HUJAN DAERAH
yaitu berupa: embun, hujan, kabut, salju dan es. Karena di Indonesia
hampir tidak pernah dijumpai kabut, salju dan es, maka presipitasi
5.2. Definisi-definisi
dinyatakan sebagai:
i
d = i dt i Δt
0
d
intensitas rata-rata : i =
t
i
(mm/jam)
i maks Lengkung Intensitas
i = i rata-rata
tg = 0
Lengkung Massa
d
(mm)
i = tg R
m i maks = tg m
R
5.3. Lengkung Massa (Lengkung d)
Lengkung massa (Lengkung d) merupakan diagram luas dari
lengkung t, dengan batasan sebagai berikut: (1) Lengkung massa tidak
mengenal garis turun; dan (2) Lengkung d adalah lengkung massa suatu
garis di mana luasnya = luas lengkung i. Hal tersebut bisa dijelaskan
sebagai berikut:
t
d = i dt i rata rata t
0
dengan
d = tinggi hujan (mm)
i = intensitas hujan (mm/jam)
Lengkung Massa
i i = 0 tg = 0
(mm/jam) =0
i = konstan
i konstan
tg konstan
konstan
t
i=0 i=0
tg = 0 d = i dt
=0
d i = tg
(mm)
=0 t
Contoh :
1. misal : i1 = 20 mm/jam
i1
i i2 = 0
(mm/j) i3 i3 = 10 mm/jam
i2=0
t
t1= t2 t3=
1j
1j 1j
d d1 = i1 * t1 = 20 mm
(mm) d2 = i2 * t2 = 0
d3
d3 = i3 * t3 = 10 mm
d = 30
d1 d = d 1 + d2 + d3
= 30 mm
t
t
i
d1 d 2 d 3
i
d
t1 t 2 t 3 t
i
d 30 10 mm/jam
t 3
30 mm
atau tg = 10 mm / jam
3 jam
2.
i
(mm/j) Lengkung i
i rata-rata
i=0
im t
tm
Lengkung Massa
m
d
t
tm diketahui
im diketahui
lengkung massa = luas dari i = luas biru
lengkung i : dx = ½ ix . x
ix x
im tm
im
ix = .x
tm
1 im 2
dx = . x
2 tm
(lengkung parabola)
Keterangan:
Luas merah = luas biru
Jika i = i rata-rata
5.4. Alat Penakar Hujan
Untuk mengukur curah hujan, ada dua jenis alat yang bisa dipakai,
yaitu alat pencatat hujan dan alat penakar hujan. Alat pencatat hujan
meliputi: (1) penakar hujan biasa; (2) penakar hujan rata tanah; (3)
Sedangkan alat pencatat hujan meliputi: (1) pencatat jungkit; dan (2)
sekali dalam sehari, atau (2) sekali dalam seminggu atau sebulan hal
X3 * 3 x9* 9
X10*10
X7 *7
X2 *2 x8 *8
X4 *4
X5 *5
X1 *1
X6 *6
C. Cara Isohyet
d1 d 2 d 3 ... dn n
dn
d
n i 1 n
dengan
d = A1 d1 + A2 d2 + …… + An dn
A1 + A2 + …… + An
dengan
Stasiun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jum-
Hujan lah
Pembagian 13.4 22.5 24.6 30.6 20.8 19.6 18.0 8.5 15.0 5.4 178.4
Luas Ai (km2)
Rasio 0.07 0.13 0.14 0.17 0.12 0.11 0.10 0.05 0.08 0.03 1.00
luas/bobot Wi
Curah hujan 156 164 174 168 178 197 185 180 188 212 -
Ri (mm)
Wi*Ri 10.9 21.3 24.4 28.6 21.4 21.7 18.5 9.0 15.0 6.4 177.2
C. Cara Isohyet
10 15 20 25 30 35 40 45 50
8*
*32 *35
12*
d0 d1 d1 d2 dn dn 1
A1 A2 ... An
d 2 2 2
A1 A2 ... An
dengan
(km2)
tinggi hujan yang merata yang beasrnya merupakan nilai rata-rata antara
dikalikan dengan nilai rerata dari nilai ketinggian hujan pada dua garis
isohiet tersebut.
5. Jumlah hitungan pada butir 4 untuk semua garis isohiet dibagi dengan
sebagai berikut:
d0 d1 d1 d2 dn dn 1
A1 A2 ... An
d 2 2 2
A1 A2 ... An
A = 50 mm
o
B=40 mm C=20mm
O o 50
35 30
25
D=30mm
O
45
o 50
45
45 40
30
40 O o 20 20
35 25
O 30
Gambar Isohiet
Contoh soal:
Februari sebesar 200 mm, di B (bobot luas 20%: p2 = 0,2) terjadi pada
tanggal 2 Maret sebesar 140 mm, di C (bobot luas 10%: p3 = 0,1) terjadi
0,1) terjadi pada tanggal 14 Januari sebesar 180 mm. Untuk mencari
Data hujan yang dicetak tebal adalah hujan maksimum di stasiun ybs,
Kolom (3) x p3 + Kolom (4) x p4. Pada kolom (6) hujan terbesar adalah 177
mm. Jadi Hujan Harian daerah Maksimum Tahun 1996 adalah 177 mm
pencatatan data hujan yang tidak lengkap atau hilang datanya. Jika ini
terjadi, maka data hujan yang hilang tersebut harus dilengkapi lebih
dahulu. Hal ini bisa dilakukan jika : (1) Di sekitarnya ada stasiun penakar
Cara:
Maka:
1 Anx Anx
dx = dA dB
2 An A An B
1 n Anx
= di
n i 1 Ani
dengan
Contoh soal:
dan C. Ada data hujan di pos X yang tidak tercatat seperti pada tabel
berikut:
122,28 mm
terjadi perubahan lingkungan atau perubahan cara menakar. Jika hasil uji
sebaliknya.
Kom. menyimpang
(dA)
450
kom.rerata
1
3 dA dB dC
Catatan:
Misalkan yang akan diuji data hujan di pos Y, maka data hujan
komulatif dari rerata hujan tahunan dari pos A, B, C dan D dst yang
(millimeter) dengan data hujan komulatif pos Y sebagai sumbu tegak dan
komulatif dari rerata hujan tahunan dari pos di sekitarnya sebagai sumbu
mendatar
Dari perubahan pola (trend) pasangan data itu dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) Jika pola yang terjadi berupa garis lurus dan tidak
terjadi patahan arah garis itu, maka data hujan pos Y adalah konsisten,
sebaliknya (2) Jika pola yang terjadi berupa garis lurus dan terjadi patahan
arah garis itu, maka data hujan pos Y tidak konsisten dan harus dilakukan
Contoh Soal
Massa Ganda.
Hujan Tahunan di Suatu DAS
1990
6. Pada grafik di atas terlihat garis patah mulai tahun 1990, sehingga data
10. Data sebelum tahun 1991 (mulai tahun 1990 ke depan) dikoreksi: