Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PE NDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Penyakit diare masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita yang
banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan tata laksana diare yang cepat, tepat dan bermutu
kematian dapat ditekan seminimal mungkin. Diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian
balita di dunia. Penyakit ini bisa dicegah dan diobati, menurut data World Health Organization (WHO)
memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun
milliar kasus setiap tahunnya. Diare sering kali dianggap sebagai masalah yang sepele, padahal di
tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya (WHO, 2011).

Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi, tingginya kejadian diare di negara barat ini oleh
karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri salmonella Spp,
compylobacter jejuni, strafilococcus aureus, bacillus careus, clostridium perfringens dan
enterhemorragic escherichia coli (EHEC). Data United Nations Children’s Fund (UNICEF) bahwa ada
1,5 juta anak meninggal dunia karena diare namun hanya 39 % penderita yang mendapat
penanganan serius. Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter. Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian
sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap
tahunnya. Dan dibanding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap
tahun (Depkes, 2011).

Di Indonesia diare masih mendominasi jumlah kematian balita. Hal ini disebabkan  masih tingginya
angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita. Berdasarkan data
World Health Organization (WHO) di perkirakan di Indonesia 31.200 anak balita meninggal setiap
tahunnya karena diare. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010
terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun
2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan
CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8133
orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah
kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)
(Depkes, 2010).

Data yang tercatat di Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Selatan, jumlah kasus penderita diare
sebanyak 49.898 kasus. Mayoritas di dominasi usia dibawah 1 tahun sekitar 700 balita , umur 1-4
tahun 1175 balita dan usia lebih dari 5 tahun 1728 balita (Dinkes Sum-sel, 2010).

Di Kabupaten Ogan Komering Ulu pada tahun 2010 jumlah kasus penyakit diare ada 9748 (11,47%)
orang diantaranya pada balita dan anak-anak, pada tahun 2011 jumlah kasus penyakit diare ada
2504 (4,24%) orang, dan pada tahun 2012 jumlah kasus penyakit diare ada 7408 (10,97%) orang 
dan pada tahun 2013 jumlah kasus penyakit diare ada 1572 (8,48%) (Dinkes OKU, 2013).

Di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten Ogan Komering
Ulu pada tahun 2011 jumlah kasus penyakit diare pada balita sebanyak 664 (16%) orang. Pada
tahun  2012  jumlah kasus penyakit diare pada balita sebanyak 908 (24%) orang. Pada tahun  2013 
jumlah kasus penyakit diare pada balita sebanyak 762 (15,05%) dan 1 kasus balita yang mengalami
kematian akibat diare (UPTD PKM Tanjung Agung, 2013).
Di desa Saung Naga jumlah balita mencapai 843 balita, pada tahun 2011 jumlah jumlah kasus
penyakit diare pada balita sebanyak 153 (21,7%), pada tahun 2012 jumlah kasus diare pada balita
sebanyak 166 (20,8%) dan pada tahun 2013 jumlah kasus diare pada balita ada 159 (18,8%)
(Puskesdes, 2013).

Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita Di Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat
Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2014. 

B.      Rumusan Masalah 

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Saung Naga
Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2014.

C.      Pertanyaan Penelitian

1.      Apakah ada hubungan informasi kesehatan dengan kejadian diare  pada balita di desa?

2.      Apakah ada hubungan cara pemberian makan dengan kejadian diare pada balita di desa   ?

3.      Apakah ada hubungan ketersediaan jamban dengan kejadian diare  pada balita di desa?

4.      Apakah ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare  pada balita di desa?

D.      Tujuan Penelitian

1.           Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Saung Naga
Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2014.

2.       Tujuan Khusus

a.      Diketahuinya hubungan informasi kesehatan dengan kejadian diare pada balita di desa   Saung
Naga.

b.     Diketahuinya hubungan cara pemberian makan dengan kejadian diare  pada balita di desa
Saung Naga.

c.      Diketahuinya hubungan ketersediaan jamban  dengan kejadian diare  pada balita di desa Saung
Naga.

d.     Diketahuinya hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare  pada balita di desa Saung
Naga.

E.       Manfaat Penelitian

    Bagi Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu

                Memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita dan sebagai bahan masukan dan informasi
serta menambah pengetahuan ilmiah mengenai diare. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan untuk mengembangkan keilmuan di bidang kesehatan khususnya tentang penyakit diare.

    Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat

Sebagai informasi tambahan bagi prodi kesehatan masyarakat khususnya informasi mengenai
hubungan prilaku ibu dengan kejadian penyakit diare pada balita dan hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN PENYAKIT


DIARE PADA WARGA DI DESA CUNTEL KAB. SALATIGA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Kejadian diare pada bayi dan balita lebih banyak ditemukan
dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Hasil survei Dekes RI, diperoleh angka
kesakitan diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk 
1. Angka kematian akibat penyakit diare di Indonesia menurut kelompok umur
menunjukkan bahwa pada kelompok umur 1-4 tahun angka kematian diare menduduki
urutan kedua, yaitu 134 per 100.000 setelah pneumonia 
2. Salah satu penyebab masih tingginya angka kesakitan dan kematian tersebut
karena kondisi kesehatan lingkungan yang belum memadai. Angka kejadian diare di
sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar
162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur.
Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun.
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per
100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di
wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277
diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat,serta perilaku
masyarakat yang enggan mencuci tangan. Sasaran dalam penelitian ini adalah warga
di desa cuntel kab.Salatiga yang manyoritas masyarakat desanya adalah petani.
Kebanyakan, perilaku dari masing – masing warga belum tahu pentingnya akan
penyakit diare. Karena mereka belum terbiasa atau dibiasakan berperilaku cuci tangan
sendiri dalam kesehariannya.
Berdasarkan pengamatan serta hasil yang diperoleh di lapangan. Warga di desa Cuntel
seperti itu belum terlalu memikirkan arti penting kesehatan terutama dalam hal cuci
tangan. Hal-hal seperti itu masih dianggap sepele atau tidak penting. Membiasakan hal
kecil semacam ini memang harus dimulai dari sejak dini. Memulai dari perilaku
mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan aktivitas seharian di kebun

B. Rumusan Masalah
Rumusan dari masalah dari penelitian di atas adalah “HUBUNGAN ANTARA
PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN PENYAKIT DIARE PADA WARGA DI
DESA CUNTEL KAB.SALATIGA” yaitu:
1.Apakah dampak yang di timbulkan dari perilaku tidak cuci tangan?
2. apakah ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan penyakit diare pada
warga di desa cuntel,kab.Salatiga?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian “Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan dengan Penyakit
Diare pada warga di desa cuntel,kab.Salatiga” yaitu :

- Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara perilaku cuci tangan yang dilakukan oleh warga
atau masyarakat di desa Cuntel,kab.Salatiga dengan penyakit diare yang ditimbulkan
dari perilaku tersebut.

- Tujuan Khusus
1. Mengamati dampak penyakit yang ditimbulkan dari perilaku tidak cuci tangan
2. Menganalisis manfaat dari perilaku cuci tangan
3. Mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar

D. Manfaat
Manfaat dari penelitian “Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan dengan Masalah
Kesehatan Yang Terjadi pada warga desa cuntel kab.Salatiga” yaitu :
1.Menambah wawasan tentang arti penting pada cuci tangan
2.Mengurangi angka kesakitan akibat terserang penyakit dari perilaku tidak cuci
tangan
3.Menanamkan kesadaran sejak dini pada warga desa cuntel tentang arti penting cuci
tangan setelah melakukan aktivitas di kebun

E. Ruang Lingkup
1) Lingkup materi
Cuci tangan adalah masalah sepele. Begitu sepelenya hingga banyak orang
mengabaikannya. Padahal mencuci tangan mampu mencegah berbagai jenis penyakit.
Wajar bila kemudian Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 15 Oktober sebagai
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS). Penetapan HCTPS sekaligus merupakan
kampanye dalam rangka menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh
masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan
terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup
manusiaTahun ini adalah HCTPS yang kedua. 

Peringatan HCTPS pertama berlangsung tahun lalu bersamaan dengan Tahun Sanitasi
Internasional yang dicanangkan oleh PBB. Kampanye ini merupakan upaya
memobilisasi jutaan orang di seluruh dunia untuk mencuci tangan mereka dengan
sabun.Data menunjukkan lebih dari 5.000 anak balita penderita diare meninggal setiap
harinya di seluruh dunia sebagai akibat kurangnya akses pada air bersih dan fasilitas
sanitasi dan pendidikan kesehatan. Penderitaan dan biaya-biaya yang harus
ditanggung karena sakit dapat dikurangi dengan melakukan perubahan perilaku
sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun.

2) Lingkup obyek
Sasaran penelitian ini adalah warga atau masyarakat desa cuntel, kab. Salatiga yang
mata pencaharian di kebun yang mempunyai resiko penyakit diare lebih besar karena
enggan cuci tangan setelah dari kebun

3) Lingkup lokasi
Lokasi di pusatkan pada tempat pengambilan data yaitu di desa cuntel,kab.Salatiga

4) Lingkup waktu
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai