Anda di halaman 1dari 4

Pencegahan infeksi salaluran pernafasan atas pada belita

BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) masih merupakan masalah kesehatan yang utama.
Beberapa penyakit ISPA antara lain adalah influenza, sinusitis, laryngitis, faringitis, tonsilitis,
epiglotitis dan pneumoni. Pneumonia merupakan salah satu penyakit ISPA yang menjadi
pembunuh utama balita di Indonesia. Oleh karena itu upaya Pemberantasan dan
Pencegahan ISPA (P2ISPA), merupakan hal yang sangat penting dilakukan baik oleh tenaga
kesehatan maupun oleh masyarakat sampai ketingkat keluarga yaitu orang tua terutama
yang mempunyai balita. Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang datang
berkunjung ke pelayanan kesehatan adalah akibat ISPA.
Dinas Kesehatan (Dinkes) ,Puskesmas Cipayung melansir bahwa grafik penyebaran penyakit
menular di wilayah Kecematan Cipayung mengalami fluktuasi (naik-turun). Berdasarkan
laporan Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kabid P2PL
Dinkes Pangandaran, mengatakan bahwa penyakit yang rentan menular di Pangandaran,
diantaranya ISPA. Penularan influenza pada Balita seringkali terjadi, Influenza akibat virus
ditandai demam tinggi tiba-tiba, batuk kering, sakit kepala dan sendi, lemas, radang
tenggorokan,pilek dan batuk yang berlangsung hingga dua minggu. Dampak yang yang
paling dirasakan adalah sesak nafas, pilek, demam, kelelahan dan kelemahan sehingga
balita berkurang aktifitasnya, padahal proses tumbuh kembang pada balitas sangatlah
penting. Jika tidak segera ditangani dengan benar, hal ini dapat menyebabkan penyakit
lainnya seperti Otitis media, faringitis, pneumonia dan penyakit infeksi lainnya.
Pencegah penularan ISPA dapat dilakukan dengan imunisasi, ada vaksin tiga jenis virus
utama flu yang formulanya berganti tiap tahun untuk menghindari risiko virus kebal pada
vaksin. Cara lain yang utama adalah menjaga daya tahan tubuh lewat perilaku hidup sehat,
termasuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan cukup istirahat.

1.2 Rumusan Masalah


1.      Apakah telah diadakannya vaksinisasi untuk penyakit infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA)?
2.      Bagaimana proses pengaplikasiannya terhadap warga di berbagai daerah?
3.      Mengapa angka penderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) semakin
bertambah setiap tahunnya?

1.3 Tujuan
1.      Untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan penyebaran penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA).
2.      Untuk mengetahui seberapa jauh perhatian pemerintah terhadap warga untuk melakukan
sosialisasi terhadap vaksin tersebut.
3.      Untuk mengatasi kenaikan angka penderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
1.4 Manfaat
           1. Bagi kedokteran klinis
Dapat meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta dapat
memperbaiki cara pengaplikasian vaksin mengenai penanganan penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA).
            2.Bagi masyarakat
Dapat mengatasi serta menangani kenaikan angka penderita penyakit Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA).
           3. Bagi sekolah
Dapat meningkatkan mutu kesehatan bagi para siswa serta guru yang ada di lingkungan
sekolah.
           4. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis dalam penyebaran penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).
           5. Bagi penulisan dan penelitian lebih lanjut
Dapat menambah pengetahuan atau wawasan untuk mencegah, mengurangi dan
mengendalikan penyebaran penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan metode
teknologi yang ada.

BAB II .TINJAUAN PUSTAKAAN


1. defenisi ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
(Nelson, 2003).
2 .Etiologi
Menurut Widoyono (2008) etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis
penyakit bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Beberapa diantaranya
1. Bakteri : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan influenza.
2. Virus :influenza, adenovirus, sitomegalovirus.
3. Jamur : Aspergiius sp., Candida albicans, dan Histoplasma.
4.Aspirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak biasanya
minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian dan
mainan plastik).
4.patogenesis
a.ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya
b.ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygienis.
c. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang,
beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta
tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotic
MANIFESTASI KLINIS ISPA

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan
dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7
hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan
suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad
renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara
langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah,
biakan cairan pleura.

4.Klasifikasi
ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.

b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari
39 0 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah
5. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5
sampai 6 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit ISPA yang tidak
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan komplikasi
seperti: sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachi, empiema, meningitis dan
bronkopneumonia serta berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang
menular (Ngastiyah, 2005).
6.Faktor Penyebab Penyakit ISPA

Secara umum, pencemaran udara memiliki peranan penting dalam menimbulkan infeksi
saluran peranfasan dan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku
bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi
oleh bahan pencemar. Prosuksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan
daluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibatnya,
penderita akan mengalami kesulitan untuk bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri
juga tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan tersebut, hal ini akan mempermudah
terjadinya infeksi saluran peranfasan.

Anda mungkin juga menyukai