Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik klinik keperawatan jiwa
Disusun Oleh ;
1808088
BANDUNG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
A. Definisi
Menurut Yosep (2009) Harga diri rendah merupakan perasaan tidak
berharga atau tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat adanya
evaluasi ataupun penilaian yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri. hilangnya kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai dengan ideal diri.
Harga diri rendah adalah penilaian terhadap diri dan perasaan tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan. (Towsend, 2008).
Menurut Makhripah D & Iskandar (2012), Harga diri rendah kronik
merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
Dimana klien mempunyai cara berpikir negatif terhadap dirinya sehingga
mengakibatkan respon yang maladaptive.
B. Penyebab
Menurut Yosep (2009), penyebab terjadinya harga diri rendah dapat dilihat
dari tinjauan life span history klien seperti pada masa kecilnya yang sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya atau pencapaiannya.
Pada saat masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan, dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di
sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Menurut Stuart dan Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan
harga diri rendah kronik meliputi :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran yaitu peran gender,
tuntutan peran pekerjaan, dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari luar seperti dari kelompok teman sebaya, dan
adanya perubahan struktur sosial
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang mempengaruhi harga diri rendah contohnya seperti
kehilangan salah satu anggota tubuh, perubahan atau bentuk tubuh, serta
adanya produktivitas yang menurun dan kegagalan.
Menurut Towsend (2008), harga diri rendah sering disebabkan karena
adanya koping individu yang tidak efektif sehingga menimbulkan umpan
balik yang negatif.
D. Rentang Respon
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah
yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
5. Percaya diri kurang
6. Mencederai diri
F. Mekanisme Koping
1. Pertahanan koping jangka pendek :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
seperti konsep music, bekerja keras, menonton, dan lain sebagainya.
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara misalnya
ikut serta dalam klub sosial, kelompok, gerakan, dan lain sebagainya.
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu seperti prestasi akademik, olahraga kompetitif dan
lain sebagainya.
2. Pertahanan koping jangka panjang :
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting
bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi
diri individu
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai
harapan masyarakat.
3. Mekanisme Pertahanan Ego
a. Fantasi
b. Disosiasi
c. Isolasi
d. Proyeksi
e. Displacement
f. Marah/mengamuk pada diri sendiri
G. Akibat
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi
sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah gangguan kepribadian
yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial. Dan sering dirtunjukan dengan perilaku
antara lain :
Data subyektif
1. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau pembicaraan.
2. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
3. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data obyektif
1. Kurang spontan ketika diajak bicara.
2. Apatis.
3. Ekspresi wajah kosong.
4. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.
5. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan gangguan jiwa salah satunya dengan
menggunakan terapi, terapi-terapi tersebut meliputi :
1. Psikofarmaka
Merupakan jenis obat-obatan yang diperoleh dari resep dokter yang dapat
dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa
otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole
(untuk antipsikotik). (Hawari,2001)
2. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan terapi yang mendorong klien untuk bergaul dengan
orang lain supaya klien tidak mengasingkan diri lagi. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan ataupun melakukan latihan bersama.
3. Terapi Modalitas
Merupakan rencana pengobatan untuk klien yang ditunjukan dengan
kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosialnya.
4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
Merupakan terapi yang menimbulkan kejang granmal seacara artfisial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektroda yang dipasang satu atau
dua temples.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
1. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Ibu, selamat Pagi. Perkenalkan nama saya Putri
Ananda Dini, ibu bisa panggil saya suster putri ya bu. Saya mahasiswa
keperawatan UPI yang sedang praktik disini, saya disini bertugas dari
pukul 07.00 pagi sampai pukul 02.00 sore Bu. Kalau boleh tahu nama ibu
siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?.
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ?
3) Kontrak
a. Topik
“Bu, bagaimana kalau hari ini kita berbincang-bincang mengenai
kemampuan ataupun kegiatan yang pernah ibu lakukan dirumah?
Kemudian nanti kita akan nilai dan diskusikan mengenai kegiatan
mana saja yang masih dapat ibu lakukan selama ibu di rumah sakit.
Setelah itu nanti kita pilih salah satu kegiatan yang akan dilatih yaa
bu untuk rencana kegiatan harian ibu.”
b. Waktu
“ibu mau berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit bu?”.
c. Tempat
“ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Dikamar Bu? Baik”.
2. Fase Kerja
“ibu apa saja kemampuan yang ibu miliki? Waah bagus Bu, kegiatan apa saja
yang pernah ibu lakukan di rumah? Waah banyak sekali ya bu. Bagaimana
dengan merapihkan tempat tidur, menyapu, atau mencuci piring bu? waah
bagus yaa bu banyak sekali kegiatan yang ibu lakukan dirumah. Menurut ibu
kegiatan mana saja yang masih bisa ibu lakukan selama ibu di rumah sakit?
Iya betul bu, ternyata banyak kegiatan rumah yang masih bisa ibu lakukan
juga dirumah sakit ya bu. sekarang, dari banyaknya kegiatan coba ibu pilih
salah satu kegiatan yang dapat ibu lakukan juga dirumah sakit? merapikan
tempat tidur ya bu? baik kalau begitu kita coba untuk merapikan tempat tidur
ibu ya.
Ibu sebelum kita rapikan tempat tidur ibu, kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Nah bagus bu. sekarang kita angkat spreinya ya bu, kemudian kita
pasangkan lagi dimulai dari yang atas. Bagus sekali bu. sekarang disetiap
sisinya di rapikan dengan cara ditarik kemudian dimasukan. Nah setelah
pemasangan sprei nya selesai kita ambil lagi bantal dan selimutnya bu,
kemudian kita rapikan kembali. Waaah ibu sudah bisa melakukannya dengan
sangat baik, bagus sekali bu”.
3. Fase Terminasi
1) Evaluasi Subjektif dan Objektif
“merapikan tempat tidurnya sudah selesai ya bu, bagaimana perasaan ibu
setelah kita berbincang-bincang dan melakukan kegiatan merapikan
tempat tidur? Nah coba sekarang ibu bisa ulangi dan peragakan kembali
cara merapikan tempat tidur. Ternyata ibu mempunyai banyak
kemampuan yang bisa ibu lakukan dirumah sakit ini salah satunya
merapikan tempat tidur yang tadi sudah ibu lakukan dengan sangat baik
ya bu.
2) Rencana Tindak Lanjut
“ibu bagaimana kalau saya masukan ke jadwal harian ibu? Apakah ibu
mau? Baik ibu saya masukan ke jadwal kegiatan harian ibu ya. Ibu mau
berapa kali sehari merapikan tempat tidurnya? Baik Bu, dua kali yaa.
Untuk waktunya pukul 08.00 pagi dan pukul 04.00 sore ya Bu. nanti
jangan lupa ibu catatkan atau berikan tanda dibuku kegiatan harian ibu,
jika ibu melakukan kegiatannya tanpa disuruh ibu bisa beri tanda M
(Mandiri), jika dibantu ataupun diingatkan ibu beri tanda B (Bantuan),
dan jika ibu tidak melakukan ibu bisa berikan tanda T (Tidak) ya bu.
3) Kontrak yang akan datang
a. Topik
“baiklah ibu, bagaimana jika besok kita bertemu lagi untuk
melakukan kegiatan yang lain selain merapikan tempat tidur? Kira
kira ibu mau melakukan kegiatan apa besok ? baik, menyapu ya bu.
b. Waktu
“besok ibu mau kita bertemu pukul berapa bu? baik, pukul 10.00 pagi
ya bu”.
c. Tempat
“karena besok ibu akan melakukan kegiatan menyapu, bagaimana
jika kita bertemu di ruang tamu Bu? Baik Bu besok kita bertemu jam
10 pagi di ruang tamu ya untuk latihan menyapu ya bu, sekarang ibu
boleh istirahat kembali, Saya permisi bu, sampai jumpa besok.
Assalamualaikum?”
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Stuart & Sundeen, 2006, Keperwatan psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa,.
Edisi 5. Jakarta : EGC.