Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1

MODUL 5

PERIODE 1 (2019/2020)

KELOMPOK 4

Nama Mahasiswa : Salsabilla Octaviani

NIM : 104119051

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2020
PENENTUAN TIPE ALIRAN DALAM PIPA
𝐴𝑑𝑖𝑡𝑦𝑎4 , 𝐴𝑔𝑟𝑖𝑣𝑎 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎𝑛𝑖 𝐺𝑢𝑙𝑡𝑜𝑚4 , 𝐴𝑡ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑎𝑙𝑠𝑎𝑏𝑒𝑙𝑎 𝑆𝑎𝑓𝑎𝑏𝑟𝑖𝑙𝑖𝑎4 ,
𝐹𝑎𝑏𝑖𝑒𝑛4 , 𝑆𝑎𝑙𝑠𝑎𝑏𝑖𝑙𝑙𝑎 𝑂𝑐𝑡𝑎𝑣𝑖𝑎𝑛𝑖 4
⁴ Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*Corresponding author: salsabillaoct20@gmail.com

Abstrak: Praktikum modul 05 berjudul Penentuan Tipe Aliran Dalam Pipa dengan tujuan untuk Menentukan nilai
debit aliran pada pipa, menentukan nilai bilangan Reynold pada pipa, menentukan jenis aliran pipa berdasarkan nilai
bilangan Reynold pada pipa. Penentuan Tipe Aliran Dalam Pipa dilakukan dengan menggunakan alat Osborne
Reynold Apparatus yang bekerja dengan memasukkan pewarna ke dalam aliran pipa. Pewarna di dalam aliran pipa
tersebut akan membentuk suatu garis yang jelas mengikuti karakteristik dari aliran tersebut. Pada aliran laminar,
pewarna dimasukkan ke dalam aliran pipa pada satu titik, maka cairan pewarna tersebut akan membentuk suatu garis
yang jelas dan pasti. Berbanding terbalik dengan aliran turbulen, jika pewarna dimasukkan ke dalam aliran pipa pada
satu titik maka cairan pewarna tersebut akan tersebar dan terlihat tidak teratur. Sebagai acuan untuk membedakan
suatu aliran laminar, transisi atau turbulen, digunakan bilangan yang tidak berdimensi yang dinamakan Bilangan
Reynolds. Pada praktikum ini dilakukan 4 perlakuan dimana setiap perlakuan memiliki hasil yang berbeda, dimana
pada perlakuan 4 memiliki Bilangan Reynolds 1455.224, pada perlakuan 7 memiliki Bilangan Reynolds 3308.458,
pada perlakuan 8 memiliki Bilangan Reynolds 4216.418, pada perlakuan 8 memiliki Bilangan Reynolds 5111.94.

Kata Kunci : fluida, bilangan Reynold, aliram laminar, aliran turbulen, aliran transisi.

Abstract: Practicum module 05 entitled Determination of Flow Type in Pipes with the aim of determining the flow
rate in the pipe, determining the Reynold number value in the pipe, determining the type of pipe flow based on the
Reynold number value in the pipe. The determination of the type of flow in the pipe is carried out using the Osborne
Reynold Apparatus which works by introducing the dye into the pipe flow. The dye in the pipe flow will form a clear
line following the characteristics of the flow. In laminar flow, dye is introduced into the pipe flow at one point, then
the dye liquid will form a clear and definite line. In contrast to turbulent flow, if the dye is introduced into the pipe
flow at one point, the dye liquid will scatter and look irregular. As a reference for distinguishing a laminar, transition
or turbulent flow, a dimensionless number called the Reynolds number is used. In this practicum, 4 treatments were
carried out where each treatment had different results, where in treatment 4 it had a Reynolds Number of 1455,224,
treatment 7 had a Reynolds Number of 3308,458, treatment 8 had a Reynolds Number of 4216,418, in treatment 8 it
had a Reynolds Number of 5111.94.
Keywords: fluid, Reynold's number, laminar flow, turbulent flow, transition flow.
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari ilmu hidrostatis masih digunakan dalam pengerjaan
bangunan air yang menggunakan prinsip fluida statis. Contohnya dalam dunia engineering banyak
dilakukan pembangunan pada perairan seperti misalnya pembangunan Drainase. Dalam suatu
proyek contohnya pada jaringan perpipaan, pasti dibutuhkan perhitungan yang digunakan untuk
membantu pembangunan tersebut. Perhitungan yang dibuat ini merupakan perhitungan yang dapat
mengetahui tipe dari aliran dalam, dengan cara menentukan bilangan Reynolds. Bilangan
Reynolds merupakan fungsi dari variabel kecepatan, viskositas dan massa jenis fluida serta
diameter dalam pipa. Pada struktur hidrolik contohnya pada drainase, sangat penting bagi para
engineer untuk mengetahui besar dari Bilangan Reynolds dari aliran tersebut, karena dengan itu
kita dapat membedakan suatu aliran laminar, transisi atau turbulen. Aliran fluida dapat memiliki
kecepatan yang berbeda, tergantung dari kekuatan aliran yang mendominasi di dalamnya. Pada
pembahasan ini akan dibahas mengenai Tipe Aliran Dalam Pipa, dilakukan dengan menggunakan
alat Osborne Reynold Apparatus yang bekerja dengan memasukkan pewarna ke dalam aliran pipa.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan nilai debit aliran pada pipa?
2. Bagaimana menentukan nilai bilangan Reynold dari aliran pipa?
3. Bagaimana menentukan jenis aliran dari hasil perhitungan bilangan Reynold?

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Menentukan nilai debit aliran pada pipa.
2. Menentukan nilai bilangan Reynold pada pipa.
3. Menentukan jenis aliran pipa berdasarkan nilai bilangan Reynold pada pipa.
Teori Dasar

Gesekan aliran merupakan hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang
mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan. Besarnya hambatan aliran karena
gesekan sangat tergantung dari kekasaran dinding pipa. Dari hasil bebagai percobaan diketahui
bahwa semakin kasar dinding pipa semakin besar terjadinya penurunan atau kehilangan tekanan
aliran. Gesekan antara aliran fluida dengan permukaan sudut-sudut dinding pompa menyebabkan
sebagian energy yang diangkut oleh aliran air hilang. Gesekan antara aliran fluida dengan
permukaan sudut-sudut dinding pompa menyebabkan sebagian energy yang diangkut oleh aliran
air hilanguntuk mengatasi gesekan-gesekan tersebut (Sihombing, 2010).
Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara dua elemen zat cair.
Keberadaan kekentalan ini menyebabakan terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran atau
diperlukannya energy untuk menjamin adanya pengaliran. Hukum newton tentang kekentalan
menyatakan bahwa tegangan geser antara dua partikel zat cair yang berdampingan adalah
sebanding dengan perbedaan kecepatan dari kedua partikel (Soekardi, 2015). Aliran fluida dapat
memiliki kecepatan yang berbeda, tergantung dari kekuatan aliran yang mendominasi di dalamnya.
Selain itu aliran fluida juga dipengaruhi oleh viskositas (kekentalan) dari fluida itu sendiri. Dari
perbedaan kecepatan tersebut, aliran dapat di klasifikasikan menjadi tiga tipe aliran yaitu:
1. Aliran Laminer
Aliran Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel fluida
sejajar dengan garis-garis arusnya. Kondisi aliran ini terdapat garis-garis aliran mengikuti
jalur yang sejajar sehingga tidak terjadi percampuran antara bidang-bidang geser fluida.
Dengan jenis aliran ini maka partikel-partikel fluida mengalir secara sejajar dengan sumbu
tabung. Aliran ini terjadi jika viskositas fluida tinggi dan kecepatan fluida rendah. Aliran
laminar memiliki bilangan Re < 2300. Dalam aliran laminer, partikel-partikel fluida
seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan lancar, dengan satu
lapisan meluncur satu arah pada lapisan yang bersebelahan.Sifat kekentalan zat cair
berperan penting dalam pembentukan aliran laminer. Aliran laminer bersifat steady
maksudnya alirannya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit
alirannya tetap atau kecepatan alirannya tidak berubah menurut waktu.

Gambar 1.1 aliran dalam pipa


2. Aliran Transisi
Aliran Transisi adalah dimana kondisi partikel fluida berada pada peralihan dari kondisi
seragam menuju kondisi acak, pada kondisi nyatanya kondisi seperti ini sangat sulit terjadi.
Kondisi aliran peralihan dari aliran laminer menjadi aliran turbulen atau sebaliknya.Aliran
transisi adalah rejim yang terjadi antara aliran laminar dan aliran turbulen. Jadi
alirantransisi adalah proses diantara terjadinya aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran
transisimemiliki bilangan Re antara 2300 – 4000.

3. Aliran Turbulen
Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran yang tidak laminar
melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang
lain. Kondisi aliran tturbulen ini terdapat garis-garis aliran yang saling bersilangan
sehingga terjadi pencampuran antara bidang -bidang geser didalam fluida.
Aliran ini terjadi jika viskositasfluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran turbulen
memiliki bilangan Re > 4000. Ciri dari aliran turbulen yaitu tidak adanya keteraturan
dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang
skala aliran besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan
oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran
terus menerus antara partikel partikel cairan di seluruh penampang aliran. Untuk
membedakan aliran apakah turbulen atau laminer maupun transisi, terdapat suatu angka
tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini
didapatkan dari persamaan sebagai berikut:

𝑣𝐷ρ
Re = . . . (1.1)
μ

Dimana:
v = Kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir
D = Diameter dalam pipa (m)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
µ = Viskositas dinamik fluida (kg/m.s)
Re = Bilangan Reynold

Bilangan Reynolds merupakan suatu parameter similaritas aliran yang menjelaskan gaya-
gaya yang bekerja pada sebuah benda bergerak relative terhadap fluida yang
melingkupinya.Bilangan ini berbanding lurus dengan ukuran benda maupun kerapatan dan
kecepatan relative fluida tersebut, dan berbanding terbalik dengan viskositas fluida
(Wright, 2006).

Untuk menghitung kecepatan rata-rata, dapat menggunakan persamaan berikut:


𝑄
v= . . . (1.2)
𝐴
Dimana:
v = Kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir
Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas permukaan (m2)
Sedangkan untuk menghitung nilai debit, dapat menggunakan persamaan berikut:

𝑉
Q= . . . (1.3)
𝐴
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/s)
V = Volume air(m3)
A = Luas permukaan (m2)

METODE PENILITIAN
Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu Osborne Reynold Apparatus digunakan untuk
menyelidiki karakteristik aliran fluida dalam pipa yang juga digunakan untuk menentukan
angka Reynolds suatu aliran, Hydraulic Bench digunakan untuk mempompa air, stopwatch
digunakan sebagai timer yang juga akan digunakan untuk menentukan debit aliran, thermometer
digunakan untuk mengukur suhu yang akan digunakan untuk mencari viskositas kinematika fluida,
gelas ukur 1000 mL. Sedangkan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu air sebagai fluida
dan tinta sebagai pewarna yang dapat menentukan tipe aliran berdasarkan visualisasi.

Langkah kerja
Langkah pertama dalam praktikum ini yaitu alat dan bahan disiapkan, lalu Hydraulic Bench
dinyalakan. Kemudian air dari dalam Hydraulic Bench dipancing hingga aliran stabil atau tidak
dihasilkan aliran gelembung air. Setelah aliran stabil hydraulic bench dimatikan dan selang
pancing diganti dengan selang apparatus, tinta dipasangkan di Osborne Reynold Apparatus lalu
diberikan bukaan pada keran sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan. Setelah diberikan
bukaan kemudian dihasilkan aliran tinta ke pipa putih yang berada di bawah tabung, lalu aliran
tinta dalam tabung diamati dan ditentukan tipe aliran berdasarkan visualisasi. Setelah itu debit
aliran dihitung dengan perbandingan volume air yang ditampung digelas ukur dan waktu. Prosedur
tersebut diulangi untuk perlakuan selanjutnya, kemudian hasil pengamatan dicatat pada masing-
masing perlakuan yang berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Tabel 1.1 Data Hasil Perhitungan


Viskositas
Kinematik
Volume Waktu Suhu Diamter Debit Bilangan Tipe
Perlakuan Fluida
(m3) (s) (oc) pipa (m) (m3/s) Reynold Aliran
(m2/s)

4 200x10-6 21.78 30 0.01 9.182x10-6 0.804 x 10-6 1455.224 Laminer


-6
7 200x10-6 9.56 30 0.01 2.092x10-5 0.804 x 10 3308.458 Transisi

8 200x10-6 7.51 30 0.01 2.663x10-5 0.804 x 10-6 4216.418 Turbulen


-6
11 200x10-6 6.2 30 0.01 3.225x10-5 0.804 x 10 5111.94 Turbulen

Pada perlakuan 4
• Debit
Debit diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.3 , sehingga didapatkan :
200x10−6
𝑄= = 9.182x10-6 m3/s
21.78

• Viskositas Kinematika Fluida


Viskositas Kinematika Fluida diperoleh dari sifat fluida berdasarkan suhu, dimana pada
praktikum modul 05 diperoleh suhu 30oc sehingga didapatkan Viskositas Kinematika
Fluida sebesar 0.804 x 10-6 m2/s

• Bilangan Reynold
Bilangan Reynold diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.1, sehingga didapatkan:
0.117 x 0.01
Re = 0.804 x 10−6 = 1455.224

Dimana v(Kecepatan rata-rata fluida yang mengalir) diperoleh dari persamaan 1.2 sehingga
didapatkan:
9.182𝑥10−6
v= = 0.117 m/s
7.85𝑥10−5
Pada perlakuan 7
• Debit
Debit diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.3 , sehingga didapatkan :
200x10−6
𝑄= = 2.092x10-5 m3/s
9.56

• Viskositas Kinematika Fluida


Viskositas Kinematika Fluida diperoleh dari sifat fluida berdasarkan suhu, dimana pada
praktikum modul 05 diperoleh suhu 30oc sehingga didapatkan Viskositas Kinematika
Fluida sebesar 0.804 x 10-6 m2/s

• Bilangan Reynold
Bilangan Reynold diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.1, sehingga didapatkan:
0.266 x 0.01
Re = 0.804 x 10−6 = 3308.458

Dimana v(Kecepatan rata-rata fluida yang mengalir) diperoleh dari persamaan 1.2 sehingga
didapatkan:
2.092𝑥10−5
v= = 0.266 m/s
7.85𝑥10−5

Pada perlakuan 8
• Debit
Debit diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.3 , sehingga didapatkan :
200x10−6
𝑄= = 2.663x10-5 m3/s
7.51

• Viskositas Kinematika Fluida


Viskositas Kinematika Fluida diperoleh dari sifat fluida berdasarkan suhu, dimana pada
praktikum modul 05 diperoleh suhu 30oc sehingga didapatkan Viskositas Kinematika
Fluida sebesar 0.804 x 10-6 m2/s

• Bilangan Reynold
Bilangan Reynold diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.1, sehingga didapatkan:
0.339 x 0.01
Re = 0.804 x 10−6 = 4216.418

Dimana v(Kecepatan rata-rata fluida yang mengalir) diperoleh dari persamaan 1.2 sehingga
didapatkan:
2.663𝑥10−5
v= = 0.339 m/s
7.85𝑥10−5
Pada perlakuan 11
• Debit
Debit diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.3 , sehingga didapatkan :
200x10−6
𝑄= = 3.225x10-5 m3/s
6.2

• Viskositas Kinematika Fluida


Viskositas Kinematika Fluida diperoleh dari sifat fluida berdasarkan suhu, dimana pada
praktikum modul 05 diperoleh suhu 30oc sehingga didapatkan Viskositas Kinematika
Fluida sebesar 0.804 x 10-6 m2/s

• Bilangan Reynold
Bilangan Reynold diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.1, sehingga didapatkan:
0.411 x 0.01
Re = 0.804 x 10−6 = 5111.94

Dimana v(Kecepatan rata-rata fluida yang mengalir) diperoleh dari persamaan 1.2 sehingga
didapatkan:
3.225𝑥10−5
v= = 0.411 m/s
7.85𝑥10−5

Pembahasan

Untuk menentukan nilai debit aliran pada pipa dapat menggunakan persamaan 1.3 dan jenis
aliran fluida dapat dipengaruhi oleh besarnya debit airan. Jika debit aliran tersebut kecil maka
dapat dikatakan aliran yang terbentuk adalah aliran laminar, sedangkan jika debitnya besar maka
aliran yang terbentuk adalah aliran turbulen, dan aliran transisi terbentuk jika debit aliran tidak
terlalu kecil dan tidak terlalu besar.
Untuk menentukan nilai bilangan Reynold pada pipa dapat menggunakan persamaan 1.2
dan bilangan Reynold dapat dijadikan sebagai acuan untuk membedakan suatu aliran apakah itu
aliran laminar, transisi atau turbulen.
Suatu aliran dapat dikatakan aliran laminar jika bilangan Reynold dari aliran tersebut
kurang dari 2.000, sedangkan aliran dapat dikatakan aliran transisi jika bilangan Reynold dari
aliran tersebut lebih dari dari 2.000 dan kurang dari 4000, dan aliran dapat dikatakan aliran
turbulen jika bilangan Reynold dari aliran tersebut lebih dari dari 4000.
Kesimpulan
Untuk menentukan nilai debit aliran pada pipa dapat menggunakan persamaan 1.3
didapatkan debit aliran pada perlakuan 4 adalah 9.182x10-6 m3/s, debit aliran pada perlakuan 7
adalah 2.092x10-5 m3/s, debit aliran pada perlakuan 8 adalah 2.663x10-5 m3/s, dan debit aliran pada
perlakuan 11 adalah 3.225x10-5 m3/s.
Untuk menentukan nilai bilangan Reynold pada pipa dapat menggunakan persamaan 1.2
sehingga didapatkan bilangan Reynold pada perlakuan 4 adalah 1455.224, bilangan Reynold pada
perlakuan 7 adalah 3308.458, bilangan Reynold pada perlakuan 8 adalah 4216.418, dan bilangan
Reynold pada perlakuan 11 adalah 5111.94.
Bilangan Reynold dapat dijadikan sebagai acuan untuk membedakan suatu aliran itu
laminar, transisi atau turbulen. Pada perlakuan 4 tipe aliran dalam pipa tersebut merupakan aliran
laminar karena memiliki bilangan Reynold yang kurang dari 2000, sedangkan pada perlakuan 7
tipe aliran dalam pipa tersebut merupakan aliran transisi karena memiliki bilangan Reynold
diantara 2000-4200, dan pada perlakuan 8 dan 11 tipe aliran dalam pipa tersebut merupakan aliran
turbulen karena memiliki bilangan Reynold yang lebih dari 4200.

Referensi
1. Modul Praktikum Mekanika Fluida 1 Universitas Pertamina, 2020.
2. Pengaruh Variasi Bilangan Reynold terhadap DistribusiTegangan pada Riser Akibat Arus
Laut. Malang: Universitas Brawijaya.
3. Sihombing, Risma. 2010. Aliran Fluida dalam Pipa. Palembang: Universitas Sriwijaya.
4. Soekardi, Agus, dkk. 2015. Praktikum Dasar Teknik Kimia Aliran Fluida. Yogyakarta:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Lampiran

FORMULIR PENGAMATAN
MODUL 5: PENENTUAN ALIRAN DALAM PIPA

Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil-Universitas Pertamina No.

Kelompok: 4A
No. NAMA NIM Tanggal Pratikum
1. SALSABILLA OCTAVIANI 104119051 Asisten
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN: 8 NOVEMBER 2020

(Immaculata Citra)

Tabel 3.1 Data Hasil Perhitungan


Viskositas
Kinematik
Volume Waktu Suhu Diamter Debit Bilangan Tipe
Perlakuan Fluida
(m3) (s) (oc) pipa (m) (m3/s) Reynold Aliran
(106xm2/s

4 200x10-6 21.78 30 0.01 9.182x10-6 0.804 x 10-6 1455.224 Laminer

7 200x10-6 9.56 30 0.01 2.092x10-5 0.804 x 10-6 3308.458 Transisi

8 200x10-6 7.51 30 0.01 2.663x10-5 0.804 x 10-6 4216.418 Turbulen

11 200x10-6 6.2 30 0.01 3.225x10-5 0.804 x 10-6 5111.94 Turbulen

Anda mungkin juga menyukai