Anda di halaman 1dari 65

HIDROLOGI TEKNIK

PERT. 02
SIKLUS HIDROLOGI
DAN KOMPONEN DALAM SIKLUS HIDROLOGI
HIDROLOGI

 Hidrologi  ilmu yang berkaitan dengan air yang ada di bumi,


mengenai proses terjadinya, peredaran dan penyebarannya,
sifat-sifatnya dan hubungannya dengan lingkungannya terutama
dengan makhluk hidup
 Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa
kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air,
penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi,
perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air (PLTA),
pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi,
transportasi air, drainase, dsb.
HIDROLOGI
Hidrologi dipelajari oleh para ahli/engineer pada bidang Teknik Sipil
dan Bidang Pertanian, pemanfaatan ilmu hidrologi meliputi:
 Memperkirakan Besarnya Banjir yang ditimbulkan oleh hujan deras,
sehingga dapat direncanakan bangunan-bangunan sipil untuk
mengendalikannya, seperti: Tanggul Banjir, Saluran Dainase,
Gorong-Gorong, Jembatan, dsb.
 Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman, manusia,
PLTA, dll. Sehingga dapat direncanakan Bangunan Sipil untuk
melayani kebutuhan tersebut.
 Memperkirakan jumlah air yang tersedia pada sumber air (mata air,
sungai, danau, dsb.) untuk dapat dimanfaatkan guna berbagai
keperluan, seprti air baku (air keperluan rumah tangga,
perdagangan, industri), irigasi, pembangkt lisrik tenaga air,
perikanan, peternakan, dll.
HIDROLOGI
Ilmu Hidrologi lebih banyak didasarkan pada pengetahuan empiris
(observasi/percobaan) dibandingkan dengan teoritis, banyak dilakukan
pendekatan-pendekatan atau sulit untuk diselesaikan secaa analitis,
hal ini disebabkan oleh:
 Banyak parameter yang berpengaruh pada kondisi hidrologi suatu
daerah, mis:
 Kondisi Klimatologi (Angin, Suhu Udara, Kelembaban,
Penyinaran Matahari);
 Kondisi Lahan (Daerah Aliran Sungai/DAS), Seperti Jenis
Tanah, Tata Guna Lahan, Kemiringan Lahan, dsb.
 Kondisi Hidrologi juga sangat dinamis, tergantung pada perubahan
kegiatan yang dilakukan manusia, seperti perubahan TGL
(Penggundulan hutan, penghijauan, perubahan lahan sawah
menjadi permukiman/industri, Hutan menjadi sawah, dsb);
perubahan tutupan lahan (dari tanah,rumput, atau pepohonan 
aspal, beton, dll.)
SIKLUS HIDROLOGI
Siklus Hidrologi : Proses Kontinyu/ terus menerus dimana air
bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembali lagi ke
bumi (mengalir di permukaan menuju laut, sebahagian masuk ke
dalam tanah).
Perkiraan Jumlah Air yang ada di Bumi (Atmosfer+Permukaan
Tanah+bawah permukan)  ± 1400 x 106 km3, dengan
distribusinya:
1. Air Laut : 97%
2. Ar Tawar : 3 % (salju,es,gletser 75%; Air Tanah 24%; Air Danau
0,3%; Butir-Butir Air 0,065%; Awan, kabut, embun,hujan
0,035%; Air Sungai 0,03%)
SIKLUS HIDROLOGI
SIKLUS HIDROLOGI
SIKLUS HIDROLOGI
Proses siklus hidrologi dimulai dengan samudra. Sirkulasi air yang berpola siklus
itu tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Air di lautan, akan menguap karena energi panas yang disediakan oleh radiasi
matahari dan membentuk uap air.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke


atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Uap air ini bergerak ke atas ke ketinggian yang lebih tinggi
membentuk awan.
SIKLUS HIDROLOGI
SIKLUS HIDROLOGI
 Evaporasi
Suatu proses yang mengubah air dalam wujud cair menjadi air dalam wujud gas atau
biasa disebut dengan penguapan. Siklus ini pertama di awali dengan penguapan air di
permukaan bumi, baik itu sungai, danau, laut bahkan di permukaan tanah. Dengan
adanya bantuan matahari, sehingga air di permukaan bumi menguap. Selain itu,
semakin banyak jumlah air yang menguap dan naik ke atmosfer bumi, ini di akibatkan
karena matahari yang semakin panas
 Transpirasi
Penguapan ini bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air juga
berlangsung di jaringan mahkluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan. Atau ini juga
disebut dengan istilah transpirasi. Selain itu, transpirasi menubah air yang berwujud
cair dalam jaringan mahlik hidup menjadi uap air dan membawanya ke atas menuju
atmosfer. Setelah itu, air berubah menjadi uap melalui proses transpirasi yang sedikit
jauh lebih umum dibandingkan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi
SIKLUS HIDROLOGI
 Kondensasi
Perubahan dari uap air menjadi titik-titik air (pengembunan) akibat terjadinya
penurunan salju. Partikel es yang terbentuk ini akan mendekati satu sama lain
sehingga terbentuknya awan. Apabila semakin banyak partikel yang menyatu maka
awan tersebut akan semakin tebal dan hitam. Awan yang terbentuk merupakan unsur
pembentukaa air di atas awan karena adanya penguapan
 Sublimasi
Proses naiknya uap air ke atas atmosfer bumi. Namun yang membedakan ini adalah
proses subliminasi, ini juga disebut sebagai proses perubahan es di kutub atau puncak
gunung yang membentuk uap air tanpa terlebih dahulu melalui proses pencairan.
Sublimasi ini juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang naik ke atmosfer,
namun jumlah air yang di hasilkan menjadi lebih sedikit
SIKLUS HIDROLOGI
 Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami
adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik
lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan
udara. Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari
atmosfer lautan menuju atmosfer daratan
 Runoff
Run off (limpasan) ialah proses pergerakan air dari tempat tinggi menuju
tempat rendah dipermukaan bumi. Proses pergerakan air ini berlangsung
melalui saluran alam maupun buatan contohnya saluran drainase, danau,
muara, sungai, laut sampai samudra
SIKLUS HIDROLOGI

 Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan
mengalir di permukaan bumi melalui proses run-off. Sebagian kecil
darinya akan bergerak ke pori-pori tanah, merembes, dan menumpuk
menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah disebut
proses infiltrasi. Proses infiltrasi perlahan akan membawa air tanah
kembali ke laut.
 Perkolasi
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari
suatu lapisan tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga mencapai
permukaan air tanah pada lapisan jenuh air
SIKLUS HIDROLOGI

 Siklus Hidrologi Pendek


1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami
penguapan dan menjadi uap air
2. Uap air tersebut akan mengalami kondensasi dan membentuk
awan
3. Awan yang terbentuk tersebut akan menjadi hujan di sekitar
permukaan laut tersebut
SIKLUS HIDROLOGI
 Siklus Hidrologi Sedang
Siklus ini terjadi saat air yang berada pada badan air (danau, rawa, laut, sungai)
menguap, terkondensasi menjadi awan, kemudian awan tersebut bergerak ke
tempat lain karena terdorong oleh angin atau karena perbedaan tekanan dan
menurunkan hujan di permukaan tanah. Siklus ini terjadi di wilayah daratan
yang di dekatnya terdapat laut atau di wilayah tropis.
1. Air laut diuapkan dan berubah menjadi uap air karena panas matahari.
2. Uap air dianjurkan karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
3. Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
4. Air hujan di permukaan tanah akan mengalir ke sungai dan kembali ke laut
SIKLUS HIDROLOGI

 Siklus Hidrologi Sedang


Siklus hidrologi panjang sebenarnya sama peristiwanya dengan
siklus hidrologi sedang. Yang membedakannya adalah siklus ini
memiliki daerah yang sangat luas sehingga perubahannya terjadi
menjadi hujan salju dan mengalir melalui sungai dan akan kembali
menuju laut. Pada siklus ini, awan tidak langsung berubah wujud
menjadi air, Namun sebelumnya turun dengan bentuk salju dan
gletser.
SIKLUS HIDROLOGI
SIKLUS HIDROLOGI
HIDROLOGI TEKNIK
PERT. 03
IKLIM DAN METEOROLOGI
DAN KAITANNYA DENGAN HIDROLOGI
IKLIM DAN METEOROLOGI

SASARAN BELAJAR
Setelah Mempelajari Iklim dan Meteorologi, Mahasiswa
diharapkan bisa memahami unsur-unsur Iklim dan Meteorologi
Serta Mengetahui Besarnya Kisaran Angka dari masing-masing
unsur tersebut, utamanya yang berlaku di Indonesia dan
menerapkannya pada lokasi studi/kajian
IKLIM DAN METEOROLOGI
PENGANTAR
Karakteristik hidrologi suatu daerah sangat bergantung pada kondisi
geologi dan geografis daerah tersebut.
Faktor iklim merupakan ciri-ciri hidrologi, seperti:
(1) Jumlah dan distribusi presipitasi/hujan;
(2) Proses terjadinya es; dan
(3) Pengaruh suhu, kelembaban, yang sangat berpengaruh pada
evapotranspirasi.
Peranan meteorology antara lain untuk:
(1) Meramal hujan, yang berhubungan dengan pengoperasian
waduk; dan
(2) Angin, yang berhubungan dengan evaluasi gelombang
RADIASI MATAHARI
Radiasi matahari berhubungan dengan panjang gelombang dan
energy yang dihasilkan. Beberapa angka kunci (kisaran angka)
yang perlu diketahui berkenaan dengan radiasi matahari adalah
sebagai berikut:
 Panjang  dinyatakan dalam m (10-6m), Å (10-10m)
 Energi Max : berkisar antara 0,4 m – 0,8 m (pendek)
 Radiasi Bumi : panjangnya 10 m
 Satuan Radiasi Matahari : (dalam SI) watt / m2 atau
kjoule/m2
RADIASI MATAHARI
Beberapa istilah yang berhubungan dengan radiasi matahari dan
perlu diketahui antara lain:
1. Konstata Matahari, merupakan kecepatan radiasi matahari yang DAERAH ALBEDO (%)
mencapai batas atas atmosfir bumi (merupakan rasio antara jarak Hutan yang hijau 10 – 20
dan waktu) Dataran  rumput 15 – 30
2. Albedo (dinyatakan dalam %), merupakan perbandingan jumlah Rawa 15 – 20
radiasi permukaan dengan radiasi matahari yang sebenarnya. Ladang pertanian 15 – 25
Berikut diberikan gambaran perkiraan albedo untuk berbagai jenis
lahan Tanah gelap (kering) 10 – 25
Tanah gelap (lembab) 5 – 20
3. Alat Ukur Radiasi, yang diukur adalah intensitas energi radiasi. Ada
beberapa alat ukur antara lain Actiometer dan Radiometer. Tanah pasir kering (terang) 20 – 45
Berbagai jenis alat ukur radiasi yang lain: Salju kotor  lama 40 – 50

 Pyrheliometer  untuk mengukur radiasi matahari langsung Salju putih   tercemar 80 – 95

 Pyranometer  untuk mengukur gelombang pendek hemisfir


(yaitu intensitas radiasi matahari langsung + radiasi angkasa)
 Pyrgeometer  untuk mengukur gelombang pendek hemisfir
(radiasi bumi + radiasi atmosferik)
 Pyradiometer  untuk mengukur perubahan gelombang
radiasi
 Net pyradiometer  untuk mengukur perubahan gelombang
radiasi (netto)
SUHU
Suhu udara umumnya diukur dengan termometer. Ada beberapa
syarat yang berhubungan dengan penempatan termometer antara
lain:
 Harus dipasang pada tempat yang peredaran udaranya bebas.
 Harus dipasang pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari.
 Dipasang pada sangkar meteorologi
KELEMBABAN UDARA
Alat ukur kelembaban udara adalah Psichometer (yang merupakan
gabungan 2 termometer). Namun alat tersebut kurang akurat,
umumnya dipakai hygrometer elektris (berisi carbon).
Kelembaban relatif (RH) merupakan perbandingan tekanan uap air
dengan tekanan uap jenuh.
Adapun sifat uap air atmosferik bertekanan minimum pada musim
dingin dan sebaliknya bertekanan maksimum pada musim panas.
Sedangkan lembab udara relatif mempunyai sifat bernilai minimum
pada musim panas dan sebaliknya bernilai maksimum pada musim
dingin.
Sebagai pembanding, suhu bernilai maksimum pada pagi hari dan
minimum pada sore hari:
ANGIN
Arah angin ditentukan dengan 16 titik kompas (di permukaan), yang
dinyatakan dalam derajad atau 1/10o. Untuk angin, yang diukur
adalah kecepatannya. Alat ukurnya bisa berupa:
 anemometer mangkok – 3 atau 4
 anemometer propelar
 anemometer tabung tekanan
Sedangkan gambaran sifat angin adalah sebagai berikut:
 Musim dingin : darat (dingin)  laut (panas)
 Musim panas : laut (dingin)  darat (panas)
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Iklim suatu daerah sangat berhubungan dengan kondisi geografis. Indonesia terletak di
sekitar khatulistiwa, yaitu pada 6o LU ~ 11o LS dan dicirikan dengan 2 musim yaitu musim
kemarau dan penghujan dengan beda suhu bulanan relatif kecil dan kelembaban udara
cenderung besar
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Gambaran lama penyinaran matahari perhari rerata (N) di Indonesia
Lama Penyinaran Matahari per-hari untuk daerah khatulistiwa kurang lebih 12 jam, sedangkan untuk
daerah yang berada 35º LU/LS berkisar antara 10-14 jam per-hari, sedangkan untuk daerah pada 45º
LU/LS berkisar antara 10-15 Jam Per-Hari

16
15 45o LU

14
N (jam/hari)

13
12
sekitar khatulistiwa
11
10 35o LU

9
8
jan mar mei jul sep nop
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Gambaran besar radiasi gelombang pendek (Ra)
Besar radiasi Gelombang Pendek (Ra) di Khatulistiwa Sekitar 15 mm/hari,
sedangkan untuk daerah pada 30º LU/LS Berkisar Antara 7 – 17 mm/hari.
19

30 o LU
17

15
Ra (mm/hari)

13
sekitar khatulistiwa

11

9
30 o LS

7
jan m ar m ei jul sep nop
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Gambaran suhu udara rata-rata bulanan di Indonesia
Suhu Rata-rata bulanan untuk Indonesia berkisar antara 24º - 29º

Tempat N Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Surakarta 11 26,9 27,0 27,4 27,8 27,9 27,5 27,1 27,3 28,2 28,8 28,3 27,5
Tulungagung 6 26,3 26,0 26,0 26,0 25,4 25,0 24,0 24,6 25,1 26,1 26,1 25,3
Sukoyo 10 27,6 27,3 27,4 27,2 26,5 25,9 25,0 25,6 25,3 27,0 27,9 27,4
Pasuruhan 5 27,1 27,0 27,1 27,6 27,5 26,5 26,2 26,3 26,9 28,0 28,5 27,7
Karangkates 11 26,6 26,5 26,5 26,4 26,2 25,6 25,0 25,6 26,2 27,0 27,4 26,5
Malang 6 25,2 25,5 25,4 25,8 25,5 24,8 24,2 24,5 24,4 26,0 26,1 25,5
Tambi 8 26,0 26,4 26,6 27,5 27,4 26,7 26,3 27,0 27,8 28,4 27,9 27,2
Sukapura 8 26,8 27,0 27,3 27,7 27,9 27,7 27,5 27,5 27,1 28,4 28,3 27,3
Rerata 26,6 26,6 26,7 27,0 26,8 26,2 25,7 26,1 26,5 27,5 27,6 26,8
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Gambaran kelembaban relatif rata-rata bulanan di Indonesia
Kelembaban relatif (RH), dinyatakan dalam % dan merupakan perbandingan
antara tekanan uap air dan uap air jenuh. Untuk Indonesia, kelembaban
relatif (RH) berkisar 65% - 85% (tinggi). Kelembaban relatif (RH) pada musim
hujan (Oktober – Maret) > musim kemarau (April – September)

90
musim kemarau
85

80
RH (%)

75 Surakarta

Malang
70

65
jan mar mei jul sep nop
HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Kecepatan angin rata-rata bulanan di Indonesia

Kelembaban relatif (RH), dinyatakan dalam % dan merupakan perbandingan antara


tekanan uap air dan uap air jenuh. Untuk Indonesia, kelembaban relatif (RH) berkisar 65%
- 85% (tinggi). Kelembaban relatif (RH) pada musim hujan (Oktober – Maret) > musim
kemarau (April – September)
n
N HUBUNGAN IKLIM DAN HIDROLOGI
Kecerahan matahari rata-rata di Indonesia

Kecerahan matahari merupakan perbandingan: 80

75

n/N = Ratio Keawanan 70


Surakarta
65

dengan 60

n/N (%)
n = jam nyata matahari bersinar cerah 55 Malang

dalam sehari 50

N = jumlah jam potensial matahari 45


musim kemarau

bersinar dalam sehari


40

35

30
Dengan demikian jika awan >  n<, untuk jan mar mei jul sep nop
Indonesia 30% - 85%
HIDROLOGI TEKNIK
PERT. 04

INFILTRASI DAN PERKOLASI


INFILTRASI DAN PERKOLASI

SASARAN BELAJAR
Setelah Mempelajari Infiltrasi dan Perkolasi, Mahasiswa
diharapkan dapat menganalisis besarnya infiltrasi dan
mengetahui besaran perkolasi rata-rata di Indonesia dan
selanjutnya dapat menerapkan pada lokasi kajian
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Infiltrasi merupakan bagian dari air hujan (limpasan) yang
masuk ke dalam tanah. Kebalikan infiltrasi adalah rembesan.
Sedangkan perkolasi merupakan gerakan air ke bawah dari
daerah tidak jenuh ke dalam daerah jenuh, yang terjadi pada
kondisi lapangan (field capacity).
Daya Infiltrasi (fp) merupakan besarnya laju infiltrasi
maksimum yang dimungkinkan, umumnya dinyatakan dalam
mm/jam atau mm/hari. Daya perkolasi (Pp) adalah laju
perkolasi maksimum yang dimungkinkan, umumnya juga
dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi
Dalam keadaan sehari-hari, infiltrasi mempunyai arti:
(1) Proses limpasan (run-off), jika infiltrasi besar  maka limpasan akan kecil, dengan
demikian kemungkinan terjadi banjir juga kecil; dan
(2) Pengisian kembali (recharge) lembab tanah dan air tanah, jika infiltrasi besar  maka
perkolasi juga akan besar  sehingga recharge juga menjadi besar
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi (fp) antara lain:
 Kondisi tanah, jika dilakukan penebangan hutan  maka daya infiltrasi akan kecil (fp <<)
 Tumbuh-tumbuhan  adanya tumbuh-tumbuhan akan memperbesar daya infiltrasi (fp
>>)
 Pengerjaan tanah  jika pengerjaan tanah baik, akan memperbesar daya infiltrasi (fp >>)
 Kadar air  jika kadar air tinggi, akan memperbesar daya infiltrasi (fp >>), sebaliknya jika
kadar air rendah, akan memperkecil daya infiltrasi (fp <<).
 Pemampatan karena hujan  jika turun hujan, daya infiltrasi akan menurun (fp <<)
sampai suatu ketika konstan
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Gambaran daya infiltrasi
Untuk i  fp : Untuk i  fp :

Keterangan:
i = intensitas hujan (mm/jam)
fo = daya infiltrasi awal (mm/jam)
t = waktu (jam)
fp = daya infiltrasi (mm/jam)
INFILTRASI DAN PERKOLASI
CONTOH KASUS
Besar kecilnya daya infiltrasi (fp) dan daya perkolasi (Pp) terutama
bergantung pada jenis tanah.
Berikut diberikan gambaran yang terjadi pada 2 jenis lapisan
tanah
INFILTRASI DAN PERKOLASI
CARA PENENTUAN INFILTRASI
1. Rumus Hurton Sedangkan volume air yang
fp  fc  fo  fc e  kt
diinfiltrasikan :

fp = daya infiltrasi (mm/jam)


fc = bagian dari daya infiltrasi yang
konstan (mm/jam)
fo = daya infiltrasi awal (mm/jam)
k = faktor daerah pengaliran
t = waktu (jam)
INFILTRASI DAN PERKOLASI
CARA PENENTUAN INFILTRASI
2. Rumus Holtan 3. Rumus Holtan
1
 a  2  12
fp  fc  k  Fpn fp  fc    t
2

n = 1,387
fp = daya infiltrasi (mm/jam) fp = daya infiltrasi (mm/jam)
fc = bagian dari daya infiltrasi yang fc = bagian dari daya infiltrasi yang
konstan (mm/jam) konstan (mm/jam)
Fp = daya infiltrasi permulaan a = konstanta
(mm/jam)
k = faktor daerah pengaliran t = waktu (jam)
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Cara Pengukuran Infiltrasi
Cara pengukuran infiltrasi dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut:
 Infiltrometer, berupa cincin-cincin yang dimasukkan ke dalam
tanah. Tapi mempunyai kelemahan antara lain: ada efek sisi dan
ada pemampatan dekat dinding infiltrometer.
 Test Plot, merupakan infiltrometer berskala besar. Infiltrasi yang
didapat cenderung kecil  karena ada penguapan
 Test penyiraman, penyiraman harus dilakukan selama mungkin
sampai daya infiltrasi (fp) konstan. Saat dihentikan, ada aliran yang
keluar  berarti ada tampungan di dalam daerah yang disirami
dan ada beberapa bagian air yang tertahan di atas tanah
  index, infiltrasi didapat dari hubungan antara curah hujan dan
limpasan dalam daerah pengaliran kecil
INFILTRASI DAN PERKOLASI

 index = P – Q

 index= besarnya infiltrasi


(mm)
P = jumlah hujan (mm)
Q = jumlah limpasan (mm)

Untuk menentukan besarnya perkolasi, belum ada cara empiris yang ditemukan. Namun untuk
Indonesia diperkirakan berkisar antara 2 s/d 5 mm/hari
INFILTRASI DAN PERKOLASI
Contoh
Diketahui curah hujan total (P) sebesar
75 mm (lihat gambar di bawah) dan
besarnya limpasan permukaan (Q)
adalah 33 mm. Tentukan besarnya 
index!

Penyelesaian
 (18 - index) + (25 - index) + (12 - index) + (10 - index) = 33
Jumlah hujan total (P) = 7 mm + 18 mm + 25
mm + 12 mm + 10 mm + 3 mm = 75 mm. index = 8 mm/jam
Misal : index > 7 mm/jam, berarti untuk hujan
(index = 8 mm/jam, berarti > 7 mm/jam, pemisalan benar), dengan
< 7 mm tidak ada bagian yang terinfiltrasi,
demikian besarnya infiltrasi: index = 8 mm/jam.
karena index = P – Q, berarti P - index = R
(dari soal diketahui jumlah limpasan: R = 33
Cara penyelesaian seperti (a), didapat besarnya infiltrasi: index = 9
mm)
mm/jam
HIDROLOGI TEKNIK
PERT. 05

ANALISA EVAPOTRANSPIRASI
EVAPOTRANSPIRASI

SASARAN BELAJAR
Setelah Mempelajari Evapotranspirasi, Mahasiswa diharapkan
dapat menganalisis evapotranspirasi dan Evapotranspirasi
Potensial (ETo) menggunakan metode Blaney Criddle, Radiasi
dan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Evapotranspirasi sangat erat kaitannya dengan kebutuhan air
tanaman.
Kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan
untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Penguapan
dalam hal ini meliputi penguapan dari permukaan air dan daun-
daun tanaman. Bila kedua proses terjadi bersamaan  maka
terjadilah evapotranspirasi, yaitu gabungan dari proses
penguapan air bebas (evaporasi) dan penguapan melalui
tanaman (transpirasi)
EVAPOTRANSPIRASI
Beberapa rumus yang bisa dipakai untuk menentukan besarnya evaporasi potensial (ETo)
adalah
 Rumus Blaney-Criddle,
 Rumus Radiasi,
 Rumus Penman, dll.
Rumus Penman mendapat rekomendasi dari Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO = Food &
Agricultural Organization). Ketiga rumus tersebut di atas mempunyai prinsip umum yang
sama, yaitu
ETo = c x ETo*
Dengan
ETo = evaporasi potensial (mm/hari)
c = faktor koreksi
ETo* = evaporasi (mm/hari)

Evaporasi potensial (ETo) dipengaruhi oleh iklim dan bergantung pada letak lintang (Indonesia
terletak di katulistiwa). Perbedaan ketiga rumus di atas adalah dalam penentuan angka
koreksi (c) dan evaporasi (ETo*). ETo* ditentukan berdasar data iklim (data terukur).
n
N

EVAPOTRANSPIRASI
Data Terukur untuk Perhitungan Evaporasi (ETo*)

Penyesuaian Angka Koreksi untuk Perhitungan Evaporasi Potensial (ETo)

KETERANGAN
LL = letak lintang
t = suhu rata-rata bulanan (oC)
n/N = kecerahan matahari (%)
u = perbedaan kecepatan angin siang
dan malam (mm/dt)
RH = kelembaban relatif (%)
n
N

EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Blaney Criddle
Data terukur yang diperlukan Prosedur Perhitungan
 Letak lintang  Cari letak lintang daerah yang ditinjau
 Suhu udara  Sesuai dengan letak lintang  cari nilai P
 Angka koreksi (c) (gunakan tabel BC.1)
 Cari data suhu rata-rata bulanan (t)
Rumus:
 Berdasar nilai P (Tabel BC.1) dan data t
ETo = c . ETo* Hitung ETo*
ETo* = P . (0,457 t + 8,13) ETo* = P (0,457 t + 8,13)
dengan:  Sesuai dengan bulan yang ditinjau cari
P = prosentase rata-rata jam siang angka koreksi c (Tabel BC.2)
malam, yang besarnya Hitung ETo = c . ETo*
bergantung pada letak (LL)
t = suhu udara (oC)
n
N

EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Blaney Criddle
n
N

EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Blaney Criddle Penyelesaian:
Contoh:  LL = 7,5o LS
Menggunakan Rumus Blaney Criddle, LL = 7,5o LS  (dari Tabel BC.1) : P = 0,28
hitung besar ETo pada bulan Februari,  T = 25,7o C
untuk suatu daerah pengaliran di Tallo  ETo* = P (0,457 T+ 8,13)
(Kota Makassar) Pada Bulan Februari. = 0,28 (0,457 . 25,7 + 8013)
diketahui:
 Suhu rata-rata bulanan 25,7o C  Feb  dari Tabel BC.2 : C = 0,80
 ETo = C . ETo*
 Letak Lintang daerah 7,5 o C
= 0,80 . 5,56
= 4,48 mm/hari
n
N

EVAPOTRANSPIRASI
LL = 7,5o LS
T ETo* ETo
No. Bulan P C
(o C) (mm/hr) (mm/hr)
1. Jan 27,2
2. Feb 27,4
3. Mar 27,3
4. Apr 27,9
5. Mei 27,9
6. Jun 26,8
7. Jul 26,9
8. Ags 28,6
9. Sep 27,9
10. Okt 27,5
11. Nov 27,7
12. Des 27,3
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
Data terukur yang diperlukan
 Letak lintang
 Suhu udara
 Kecerahan matahari
Rumus:
ETo = c . ETo*
ETo* = w . Rs
dengan:
w = faktor pengaruh suhu dan
elevasi ketinggian daerah n/N = Kecerahan Matahari dalam %
Rs = radiasi gelombang pendek yang R = radiasi gelombang pendek yang
diterima bumi (mm/hr) memenuhi batas luar atmosfer
n
Rs = (0,25 + 0,54
N
) R  angka angot (bergantung pada letak
lintang daerah)
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
Contoh:
Menggunakan rumus Radiasi, hitung
besar ETo pada bulan Februari, untuk
suatu daerah pengairan di Tallo jika
diketahui data terukur pada bulan
Februari sebagai berikut.
diketahui:
 Suhu rata-rata bulanan 25,7o C
 Letak Lintang daerah 7,5 o C
 Kecerahan matahari (n/N) = 41,8%
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Radiasi
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
EVAPOTRANSPIRASI
Persamaan Penman
Berdasar hasil perbandingan perhitungan
Evaporasi Potensial (ETo) dengan Rumus
Blaney Criddle, Radiasi dan Penman, terjadi
perbedaan di antara ketiganya. Mana yang
akurat tidak bisa diputuskan, masing-masing
rumus mempunyai ciri khas dan masing-masing
daerah juga mempunyai karakteristik iklim yang
spesifik. Kalau berdasar data iklim yang
dipakai, Rumus Penman menggunakan data
iklim terbanyak disbanding kedua rumus yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai