Anda di halaman 1dari 17

Matematika Teknik II 1

INTEGRAL KOMPLEKS

L.H. Wiryanto
FMIPA-ITB
Jalan Ganesha 10 Bandung-Indonesia
e-mail: leo@math.itb.ac.id

Integral Garis
Setelah kita mengenal fungsi kompleks, pada bagian ini kita membahas integral
dengan obyek berupa fungsi kompleks. Secara matematik kita gunakan notasi
Z
f (z)dz
C

untuk menyatakan integral dari fungsi kompleks f (z) sepanjang lintasan C pada
bidang z. Agar nilai integralnya ada, diperlukan lintasan C yang mulus, kontinu
dan turunannya tak nol. Untuk dapat memahami integral tersebut, kita perkenalkan
melalui integral garis, sebagai berikut.

• Kita mulai dengan lintasan C yang dinyatakan dalam bentuk

C : z(t) = x(t) + iy(t), untuk a ≤ t ≤ b

Partisi C sama saja mempartisi selang t, karena setiap t pada [a, b] mempunyai
padanan di lintasan C. Jadi kita buat partisi

a = t0 < t1 < t2 < · · · < tn = b ⇔ {z(t0 ), z(t1 ), z(t2 ), · · · , z(tn )}

• Tinjau satu selang partisi terkait dengan lintasan dari zm−1 = z(tm−1 ) ke
zm = z(tm ), dan kita hampiri dengan garis zm−1¯ zm dengan modulus |△zm |.
Pada lintasan kecil tersebut kita ambil satu bilangan kompleks ζm sebagai
wakil lintasan, lihat gambar 2.4.

• Pada setiap partisi lintasan dihitung f (ζm )△zm dan dijumlahkan, sebagai jum-
lah partisi
n
X
Sn = f (ζm )△zm
m=1
2 L.H. Wiryanto

Figure 1: Sketsa partisi dari t dan dari lintasan C; dan perbesaran satu partisi
lintasan.

• Perhalus partisi dengan mengambil lebar selang terbesarnya menuju nol, yaitu
△tm = tm − tm−1 → 0 yang juga |△zm | → 0. Jika pengambilan limit ini
memberikan nilai berhingga dari Sn , maka nilai tersebut dinotasikan sebagai
integral. Jadi dituliskan
Z n
X
f (z)dz = lim f (ζm )△zm
C |△zm |→0
m=1

asal limit ada, yang dijamin dengan f kontinu bagian demi bagian pada C.

• Dalam hal C lintasan tertutup, kita gunakan notasi


I n
X
f (z)dz = lim f (ζm )△zm
C |△zm |→0
m=1

Dari pengertian integral di atas, kita dapat menurunkan sifat-sifat integal, seperti
halnya pada integral riil, yaitu

1. Linear Z Z Z
k1 f1 (z) + k2 f2 (z)dz = k1 f( z)dz + k2 f2 (z)dz
C C C

untuk k1 dan k2 konstan.

2. Arah berlawanan Z Z
f (z)dz = − f (z)dz
C1 C2

dengan C1 dan C2 berlawanan arah.


Matematika Teknik II 3

3. Partisi dari lintasan


Z Z Z
f (z)dz = f (z)dz + f (z)dz
C C1 C2

dengan C = C1 C2 , C1 C2 = ∅
S T

Secara praktis, menghitung integral menggunakan limit seperti diuraikan di atas


tidak mudah. Tetapi kita dapat melihat apa yang dijelaskan di atas mempunyai
proses yang sama dengan inetegral garis pada fungsi riil (Matematika Teknik I).
Jadi dalam menghitung integral kompleks kita dapat lakukan dengan menyatakan
integral yang ada ke integral tentu. Kita lihat pada contoh berikut.

Contoh 2.11.

1. Hitung
Z
dz
, C : z(t) = cos t + i sin t, 0 ≤ t ≤ π/2
C z
Jawab
Tuliskan C : z(t) = cos t + i sin t = eit sehingga

1
f (z) = = e−it , z ′ (t) = ieit
z

Integral garis
dz t=π/2
Z Z
= e−it z ′ (t)dt
C z t=0

t=π/2 π
Z
= e−it ieit dt = i
t=0 2

2. Hitung
I
I= (z − z0 )m dz, C : |z − z0 | = ρ
C

Jawab
C : |z − z0 | = ρ ⇔ z(t) = z0 + ρeit , 0 ≤ t ≤ 2π

Sehingga
f (z) = (z − z0 )m = ρm eimt
4 L.H. Wiryanto

Jadi
I Z 2π
m
I= (z − z0 ) dz = ρm eimt iρeit dt
C 0

Z 2π
=i ρm+1 ei(m+1)t dt
0

Z 2π
m+1
= iρ cos(m + 1)t + i sin(m + 1)tdt
0

iρm+1
= (sin(m + 1)t − i cos(m + 1)t)]2π
0 = 0, untuk m 6= −1
m+1

Sedangkan untuk m = −1 baris ketiga di atas menjadi


Z 2π
I=i dt = 2πi
0

Jadi 
I  0, untuk m 6= −1
(z − z0 )m dz =
C  2πi, untuk m = −1

3. Hitung
z
I
dz, C : z(t) = i + eit , 0 ≤ t ≤ 2π
C z−i
Jawab
I
z Z 2π
i + eit it
dz = ie dt
C z−i 0 eit
Z 2π 2π
= (−1 + ieit )dt = −2π + eit = −2π + e2πi − e0
0 0

= −2π + (cos 2π + i sin 2π) − 1 = −2π

4. Hitung
I
I= (z − 1)2 dz, C : z(t) = 2eit , 0 ≤ t ≤ 2π
C

Jawab
Soal ini serupa dengan nomer 2 di atas tetapi titik z = 1 bukan sebagai pusat
Matematika Teknik II 5

lintasan C, sehingga perhitungan menjadi lebih rumit


I Z 2π  2
2
(z − 1) dz = 2eit − 1 2ieit dt
C 0

Z 2π  
= 4e2it − 4eit + 1 2ieit dt
0

Z 2π  
= 8ie3it − 8ie2it + 2ieit dt
0

Z 2π
= 8i(cos 3t + i sin 3t)
0

−8i(cos 2t + i sin 2t) + 2i(cos t + i sin t)dt = 0

Di sini kita menggunakan sifat


Z 2π Z 2π
cos mtdt = 0, sin mtdt = 0
0 0

untuk m 6= 0.

Teorema Cauchy
Terkait contoh nomer 4 di atas, tentunya akan lebih rumit lagi bila fungsi yang
diintegralkan bukan polinom, misalnya cos z. Untuk menghindari kerumitan terse-
but, kita perlu meninjau sifat fungsi yang diintegralkan dan menerapkan teori inte-
gral yang ada untuk dapat digunakan dalam menghitung integral kompleks. Tetapi
sebelumnya perlu diperkenalkan beberapa istilah.

• C dikatakan lintasan tertutup sederhana bila titik awal sama dengan titik
akhir, dan tidak berpotongan atau bersinggungan terhadap diri sendiri dari
lintasan.

• D dikatakan terhubung sederhana bila setiap lintasan tertutup sederhana di


D hanya memuat titik-titik D saja, di dalam lintasan tidak ada titik selain
anggota D.

Sekarang kita hendak menghitung


I
f (z)dz
C

dengan
6 L.H. Wiryanto

• f ′ (z) kontinu pada daerah terhubung sederhana D.

• C lintasan tertutup pada D.

Kita nyatakan integral dalam bagian riil dan imaginer dari fungsi f (z) = u + iv
terhadap variabel z = x + iy
I I I
f (z)dz = u(x, y)dx − v(x, y)dy + i u(x, y)dy + v(x, y)dx
C C C

Teorema Green menyatakan hubungan integral tertutup dengan integral berulang


terhadap fungsi yang diferensiabel, yang dapat diterapkan pada integral kompleks
di atas !
∂v ∂u
I Z Z
udx − vdy = − − dxdy = 0
C R ∂x ∂y
!
∂v ∂u
I Z Z
udy + vdx = − + dxdy = 0
C R ∂y ∂x

Integral berulang bernilai nol karena kita gunakan persamaan Cauchy-Reimann se-
bagai akibat f ′ (z) kontinu pada D atau analitik, dan kemudian kita kembalikan
pada integral semula diperoleh
I
f (z)dz = 0
C

Hasil ini dikenal sebagi teorema Cauchy:

Integral dari fungsi analitik f (z) sepanjang lintasan C yang ter-


tutup dan berada pada daerah terhubung sederhana D bernilai
nol.

Contoh 2.12. I
sin zdz = 0, untuk C : |z| = 1
C

karena f (z) = sin z analitik pada bidang z. Jadi apapun bentuk lintasan tertutup
yang digunakan akan memberikan nilai integral nol, sesuai teorema Cauchy. Jadi
di sini integral tidak perlu dihitung, tetapi yang perlu dilakukan adalah memeriksa
apakah integran (fungsi yang diintegralkan) analitik pada daerah di dalam dan pada
C.
Matematika Teknik II 7

Sebagai akibat teorema Cauchy:


Bila D merupakan daerah terhubung sederhana, C1 lintasan (sembarang) di D yang
menghubungkan z1 ke z2 , dan f (z) analitik pada D, kita dapat membentuk lintasan
lain C ∗ dari z2 ke z1 sehingga C1 C ∗ tertutup sederhana dan menghasilkan
S

Z Z
f (z)dz + f (z)dz = 0
C1 C∗

Z Z
⇔ f (z)dz = − f (z)dz
C1 C∗

Selanjutnya dengan menamakan C1∗ sebagai lintasan yang berlawanan arah dari C ∗
maka diperoleh hubungan
Z Z
f (z)dz = f (z)dz
C1 C1∗

Karena C1 dan C1∗ merupakan dua lintasan sembarang di D dan hasil integral-
nya sama, maka kita dapat mengatakan bahwa integral tidak bergantung lintasan.
Secara praktis untuk menghitung integral yang tidak bergantung lintasan adalah
menentukan antiturunan dari f , sebut F , dan menghitung
Z
f (z)dz = F (z2 ) − F (z1 )
C

seperti pada fungsi riil.

Contoh 2.13.
Hitung Z
ez/2 dz
C

dengan C berupa kurva dari z1 = 8 + iπ ke z2 = 8 − i4π.


Jawab
f (z) = ez/2 merupakan fungsi analitik pada bidang z, maka kita dapat menentukan
antiturunannya, yaitu F (z) = 2ez/2 . Sehingga
Z  
ez/2 dz = F (z2 ) − F (z1 ) = 2 e4−i2π − e4+iπ/2
C

= 2e4 (cos 2π − i sin 2π − cos π/2 − i sin π/2) = 2e4 (1 − i)


8 L.H. Wiryanto

Bandingkan kalau integral tersebut kita hitung dengan integral garis sepanjang C :
z(t) = 8 + i(1 − t)π untuk 0 ≤ t ≤ 5. Lintasan ini dipilih karena sederhana, berupa
garis.
Z Z 5
ez/2 dz = e4+i(1−t)π/2 (−iπ)dt
C 0

Z 5
= e4+iπ/2 e−iπt/2 (−iπ)dt
0

= 2e4 (cos π/2 + i sin π/2) [cos πt/2 − i sin πt/2]50

= 2e4 i(cos 5π/2 − i sin 5π/2 − cos 0 + i sin 0) = 2e4 (1 − i)

Hasil sama diperoleh, begitu juga kalau kita menggunakan lintasan yang lain, mis-
alnya C : z(t) = (8 − 3iπ/2) + 5πeit /2 dengan π/2 ≤ t ≤ 3π/2.

Integral Cauchy
Selanjutnya kita meninjau integral yang melibatkan daerah terhubung tak seder-
hana. Jadi kita perhatikan Z
f (z)dz
C

dengan f (z) fungsi analitik pada daerah terhubung tak sederhana D dan C lintasan
yang merupakan gabungan dari C1 batas luar dari daerah D dan C −2 sebagai batas
dalam dari D seperti diilustrasikan pada Gambar 5a. Dalam membahas integral
tersebut, kita lakukan langkah berikut.

1. Potong daerah D menjadi 2 daerah terhubung sederhana seperti diberikan


pada Gambar 5b, dan masing-masing mempunyai batas C̄1 dan C̄2 , perhatikan
arah lintasan.

2. Menurut teorema Cauchy


Z Z
f (z)dz = 0, f (z)dz = 0
C¯1 C¯2

sehingga gabungan dari kedua integral


Z Z
f (z)dz + f (z)dz = 0
C¯1 C¯2
Matematika Teknik II 9

Figure 2: Daerah terhubung tidak sederhana D (a) yang dipecah menjadi dua daerah
terhubung sederhana (b)

3. Integral sepanjang lintasan yang merupakan pertemuan C̄1 dan C̄2 saling me-
niadakan, sehingga kita dapat menyatakan kembali integral sepanjang C1 dan
C2 , yaitu Z Z
f (z)dz − f (z)dz = 0
C1 C2
Z Z
⇔ f (z)dz = f (z)dz (1)
C1 C2

4. Integral terkait daerah terhubung tidak sederhana seperti diuraikan di atas se-
lanjutnya dapat dikembangkan untuk beberapa lubang atau titik tidak anal-
itik di dalam daerah D. Misalkan terdapat n lubang di dalam D, dengan
batas masing-masing berupa lintasan (arah berlawanan perputaran jarum jam)
C1 , C2 , C3 , · · · , Cn , dan batas luar dari D adalah C. Dengan mengikuti prposes
seperti pada sat lubang; daerah D dipotong menjadi 2 daerah terhubung seder-
hana, teorema Cauchy digunakan dan menggabungkan kembali, diperoleh
Z Z Z Z
f (z)dz = f (z)dz + f (z)dz + · · · + f (z)dz (2)
C C1 C2 Cn

Hubungan yang diperoleh di atas (1) menyatakan bahwa integral sepanjang lin-
tasan yang mengitari satu titik atau daerah tidak analitik dari f dapat dihitung
menggunakan lintasan lain yang juga mengitarinya. Secara praktis, hubungan ini di-
gunakan untuk memilih lintasan yang memudahkan perhitungan. Sedangkan untuk
integral sepanjang lintasan yang mengitari dua atau lebih titik/daerah tidak analitik
(2) dapat dilakukan dengan lebih dahulu menghitung integral-integral sepanjang lin-
tasan yang hanya mengitari satu titik/daerah tidak analitik dan menjumlahkannya.
Contoh berikut sebagai penggunaan (1) dan (2).
10 L.H. Wiryanto

Contoh 2.14.

1. Hitung
1
I
dz
C z−i
dengan lintasan C berupa batas segitiga yang mempunyai titik sudut (-4,0),
(4,0) dan (0,6).

Jawab. Di sini kita berhadapan dengan fungsi f (z) = 1/(z − i) yang tidak
analitik di z = i dan berada di dalam C. Bila kita hitung integralnya menggu-
nakan integral garis, akan rumit untuk dikerjakan. Karena C harus dinyatakan
dalam 3 garis dan masig-masing garis digunakan untuk menghitung integral.
Selain itu akan diperoleh bentuk integral yang tidak sederhana bentuknya.

Menurut hasil yang telah dijelaskan di atas (1), kita dapat memilih lintasan
lain dengan tujuan mempermudah perhitungan. Lintasan tersebut adalah
C ∗ : |z − i| = eit dengan 0 ≤ t ≤ 2π, yang berada di dalam segitiga dan men-
gitari titik tidak analitik. Bentuk lintasan C ∗ dipilih berupa lingkaran dengan
pusat i sesuai contoh 2.11 pertanyaan ke dua. Oleh karena itu, perhitungan
integralnya
1 1
I I
dz = dz
C z −i C z −i

Z 2π 1 it
= ie dt
0 eit
Z 2π
= idt = 2iπ
0

2. Hitung
1
I
dz
C (z − i)(z + 1)
dengan lintasan C : |z| = 3eit , 0 ≤ t ≤ 2π, lingkaran pusat (0,0) dan jari-jari
3.

Jawab. Sebagai integran f (z) = 1/((z − i)(z + 1)), tidak analitik di z = i dan
z = −1 berada di dalam C. Untuk menggunakan (2) kita ambil C1 : |z−i| = eit
dan C2 : |z + 1| = eit dengan 0 ≤ t ≤ 2π sama untuk kedua lintasan. Integral
Matematika Teknik II 11

sepanjang C1
I
1 Z 2π
ieit
dz = dt
C1 (z − i)(z + 1) 0 eit (1 + i + eit )

2π idt
Z
=
0 (1 + cos t) + i(1 + sin t)

2π (1 + sin t) + i(1 + cos t)


Z
= dt = π + iπ
0 3 + 2 cos t + 2 sin t
integral sepanjang C2
1 2π ieit
I Z
dz = dt
C1 (z − i)(z + 1) 0 ((−1 + cos t) + i(−1 + sin t))eit
Z 2π idt
=
0 (−1 + cos t) + i(−1 + sin t)
Z 2π (−1 + sin t) + i(−1 + cos t)
= dt = −π − iπ
0 3 − 2 cos t − 2 sin t
Jadi Z
1
dz = (π + iπ) + (−π − iπ) = 0
C (z − i)(z + 1)
Contoh 2.14 telah memberikan gambaran bagaimana mengatasi menghitung in-
tegral yang melibatkan titik tidak analitik di dalam lintasannya. Walau begitu,
kesulitan masih ada saat kita ubah integralnya menjadi integral garis, lihat contoh
2.14 nomer 2. Integral fungsi rasional trigonometri muncul saat menerapkan inte-
gral garis, karena adanya faktor dari integran yang masih harus dinyatakan dalam
variabel t. Coba kita perhatikan salah satu integral pada contoh 2.14
1
Z
dz
C1 (z − i)(z + 1)
dengan titik tidak analitik yang ada di dalam C1 hanya z = i sehingga g(z) = 1/(z +
1) analitik pada C1 maupun di dalamnya. Kita dapat analisa dengan menuliskan
1 g(z)
Z Z
dz = dz = π + iπ
C1 (z − i)(z + 1) C1 z−i
Dibandingkan dengan integral pada contoh 2.14 nomer 1
dz
Z
= 2iπ
C z−i
12 L.H. Wiryanto

Adanya faktor g(z) pada integran menghasilkan integral π + iπ = 2iπ(1/2 − i/2),


mungkinkah 1/2 − i/2 terkait dengan g(i), nilai g pada titik tidak analitik, atau
lebih umum
g(z)
Z
dz = 2iπg(i)
C1 z − i

untuk g yang analitik pada C1 maupun di dalamnya.


Untuk menjawab perkiraan di atas, kita perhatikan

g(z)
I
dz
C z − z0

dengan g analitik pada daerah terhubung sederhana D, dan C lintasan tertutup di


D yang mengitari z = z0 dengan arah lintasan berlawanan perputaran jarum jam.
Kita tulisakan
g(z) dz g(z) − g(z0 )
I I I
dz = g(z0 ) + dz
C z − z0 C z − z0 C z − z0

Prediksi di atas berlaku kalau kita dapat menunjukkan integral kedua pada ruas
kanan bernilai nol,
g(z) − g(z0 )
I
dz = 0.
C z − z0
Berikut ini langkah yang dapat kita lakukan

• g analitik (juga kontinu) maka berlaku

|g(z) − g(z0 )| < ǫ asalkan |z − z0 | < δ

• Buat lingkaran K : |z − z0 | = ρ < δ, sehingga



g(z) − g(z ) ǫ
0
<

z − z0 ρ

• Panjang lingkaran K adalah 2πρ, sehingga integral sepanjang lintasan tertutup


I
g(z) − g(z0 ) ǫ
dz < 2πρ = 2πǫ

z − z0 ρ

C

Karena ǫ sebarang dan kecil maka haruslah

g(z) − g(z0 )
I
dz = 0
C z − z0
Matematika Teknik II 13

Jadi prediksi di atas benar bahwa

g(z)
I
dz = 2iπg(z0 ). (3)
C z − z0

dinamakan integral Cauchy. Selain itu, (3) memperkenalkan bahwa kita dapat
mengkonstruksi fungsi dalam bentuk integral.
Contoh berikut memanfaatkan (3) dalam menghitung integral, yang jauh lebih
mudah dikerjakan dibandingkan dengan integral garis, tetapi dapat diperiksa hasil-
nya.
Contoh 2.15.

1. Hitung
z2
I
dz untuk C : z(t) = i + eit , 0 ≤ t ≤ 2π
C z−i
Jawab. Sesuai bentuk (3) g(z) = z 2 analitik pada seluruh bidang kompleks,
z0 = i sebagai titik tidak analitik yang berada di dalam C. Jadi

z2
I
dz = 2iπg(i) = −2iπ
C z−i

2. Hitung
eπz/2
I
dz untuk C : z(t) = i + eit , 0 ≤ t ≤ 2π
C z−i
Jawab. Seperti pada contoh sebelumnya, g(z) = eπz/2 analitik pada seluruh
bidang kompleks, dan z = i titik tidak analitik di dalam C. Jadi
I
eπz/2
dz = 2iπg(i) = 2iπ(cos π/2 + i sin π/2) = −2π
C z−i

3. Hitung
z3 − 6
I
dz
C 2z − i
dengan C merupakan lintasan tertutup mengitari z = i/2
Jawab.
1
g(z) = (z 3 − 6)
2
analitik pada seluruh bidang kompleks, dan z = i/2 sebagai titik tidak analitik.
Jadi
z3 − 6 z3 − 6 π
I I
dz = dz = 2iπg(i/2) = − 6πi
C 2z − i C 2(z − i/2) 8
14 L.H. Wiryanto

4. Hitung
z2 + 1
I
dz, C : |z| = 3/2
C z2 − 1
Jawab. Dua titik tidak analitik z = 1 dan z = −1 berada di dalam C maka
kita dapat menyatakan
1 1 1
= −
z2 −1 2(z − 1) 2(z + 1)
sehingga
I
z2 + 1 I
z2 + 1 I
z2 + 1
dz = dz − dz
C z2 − 1 C 2(z − 1) C 2(z + 1)

= πig1 (1) − πig2 (−1)


dengan g1 (z) = g2 (z) = z 2 + 1. Bila dihitung pada titik tidak analitiknya,
integral bernilai nol.

Cara lain: Kita buat dua lingkaran C1 : |z − 1| = 0.25eit dan C2 : |z + 1| =


0.25eit , dengan 0 ≤ t ≤ 2π. Masing-masing lingkaran hanya mengitari satu
titik tidak analitik, dan keduanya berada di dalam C. Menurut Teorema
Cauchy untuk daerah yang memuat 2 titik tidak analitik
z2 + 1 z2 + 1 z2 + 1
I I I
dz = dz + dz
C z2 − 1 C1 (z − 1)(z + 1) C2 (z − 1)(z + 1)

= 2πih1 (1) + 2πih2 (−1)

dengan h1 (z) = (z 2 + 1)/(z + 1) dan h2 (z) = (z 2 + 1)/(z − 1). Setelah dihitung


pada titik tidak analitiknya, integral bernilai nol.

Selanjutnya kita tinjau integral dari fungsi kompleks yang analitik pada daerah
berbentuk anulus. Kaitan integral sepanjang batas luar dan dalam akan diberikan
di sini.

1. D daerah berbentuk anulus yang batas luarnya C1 dan batas dalamnya C2 . z0


titik berada pada D. Selain itu diberikan g(z) fungsi kompleks yang analitik
pada D.

2. Untuk mendapatkan hubungan C1 dan C2 , kita lakukan cara seperti pada


H H

bagian sebelumnya pada daerah terhubung tidak sederhana. Kita potong


daerah anulus menjadi dua daerah terhubung sederhana, yang masing-masing
dibatasi oleh C̄1 dan C̄2 , z0 berada di dalam C̄2 .
Matematika Teknik II 15

3. Menurut teorema Cauchy


g(z)
I
dz = 0
C¯1 z − z0
karena g(z)/(z − z0 ) analitik pada daerah yang batasnya C̄1 . Sedangkan sep-
anjang C̄2
g(z)
I
dz = 2πig(z0 )
C2 z − z0
¯

4. Penggabungan kembali kedua daerah memberikan hubungan


I
g(z) I
g(z)
dz + dz = 2πig(z0 )
C1 z − z0 C2 z − z0

Hasil ini akan digunakan pada saat membahas deret Laurent.

Dari beberapa soal pada contoh 2.15, kita tidak menjumpai bentuk integral
dengan titik tidak analitik yang mempunyai multiplisitas dua atau lebih, seperti
h(z)
I
dz
C (z − z0 )n

untuk n ≥ 2, h(z) analitik pada C dan di dalamnya, dan z0 berada di dalam C.


Bentuk ini tidak dapat diselesaikan menggunakan (3), karena g(z) = h(z)/(z−z0 )n−1
merupakan fungsi yang tidak analitik di z0 . Untuk mengatasinya, kita perlu melihat
kaitannya dengan turunan.

Integral Cauchy terkait turunan


Dari definisi diferensiabel fungsi g, turunan fungsi terkait dengan limit
g(z0 + △z) − g(z0 )
g ′(z0 ) = lim
△z→0 △z
Sedangkan dari konstruksi fungsi melalui integral (3), kita tuliskan
"I #
g(z0 + △z) − g(z0 ) 1 g(z) g(z)
I
= dz − dz
△z 2πi△z C z − (z0 + △z) C z − z0

1 g(z)△z
I
= dz
2πi△z [z − (z0 + △z)](z − z0 )

Dengan mengambil △z → 0, ruas kiri memberikan g ′ (z0 ) dan ruas kanan meng-
hasilkan
1 g(z)
I
dz
2πi (z − z0 )2
16 L.H. Wiryanto

sehingga keduanya memberikan hubungan


I
g(z)
2
dz = 2πig ′(z0 ) (4)
C (z − z0 )

yang disebut integral Cauchy terkait turunan.


Dengan proses yang sama, dapat diperoleh hubungan berikut terkait turunan
lebih tinggi
g(z) 2πi ′′
I
3
dz = g (z0 )
C (z − z0 ) 2

g(z) 2πi ′′′


I
4
dz = g (z0 )
C (z − z0 ) 3!

..
.
g(z) 2πi (n)
I
dz = g (z0 ) (5)
C (z − z0 )n+1 n!
untuk n = 1, 2, 3, · · ·.

Contoh 2.16.

1. Hitung
z3 − 6
I
dz,
C 2(z − i/2)2
dengan C : |z − i/2| = 1. Jawab. Titik tidak analitik dari integran yang

berada di dalam C adalah z = i/2. Titik ini mempunyai multiplisitas 2 pada


penyebut, sehingga integral tersebut berhubungan dengan turunan pertama,
mengikuti (4). Jadi

z3 − 6
I
I= 2
dz = 2πig ′ (i/2)
C 2(z − i/2)

dengan g(z) = (z 3 − 6)/2, dan g ′(z) = 3z 2 /2. Sehingga


3
I = 2πi3(i/2)2 /2 = − πi
4

2. Hitung
z2 + 1
I
dz
C (z 2 − 1)2
Matematika Teknik II 17

dengan C : |z − 1| = 1. Jawab. Integran mempunyai dua titik tidak analitik

z = 1 dan z = −1 tetapi hanya z = 1 yang berada di dalam C. Jadi


I
z2 + 1
dz = 2πig ′ (1)
C (z 2 − 1)2

dengan g(z) = (z 2 + 1)/(z + 1)2 , dan turunannya

2z(z + 1)2 − 2(z + 1)(z 2 + 1)


g ′(z) =
(z + 1)4

g ′(1) = 0
Sehingga
I
z2 + 1
dz = 0
C (z 2 − 1)2
Seringkali kita berhadapan dengan integral yang fungsinya tidak dalam bentuk
rasional seperti contoh-contoh di atas, tetapi fungsi tersebut mempunyai titik tidak
analitik. Sebagai misal
1
f (z) = z 3 cosh
z
yang tidak analitik di z = 0. Timbul pertanyaan bagaimana kita menghitung
I
f (z)dz
C

untuk C berupa lintasan yang mengitari z = 0. Tentunya integral Cauchy tidak


dapat digunakan, dan sebagai alternative kita gunakan deret yang dibahas pada
bagian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai