Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.

1, Januari 2017:1-4

HUBUNGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA


BALITA DI PUSKESMAS RAWAT INAP GEDUNG AIR
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

Wahid Tri Wahyudi

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran


Universitas Malahayati Bandar Lampung
Email: nisun.yudi@yahoo.com

ABSTRAK
Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bagian atas disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur yang
merupakan penyebab utama pada balita, Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian pneumonia diantaranya
adalah kelengkapan imunisasi diantaranya Hb, DPT, Campak, Polio, dan BCG. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung dari 403 kasus pneumonia pada balita di Provinsi Lampung 2014, tercatat 199
(49,3%) kasus pneumonia pada balita terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Gedung Air dan diketahui balita yang
melalukan imunisasi secara lengkap sebanyak 71 balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
kelengkapan imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Rawat Inap Gedung Air Kota
Bandar Lampung Tahun 2015.
Jenis penelitian kuantitatif, menggunakan survey analitik dengan pendekatan crossectional dan Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi 0-24 bulan yang berkunjung pada bulan April di Pusesmas
Rawat Inap Gedung Air Kota Bandar Lampung Tahun 2015, pengambilan sampel menggunak anteknik sampling
accidenal sampling sebanyak 71 balita dengan alat ukur Lemabar Observasi dengan cara ukur Ceklist, Analisa
bivariat chi squre.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan kejadian
pneumonia pada balita di Puskesmas Rawat Inap Gedung Air Kota Bandar Lampung Tahun 2015, dengan P-
Value < α (0,001) < 0,05) dan Odds Rasio (OR) = 12,2. Saran dalam penelitian ini perlu lebih ditingkatkannya
pemberian dukungan terhadap peningkatan pengetahuan mengenai faktor-faktor dan memberikan penyuluhan
secara rutin tentang pneumonia danimunisasi.

Kata Kunci : Kejadian pneumonia, Kelengkapan imunisasi

*) Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperwatan Universitas Malahayati

PENDAHULUAN
Insiden pneumonia masih cukup tinggi di pneumonia disebut sebagai pandemic yang terlupan
beberapa Negara misalnya di Eropadan Amerika atau the forgetten pandemic, namun tidak banyak
Utara, insedenya mencapai 30 sampai 40 kasus per perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia
1000 anak (Ostapchuk dalam machmud, 2009). disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau
Hampir 2 juta balita di dunia diperkirakan meninggal the forgetten pandemic (WHO, 2010).
akibat infeksi pneumonia setiap tahunya, 700 ribu Terdapat di Negara berkembang 60 %
diantaranya terjadi di Negara Kawasan Asia kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus dan
Tenggara dan Pasifik Barat (Siswono dalam jamur. Khususnya di Indonesia sendiri merupakan
Rizkianti, 2010). Negara peringkat ke-6 di dunia dengan jumlah kasus
Pneumonia adalah pembunuh utama balita pneumonia pada anak terbanyak. Salah satu target
di dunia, lebih banayak dibandingkan dengan tujuan dari Millenium Development Goals (MGD’S)
penyakit lainya seperti AIDS, Malaria, dan Campak. adalah mengurangi hingga dua pertiganya tingkat
Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta kemetian anak dibawah usia 5 tahun. Di Indonesia
balita meninggal karena pneumonia (1 balita/15 dari setiap 1000 kelahiran, 40 diantaranya akan
detik) dari Sembilan juta total balita. Diantara 5 meninggal sebelum mereka berusia 5 tahun. Angka
kematian balita, 1 diantaraya disebabkan oleh ini di kenal dengan Angka Kematian Bayi (AKB).AKB
pneumonia. Bahkan karna kasusnya kematian Indonesia saat ini adalah yang tertinggi

53
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.1, Januari 2017:1-4

dibandingkan dengan Negara ASEAN lainya. pengobatan, seperti : tidak memanfaatkan fasilitas
Sepertiga kematian bayi di Indonesia terjadi pada kesehatan yang telah disediakan dan anak belum
bulan pertama. Penyabab kematian ini adalah pernah mendapat imunisasi DPT yang disediakan
pneumonia, komplikasi kelahiran dan diare (MGD’S, oleh program. Sedangkan terjadinya kematian pada
2010). bayi dan anak balita karena Pneumonia pada bayi
Menurut Riskesdas (2013) penyakit dan anak balita yang sedang menderita dipengaruhi
menular yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013 oleh faktor yang hampir sama yaitu factor anak
berdasarkan media/cara penularanya yaitu: 1) seperti belum pernah di imunisasi DPT, belum
melelui udara (Infeksi Saluran Pernafasan pernah mendapat imunisasi DPT, aspek
Atas/ISPA, Pneumonia TB); (2) melalui makanan, air kepercayaan setempat dalam praktek pengobatan
dan laniya (Hepatitis, Diare); (3) melalui vector yang salah, seperti : tidak memanfaatkan fasilitas
(Malaria). kesehatan yang telah disediakan (Sutisna B, 2009).
Menurut Data SDKI (2012) Pneumonia Perlu dilakukan beberapa upaya untuk
pada balita merupakan salah satu indicator menekan Kematian Balita akibat pneumonia, antara
keberhasilan program pengendalian penyakit dan lain penerapan Managemen Terpadu Balita Sehat
penyahatan lingkungan hidup seperti tertuang dalam (MTBS) dalam menanggulangi balita sakit, serta
rencana Strategi Kementrian Kasehatan Tahun 2010 pemberian Nutrisi dan Air Susu Ibu (ASI) secara
- 2014. Dan di targetkan penemuan dan tatalaksana esklusif dan pemberian Imunisasi yang tidak
penderita pneumonia balita padaTahun 2014 adalah memadai (wahid, Imam S 2013).
sebesar 100%. Imunisasi adalah kegiatan pemberian
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kota vaksinasi kedalam tubuh untuk memberikan
Bandar Lampung Tahun 2014, tercatat 10.678 kasus kekebalan terhadap penyakit. Imunisasi dasar ada 5
pneumonia diderita oleh balita di Kota Bandar jenis yaitu hepatitis, BCG, DPT, polio, campak.
Lampung. Jumlah balita yang terkena pneumonia Imunisasi yang biasa digunakan untuk mencegah
adalah 199 balita dan target pneumonia pada balita pneumonia adalah imunisasi DPT (Difteri, Pertusis,
adalah 403 data Puskesmas Gedung Air Tahun dan Tetanus). Pertusis adalah penyakit saluran
2014. Dari data yang diperoleh dari Puskesmas nafas atas yang ditandai dengan radang saluran
Rawat Inap Gedung Air menduduki peringkat ke-2 nafas yang menimbulkan serangan batuk yang
yaitu 175,3% setelah Puskesmas Rawat Inap berkepanjangan atau bertubi-tubi atau biasa disebut
Kemiling yaitu 260,4% kasus pneumonia pada balita. batuk 100 hari. Pertusis yang berkenpanjangan
Terdapat beberapa factor resiko terhadap dapat menyababkan pneumonia (Sutrisna, 2009).
peningkatan morbiditas dan mortalitas pneumonia, Berdasarkan pre survey yang dilakukandi
yakni faktor-faktor : umur < 2 bulan, laki-laki, gizi Puskesmas Gedung Air Bandar Lampung pada
kurang, berat badan lahir rendah, kurang mendapat periode bulan April Tahun 2015 imunisasi di
ASI, populasi udara, kepadatan tempat tinggal, Puskesmas Gedung Air Bandar Lampung di peroleh
imunisasi tidak lengkap, membedong anak, HBO 42,2%, BCG 73%, DPT-1 63,1%, DPT-2 59 %,
defisiensi vitamin A, pemberian makanan terlalu dini DPT-3 60,3%, polio-1 72,3%, polio-2 70,4%, polio-3
dan ventilasi rumah kurang memadai akan 73%, polio-4 73,3%, campak 73,0% dengan target
meningkatkan insiden pneumonia. Sedangkan 90% untuk cakupan imunisasi dasar lengkap di
faktor-faktor yang akan meningkatkan mortalitas Puskesmas Gedung Air Bandar Lampung
pneumonia adalah umur < 2 bulan, tingkat social (Puskesmas Gedung Air Bandar Lampung 2015).
ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir Berdasarkan data pencapaian imunisasi dasar
rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat lengkap tersebut dapat dilihat bahwa persentase
jangkauan pelayanan kesehatan rendah, kepadatan imunisasi yang belum mencapai target yaitu HB0
tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai 47,8%, BCG 17%, DPT-1 19,9%, DPT-2 17%, DPT-3
(Wahid, Imam S 2013). 17,7%, Polio-1 17,7%, Polio-2 19,6%, Polio-3 17%,
Gambaran diatas diperkuat oleh hasil Polio-4 16,7%, dan Campak 17% target.
penelitian Bambang Sutrisna, 2009 di Indramayu, Berdasarkan fenomena tersebut diatas target
yang mengidentifikasi beberapa faktor yang imunisasi yang kurang khusus DPT sangat
mempengaruhi mortalitas dan mobiditas Pneumonia berhunbungan dengan terjadinya pneumonia.
pada balita. Faktor resiko terjadinya kematian bayi
dan anak balita karena Pneumonia dipengaruhi oleh METODE PENELITIAN
factor anak seperti; belum pernah di imunisasi DPT, Jenis penelitian ini adalah bersifat kuantitatif
belum pernah mendapat imunisasi DPT, askep adalah definisi pengukuran data dan statistic ilmiah
kepercayaan setempat dalam praktek pencarian dan berasal dari sampel orang atau penduduk yang

54
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.1, Januari 2017:1-4

diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
survey untuk menentukan frekuensi dan presentasi
tanggapan mereka (Notoadmodjo, 2010) . Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pneumonia Pada Balita di
Analisis Data Puskesmas Rawat Inap
Setelah data terkumpul kemudian data Gedung Air Tahun 2015
tersebut dianalisa. Analisa data dilakukan
menggunakan distribusi frekuensi prosentase Presentase
No. Pneumonia Jumlah
univariat dan bivariat. (%)
1. Tidak 58 81,7
Analisa Univariat 2. Iya 13 18,3
Teknik analisa data yang digunakan Total 71 100
dipenelitian ini menggunakan perhitungan statistic
sederhana yaitu presentasi atau proporsi (Budiarto, Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui
2009). bahwa sebagian besar responden tidak mengalami
Presentasi atau proporsi akan menjadi pneumonia, yaitu sebanyak58balita (81,7%).
distribusi frekuensi relative jika data yang digunakan Sedangkan sebagian kecil responden mengalami
adalah kuantitatif, karena data yang digunakan pneumonia, yaitu sebanyak 13balita (18,3%).
dipenelitian ini adalah data kuantitatif maka
digunakan analisa data menggunakan distribusi Tabel 2
frekuensi relative. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Imunisasi di
Puskesmas Rawat Inap
Analisa Bivariat Gedung Air Tahun 2015
Analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan. Dalam analisis No. Kelengkapan Presentase
ini menggunakan pengujian statistic rumus Chi- Jumlah
Imunisasi (%)
Square mencari X2 (Chi Kuadrat).Analisa data 1. Lengkap 42 59,2
menggunakan Chi-Square di bantudengan program 2. Tidak
computer. Uji yang digunakan dalam analisa ini 29 40,8
Lengkap
adalah uji statistic Chi Square dengan tingkat Total 71 100
kepercayaan 95% (Hastono, 2010).
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden melakukan
imunisasi lengkap terhadap anaknya,yaitu
sebanyak42 balita (59,2%). Sedangkan sebagian
kecil responden tidak melakukan imunisasi lengkap
terhadap anaknya, yaitu sebanyak 29balita (40,8%).

Tabel 3
Tabulasi Silang Antara Kelengkapan Imunisasi Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita di Puskesmas Rawat Inap Gedung Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2015

Kejadian Pneumonia
Kelengkapan Total P- OR
Tidak Iya
Imunisasi Value
N % N % N %
Lengkap 40 95,2 2 4,8 42 100
Tidak 18 62,1 11 37,9 29 100
Lengkap 0,001 12,22
Total 58 81,7 13 18,3 71 100

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat 40balita (95,2%), sedangkan yang mengalami
bahwa dari 42 responden melakukan imunisasi pneumonia sebanyak 2 balita (4,8%). Selain itu dari
lengkap,yangtidak mengalami pneumonia sebanyak 29 responden tidak melakukan imunisasi
55
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.1, Januari 2017:1-4

lengkap,yang tidak mengalami pneumoniasebanyak untuk terjadinya pneumonia.Kondisi fisik bayi yang
18 balita (62,1%), sedangkan yang mengalami baik, seperti status gizi dan imunitas yang baik
pneumonia sebanyak 11 balita (37,9%). memungkinkan bayi terhindar dari resiko terserang
Hasil analisa menggunakan chi-square, penyakit seperti pneumonia.Kondisi lingkungan yang
didapatkan P-Value = 0,001, sehingga P-Value < α bersih juga memungkinkan bayi terhindar dari resiko
(0,001< 0,05) maka Ho ditolak. Jadi dapat mengalami pneumonia dan terdapat sebagian kecil
disimpulkan terdapat hubungan antara kelengkapan responden responden mengalami pneumoni, hal ini
imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita di mungkin disebabkan karena beberapa responden
Puskesmas Rawat Inap Gedung Air Kota Bandar memiliki faktor resiko mengalami pneumonia, yang
Lampung Tahun 2015. salah satunya adalah imunisasi yang dilakukan
Berdasarkan perhitungan didapatkan pula dengan tidak lengkap.Pneumonia sering menyertai
nilai Odds Ratio (OR) = 12,22. Oleh karena nilai OR penyakit infeksi pernafasan yang sesungguhnya
(12,22) lebih besar daripada 1 maka dapat dapat dicegah dengan imunisasi.
disimpulkan bahwa kejadian pneumonia12kali lebih
besar terjadi pada balita yang tidak Distribusi Frekuensi Kelengkapan Imunisasi di
melakukanimunisasi lengkap dibandingkan dengan Puskesmas Rawat Inap Gedung Air Tahun 2015
yang melakukan imunisasi lengkap. Berdasarkan hasil penelitian diketahuidapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
PEMBAHASAN melakukan imunisasi lengkap terhadap anaknya,
Analisa Univariat yaitu sebanyak 42 balita (59,2%). Sedangkan
Distribusi FrekuensiPneumonia Pada Balita di sebagian kecil responden tidak melakukan imunisasi
Puskesmas Rawat Inap Gedung Air Tahun 2015 lengkap terhadap anaknya, yaitu sebanyak 29 balita
Berdasarkan hasil penelitian diketahui (40,8%).
bahwa sebagian besar responden tidak mengalami Menurut Hidayat (2010), imunisasi adalah
pneumonia, yaitu sebanyak 58 balita (81,7%). merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi
Sedangkan sebagian kecil responden mengalami dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh
pneumonia, yaitu sebanyak 13 balita (18,3%). agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
Menurut Depkes RI (2009), pneumonia terhadap penyakit tertentu.
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan Menurut Wuri (2010), tujuan imunisasi
paru-paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, adalah untuk memberikan kekebalan pada bayi agar
sesak nafas, ronkhi dan infiltrate pada rontgen. dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut berjangkit.
pada bronkus yang disebut broncho pneumonia. Menurut Soedjatmiko (2012), bila orangtua
Dalam program pneumonia.Etiologi pneumonia tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa
terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan membahayakan keselamatan anaknya dan anak-
ricketsia.Bakteri penyebab pneumonia antara lain anak lain disekitarnya, karena mudah tertular
adalah dari genus streptokokus, staphylococcus, penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit
pneumococcus, haemophyllus, bordetella, dan berat, cacat atau kematian.
corinebacterium. Hasil Penelitian Trisna (2010) yang berjudul
Hasil Penelitian Rendra (2010) yang Pengaruh Imunisasi Terhadap Pneumonia Pada
berjudul Pengaruh Usia yang Mendapat Imunisasi Balita Di Puskesmas Jatisari Kabupaten Jawa Timur
DPT terhadap Pneumonia Pada Balita Di dengan design kasus kontrol ,mendapatkan hasil
Puskesmas Rawat Inap Sudiang Kota Makasar bahwa anak balita yang tidak pernah mendapatkan
mendapatkan hasil yaitu 78% balita terkena imunisasi mempunyai risiko menderita 2,495 kali
pneumonia dan menyatakan bahwa balita umur 0-34 (72%) besar untuk terkena pneumonia dibandingkan
bulan yang tidak mendapatkan imunisasi DPT dengan balita yang pernah mendapatkan imunisasi
mempunyai resiko untuk menderita pneumonia 60% mempuiai resiko lebih rendah yaitu 1,271kali (28%).
lebih besar dibandingkan balita usia 0-34 bulan yang Berdasarkan pembahasan dapat
mendapatkan Imunisasi DPT lengkap mempunyai disimpulkan bahwa sebagian besar responden
peluang lebih kecil yaitu 28% terkena pneumonia. melakukan imunisasi lengkap terhadap anaknya
Berdasarkan pembahasan dapat mungkin disebabkan karena responden telah
disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi
mengalami pneumonia mungkin disebabkan karena lengkap, sehingga menyebabkan perilaku dan
beberapa responden tidak memiliki faktor resiko kesadaran yang baik dalam melakukan imunisasi

56
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.1, Januari 2017:1-4

secara lengkap.Sedangkan sebagian kecil Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas Kendal 1


responden tidak melakukan imunisasi lengkap Kebupaten Kendal (2007) mendapatkan hasil dari
terhadap anaknya, hal ini mungkin disebabkan jumlah responden yang diteliti yaitu 270 balitVariabel
karena beberapa responden tidak memiliki yang diteliti adalah pemberian ASI ekslusif, lama
pengetahuan yang baik tentang imunisasi lengkap. pemberian ASI, BBLR, status gizi, kelengkapan
Kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi imunisasi dan ketepatan waktu imunisasi. Data
lengkap menyebabkan keterbatasan informasi yang penelitian dianalisis secara deskriptif dan diuji
dimiliki dan berakibat kurangnya kesadaran akan menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji Chi-Square
pentingnya melakukan imunisasi lengkap kepada menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
anaknya. Pengetahuan yang kurang ini mungkin pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
dapat disebabkan karena sebagian besar pneumonia (p=0,208). Terdapat hubungan antara
masyarakat disana berpendidikan rendah. Ketidak lama pemberian ASI (p=0,029), BBLR (p=0,003),
lengkapan imunisasi memungkinkan sang anak status gizi (p=0,020), kelengkapan imunisasi
rentan terhadap infeksi. (p=0,007).
Hasil penelitianyang dilakukan oleh Wahyu
Analisa Bivariat yang berjudul hubungan tidak diberikan imunisasi
Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan campak dengan kejadian pneumonia di Puskesmas
Kejadian Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Gemolong Kabupaten Sragen Jawa Tengah ,
Rawat Inap Gedung Air Kota Bandar Lampung didapatkan hubungan yang signifikan antara
Tahun 2015 imunisasi dengan kejadian pneumonia ( p value
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Hasil 0,002)
analisa menggunakan chi-square, didapatkan P- Berdasarkan hasil penelitian dapat
Value = 0,001, sehingga P-Value < α (0,001 < 0,05) disimpulkan bahwa terdapat responden yang
maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan terdapat melakukan imunisasi lengkap dan tidak mengalami
hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan pneumonia sebanyak 40 balita (95,2%). Selain itu
kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas responden tidak melakukan imunisasi lengkap dan
Rawat Inap Gedung Air Kota Bandar Lampung mengalami pneumonia sebanyak 11 balita (37,9%),
Tahun 2015. hal ini mungkin disebabkan karena kelengkapan
Menurut Kanra dalam Machmud (2009), imunisasi merupakan salah satu faktor yang
pada dasarnya beberapa penyakit-penyakit infeksi menyebabkan terjadinya pneumonia. Jika anak
yang terjadi pada anak-anak dapat dicegah dengan diberi imunisasi lengkap, maka ia akan memiliki
imunisasi (PD3I), yaitu antara lain difteri, pertusis, kekebalan terhadap jenis penyakit tertentu, sehingga
tetanus, hepatitis, tuberculosis, campak dan anak akan terhindar dari penyakit. Penyakit yang
polio.Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa sering menyebabkan komplikasi pneumonia adalah
pneumonia juga merupakan penyakit yang dapat yang berhubungan dengan infeksi paru misalkan
dicegah melalui pemberian imunisasi, yaitu dengan pertusis.Selain itu, penyakit campak juga dapat
imunisasi campak dan pertusis. menyebabkan komplikasi pneumonia.Penyakit-
Menurut sutrisna tahun 2009 salah satu penyakit tersebut dapat dicegah dengan melakukan
pencegahan pneumonia adalah dengan cara imunisasi lengkap pada bayi.
memberikan imunisasi secara lengkap. Imunisasi Berdasarkan hasil penelitian terdapat pula
adalah kegiatan pemberian vaksinasi kedalam tubuh sebagian responden melakukan imunisasi lengkap
untuk memberikan kekebalan terhadap tetapi mengalami pneumonia sebanyak 2 orang
penyakit.Imunisasi dasar ada 5 jenis yaitu hepatitis, (4,8%). Menurut peneliti, hal ini mungkin disebabkan
BCG, DPT, polio, campak.Imunisasi yang biasa karena penyebab pneumonia pada responden
digunakan untuk mencegah pneumonia adalah tersebut dikarenakan faktor lain, bukan dari
imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan kelengkapan imunisasi, misalnya karena status gizi
Tetanus).Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang kurang, sehingga imunitas tubuh akan
atas yang ditandai dengan radang saluran menurun dan rentan terinfeksi pneumonia. Selain itu
nafasyang menimbulkan serangan batuk yang responden responden tidak melakukan imunisasi
berkepanjangan atau bertubi-tubi atau biasa disebut lengkap tetapi tidak mengalami pneumonia
batuk 100 hari.Pertusis yang berkenpanjangan dapat sebanyak 18 orang (62,1%). Menurut peneliti, hal ini
menyababkan pneumonia. mungkin disebabkan karena anak memiliki
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Eka lingkungan yang bersih sehingga tidak pernah
Ritma Harisa yang Berjudul Hubungan Faktor Gizi terpapar oleh sumber infeksi bakteri penyebab
Dan Kelengkapan Imunisasi Dengan Kejadian pneumonia

57
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.1, Januari 2017:1-4

KESIMPULAN DAN SARAN Afaroh Fauziah, 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus


Risiko Tinggi dan Kegawatan. Nuha Medika.
Kesimpulan
Dalam penelitian ini telah dilakukan Ahmadi A, (2009) Sosiologi Pendidikan, Penerbit
penelitian sehingga dapat disimpulkan : Rineka Cipta, Jakarta.
1. Sebagian besar responden tidak mengalami
pneumonia, yaitu sebanyak 58 balita (81,7%). Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu
2. Sebagian besar responden melakukan imunisasi Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
lengkap terhadap anaknya, yaitu sebanyak 42
balita (59,2%). Budiarto, E.2009. Biostatistika Untuk Kedokteran
3. Terdapat hubungan antara kelengkapan dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
imunisasi dengan kejadian pneumonia pada
balita di Puskesmas Rawat Inap Gedung Air Kota Danuantoso, Halim. 2014. Ilmu Penyakit Paru.
Bandar Lampung Tahun 2015 dengan P-Value = Jakarta : ECG
0,001 dan Odds Ratio (OR) = 12,22.
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional.
Saran Jakarta.
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut: Firdaus, 2012. Penyakit Tropis. CV Trans Info Media
a. Bagi Ibu yang Memiliki Balita
1. Ibu yang memiliki balita dapat memahami Hastono, Sutanto Priyo. (2009). Analisis Data
bahwa pneumonia adalah salah satu Kesehatan. Depok : Fakultas Kesehatan
penyakit yang berbahaya yang sering Masyarakat Universitas Indonesia
dijumpai pada balita dan mengerti faktor-
faktor dari pneumonia seperti memberikan Hidayat. A.A.A. 2010. Metode Penelitian
imunisasi dasar secara lengkap pada balita. Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data.
2. Ibu yang memiliki balita diharapkan untuk Jakarta: Salemba Medika
melakukan pencegahan terhadap
pneumonia dengan melakukan imunisasi Mulyani. (2010).Imunisasi untuk anak. Yogyakarta :
secara lengkap dasar yaitu Campak, Polio, Nurha Medika.
DPT, Hb, dan BCG.
Ngastiyah. 2010.Perawatan Anak Sakit edisi
2.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
b. Bagi Tempat Penelitian
Perlu lebih ditingkatkannya pemberian Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian
dukungan terhadap peningkatan pengetahuan Kesehatan. P.T. Rineka Cipta, Jakarta
ibu yang memiliki bayi tentang pneumonia
terutama informasi mengenai mengenai faktor – Ronald H.S, 2011. Pedoman dan Perawatan Balita
faktor yang mempengaruhinya termasuk Agar Tumbuh Sehat Dan Cerdas. CV Nuansa
imunisasi lengkap dengan cara melakukan Aulia
penyuluhan secara rutin tentang pneumonia dan
imunisasi kepada ibu yang memiliki bayi. Siswono.(2009). ISPA Salah Satu Penyebab
c. Bagi peneliti selanjutnya Kematian Balita. From
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk http://www.suarapembaruan.com. Diakses
dapat melakukan penelitian dengan variabel pada tanggal 13 Maret 2012
variabel yang lain, misalnya Hubungan Status
Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Soedjatmiko. Pedoman Praktis Pemijatan Bayi.
Di Puskesmas Rawat Inap Kgedung Air Kota Tangerang : Karisma Publishing Group. 2012
Bandar Lampung. Kerena status gizi juga
berpotensi tinggi terhadap pneumonia. Suryabarata, Sumadi. 2012. Metedologi Penelitian.
PT Rajagrafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid. (2013). Pada Gangguan Sistem Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori,
Respirasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Konsep dan Aplikasi.Yogyakarta: Ekonisia.

58
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.1, Januari 2017:1-4

59

Anda mungkin juga menyukai