.
5. Tahap penerimaan
Pada tahap ini individu mulai menerima kenyataan terhadap kehilangan
yang dialaminya dan mulai memandang kedepan. Gambaran tentang
objek atau orang yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap dan
perhatiannya akan beralih pada objek yang baru

E. TANDA DAN GEJALA


1. Kehilangan
Menurut Prabowo (2014 : 117) tanda dan gejala kehilangan diantaranya:
1) Perasaan sedih, menangis
2) Perasaan putus asa, kesepian
3) Mengingkari kehilangan
4) Kesulitan mengekspresikan perasaan
5) Konsentrasi menurun
6) Kemarahan yang berlebihan
7) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
8) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
9) Reaksi emosional yang lambat
10) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat
aktivitas.
2. Berduka
Menurut Dalami (2009) tanda dan gejala berduka diantaranya :
1) Efek fisik
Kelelahan, kehilangan selera, masalah tidur, lemah,berat badan
menurun, sakit kepala, berat badan menurun, sakit kepala, pandangan
kabur, susah bernapas, palpitasi dan kenaikan berat , susah bernapas.
2) Efek emosi
Mengingkari, bersalah , marah, kebencian, depresi,kesedihan, perasaan
gagal, perasaan gagal, sulit untuk berkonsentrasi, gagal dalam
menerima kenyataan, iritabilita, perhatian terhadap orang yang
meninggal.
3) Efek social.
Menarik diri dari lingkungan. Isolasi (emosi dan fisik) dari istri,
keluarga dan teman.
F. AKIBAT
Akibat yang ditimbukan dari tidak tercapainya seseorang terhadap respon
kehilangan seperti pemberian makna yang baik terhadap kehilangan dan
kompensasi yang positif yaitu terjadinya depresi diaman individu menunjukan
sikap menarik diri, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan
tidak berharga, ada keinginan bunuh diri dan sebagainya. Gejala fisik yang
ditunjukan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun.

G. MEKANISME KOPING
Menurut Prabowo (2014) koping yang sering dipakai individu dengan
kehilangan antara lain denal, represi, intelektualisasi, regresi, disosiasi,
supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress
yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan
pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping
tersebut seing dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Merupakan jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak
dengan menggunakan 2 elektroda yang ditempatkan dibagian temporal
kepala (pelipis kiri dan kanan) tujuan ECT adalah untuk mengembalikan
fungsi mental klien untuk meningkatkan ADL secara periodik.
2. Psikoterapi
upaya dalam psikoterapi ini meliputi : memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaanya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada pasien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan pasrtisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri
seseorang. Tujuan terapi okupasi itu sendiri adalah untuk mengembalikan
fungsi penderita semaksimal mungkin, dan kondisi abnormal ke normal
yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan
memberikan aktivitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi
penderita sehingga penderita diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga
maupun masyarakat

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Duka Cita
2. Duka Cita terganggu

J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Duka cita Tujuan umum klien Fasilitasi berduka


dapat menuntaskan 1. Identifikasi jenis
duka cita dengan mekanisme koping
kriteria hasil: pada keluarga
1. Keberhasilan 2. Mendengar secara aktif
koping hal yang diceritakan
2. Koping keluaga pasien
3. Daya tahan 3. Dukung keterlibatan
keluarga keluarga dengan cara
yang tepat
4. Berikan dukungan
spiritual

2 Duka cita Tujuan umum klien Konseling


terganggu dapat memahami 1. Bangun hubungan
hubungan antara terapeutik yang
kehilangan yang didasarkan pada rasa
dialami dengan saling percaya dan
keadaan dirinya saling menghormati
dengan kriteria hasil: 2. Tunjukan empati,
1. Klien tidak kehangatan da
mengalami ketulusan
depresi 3. Sediakan informasi
2. Klien tidak factual yang tepat
merasa bersalah sesuai dengan
yang berlebihan kebutuhan
3. Klien tidak 4. Bantu pasien untuk
tampak bersedih mengidentifikasi
kekuatan dan
menguatkan hal
tersebut
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1 ) PADA KLIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Data Subjektif :
 Klien mengatakan sedih dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa
dirinya kehilangan sosok yang sangat berarti dihidupnya
Data Objektif :
 Klien sering melamun
 Klien terlihat sering mengingkari kehilangan
 Klien terlihat terus menerus menangis
2. Diagnosa Keperawatan
Duka cita terganggu
3. Tujuan
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dank
lien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
2) Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
3) Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambal berjabat tangan
dengan klien
2) Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya,
dengarkan setiap perkataan klien. Berikan respon tetapi tidak bersifat
menghakimi
3) Ajarkan klien teknik relaksasi

B. Strategi Pelaksanaan
1. Tahap Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assalamualaikum ibu, selamat pagi? Perkenalkan nama saya Putri
Ananda Dini, ibu bisa panggil saya Suster Putri. Saya mahasiswa
keperawatan UPI yang sedang praktik disini. Hari ini saya berdinas
dari pukul 7 pagi sampai pukul 2 sore. Nama ibu siapa? Ibu senangnya
dipanggil apa?”
2) Evaluasi/Validasi
“bagaimana keadaan ibu hari ini?”
3) Kontrak
a. Topik
“kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang menegani
keadaan dan perasaan yang sedang ibu rasakan sekarang?
Tujuannya supaya ibu merasa lebih tenang dalam menghadapi
keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita dengan saya. Sehingga
kesedihan ibu mungkin bisa berkurang. Bagaimana apakah ibu
bersedia?”
b. Waktu
“baik, jika ibu bersedia ibu maunya berapa lama kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 15 menit bu? “
c. Tempat
“ibu maunya kita berbincang-bincang dimana? Disini saja? Baik
Bu”

2. Tahap Kerja
“baiklah ibu, bisa ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan ibu
saat ini? Saya mengerti, ibu snagat sulit menerima kenyataan ini.
Tetapi kondi sebenarnya memang suami ibu telah meninggal dunia,
sabar ya bu.”
“saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung ibu, tetapi coba ibu
pikir, jika ibu pulang ke rumah nanti, ibu tidak akan bertemu dengan
suami ibu karena beliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi
kehendak tuhan, bu ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.”
“ibu, hidup matinya seseorang semuanya sudah diatur oleh Allah.
Meninggalnya suami ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai maha
Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya,
termasuk saya ataupun ibu sendiri.”
“ibu sudah bisa memahaminya?”
“ibu tidak perlu cemas ya, umur ibu masih muda, ibu bisa mencoba
mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga ibu. Saya
percaya ibu mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak
akan hidup sendiri. Ibu masih punya sudara-saudara, anak-anak dan
orang lain yang sayang dan peduli dengan ibu.”
“untuk mengurangi rasa cemas, sekarang ibu bisa mencoba untuk
melakukan teknik nafas dalam. ibu boleh mencoba untuk
melakukannya, saya bantu ya bu. ibu bisa Tarik nafas dari hidung
kemudian tahan sebentar dan keluarkan melalui mulut secara perlahan
dan ibu lakukan itu secara terus menerus sampai ibu merasa lega, coba
ibu lakukan lagi bu. bagus sekali ya bu, seperti itu. Ibu bisa
melakukannya dengan baik.”

3. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif : “ bagaimana perasaan ibu sekarang? Apakah ibu sudah
mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi ?”
Objektif : “ Kalau begitu, coba ibu jelaskan lagi hal hal yang ibu
dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba ibu ulangi teknik
relaksasi yang telah kita lakukan?.”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Ya, bagus sekali bu. nah, setiap kali ibu merasa cemas, ibu dapat
melakukan teknik tersebut ya bu. dan setiap kali ibu merasa ibu
tidak terima dengan kenyataan ini, ibu dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini. karena ibu sudah paham, bagaimana
kalau saya masukan kegiatan latihan ini kedalam jadwal kegiatan
harian ibu? Apakah ibu mau? Baik kalau begitu ibu mau
melakukannya berapa kali dalam sehari? baik ibu,
Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya tanpa
dibantu atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis “M” disini, jika
ibu di bantu atau diingatkan ibu tulis “B” dan jika ibu tidak
melakukannya ibu tulis “T”. bagaimana apakah ibu paham? Nanti
ibu jangan lupa untuk mengisi buku kegiatannya ya.
3) Kontrak yang akan datang
a. Topik
“ibu, untuk latihan hari ini dicukupkan dulu ya. Bagaimana
kalau besok kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi
mengenai hobi ibu. Apakah ibu bersedia?
b. Waktu
“baik jika ibu bersedia, ibu maunya besok kita bertemu jam
berapa? Baik jam 10 pagi ya bu.”
c. Tempat
“untuk tempatnya ibu maunya dimana? Bagaimana kalu di
taman saja bu apakah ibu mau? Baik kalau begitu besok kita
bertemu di taman jam 10 pagi ya bu. sekarang ibu boleh
beristirahat kembali, sampai jumpa besok ibu.
Assalamualaikum?”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2) PADA KLIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Proses Keperawatan
 Tujuan
Klien tidak menarik diri lagi dan dapat membina hubungan baik kembali
dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang disekitarnya.
 Tindakan Keperawatan
1. Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas
yang disukainya
2. Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan yang benar

B. Strategi Pelaksanaan
1. Tahap Orientasi
1) Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi ibu? Apakah ibu masih ingat dengan
saya? Iya betul sekali bu saya suster putri yang kemarin mengobrol-
ngobrol dengan ibu.
2) Evaluasi/validasi
“bagaimana keadaan ibu hari ini? Apakah sudah lebih baik dari hari
kemarin ? alhamdulillah syukur kalau begitu bu.”
3) Kontrak
a. Topik
“sesuai janji yang sudah kita sepakati kemarin hari ini kita
bertemu lagi untuk membicarakan mengenai hobi ibu ya.
Tujuannya supaya ibu dapat melakukan aktivitas yang ibu sukai
dan ibu bisa berinteraksi dengan orang-orang yang ada di
sekeliling ibu ya.”
b. Waktu
“ibu maunya kita berbincang-bincang hari ini berapa lama bu?”
c. Tempat
“untuk tempatnya bagaimana kalau disini saja ya bu, sesuai
dengan kesepakatan kemarin di taman.”

2. Tahap Kerja
“bagaimana bu, apakah ibu sudah memikirkan hobi yang ibu senangi?”
ternyata ibu hobi bermain voli ya bu ? tidak semua orang bisa bermain
voli lho bu.” Selain bermain voli, apakah ibu mempunyai hobi yang
lain?”wah, ternyata ibu juga punya hobi bernyanyi ya bu, pasti suara ibu
bagus. Bisakah ibu menunjukan sedikit bakat menyanyi ibu pada saya?.”
wah ternyata ibu memang berbakat ya dalam bernyanyi, suara ibu cukup
bagus.”ngomong-ngomong tentang hobi ibu bermain voli, seberapa sering
ibu biasanya bermain voli dalam seminggu?” cukup sering juga ya bu,
pasti kemampuan ibu dalam bermain voli sudah terlatih. Apakah ibu
pernah mengikuti lomba voli? Wah ternyata ibu hebat juga ya dalam
bermain voli buktinya ibu pernah memenangi lomba voli antar warga
didaerah rumah ibu.”
“nah, bagaimana kalau sekarang ibu saya ajak bergabung dengan yang
lain untuk bermain voli? Tampaknya disana banyak orang yang juga ingin
bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi ibu ini bersama-sama dengan yang
lain. Apakah ibu mau? halo ibu-ibu, kenalkan ini ibu X yang akan ikut
bermain voli bersama sama. Ibu ini juga jago loh bermain volinya. “Nah
sekarang coba ibu tunjukan teknik-teknik yang baik dalam bermain bola
voli ?” wah, bagus sekali ya bu. ibu sangat hebat.” Ibu saat ibu sedang
merasa emosi tetapi tidak mampu untuk meluapkannya, ibu bisa
melakukan kegiatan ini secara bersama-sama dengan yang lain, selain itu
kegiatan ini juga dapat membuat ibu bisa menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain sehingga ibu tidak merasa kesepian lagi ya, dan
kesedihan ibu pun akan teralihkan.”

3. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan ibu sekarang? Apakah sudah lebih
baik dibandingkan hari kemarin?
Objektif : sekarang coba ibu ulangi apa saja manfaat yang dapat ibu
dapatkan dengan melakukan kegiatan yang ibu senangi.”
2) Rencana Tindak Lanjut
“baiklah ibu, ibu nanti bisa bermain voli saat ibu merasa emosi
ataupun sedih ya bu karena ibu menyukainya. Bagaimana kalau
kegiatan bermain voli saya masukan ke dalam jadwal kegiatan harian
ibu? Apakah ibu mau? Baik bu, ibu maunya berapa kali dalam
seminggu bermain volinya? 3 kali ya bu, nanti ibu tulis disini
kegiatannya dilakukan jam berapa ya bu kemudian ibu juga jangan
lupa berikan tanda disini jika ibu melakukan sendiri, tanpa diingatkan
dan dibantu oleh perawat atau orang lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di
bantu dalam melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas
atau lupa mengerjakannya ibu tulis “T”. apakah ibu paham?
3) Kontrak Yang Akan Datang
a. Topik
“jika ibu sudah paham, untuk kegiatan hari ini dicukupkan ya bu,
bagaimana kalau besok kia bertemu lagi untuk berbincang bincang
dan latihan minum obat dengan baik, apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“ibu maunya kita besok bertemu jam berapa bu? ohiya baik jam 8
pagi setelah ibu makan pagi ya.”
c. Tempat
“Untuk tempatnya ibu maunya kita berbincang-bincang dimana?
Baik kalau begitu besok kita bertemu dikamar ibu jam 8 pagi ya
bu, kalau begitu ibu boleh beristirahat kembali, sampai jumpa
besok bu. Assalamualaikum?”
STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) PADA KLIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Proses Keperawatan
 Tujuan
1. Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat
2. Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak
 Tindakan Keperawatan
1. Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
2. Awasi klien saat minum obat

B. Strategi Pelaksanaan
1. Tahap Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi ibu?”
2) Evaluasi/validasi
“bagaimana keadaan ibu hari ini ? bagaimana dengan tidur ibu
semalam? Apakah nyenyak? Apakah saya boleh melihat buku
kegiatan ibu? Wah bagus sekali bu, tampaknya ibu sudah lebih
bersemangat ya dari yang kemarin kemarin.”
3) Kontrak
a. Topik
“tidur ibu semalam tidak nyenyak ya Bu? nah kalau begitu sesuai
dengan janji kita kemarin bagaiamana kalau hari ini kita
berbincang-bincang mengenai cara minum obat yang benar supaya
kecemasan ibu berkurang dan ibu bisa tidur dengan nyenyak,ibu
bersedia ya?
b. Waktu
“Untuk waktunya ibu mau kita berbincang-bincang berapa lama
Bu? baik 15 menit ya Bu.”
c. Tempat
“Untuk tempatnya sesuai dengan perjanjian kita kemarin, disini
saja ya bu, dikamar ibu.”

2. Tahap Kerja
“Kita langsung mulai saja ya bu, disini ada beberapa macam obat-obatan
yang harus ibu minum. Ini obatnya ada dua macam ya bu, yang warna
putih namanya BDZ fungsi dari obat ini supaya pikiran ibu bisa menjadi
lebih baik dan menjadi tenang. Dan ibu bisa tidur dengan nyenyak ya bu.”
kemudian obat yang warna kuning namanya obat HLP. Ini juga harus ibu
minum agar ibu merasa rileks dan ibu tidak merasakan lagi cemas yang
berlebihan.”nah semua obat ini ibu minum 3 kali dalam sehari, jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam ya bu. masing masing 1 butir obat
saja. Obat obatan ini diminum setelah ibu makan.
“apakah ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?” oh jadi ibu
tidak tahan dengan rasa pahitnya ya, kalau begitu setelah ibu minum obat
ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat berkurang.” Jika
setelah minum obat mulut ibu terasa kering sekali, ibu bisa minum banyak
air mineral ya untuk mengatasinya. Jika ada efek samping yang
berlebihan seperti gatal-gatal pusing atau mual, ibu bisa panggil saya atau
perawat lain yang sedang bertugas. Apakah ibu paham? Baik, nah
sebelum ibu minum obat, pastikan dulu ya bu obatnya sesuai atau tidak
ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat obat ersebut dapat
diminum tepat waktu.”

3. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif : apakah ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus ibu
minum dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?
Objektif : bagus, kalau ibu sudah mengerti coba ulangi lagi apa saja
obat yang harus ibu minum dana pa saja prosedur meminum obatnya.”
2) Rencana Tindak Lanjut
”Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat
mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan
kalau Ibu merasa gatal-gatal, pusing, atau bahkan mual dan muntah,
Ibu dapat menghubungi saya atau perawat lain yang sedang bertugas.
“ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?” Bagaimana jika
kegiatan minum obat ini juga dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari, Jangan lupa, ibu juga meminum obat sesuai dengan waktu yang
dianjurkan ya ohhiya jangan lupa nanti ibu isi buku kegiatannya
Caranya jika ibu melakukan sendiri, tanpa diingatkan dan dibantu oleh
perawat atau orang lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam
melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas atau lupa
mengerjakannya ibu tulis “T”.
Ini tujuannya untuk melihat kemandirian ibu, jika ibu sudah bisa
mandiri dalam melakukan sesuatu dan ibu juga sudah dapat memenuhi
kebutuhan ibu sehari-hari, ibu akan dapat segera di pulangkan. Ibu
paham Bu?”
3) Kontrak yang akan datang
a. Topik
“ibu untuk kegiatan hari ini di cukupkan ya bu, nanti besok kita
bertemu lagi untuk memantau perkembangan ibu, apakah ibu
mau?”
b. Waktu
“Untuk waktunya besok saya bertemu ibu pukul 2 sore ya bu
c. Tempat
“Untuk tempatnya besok saya akan ke kamar ibu saja ya. kalau
begitu ibu boleh istirahat kembali, samapi jumpa besok ya bu.
assalamualaikum?”
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E. (2009). Asuhan Keperawatan Jika Dengan Masalah Psikososial.


Jakarta: Trans Info Media.

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.

Kubler-Ross (1969) dalam. Potter & Perry (2005) menyatakan respon berduka
Kementerian Kesehatan Republik. Indonesia.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai