PERT. 02
SIKLUS HIDROLOGI
DAN KOMPONEN DALAM SIKLUS HIDROLOGI
HIDROLOGI
Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan
mengalir di permukaan bumi melalui proses run-off. Sebagian kecil
darinya akan bergerak ke pori-pori tanah, merembes, dan menumpuk
menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah disebut
proses infiltrasi. Proses infiltrasi perlahan akan membawa air tanah
kembali ke laut.
Perkolasi
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari
suatu lapisan tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga mencapai
permukaan air tanah pada lapisan jenuh air
SIKLUS HIDROLOGI
SASARAN BELAJAR
Setelah Mempelajari Iklim dan Meteorologi, Mahasiswa
diharapkan bisa memahami unsur-unsur Iklim dan Meteorologi
Serta Mengetahui Besarnya Kisaran Angka dari masing-masing
unsur tersebut, utamanya yang berlaku di Indonesia dan
menerapkannya pada lokasi studi/kajian
IKLIM DAN METEOROLOGI
PENGANTAR
Karakteristik hidrologi suatu daerah sangat bergantung pada kondisi
geologi dan geografis daerah tersebut.
Faktor iklim merupakan ciri-ciri hidrologi, seperti:
(1) Jumlah dan distribusi presipitasi/hujan;
(2) Proses terjadinya es; dan
(3) Pengaruh suhu, kelembaban, yang sangat berpengaruh pada
evapotranspirasi.
Peranan meteorology antara lain untuk:
(1) Meramal hujan, yang berhubungan dengan pengoperasian
waduk; dan
(2) Angin, yang berhubungan dengan evaluasi gelombang
RADIASI MATAHARI
Radiasi matahari berhubungan dengan panjang gelombang dan
energy yang dihasilkan. Beberapa angka kunci (kisaran angka)
yang perlu diketahui berkenaan dengan radiasi matahari adalah
sebagai berikut:
Panjang dinyatakan dalam m (10-6m), Å (10-10m)
Energi Max : berkisar antara 0,4 m – 0,8 m (pendek)
Radiasi Bumi : panjangnya 10 m
Satuan Radiasi Matahari : (dalam SI) watt / m2 atau
kjoule/m2
RADIASI MATAHARI
Beberapa istilah yang berhubungan dengan radiasi matahari dan
perlu diketahui antara lain:
1. Konstata Matahari, merupakan kecepatan radiasi matahari yang DAERAH ALBEDO (%)
mencapai batas atas atmosfir bumi (merupakan rasio antara jarak Hutan yang hijau 10 – 20
dan waktu) Dataran rumput 15 – 30
2. Albedo (dinyatakan dalam %), merupakan perbandingan jumlah Rawa 15 – 20
radiasi permukaan dengan radiasi matahari yang sebenarnya. Ladang pertanian 15 – 25
Berikut diberikan gambaran perkiraan albedo untuk berbagai jenis
lahan Tanah gelap (kering) 10 – 25
Tanah gelap (lembab) 5 – 20
3. Alat Ukur Radiasi, yang diukur adalah intensitas energi radiasi. Ada
beberapa alat ukur antara lain Actiometer dan Radiometer. Tanah pasir kering (terang) 20 – 45
Berbagai jenis alat ukur radiasi yang lain: Salju kotor lama 40 – 50
16
15 45o LU
14
N (jam/hari)
13
12
sekitar khatulistiwa
11
10 35o LU
9
8
jan mar mei jul sep nop
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Gambaran besar radiasi gelombang pendek (Ra)
Besar radiasi Gelombang Pendek (Ra) di Khatulistiwa Sekitar 15 mm/hari,
sedangkan untuk daerah pada 30º LU/LS Berkisar Antara 7 – 17 mm/hari.
19
30 o LU
17
15
Ra (mm/hari)
13
sekitar khatulistiwa
11
9
30 o LS
7
jan m ar m ei jul sep nop
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Gambaran suhu udara rata-rata bulanan di Indonesia
Suhu Rata-rata bulanan untuk Indonesia berkisar antara 24º - 29º
Tempat N Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Surakarta 11 26,9 27,0 27,4 27,8 27,9 27,5 27,1 27,3 28,2 28,8 28,3 27,5
Tulungagung 6 26,3 26,0 26,0 26,0 25,4 25,0 24,0 24,6 25,1 26,1 26,1 25,3
Sukoyo 10 27,6 27,3 27,4 27,2 26,5 25,9 25,0 25,6 25,3 27,0 27,9 27,4
Pasuruhan 5 27,1 27,0 27,1 27,6 27,5 26,5 26,2 26,3 26,9 28,0 28,5 27,7
Karangkates 11 26,6 26,5 26,5 26,4 26,2 25,6 25,0 25,6 26,2 27,0 27,4 26,5
Malang 6 25,2 25,5 25,4 25,8 25,5 24,8 24,2 24,5 24,4 26,0 26,1 25,5
Tambi 8 26,0 26,4 26,6 27,5 27,4 26,7 26,3 27,0 27,8 28,4 27,9 27,2
Sukapura 8 26,8 27,0 27,3 27,7 27,9 27,7 27,5 27,5 27,1 28,4 28,3 27,3
Rerata 26,6 26,6 26,7 27,0 26,8 26,2 25,7 26,1 26,5 27,5 27,6 26,8
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Gambaran kelembaban relatif rata-rata bulanan di Indonesia
Kelembaban relatif (RH), dinyatakan dalam % dan merupakan perbandingan
antara tekanan uap air dan uap air jenuh. Untuk Indonesia, kelembaban
relatif (RH) berkisar 65% - 85% (tinggi). Kelembaban relatif (RH) pada musim
hujan (Oktober – Maret) > musim kemarau (April – September)
90
musim kemarau
85
80
RH (%)
75 Surakarta
Malang
70
65
jan mar mei jul sep nop
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Kecepatan angin rata-rata bulanan di Indonesia
75
dengan 60
n/N (%)
n = jam nyata matahari bersinar cerah 55 Malang
dalam sehari 50
35
30
Dengan demikian jika awan > n<, untuk jan mar mei jul sep nop
Indonesia 30% - 85%
HIDROLOGI TEKNIK
PERT. 04
SASARAN BELAJAR
Setelah Mempelajari Infiltrasi dan Perkolasi, Mahasiswa
diharapkan dapat menganalisis besarnya infiltrasi dan
mengetahui besaran perkolasi rata-rata di Indonesia dan
selanjutnya dapat menerapkan pada lokasi kajian
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Infiltrasi merupakan bagian dari air hujan (limpasan) yang
masuk ke dalam tanah. Kebalikan infiltrasi adalah rembesan.
Sedangkan perkolasi merupakan gerakan air ke bawah dari
daerah tidak jenuh ke dalam daerah jenuh, yang terjadi pada
kondisi lapangan (field capacity).
Daya Infiltrasi (fp) merupakan besarnya laju infiltrasi
maksimum yang dimungkinkan, umumnya dinyatakan dalam
mm/jam atau mm/hari. Daya perkolasi (Pp) adalah laju
perkolasi maksimum yang dimungkinkan, umumnya juga
dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi
Dalam keadaan sehari-hari, infiltrasi mempunyai arti:
(1) Proses limpasan (run-off), jika infiltrasi besar maka limpasan akan kecil, dengan
demikian kemungkinan terjadi banjir juga kecil; dan
(2) Pengisian kembali (recharge) lembab tanah dan air tanah, jika infiltrasi besar maka
perkolasi juga akan besar sehingga recharge juga menjadi besar
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi (fp) antara lain:
Kondisi tanah, jika dilakukan penebangan hutan maka daya infiltrasi akan kecil (fp <<)
Tumbuh-tumbuhan adanya tumbuh-tumbuhan akan memperbesar daya infiltrasi (fp
>>)
Pengerjaan tanah jika pengerjaan tanah baik, akan memperbesar daya infiltrasi (fp >>)
Kadar air jika kadar air tinggi, akan memperbesar daya infiltrasi (fp >>), sebaliknya jika
kadar air rendah, akan memperkecil daya infiltrasi (fp <<).
Pemampatan karena hujan jika turun hujan, daya infiltrasi akan menurun (fp <<)
sampai suatu ketika konstan
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Gambaran daya infiltrasi
Untuk i fp : Untuk i fp :
Keterangan:
i = intensitas hujan (mm/jam)
fo = daya infiltrasi awal (mm/jam)
t = waktu (jam)
fp = daya infiltrasi (mm/jam)
INFILTRASI DAN PERKOLASI
CONTOH KASUS
Besar kecilnya daya infiltrasi (fp) dan daya perkolasi (Pp) terutama
bergantung pada jenis tanah.
Berikut diberikan gambaran yang terjadi pada 2 jenis lapisan
tanah
INFILTRASI DAN PERKOLASI
CARA PENENTUAN INFILTRASI
1. Rumus Hurton Sedangkan volume air yang
fp fc fo fc e kt
diinfiltrasikan :
n = 1,387
fp = daya infiltrasi (mm/jam) fp = daya infiltrasi (mm/jam)
fc = bagian dari daya infiltrasi yang fc = bagian dari daya infiltrasi yang
konstan (mm/jam) konstan (mm/jam)
Fp = daya infiltrasi permulaan a = konstanta
(mm/jam)
k = faktor daerah pengaliran t = waktu (jam)
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Cara Pengukuran Infiltrasi
Cara pengukuran infiltrasi dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut:
Infiltrometer, berupa cincin-cincin yang dimasukkan ke dalam
tanah. Tapi mempunyai kelemahan antara lain: ada efek sisi dan
ada pemampatan dekat dinding infiltrometer.
Test Plot, merupakan infiltrometer berskala besar. Infiltrasi yang
didapat cenderung kecil karena ada penguapan
Test penyiraman, penyiraman harus dilakukan selama mungkin
sampai daya infiltrasi (fp) konstan. Saat dihentikan, ada aliran yang
keluar berarti ada tampungan di dalam daerah yang disirami
dan ada beberapa bagian air yang tertahan di atas tanah
index, infiltrasi didapat dari hubungan antara curah hujan dan
limpasan dalam daerah pengaliran kecil
INFILTRASI DAN PERKOLASI
index = P – Q
Untuk menentukan besarnya perkolasi, belum ada cara empiris yang ditemukan. Namun untuk
Indonesia diperkirakan berkisar antara 2 s/d 5 mm/hari
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Contoh
Diketahui curah hujan total (P) sebesar
75 mm (lihat gambar di bawah) dan
besarnya limpasan permukaan (Q)
adalah 33 mm. Tentukan besarnya
index!
Penyelesaian
(18 - index) + (25 - index) + (12 - index) + (10 - index) = 33
Jumlah hujan total (P) = 7 mm + 18 mm + 25
mm + 12 mm + 10 mm + 3 mm = 75 mm. index = 8 mm/jam
Misal : index > 7 mm/jam, berarti untuk hujan
(index = 8 mm/jam, berarti > 7 mm/jam, pemisalan benar), dengan
< 7 mm tidak ada bagian yang terinfiltrasi,
demikian besarnya infiltrasi: index = 8 mm/jam.
karena index = P – Q, berarti P - index = R
(dari soal diketahui jumlah limpasan: R = 33
Cara penyelesaian seperti (a), didapat besarnya infiltrasi: index = 9
mm)
mm/jam
HIDROLOGI TEKNIK
PERT. 05
ANALISA EVAPOTRANSPIRASI
EVAPOTRANSPIRASI
SASARAN BELAJAR
Setelah Mempelajari Evapotranspirasi, Mahasiswa diharapkan
dapat menganalisis evapotranspirasi dan Evapotranspirasi
Potensial (ETo) menggunakan metode Blaney Criddle, Radiasi
dan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Evapotranspirasi sangat erat kaitannya dengan kebutuhan air
tanaman.
Kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan
untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Penguapan
dalam hal ini meliputi penguapan dari permukaan air dan daun-
daun tanaman. Bila kedua proses terjadi bersamaan maka
terjadilah evapotranspirasi, yaitu gabungan dari proses
penguapan air bebas (evaporasi) dan penguapan melalui
tanaman (transpirasi)
EVAPOTRANSPIRASI
Beberapa rumus yang bisa dipakai untuk menentukan besarnya evaporasi potensial (ETo)
adalah
Rumus Blaney-Criddle,
Rumus Radiasi,
Rumus Penman, dll.
Rumus Penman mendapat rekomendasi dari Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO = Food &
Agricultural Organization). Ketiga rumus tersebut di atas mempunyai prinsip umum yang
sama, yaitu
ETo = c x ETo*
Dengan
ETo = evaporasi potensial (mm/hari)
c = faktor koreksi
ETo* = evaporasi (mm/hari)
Evaporasi potensial (ETo) dipengaruhi oleh iklim dan bergantung pada letak lintang (Indonesia
terletak di katulistiwa). Perbedaan ketiga rumus di atas adalah dalam penentuan angka
koreksi (c) dan evaporasi (ETo*). ETo* ditentukan berdasar data iklim (data terukur).
n
N
EVAPOTRANSPIRASI
Data Terukur untuk Perhitungan Evaporasi (ETo*)
KETERANGAN
LL = letak lintang
t = suhu rata-rata bulanan (oC)
n/N = kecerahan matahari (%)
u = perbedaan kecepatan angin siang
dan malam (mm/dt)
RH = kelembaban relatif (%)
n
N
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Blaney Criddle
Data terukur yang diperlukan Prosedur Perhitungan
Letak lintang Cari letak lintang daerah yang ditinjau
Suhu udara Sesuai dengan letak lintang cari nilai P
Angka koreksi (c) (gunakan tabel BC.1)
Cari data suhu rata-rata bulanan (t)
Rumus:
Berdasar nilai P (Tabel BC.1) dan data t
ETo = c . ETo* Hitung ETo*
ETo* = P . (0,457 t + 8,13) ETo* = P (0,457 t + 8,13)
dengan: Sesuai dengan bulan yang ditinjau cari
P = prosentase rata-rata jam siang angka koreksi c (Tabel BC.2)
malam, yang besarnya Hitung ETo = c . ETo*
bergantung pada letak (LL)
t = suhu udara (oC)
n
N
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Blaney Criddle
n
N
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Blaney Criddle Penyelesaian:
Contoh: LL = 7,5o LS
Menggunakan Rumus Blaney Criddle, LL = 7,5o LS (dari Tabel BC.1) : P = 0,28
hitung besar ETo pada bulan Februari, T = 25,7o C
untuk suatu daerah pengaliran di Tallo ETo* = P (0,457 T+ 8,13)
(Kota Makassar) Pada Bulan Februari. = 0,28 (0,457 . 25,7 + 8013)
diketahui:
Suhu rata-rata bulanan 25,7o C Feb dari Tabel BC.2 : C = 0,80
ETo = C . ETo*
Letak Lintang daerah 7,5 o C
= 0,80 . 5,56
= 4,48 mm/hari
n
N
EVAPOTRANSPIRASI
LL = 7,5o LS
T ETo* ETo
No. Bulan P C
(o C) (mm/hr) (mm/hr)
1. Jan 27,2
2. Feb 27,4
3. Mar 27,3
4. Apr 27,9
5. Mei 27,9
6. Jun 26,8
7. Jul 26,9
8. Ags 28,6
9. Sep 27,9
10. Okt 27,5
11. Nov 27,7
12. Des 27,3
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
Data terukur yang diperlukan
Letak lintang
Suhu udara
Kecerahan matahari
Rumus:
ETo = c . ETo*
ETo* = w . Rs
dengan:
w = faktor pengaruh suhu dan
elevasi ketinggian daerah n/N = Kecerahan Matahari dalam %
Rs = radiasi gelombang pendek yang R = radiasi gelombang pendek yang
diterima bumi (mm/hr) memenuhi batas luar atmosfer
n
Rs = (0,25 + 0,54
N
) R angka angot (bergantung pada letak
lintang daerah)
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
Contoh:
Menggunakan rumus Radiasi, hitung
besar ETo pada bulan Februari, untuk
suatu daerah pengairan di Tallo jika
diketahui data terukur pada bulan
Februari sebagai berikut.
diketahui:
Suhu rata-rata bulanan 25,7o C
Letak Lintang daerah 7,5 o C
Kecerahan matahari (n/N) = 41,8%
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
Berdasar hasil perbandingan perhitungan
Evaporasi Potensial (ETo) dengan Rumus
Blaney Criddle, Radiasi dan Penman, terjadi
perbedaan di antara ketiganya. Mana yang
akurat tidak bisa diputuskan, masing-masing
rumus mempunyai ciri khas dan masing-masing
daerah juga mempunyai karakteristik iklim yang
spesifik. Kalau berdasar data iklim yang
dipakai, Rumus Penman menggunakan data
iklim terbanyak disbanding kedua rumus yang
lain.