Anda di halaman 1dari 6

BAB VIII

JENIS KELAMIN DAN GENDER

Hasil penelitian Mead (1965), di tiga kelompok etnik Papua Timur Laut menjadi
acuan pembahasan mengenai masalah jenis kelamin dan gender. Temuannya di lapangan
menujukkan bahwa tidak ada hubungan antara kepribadian dengan jenis kelamin. Mead
menyimpulkan bahwa kepribadian seseorang tidak tergantung pada faktor jenis kelamin
melainkan dibentuk oleh faktor kebudayaan. Perbedaan kepribadian antar masyarakat
maupun antar individu merupakan hasil proses sosialisasi, terutama pola asuhan dini yang
dituntun oleh kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

Jenis Kelamin
Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara
perempuan dan laki-laki; pada perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan.
Manakala kita berbicara mengenai perbedaan jenis kelamin maka kita akan membahas
perbedaan biologis antara kaum laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin bersifat biologis
dan dibawa sejak lahir sehingga tidak dapat diubah.

Gender
Konsep gender menyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-
laki dan perempuan—arti penting yang diberikan masyarakat pada kategori biologis laki-
laki dan perempuan. Gender mengacu pada pengetahuan dan kesadaran, baik secara sadar
ataupun tidak, bahwa diri seseorang tergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan
bukan dalam jenis kelamin lain. Konsep gender tidak mengacu pada perbedaan biologis
antara perempuan dan laki-laki, melainkan pada perbedaan psikologis, sosial dan budaya
yang dikaitkan masyarakat antara laki-laki dan perempuan.

Gender dan Sosialisasi


Gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial. Gender
tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi. Oleh sebab itu gender
dapat berubah. Proses sosialisasi yang membentuk persepsi diri dan aspirasi dalam
sosiologi dinamakan sosialisasi gender. Agen sosialisasi terdiri dari:
a. Keluarga,
Sosialisasi gender berawal pada keluarga. Melalui proses pembelajaran gender
seseorang mempelajari peran gender yang oleh masyarakat dianggap sesuai dengan
jenis kelaminnya Salah satu media yang digunakan orang tua untuk memperkuat
identitas gender ialah mainan, yaitu dengan menggunakan mainan berbeda untuk tiap
jenis kelamin. Buku cerita kanak-kanak merupakan media lain untuk melakukan
sosialisasi gender. Kesadaran akan adanya sosialisasi gender melalui pola asuh anak
ini telah menimbulkan keinginan untuk menerapkan pola asuh yang tidak bersifat
seksis. Namun dalam praktek terbukti bahwa ide semacam ini tidak mudah
dilaksanakan.
b. Kelompok Bermain,
Kelompok bermain merupakan agen sosialisasi yang telah sejak dini membentuk
perilaku dan sikap kanak-kanak. Sebagai agen sosialisasi, kelompok bermain
menerapkan kontrol sosial bagi anggota yang tidak menaati aturannya. Seorang anak
laki-laki yang memilih untuk bermain dengan mainan anak perempuan dan
berkumpul dengan mereka, misalnya, anak perempuan yang berorientasi pada
permainan laki-laki dan dicap ”tomboy”.
c. Sekolah,
Sebagai agen sosialisasi gender, sekolah menerapkan pembelajaran gender melalui
media utamanya, yaitu kurikulum formal. Pembelajaran gender di sekolah dapat pula
berlangsung melalui buku teks yang digunakan. Bentuk pembelajaran lain
berlangsung melalui kurikulum terselubung; para guru sering memperlakukan siswi
secara berbeda dengan siswa. Pemisahan yang mengarah ke segregasi menurut jenis
kelamin sering terjadi manakala siswa mulai dijuruskan ke bidang-bidang ilmu
tertentu.
d. Media Massa,
Media massapun sangat berperan dalam sosialisasi gender, baik melalui
pemberitaannya, kisah fiksi yang dimuatnya, maupun melalui iklan yang dipasang di
dalamnya. Media massa sering memuat iklan yang menunjang stereotip gender.
Gender dan Stratifikasi
Macionis (1996), mendefinisikan stratifikas gender (gender stratification) sebagai
ketimpangan dalam pembagian kekayaan, kekuasaan, dan privilese antara laki-laki dan
perempuan. Menurut Macionis ketimpangan ini dijumpai di berbagai bidang: dunia kerja,
dalam pelaksanaan rumah tangga, di bidang pendidikan, dan di bidang politik.
a. Gender dan Pendidikan,
Dalam berbagai masyarakat maupun kalangan tertentu, dapat kita jumpai nilai dan
aturan agama ataupun adat kebiasaan yang tidak mendukung dan bahkan melarang
keikutsertaan anak perempuan dalam pendidikan formal. Sebagai akibat
ketidaksamaan kesempatan demikian maka dalam banyak masyarakat dijumpai
ketimpangan dalam angka partisipasi dalam pendidikan formal.
b. Gender dan Pekerjaan,
Orang sering melupakan bahwa di rumah perempuanpun sering melakukan berbagai
kegiatan yang menghasilkan uang. Sering dilupakan pula bahwa pekerjaan rumah
tangga yang dilakukan perempuan di ranah domestik, yaitu penyediaan barang dan
jasa bagi sesama anggota keluarga termasuk suami, merupakan suatu pekerjaan
produktif.
Dalam angkatan kerja diidentifikasikan dua macam segregasi jenis kelamin: segregasi
vertikal, yaitu terkonsentrasinya pekerja perempuan pada jenjang rendah dalam
organisasi, dan segregasi horizontal, yaitu terkonsentrasinya pekerja perempuan di
jenis pekerjaan yang berbeda dengan jenis pekerjaan yang dilakukan pekerja laki-laki.
Adanya segregasi vertikal memberikan kesan seolah-olah ada suatu ”langit-langit
kaca” yang menghalangi mobilitas kaum perempuan. Adanya segregasi horizontal
pun memberi kesan seakan-akan dalam pasar kerja ada jenis pekerjaan tertentu yang
relatif tertutup bagi kaum perempuan.
Salah satu masalah yang dihadapi kaum perempuan di masyarakat adalah adanya
diskriminasi terhadap perempuan di bidang pekerjaan. Suatu bentuk diskriminasi
yang sering dialami pekerja perempuan adalah diskriminasi terhadap orang hamil. Di
berbagai masyarakat pekerja laki-laki memperoleh upah lebih tinggi daripada upah
pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama – suatu gejala yang
dinamakan diskriminasi upah berdasarkan jenis kelamin.

c. Gender dan Penghasilan,


Dalam struktur okupasi dijumpai bidang pekerjaanet berstatus rendah yang umumnya
hanya dikerjakan perempuan, dan berada di bawah subordinasi pejabat laki-laki.
Pekerjaan yang dipegang oleh perempuan seperti pekerjaan sekretaris, juru tik, dan
stenograf dinamakan pekerjaan kerah merah jambu. Upah para pekerja perempuan ini
dinilai terlalu rendah sehingga mereka sering terperangkap kemiskinan.

Gender dan Kekuasaan


Ketimpangan kekuasaan antara kaum perempuan dan laki-laki juga dapat dilihat
dalam politik dan rumah tangga (keluarga):
a. Gender dan Politik,
Di masa lalu kaum perempuan tidak mempunyai hak pilih. Sampai kinipun masih
banyak kaum perempuan yang tidak memiliki hak memilih dan dipilih. Masih relatif
terbatasnya jumlah posisi di dalam ranah publik yang berhasil diraih kaum
perempuan sering dijadikan indikasi mengenai besarnya kesenjangan antara peraihan
status perempuan dan laki-laki di bidang politik.
b. Gender dan Keluarga,
Banyak ditemui ketimpangan kekuasaan suami dan istri dalam rumah tangga. Kajian
terhadap pembagian kekuasaan antara suami dan istri telah melahirkan konsep
keluarga simetris yang mengacu pada kekuasaan seimbang, dan keluarga asimetris,
yang mengacu pada kekuasaan tidak seimbang.
Para ahli telah menggunakan berbagai indikator untuk mengukur pembagian kerja
dan kekuasaan suami-istri dalam rumah tangga. Salah satu cara ialah dengan merinci
pekerjaan rumah tangga apa saja dilakukan oleh siapa. Untuk mengacu pada berbagai
pola kekuasaa mengelola keuangan rumah tangga dijumpai konsep wife control, wife
controlled pooling, husband controlled pooling dan husband control. Dalam banyak
keluarga peran pria dalam rumah tangga masih tetap dominan.

Kekerasan Terhadap Perempuan


Dalam interaksinya dengan laki-laki, kaum perempuan sering mengalami
berbagai bentuk kekerasan.Bentuk kekerasan tersebut adalah:
a. Perkosaan
Kejahatan berupa perkosaan tidak hanya dilakukan terhadap seseorang yang berjenis
kelamin berbeda, tetapi dapat pula dilakukan seseorang yang berjenis kelamin sama.
Perkosaan sering dilakukan terhadap perempuan usia muda, oleh orang yang telah
dikenal korban seperti tetangga, teman kencan, pacar, atu kerabat; perkosaan sering
terjadi di dalam rumah korban sendiri; perkosaan jarang dilaporkan ke pihak
berwajib.
b. Kekerasan Domestik,
Banyak orang mengalami kekerasan domestik, yaitu kekerasan di tangan orang yang
dekat dengan mereka. Kekerasan terhadap mitra intim merupakan bentuk kekerasan
dalam mana korban kekerasan terdiri atas mitra intim. Kekerasan yang terjadi antara
dua orang yang berkencan dan belum terikat hubungan pernikahan dinamakan
kekerasan waktu kencan. Kekerasan terhadap mitra intim maupun kekerasan waktu
kencan cenderung dialami oleh perempuan.
Pihak berwajib biasanya enggan turun tangan dalam kasus kekerasan domestik. Para
istri dan perempuan yang menjadi korban kekerasan pun sering tidak melakukan
pengaduan ke fihak berwajib.
c. Pelecehan Seks,
Berbagai bentuk perlakuan tidak menyenangkan terhadap seseorang, terutama kaum
perempuan, dinamakan pelecehan seks. Tindakan tersenut seperti: komentar, isyarat,
atau kontak fisik yang bersifat seks, diulang-ulang, dan tidak dikehendaki. Tindakan
semacam ini sering dialami perempuan di tempat kerja.

Penjelasan
Ketimpangan dalam pembagian kekayaan, kekuasaan, dan privilese antara laki-
laki dan perempuan yang menguntungkan kaum laki-laki dikaitkan dengan dominasi laki-
laki terhadap perempuan. Bentuk organisasi sosial dimana laki-laki mendominasi
perempuan dinamakan patriarki sedangkan bentuk dimana perempuan mendominasi laki-
laki dinamakan matriarki.
Salah satu faktor yang dianggap mendasari dominasi laki-laki dan patriarki ialah
seksisme, yaitu keyakinan bahwa keunggulan suatu jenis kelamin merupakan pembawaan
sejak lahir.
Di bidang teori sosial dijumpari pemikiran feminis, yaitu upaya memahami
kehidupan sosial dan pengalaman manusia melalui sudut pandang perempuan. Pemikiran
feminis dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar: jawaban terhadap pertanyaan
mengenai situasi perempuan dengan jalan menggambarkan situasi perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, dan jawaban terhadap pertanyaan mengapa kaum
perempuan berada dalam situasi demikian. Melalui pertanyaan-pertanyaan demikian, para
ilmuwan feminis berupaya menguraikan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, untuk
kemudian berupaya menjelaskan faktor-faktor yang mendasari perbedaan, ketimpangan,
dan penindasan tersebut melalui berbaga teori.

Anda mungkin juga menyukai