INTEGRAL KOMPLEKS
L.H. Wiryanto
FMIPA-ITB
Jalan Ganesha 10 Bandung-Indonesia
e-mail: leo@math.itb.ac.id
Integral Garis
Setelah kita mengenal fungsi kompleks, pada bagian ini kita membahas integral
dengan obyek berupa fungsi kompleks. Secara matematik kita gunakan notasi
Z
f (z)dz
C
untuk menyatakan integral dari fungsi kompleks f (z) sepanjang lintasan C pada
bidang z. Agar nilai integralnya ada, diperlukan lintasan C yang mulus, kontinu
dan turunannya tak nol. Untuk dapat memahami integral tersebut, kita perkenalkan
melalui integral garis, sebagai berikut.
Partisi C sama saja mempartisi selang t, karena setiap t pada [a, b] mempunyai
padanan di lintasan C. Jadi kita buat partisi
• Tinjau satu selang partisi terkait dengan lintasan dari zm−1 = z(tm−1 ) ke
zm = z(tm ), dan kita hampiri dengan garis zm−1¯ zm dengan modulus |△zm |.
Pada lintasan kecil tersebut kita ambil satu bilangan kompleks ζm sebagai
wakil lintasan, lihat gambar 2.4.
• Pada setiap partisi lintasan dihitung f (ζm )△zm dan dijumlahkan, sebagai jum-
lah partisi
n
X
Sn = f (ζm )△zm
m=1
2 L.H. Wiryanto
Figure 1: Sketsa partisi dari t dan dari lintasan C; dan perbesaran satu partisi
lintasan.
• Perhalus partisi dengan mengambil lebar selang terbesarnya menuju nol, yaitu
△tm = tm − tm−1 → 0 yang juga |△zm | → 0. Jika pengambilan limit ini
memberikan nilai berhingga dari Sn , maka nilai tersebut dinotasikan sebagai
integral. Jadi dituliskan
Z n
X
f (z)dz = lim f (ζm )△zm
C |△zm |→0
m=1
asal limit ada, yang dijamin dengan f kontinu bagian demi bagian pada C.
Dari pengertian integral di atas, kita dapat menurunkan sifat-sifat integal, seperti
halnya pada integral riil, yaitu
1. Linear Z Z Z
k1 f1 (z) + k2 f2 (z)dz = k1 f( z)dz + k2 f2 (z)dz
C C C
2. Arah berlawanan Z Z
f (z)dz = − f (z)dz
C1 C2
dengan C = C1 C2 , C1 C2 = ∅
S T
Contoh 2.11.
1. Hitung
Z
dz
, C : z(t) = cos t + i sin t, 0 ≤ t ≤ π/2
C z
Jawab
Tuliskan C : z(t) = cos t + i sin t = eit sehingga
1
f (z) = = e−it , z ′ (t) = ieit
z
Integral garis
dz t=π/2
Z Z
= e−it z ′ (t)dt
C z t=0
t=π/2 π
Z
= e−it ieit dt = i
t=0 2
2. Hitung
I
I= (z − z0 )m dz, C : |z − z0 | = ρ
C
Jawab
C : |z − z0 | = ρ ⇔ z(t) = z0 + ρeit , 0 ≤ t ≤ 2π
Sehingga
f (z) = (z − z0 )m = ρm eimt
4 L.H. Wiryanto
Jadi
I Z 2π
m
I= (z − z0 ) dz = ρm eimt iρeit dt
C 0
Z 2π
=i ρm+1 ei(m+1)t dt
0
Z 2π
m+1
= iρ cos(m + 1)t + i sin(m + 1)tdt
0
iρm+1
= (sin(m + 1)t − i cos(m + 1)t)]2π
0 = 0, untuk m 6= −1
m+1
Jadi
I 0, untuk m 6= −1
(z − z0 )m dz =
C 2πi, untuk m = −1
3. Hitung
z
I
dz, C : z(t) = i + eit , 0 ≤ t ≤ 2π
C z−i
Jawab
I
z Z 2π
i + eit it
dz = ie dt
C z−i 0 eit
Z 2π 2π
= (−1 + ieit )dt = −2π + eit = −2π + e2πi − e0
0 0
4. Hitung
I
I= (z − 1)2 dz, C : z(t) = 2eit , 0 ≤ t ≤ 2π
C
Jawab
Soal ini serupa dengan nomer 2 di atas tetapi titik z = 1 bukan sebagai pusat
Matematika Teknik II 5
Z 2π
= 4e2it − 4eit + 1 2ieit dt
0
Z 2π
= 8ie3it − 8ie2it + 2ieit dt
0
Z 2π
= 8i(cos 3t + i sin 3t)
0
untuk m 6= 0.
Teorema Cauchy
Terkait contoh nomer 4 di atas, tentunya akan lebih rumit lagi bila fungsi yang
diintegralkan bukan polinom, misalnya cos z. Untuk menghindari kerumitan terse-
but, kita perlu meninjau sifat fungsi yang diintegralkan dan menerapkan teori inte-
gral yang ada untuk dapat digunakan dalam menghitung integral kompleks. Tetapi
sebelumnya perlu diperkenalkan beberapa istilah.
• C dikatakan lintasan tertutup sederhana bila titik awal sama dengan titik
akhir, dan tidak berpotongan atau bersinggungan terhadap diri sendiri dari
lintasan.
dengan
6 L.H. Wiryanto
Kita nyatakan integral dalam bagian riil dan imaginer dari fungsi f (z) = u + iv
terhadap variabel z = x + iy
I I I
f (z)dz = u(x, y)dx − v(x, y)dy + i u(x, y)dy + v(x, y)dx
C C C
Integral berulang bernilai nol karena kita gunakan persamaan Cauchy-Reimann se-
bagai akibat f ′ (z) kontinu pada D atau analitik, dan kemudian kita kembalikan
pada integral semula diperoleh
I
f (z)dz = 0
C
Contoh 2.12. I
sin zdz = 0, untuk C : |z| = 1
C
karena f (z) = sin z analitik pada bidang z. Jadi apapun bentuk lintasan tertutup
yang digunakan akan memberikan nilai integral nol, sesuai teorema Cauchy. Jadi
di sini integral tidak perlu dihitung, tetapi yang perlu dilakukan adalah memeriksa
apakah integran (fungsi yang diintegralkan) analitik pada daerah di dalam dan pada
C.
Matematika Teknik II 7
Z Z
f (z)dz + f (z)dz = 0
C1 C∗
Z Z
⇔ f (z)dz = − f (z)dz
C1 C∗
Selanjutnya dengan menamakan C1∗ sebagai lintasan yang berlawanan arah dari C ∗
maka diperoleh hubungan
Z Z
f (z)dz = f (z)dz
C1 C1∗
Karena C1 dan C1∗ merupakan dua lintasan sembarang di D dan hasil integral-
nya sama, maka kita dapat mengatakan bahwa integral tidak bergantung lintasan.
Secara praktis untuk menghitung integral yang tidak bergantung lintasan adalah
menentukan antiturunan dari f , sebut F , dan menghitung
Z
f (z)dz = F (z2 ) − F (z1 )
C
Contoh 2.13.
Hitung Z
ez/2 dz
C
Bandingkan kalau integral tersebut kita hitung dengan integral garis sepanjang C :
z(t) = 8 + i(1 − t)π untuk 0 ≤ t ≤ 5. Lintasan ini dipilih karena sederhana, berupa
garis.
Z Z 5
ez/2 dz = e4+i(1−t)π/2 (−iπ)dt
C 0
Z 5
= e4+iπ/2 e−iπt/2 (−iπ)dt
0
Hasil sama diperoleh, begitu juga kalau kita menggunakan lintasan yang lain, mis-
alnya C : z(t) = (8 − 3iπ/2) + 5πeit /2 dengan π/2 ≤ t ≤ 3π/2.
Integral Cauchy
Selanjutnya kita meninjau integral yang melibatkan daerah terhubung tak seder-
hana. Jadi kita perhatikan Z
f (z)dz
C
dengan f (z) fungsi analitik pada daerah terhubung tak sederhana D dan C lintasan
yang merupakan gabungan dari C1 batas luar dari daerah D dan C −2 sebagai batas
dalam dari D seperti diilustrasikan pada Gambar 5a. Dalam membahas integral
tersebut, kita lakukan langkah berikut.
Figure 2: Daerah terhubung tidak sederhana D (a) yang dipecah menjadi dua daerah
terhubung sederhana (b)
3. Integral sepanjang lintasan yang merupakan pertemuan C̄1 dan C̄2 saling me-
niadakan, sehingga kita dapat menyatakan kembali integral sepanjang C1 dan
C2 , yaitu Z Z
f (z)dz − f (z)dz = 0
C1 C2
Z Z
⇔ f (z)dz = f (z)dz (1)
C1 C2
4. Integral terkait daerah terhubung tidak sederhana seperti diuraikan di atas se-
lanjutnya dapat dikembangkan untuk beberapa lubang atau titik tidak anal-
itik di dalam daerah D. Misalkan terdapat n lubang di dalam D, dengan
batas masing-masing berupa lintasan (arah berlawanan perputaran jarum jam)
C1 , C2 , C3 , · · · , Cn , dan batas luar dari D adalah C. Dengan mengikuti prposes
seperti pada sat lubang; daerah D dipotong menjadi 2 daerah terhubung seder-
hana, teorema Cauchy digunakan dan menggabungkan kembali, diperoleh
Z Z Z Z
f (z)dz = f (z)dz + f (z)dz + · · · + f (z)dz (2)
C C1 C2 Cn
Hubungan yang diperoleh di atas (1) menyatakan bahwa integral sepanjang lin-
tasan yang mengitari satu titik atau daerah tidak analitik dari f dapat dihitung
menggunakan lintasan lain yang juga mengitarinya. Secara praktis, hubungan ini di-
gunakan untuk memilih lintasan yang memudahkan perhitungan. Sedangkan untuk
integral sepanjang lintasan yang mengitari dua atau lebih titik/daerah tidak analitik
(2) dapat dilakukan dengan lebih dahulu menghitung integral-integral sepanjang lin-
tasan yang hanya mengitari satu titik/daerah tidak analitik dan menjumlahkannya.
Contoh berikut sebagai penggunaan (1) dan (2).
10 L.H. Wiryanto
Contoh 2.14.
1. Hitung
1
I
dz
C z−i
dengan lintasan C berupa batas segitiga yang mempunyai titik sudut (-4,0),
(4,0) dan (0,6).
Jawab. Di sini kita berhadapan dengan fungsi f (z) = 1/(z − i) yang tidak
analitik di z = i dan berada di dalam C. Bila kita hitung integralnya menggu-
nakan integral garis, akan rumit untuk dikerjakan. Karena C harus dinyatakan
dalam 3 garis dan masig-masing garis digunakan untuk menghitung integral.
Selain itu akan diperoleh bentuk integral yang tidak sederhana bentuknya.
Menurut hasil yang telah dijelaskan di atas (1), kita dapat memilih lintasan
lain dengan tujuan mempermudah perhitungan. Lintasan tersebut adalah
C ∗ : |z − i| = eit dengan 0 ≤ t ≤ 2π, yang berada di dalam segitiga dan men-
gitari titik tidak analitik. Bentuk lintasan C ∗ dipilih berupa lingkaran dengan
pusat i sesuai contoh 2.11 pertanyaan ke dua. Oleh karena itu, perhitungan
integralnya
1 1
I I
dz = dz
C z −i C z −i
∗
Z 2π 1 it
= ie dt
0 eit
Z 2π
= idt = 2iπ
0
2. Hitung
1
I
dz
C (z − i)(z + 1)
dengan lintasan C : |z| = 3eit , 0 ≤ t ≤ 2π, lingkaran pusat (0,0) dan jari-jari
3.
Jawab. Sebagai integran f (z) = 1/((z − i)(z + 1)), tidak analitik di z = i dan
z = −1 berada di dalam C. Untuk menggunakan (2) kita ambil C1 : |z−i| = eit
dan C2 : |z + 1| = eit dengan 0 ≤ t ≤ 2π sama untuk kedua lintasan. Integral
Matematika Teknik II 11
sepanjang C1
I
1 Z 2π
ieit
dz = dt
C1 (z − i)(z + 1) 0 eit (1 + i + eit )
2π idt
Z
=
0 (1 + cos t) + i(1 + sin t)
g(z)
I
dz
C z − z0
Prediksi di atas berlaku kalau kita dapat menunjukkan integral kedua pada ruas
kanan bernilai nol,
g(z) − g(z0 )
I
dz = 0.
C z − z0
Berikut ini langkah yang dapat kita lakukan
g(z) − g(z0 )
I
dz = 0
C z − z0
Matematika Teknik II 13
g(z)
I
dz = 2iπg(z0 ). (3)
C z − z0
dinamakan integral Cauchy. Selain itu, (3) memperkenalkan bahwa kita dapat
mengkonstruksi fungsi dalam bentuk integral.
Contoh berikut memanfaatkan (3) dalam menghitung integral, yang jauh lebih
mudah dikerjakan dibandingkan dengan integral garis, tetapi dapat diperiksa hasil-
nya.
Contoh 2.15.
1. Hitung
z2
I
dz untuk C : z(t) = i + eit , 0 ≤ t ≤ 2π
C z−i
Jawab. Sesuai bentuk (3) g(z) = z 2 analitik pada seluruh bidang kompleks,
z0 = i sebagai titik tidak analitik yang berada di dalam C. Jadi
z2
I
dz = 2iπg(i) = −2iπ
C z−i
2. Hitung
eπz/2
I
dz untuk C : z(t) = i + eit , 0 ≤ t ≤ 2π
C z−i
Jawab. Seperti pada contoh sebelumnya, g(z) = eπz/2 analitik pada seluruh
bidang kompleks, dan z = i titik tidak analitik di dalam C. Jadi
I
eπz/2
dz = 2iπg(i) = 2iπ(cos π/2 + i sin π/2) = −2π
C z−i
3. Hitung
z3 − 6
I
dz
C 2z − i
dengan C merupakan lintasan tertutup mengitari z = i/2
Jawab.
1
g(z) = (z 3 − 6)
2
analitik pada seluruh bidang kompleks, dan z = i/2 sebagai titik tidak analitik.
Jadi
z3 − 6 z3 − 6 π
I I
dz = dz = 2iπg(i/2) = − 6πi
C 2z − i C 2(z − i/2) 8
14 L.H. Wiryanto
4. Hitung
z2 + 1
I
dz, C : |z| = 3/2
C z2 − 1
Jawab. Dua titik tidak analitik z = 1 dan z = −1 berada di dalam C maka
kita dapat menyatakan
1 1 1
= −
z2 −1 2(z − 1) 2(z + 1)
sehingga
I
z2 + 1 I
z2 + 1 I
z2 + 1
dz = dz − dz
C z2 − 1 C 2(z − 1) C 2(z + 1)
Selanjutnya kita tinjau integral dari fungsi kompleks yang analitik pada daerah
berbentuk anulus. Kaitan integral sepanjang batas luar dan dalam akan diberikan
di sini.
Dari beberapa soal pada contoh 2.15, kita tidak menjumpai bentuk integral
dengan titik tidak analitik yang mempunyai multiplisitas dua atau lebih, seperti
h(z)
I
dz
C (z − z0 )n
1 g(z)△z
I
= dz
2πi△z [z − (z0 + △z)](z − z0 )
Dengan mengambil △z → 0, ruas kiri memberikan g ′ (z0 ) dan ruas kanan meng-
hasilkan
1 g(z)
I
dz
2πi (z − z0 )2
16 L.H. Wiryanto
..
.
g(z) 2πi (n)
I
dz = g (z0 ) (5)
C (z − z0 )n+1 n!
untuk n = 1, 2, 3, · · ·.
Contoh 2.16.
1. Hitung
z3 − 6
I
dz,
C 2(z − i/2)2
dengan C : |z − i/2| = 1. Jawab. Titik tidak analitik dari integran yang
z3 − 6
I
I= 2
dz = 2πig ′ (i/2)
C 2(z − i/2)
2. Hitung
z2 + 1
I
dz
C (z 2 − 1)2
Matematika Teknik II 17
g ′(1) = 0
Sehingga
I
z2 + 1
dz = 0
C (z 2 − 1)2
Seringkali kita berhadapan dengan integral yang fungsinya tidak dalam bentuk
rasional seperti contoh-contoh di atas, tetapi fungsi tersebut mempunyai titik tidak
analitik. Sebagai misal
1
f (z) = z 3 cosh
z
yang tidak analitik di z = 0. Timbul pertanyaan bagaimana kita menghitung
I
f (z)dz
C