Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AL-ISLAM KEMUHAMADIYAHAN

IBADAH HAJI DAN UMROH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
ANISA AYU LESTARI (142012018050)
DESTA WIJAYANTI (142012018054)
JENI AURELIA FATIMAH (142012018095)
MERTA RENI (142012018068)
M. APRIANSYAH (142012018064)
M. ARIF MUSTOFA R. (142012018094)
NIA UTAMA (142012018072)
OKTIN REKSA SIWI (142012018074)

S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang MahaPengasih lagi Maha Penyayang,


pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah tentang “ IBADAH HAJI DAN UMROH ”.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan nya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspeklainnya.Oleh
karenaitu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Pringsewu , 28 February 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A.   Hakekat Haji dan Umroh……………………………………………..
B.    Sejarah Haji dan Umroh ……………………………………………...
C.   Mencapai Haji Mabrur………………………………………………..
D. Makna Spiritual Haji dan Umroh Bagi Kehidupan Sosial………….
E. Hikmah Haji dan Umroh ………………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………..….…
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar  Belakang
Agama Islam betugas mendidik dzahir  manusia. mensucikan jiwa
manusia .dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang
tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah. Insya Allah menjadi
orang yang beruntung. Ibadah dalam Agama Islam banyak macamnya. Haji dan
Umroh salah satunya Haji merupakan rukun isalm yang kelima setelah syahadat,
sholat, zakat, puasa, dan ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya
menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya namun
juga semangat dan harta.
Dalam mengerjakan haji, di perlukan penempuhan jarak yang demikian
jauh untuk mencapai baitullah. Dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam
perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk
mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani.
Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami mencoba memberi penjelasan secara
singkat mengenai pengertian Puasa Haji dan Umroh. Syarat, rukun-rukun, dan
wajib haji dan umroh.

B. Rumusan Masalah
1. Hakekat Haji dan Umroh
2. Sejarah Haji dan Umroh
3. Mencapai Haji Mabrur
4. Makna Spiritual Haji dan Umroh Bagi Kehidupan Sosial
5. Hikmah Ibadah Haji dan Umroh
C. Tujuan
1. Mengetahui Hakekat Haji dan Umroh
2. Mengetahui Sejarah Haji dan Umroh
3. Bagaimana Mencapai Haji Mabrur
4. Mengetahui Makna Spiritual Haji dan Umroh Bagi Kehidupan Sosial
5. Mengetahui Hikmah Ibadah Haji dan Umroh
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Haji dan Umrah


1. Pengertian Haji
Asal mula arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah “al-
qashdu”atau“menyengaja”.sedangkan terminology berarti bersengaja mendatangi
Baitullah (ka‟bah) untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang
tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula,menurut syarat- syarat yang
ditentukan oleh syara‟, semata -mata untuk mencari ridho Allah.Wajib dalam
ibadah haji atau umrah adalah sesuatu yang jika diabaikan secarakeseluruhan, atau
tidak memenuhi syaratnya maka haji atau umrah tetap sah, tetapiorang yang
bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan.Misalnya,
kewajiban melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus digantidengan
membayar dam (denda).

2. Pengertian Umroh
Adapun umrah menurut bahasa bermakna “ziarah‟. Sedangkan menurut syara
umrah ialah menziarahi ka’bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa’i antara
Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut dengan cara tertentu
dan dapat dilaksanakan setiap waktu.

B. Sejarah Haji dan Umrah


1. Sejarah Tentang Ibadah Haji
Sejarah ibadah haji bermula dari ribuan tahun yang lalu di jaman Nabi
Ibrahim. Ibadah haji yang menjadi rukun Islam kelima dimulai pada tahun 625 M
atau 4 H. Nabi Ibrahim yang lahir di Urkasdim, Mesopotamia tidak memiliki
keturunan hingga di usia senjanya. Isterinya yang bernama Sarah menganjurkan
untuk menikahi Siti Hajar. Pernikahannya dengan Siti Hajar dikaruniai seorang
putera yang diberi nama Ismail. Namun Sarah merasa pilu karena perkawinannya
dengan Nabi Ibrahim tidak dikaruniai keturunan.
Nabi Ibrahim mengadukan kepada Allah dan Allah menyuruhnya untuk
membawa Hajar dan Ismail untuk pergi menjauh dari Sarah ke tanah Haram, yaitu
Mekkah. Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail dibawa oleh Jibril ke Kota Mekah.
Kemudian mereka berlindung di sebuah pohon untuk melindunginya dari terik
matahari.
Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail kemudian berdoa kepada
Allah. “Ya Tuhan kami sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah
Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan sholat maka jadikanlah hati bagi sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan berikan mereka rejeki dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur.” (OS. Ibrahim:37).
Pada saat itu, Ismail menangis karena merasa kehausan dan Hajar berlari
dari bukit Safa ke Bukit Marwah bolak-balik hingga 7 kali untuk mencari sumber
air. Namun ia tidak menemukan sumber air. Kemudian Hajar melihat ke kaki
Ismail yang menjejak-jejak ke tanah dan muncullah sumber air dan diberi nama
Zamzam sesuai dengan yang diucapkan oleh Hajar pada saat itu. Zamzam artinya
adalah menampung. Setelah saat itu, kaum muslimin melakukan ritual ibadah haji
setiap tahun ke Mekah dan berziarah di Kabah.
Namun berganti tahun ritual ibadah haji diselewengkan dan dinodai pada
jaman Amar bin Luhay saat penyebaran ajaran penyembahan berhala. Kemudian
Nabi Ibrahim berdoa agar didatangkan seorang rasul untuk menegakkan hukum
Allah di muka bumi. Kemudian Nabi Muhammad menyempurnakan ajaran Nabi
Ibrahim untuk beribadah haji dan diikuti hingga sekarang.
Kewajiban menjalankan ibadah haji ini dilaksanakan berdasarkan ayat Al
Quran yang turun yaitu Ali Imran ayat 97. Ayat tersebut menuliskan bahwa “Dan
kewajiban kepada Allah atas manusia untuk berhaji ke Baitullah bagi mereka yang
mampu melakukan perjalanan kesana. Barangsiapa yang ingkar akan kewajiban
haji maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari seluruh alam.” Dari ayat tersebut
menggambarkan bahwa ibadah haji diwajibkan bagi umat muslim yang mampu.
Mampu dalam arti kesehatan atau fisik, memiliki biaya yang cukup atau finansial
dan keamanan.

2. Sejarah Tentang Ibadah Umroh


Sejarah pelaksanaan ibadah umroh sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad beserta kaum mukminin sahabatnya. Pada pelaksaan ibadah umroh
yang pertama dilakukan oleh Nabi Muhammad beserta 1.500 sahabatnya pada
tahun 628 M atau 6 H berdasarkan atas perintah Allah SWT melalui mimpi beliau
untuk menunaikan umroh di Tanah Suci.
Pada saat itu, Nabi Muhammad bersama 1.500 sahabatnya berangkat
beribadah umroh dengan membawa beberapahewan kurban dan memakai pakaian
ihram. Namun perjalanannya ke Mekah dihalangi oleh kaum musyrikin Quraisy
agar kaum muslimin tidak sampai ke Mekah. Kaum muslimin dari Madinah ini
tertahan di daerah Hudaibiyah yaitu sekitar 20 kilometer dari sebelah barat Laut
Makkah.
Rasulullah tidak ingin terjadi peperangan sehingga mengajak berunding
dengan perwakilan dari kaum Quraisy. Perwakilan dari kaum Quraisy ialah Suhail
Ibn Amr berunding dengan Rasulullah. Suhail mengusulkan adanya kesepakatan
gencatan senjata antara Madinah dan Makkah serta kaum muslimin harus kembali
ke Madinah untuk menunda umrah.
Inti dari Perjanjian Hudaibiyah adalah sebagai berikut. Dalam jangka 10
tahun tidak akan terjadi peperangan. Bagi orang-orang yang ingin mengikuti
Rasulullah atau mengikuti kaum Quraisy diperbolehkan secara bebas. Seorang
pemuda yang masih memiliki ayah atau penjaganya jika ia mengikuti Quraisy
tanpa ijin tidak akan dikembalikan namun jika ingin mengikuti Rasulullah tanpa
ijin akan dikembalikan. Di tahun ini Nabi Muhammad dan sahabatnya harus
kembali ke Madinah dan kembali tahun depan untuk bertawaf selama 3 hari.
Penduduk Quraisy yang akan memasuki Mekah tidak diperbolehkan membawa
senjata.
Menurut perjanjian tersebut kaum muslimin baru memperoleh kebebasan
menjalankan umrah selama 3 hari di Makkah untuk tahun depan. Perjanjian
tersebut disebut sebagai Perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah SAW menyetujui
perjanjian tersebut meskipun secara sepintas akan merugikan kaum Muslimin,
namun sebenarnya secara politis memberikan keuntungan. Perjanjian Hudaibiyah
menjadi salah satu tonggak sejarah yang penting dalam perkembangan Islam.
Melalui Perjanjian Hudaibiyah tersebut keberadaan dan kedaulatan kaum
Muslimin diakui oleh kaum Quraisy di Makkah.
Saat Rasulullah bersama rombongannya kembali ke Madinah turunlah ayat
Al Quran di dalam Surat Al Fath ayat 27 yang bunyinya “Sungguh Allah
membenarkan mimpi Rasul-Nya dengan sebenar-benarnya bahwa kamu sekalian
pasti akan memasuki Masjidil Haram dengan aman. Kamu akan mencukur
kepalamu atau menggunting rambut (tahalul untuk menyelesaikan umroh) dengan
tidak merasa takut. Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan Dia
menjadikan selain itu kemenangan yang dekat.”
Di tahun berikutnya yaitu pada Dzulqdah 7 H atau bulan Maret 629 M
Rasulullah beserta sahabat-sahabatnya dapat melaksanakan ibadah umroh yang
pertama kalinya ke Baitullah. Saat melakukan tawaf nereka diejek oleh orang-
orang Mekah yang berkumpul di Bukit Qubais. Kaum muslimin dianggap tidak
kuat melakukan putaran mengelilingi Kabah sebanyak 7 kali.
Oleh karena itu, Rasulullah mengajak kaum Muslimin untuk berlari
mengelilingi Kabah setelah mencium Hajar Aswad. Setelah orang-orang Mekah
yang mengejeknya bubar barulah berhenti berlari dan berjalan pada putaran
keempat. Setelah menyelesaikan tujuh putaran kemudian Rasulullah minum air
zam zam dan melakukan sai kemudian tahalul.
Rasulullah melaksanakan ibadah haji sekali dan ibadah umroh sebanyak 4
kali. “Dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah SAW mengerjakan umroh
sebanyak empat kali. (Yaitu) umrah Hudaibiyah, umrah Qadha’, umrah ketiga
dari Ji’ranah dan keempat (umrah) yang dilaksanakan bersamaan dengan haji
beliau.” (HR. Tirmidzi no. 816 dan Ibnu Majah no. 2450).
C. Mencapai Haji Mabrur
Untuk meraih haji mabrur, ada beberapa kriteria yang harus di penuhi, yaitu :
1. Ikhlas.
Seorang hanya mengharap pahala Allah, bukan untuk pamer, kebanggaan, atau
agar dipanggil “pak haji” atau “bu haji” oleh masyarakat.

“Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” {Al-Bayyinnah : 5}
2. Ittiba’ kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia berhaji sesuai dengan tata cara haji yang dipraktekkan oleh Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menjauhi pekara-perkara bid’ah dalam haji. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Contohlah cara manasik hajiku”
{HR Muslim : 1297}
3. Harta untuk berangkat haji adalah harta yang halal.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Sesungguhnya Allah itu
baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik.” {HR Muslim : 1015}
4. Menjauhi segala kemaksiatan, kebid’ahan dan penyimpangan

“Artinya : Barangsiapa menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka tidak
boleh rafats (berkata-kata tidak senonoh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan
pada masa haji……” {Al-Baqarah : 197}
5. Berakhlak baik antar sesama, tawadhu’ dalam bergaul, dan suka membantu
kebutuhan saudara lainnya.
Alangkah bagusnya ucapan Ibnul Abdil Barr rahimahullah dalam At-Tamhid
(22/39) : “Adapun haji mabrur, yaitu haji yang tiada riya dan sum’ah di dalamnya,
tiada kefasikan, dan dari harta yang halal” {Latho’iful Ma’arif Ibnu Rajab hal.
410-419, Masa’il Yaktsuru Su’al Anha Abdullah bin Sholih Al-Fauzan : 12-13}

D. Makna Spritual Haji dan Umrah Bagi Kehidupan Sosial


Ketika melaksanakan ibadah haji dan umrah, seseorang mestinya menyadari
bahwa haji dan umrah merupakan sebuah panggilan untuk merendahkan hati di hadapan
Allah. Penghambaan kepada Allah, menolah penghambaan kepada selain-Nya, jelas
termanifestasikan dalam ritual-ritual Haji dan umrah. Bagaimana ibadah ini
dikombinasikan dengan shalat-shalat dan doa-doa, membuatnya menjadi ibadah yang
mensyaratkan penghambaan kepada Allah dalam bentuknya yang paling utama.
Haji dan umrah adalah bentuk kerendahan hati di hadapan Allah Yang Maha
Kuasa. Haji dan umrah merupakan bentuk penelusuran dan ekspresi terhadap tanda-
tanda Allah dalam bentuknya yang paling dalam. Haji dan umrah adalah ibadah yang
beragam manusia dari jenis yang berbeda datang bersama-sama untuk menyatakan
pengabdian, penghambaan dan kerendahan hati dihadapan Allah. Kesucian, kebebasan
dari nafsu, keterpisahan dari materi secara penuh dapat disaksikan di sana.
Mengunjungi rumah Allah (Ka’bah) dengan mengenakan dua helai pakaian
sederhana, menunjukkan kemerdekaan mereka dari objek-objek material dan berusaha
untuk melupakan segala sesuatu bahkan anak-anak, keluarga, dan tanah air mereka. Dan
satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran mereka adalah perkataan “ya” untuk
menyambut proklamasi Allah. Inilah mengapa haji dipandang sebagai salah satu bentuk
terpenting dari penghambaan dan bimbingan spiritual. Lebih lanjut, sebuah pertanyaan
muncul, apakah haji memiliki aspek politik dan sosial, ataukah ia hanya dapat direduksi
dalam penghambaan kepada Allah, seperti halnya shalat di waktu malam, tidak
memiliki hubungan apapun dengan persoalan-persoalan Islam yang telah berhubungan
dengan sesama Muslim?
Dengan kata lain, apakah Haji dan umrah dimaksudkan Allah semata-mata
sebagai penghambaan kepada-Nya oleh seluruh Muslim, tua dan muda, dan tidak ada
aspek politik dan sosial yang dapat disematkan ke dalam ibadah ini? Atau apakah ajaran
ini titik temu antara aspek penghambaan dan politik; sebuah pusat bersatunya bentuk
penghambaan dengan aspek-aspek ekonomi dan sosial? Al Quran, hadis dan sunah-
sunah para pendahulu yang saleh ternyata membenarkan pandangan yang kedua.

E. Hikmah Ibadah Haji Dan Umrah


Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan haji dan umrah, baik dari
aspek waktu maupun pelaksanaannya. Di antara hikmah-hikmahnya adalah sebagai
berikut :
1. Dalam pelaksanaan ihram, manusia dilatih untuk dapat mengendalikan hawa
nafsu, khususnya syahwat, perbuatan-perbuatan dosa, dan hal-hal yang
menyenangkan dirinya(hedonis).
2. Dalam pelaksanaan thawaf, ka’bah merupakan simbol monoteisme (tauhid).
Melakukan thawaf disekeliling ka’bah merupakan simbol bahwa segala usaha
kegiatan hidup manusia didunia ini tidak akan pernah lepas dari pengawasan dan
kekuasaan Allah. Dengan dzikir ketika thawaf yang disertai penghayatan yang
mendalam, diharapkan akan tertanam dalam jiwa orang yang membacanya
kesadaran bahwa manusia itu sangat lemah. Di sini orang akan menganggap
bahwa manusia tidak layak berlaku sombong dan angkuh.
3. Ibadah sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan sejarah perjuangan Siti Hajar
ketika mencari air. Ini mengisyaratkan bahwa orang yang haji diharapkan
memiliki etos kerja tinggi, tidak boleh berpangku tangan, mengharap rezeki
datang dari langit.
4. Wukuf diarafah bisa disebut sebagai malam perenungan. Arafah sendiri berarti
pengalaman. Maksudnya, orang yang melakukan haji dan umrah diharapkan dapat
mengenal jati dirinya, menyadari segala kesalahannya dan bertekad untuk tidak
mengulanginya.
5. Melempar jumrah terkait erat dengan kisah ibrahim ketika melempar setan. Hal
ini dimaksudkan agar orang yang melakukan haji dan umrah memiliki tekad dan
semangat untuk tidak terbujuk rayuan setan yang merusak dunia ini.
6. Bermalam di mina dan muzdalifah dan diistilahkan malam istirahat dari rangkaian
ibadah haji. Disini orang dapat memulihkan kondisi yang sangat lelah. Ini sebagai
isyarat bahwa manusia memerlukan waktu istirahat dalam hidup ; tidak selamanya
bekerja sampai tidak ingat menjaga kondisi badan.
7. Dalam tahallul terkadang ajaran agar manusia mampu mengendalikan sifat
pembawaannya. Tahallul diibaratkan sebagai lampu hijau yang mengisyaratkan
kendaraan boleh berjalan kembali setelah untuk sementara diharuskan berhenti.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Pengertian Haji
Asal mula arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah “al-
qashdu”atau“menyengaja”.sedangkan terminology berarti bersengaja mendatangi
Baitullah (ka‟bah) untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang
tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula,menurut syarat- syarat yang
ditentukan oleh syara‟, semata -mata untuk mencari ridho Allah.
 Pengertian Umroh
Umrah menurut bahasa bermakna “ziarah‟. Sedangkan menurut syara
umrah ialah menziarahi ka’bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa’i antara
Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut dengan cara tertentu
dan dapat dilaksanakan setiap waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Zarkasyi, Imam.1995.Pelajaran Fiqih 2.Ponorogo:Trimurti Press

Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Fiqh Ibadah: Refleksi Ketundukan
Hamba Allah kepada al-Khaliq Perspektif al-Qur’an dan as-Sunnah. Bandung:
Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai