Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA MATA

A. Definisi
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
cedera pada mata. Trauma mata adalah penyebab umum kebutaan unilateral pada
anak dan dewasa. (Augsburger & Asbury, 2014).
Trauma mat amerupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan
dewasa muda, kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang perah.
Dewasa muda terutama pria merupakan kelompok yang paling mungkin mengalami
trauma tembus mata. (Riordan Eva, 2009)
B. Etiologi
Berdasarkan British Medical Journal (BMJ), trauma mata dapat di golongkan
berdasarkan penyebabnya yaitu, trauma mekanik, trauma non mekanik yaitu trauma
kimiawi, trauma termal, dan trauma radiasi.
1. Trauma Mekanik Trauma mekanik dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan
trauma tajam. Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan
benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda
tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi
kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya (Augsburger & Asbury,
2014). Trauma tumpul pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang
berasal dari benda tumpul seperti pukulan, terbentur bola. Trauma tumpul dengan
kekuatan yang besar akan menghasilkan tekanan anteroposterior, sehingga
keadaan ini dapat juga menyebabkan peningkatan tekanan intraokuli, ruptur, dan
robekan pada struktur intamata lainnya. Keadaan ini juga dapat meluas sehingga
dapat menyebabkan kerusakan segmen posterior.
- Trauma tumpul pada bola mata dapat menyebabkan kerusakan dengan nilai
yang maksimum karena gelombang tekanan yang menyusuri cairan mata akan
mencapai kamera mata anterior sehingga cairan mata ini akan terdorong ke
dapan bersama lensa, iris, dan kopus vitreus ke polus posterior. Gelombang
tekanan ini juga dapat mencapai retina dan koroid sehingga dapat
menimbulkan kerusakan. Setelah gelombang tekanan bagian luar tertutupi,
maka gelombang ini akan di pantulkan ke arah posterior sehingga dapat
merusak foveal. Setelah gelombang tekanan mencapai dinding posterior pada
bola mata, gelombang tekanan ini dipantulkan kearah belakang secara
anterior. Pada keadaan ini dapat merusak retina juga koroid. Kelainan-
kelainan yang dapat ditimbulkan oleh trauma tumpul dapat berupa hipema,
sbuluksasio lentis, luksasio lentis, katarak traumatika, pendarahan pada korpus
vitreus, ruptur kornea, ruptur koroid dan lain sebagainya.
- Trauma tajam adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda
berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera,
trauma tajam mata dapat diklasifikasikan atas luka tajam tanpa preforasi dan
luka tajam dengan perforasi yang meliputi perforasi tanpa benda asing inta
okuler dan perforasi benda asing intra okuler.
2. Trauma non mekanik
- Trauma Kimia Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai
bola mata akibat terpapar bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang
dapat merusak struktur bola mata tersebut. Kerusakan yang terjadi tergantung
pada beberapa faktor yaitu: kekuatan agen kimiawi, konsentrasi, volume
larutan dan lamanya paparan. Kebanyakan trauma terjadi secara tidak
disengaja pada tempat kerja terutama di area industri.
- Trauma bakar termal Trauma bakar termal dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu: flame dan contact burns. Pada flame terjadi paparan secara sekunder
antara mata dengan api, dan pada contact burn terjadi paparan secara langsung
misalnya dengan air panas, atau benda-benda panas.
- Trauma Radiasi Trauma radiasi yang sering terjadi akibat paparan sinar UV
sehingga menyebabkan keratitis pada permukaan kornea, yang akan tampak
dengan pewarnaan fluorescein. Rasa sakit yang sangat parah, fotofobia, dan
berntuk kornea yang tidak teratur akan timbul 6-10 jam setelah paparan diikuti
dengan penurunan ketajaman penglihatan. Nyeri dapat dihilangkan dengan
pemberian obat anastesi topikal untuk jangka pendek. Selain itu juga diberikan
obat antibiotik secara topikal dan pengukuran tekanan mata tempel selama 24
jam. Pada umumnya, prognosis baik dan kornea akan kembali normal dalam
waktu 24 jam. Namun, sisi mata yang terkena paparan sebelumnya akan lebih
sensitif terhadap cahaya untuk beberapa bulan (Augsburger & Asbury, 2014).
C. Klasifikasi
Berdasarkan Birmingham Eye TraumaTerminology (BETT), (Kuhn F, 2002)
mengklasifikasikan trauma mata berdasarkan diagram dibawah ini

Berdasarkan diagram yang dikategorikan oleh Birmingham Eye Trauma Terminology


(BETT), berikut adalah penjelasannya yaitu:
1. Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata (sklera atau kornea) dan luka
ini tidak merusak bagian dari intraokuler.
- Kontusio adalah tidak ada luka (no full-thickness). Trauma disebabkan oleh
energi langsung dari objek (mis., pecahnya koroid) atau perubahan bentuk
bola dunia (misalnya, resesi sudut)
- Laserasi lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai oleh
luka yang mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma ini biasa
disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul.
2. Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan
mengenai keseluruhan dinding dari bola mata (sklera dan kornea).
- Ruptur adalah adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola
mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan intraokuli. Luka terjadi akbat
mekanisme dari dalam ke luar mata.
- Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang
disebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan menimbulkan adanya trauma
penetrasi ataupun trauma perforasi. Luka terjadi akbat mekanisme dari luar ke
dalam mata.
- Trauma penetrasi adalah luka yang masuk (entrance wound). Jika terdapat
lebih dari satu luka, setiap luka memiliki penyebab yang berbeda.
- Trauma perforasi adalah luka yang masuk dan keluar (entrance and exit
wound). Kedua luka memiliki penyebab yang sama.
- Intraocular foreign body (IOFB) adalah adanya benda asing pada intraokular
yang keadaan ini sangat berhubungan dengan adanya trauma penetrasi.
(I Gede Raka Widiana, 2010)
D. Patofisiologi
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua
ini menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma
mata yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan
menimbulkan suatu atau berbagai akibat klasik seperti rasa sakit akibat trauma,
gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur, perdarahan atau luka terbuka dan
bentuk mata berubah.
Trauma oleh bahan kimia menyebabkan proses penyabunan membran sel
disertai dehidrasi sel. Terjadi kerusakan jaringan yang menembus sampai ke lapisan
yang lebih dalam dengan cepat dan berlangsung terus hingga kerusakan terus terjadi
lama setelah trauma. Terbentuk koagulase yang akan menambah kerusakan kolagen
kornea. Bila menembus bola mata, akan merusak retina dan berakhir dengan
kebutaan. Bahan kaustik soda dapat menembus bilik mata depan dalam waktu 7 detik
(Mansjoer Arif, 2002)
E. Penatalaksanaan
1. Medis
- Topikal : Levocin Eye Drops 1x1 gtt OS perjam Cyxtrol salep 1x1
- Injeksi : ceftriaxone 50 mg/12 jam/ IV
- Analgetik : antrain 50 amp/8 jam/IV
2. Non medis
- Menjaga higenitas mata
- Menggunakan pelindung mata bila berada pada lingkungan beresiko
ASUHAN KEPERAWATAN

Pasien laki-laki usia 25 tahun masuk rumah sakit RSUD Anuntaloko sejak 3 hari yang
lalu, dengan keluhan keluhan mata kiri tertusuk mata pancing beberapa jam sebelum diantar
oleh temannya ke rumah sakit. Dan saat ini pasien mengeluhkan pandangannya kabur. Saat
itu pasien sedang bermain pancingan yang dipegang terlempar darah sedikit. Saat pasien
menutup mata, mata terasa mengganjal. Mata pancing yang tertusuk pada mata kiri pasien di
potong temannya, sehingga hanya setengah dari mata pancing yang terdapat pada matanya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien KU sedang, Nadi 98x/ menit. Pernafasan
20x/ menit. Suhu 36,5 C. pasien tampak cemas dan terlihat menahan sakitnya. pemeriksaan
status oftalmologis ditemukan OS Konjungtiva Tarsal Hiperemis (+). Status Lokalis Regio
OS-Konjungtiva Tersalis = tampak corpus alienum (+) berupa kail pancing regio
inferotemporal arah jam 5 (1 buah)

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS:pasien Benturan benda tumpul Nyeri akut b.d terpanjannya
mengatakan nyeri pada mata reseptor nyeri sekunder
pada kedua matanya | terhadap trauma tumpul
sejak 3 hari sebelum Pukulan langsung, trauma (D.0077)
masuk rumah sakit tarikan
DO: pasien terlihat |
menahan sakit dan Benturan benda tumpul
menutupi kedua pada mata
matanya dengan |
telapak tangan Robekan pembuluh darah
TTV: |
- TD: 120/70 Edema dan perdarahan
mmHg subkonjungtiva
- Nadi : |
24x/menit Nyeri akut
2. DS : pasien Benturan benda tumpul Gangguan persepsi sensori
mengatakan pada mata visual b.d kerusakan
pandangannya kabur | penglihatan
dan tidak jelas pada Pukulan langsung, trauma (D.0085)
jarak tertentu tarikan
DO : pasien terlihat |
sulit untuk melakukan Benturan benda tumpul
aktivitas dan dibantu pada mata
oleh suaminya |
hifema
|
gangguan persepsi sensori
visual
3. DS: pasien Benturan benda tumpul Ansietas b.d perubahan status
mengatakan cemas pada mata kesehatan dan penurunan
terhadap penyakit | ketajaman penglihatan (D.
yang dideritanya Pukulan langsung, trauma 0080)
DO: pasien tampak tarikan
bingung dan tegang |
Benturan benda tumpul
pada mata
|
robekan konjungtiva
|
ansietas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d terpanjannya Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 OBSERVASI
reseptor nyeri sekunder jam diharapkan nyeri akut dapat teratasi - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
terhadap trauma tumpul dengan kriteri hasil: frekuensi, kualitas nyeri, intensitas nyeri
(D.0077) - Melaporkan nyeri terkontrol meningkat - Identifikasi skala nyeri
dari 3 ke 5 - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Kemampuan mengenali onset nyeri - Monitor efek samping penggunaan analgetik
meningkat dari 3 ke 5 - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
- Kemampuan mengenali penyebab nyeri nyeri
meningkat dari 3 ke 5 TERAPEUTIK
- Kemampuan menggunakan teknik non - Berikan teknik non farmakologis untuk
farmakologi meningkat dari 3 ke 5 mengurangi rasa nyeri
- Keluhan nyeri menurun dari 3 ke 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Penggunaan analgesik menurun dari 3 - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
ke 5 EDUKASI
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara cepat
- Anjurkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
KOLABORASI
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 - Kaji ketajaman penglihatan
visual b.d kerusakan jam diharapkan gangguan persepsi sensori - Orientasikan pasien akan lingkungan fisik
penglihatan visual teratasi dengan kriteri hasil: sekitarnya
(D.0085) - Ketajaman penglihatan meningkat dari - Anjurkan penggunaan alternativ rangsang
3 ke 5 lingkungan
- Cegah sinar yang menyilaukan
3. Ansietas b.d perubahan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 - Gunakan pendekatan yang menyenangkan
kesehatan dan penurunan jam diharapkan ansietas teratasi dengan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
ketajaman penglihatan kriteri hasil: pasien
(D. 0080) - Verbalisasi kebingungan menurun dari - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
3 ke 5 ketika prosedur berlangsung
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi - Dorong keluarga untuk menemani
yang dihadapi menurun dari 3 ke 5 - Identifikasi tingkat kecemasan
- Perilaku gelisah menurun dari 3 ke 5 - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
- Perilaku tegang menurun dari 3 ke 5 ketakutan, persepsi
- Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad. 2019. Conjunctiv al laceration of the tarsalis palpebral inferior et causing
by a fishing hook. Jurnal Medikal Profesional. Vol 1. N0 2
Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi Umum. Jakarta:
EGC.
Kuhn F, M. R. (2002). BETT : The Terminology of Ocular Trauma. In P. D. Khun F,
Opthalmology (pp.). New York: Thieme
Kuhn F, M. V. (2002). Eye Injury Epidemiology and Prevention of ophthalmic Injuries. In P.
D. Khun F, Opthalmology (pp. 14-21). New York: Thieme.
Nofityari, Eldisha. 2019. Analisis karakteristik pasien trauma mata di RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2016. Jurnal kesehatan andalas. Volume 8. No 1

Anda mungkin juga menyukai