Anda di halaman 1dari 3

FATAMORGANA PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

Oleh Arizqa Shafa Salsabila

06/XI MIPA 8

 A right is not what someone gives you, it’s what no one can take from you
(Ramsey C.)

Hak bukanlah apa yang diberikan seseorang kepada Anda, itu yang tidak
dapat diambil dari Anda.

Bagaimanakah dengan kasus pembunuhan? Bukankah itu berarti telah


menghilangkan nyawa seseorang?

Menurut definisinya, pembunuhan adalah suatu tindakan untuk


menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun
yang tidak melawan hukum. Dilatarbelakangi oleh bermacam-macam motif,
misalnya politik, kecemburuan, dendam, membela diri, dan sebagainya. Berikut
bentuk perbuatan pelanggaran HAM yang dapat terjadi dalam kasus
pembunuhan:

1) Hak untuk hidup, tercantum dalam pasal 28 A UUD Negara RI Tahun


1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
2) Hak untuk tidak mendapat perlakuan kejam, tercantum dalam pasal 28 I
Ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 yang berbunyi “Hak untuk hidup,
hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun.”
3) Hak atas rasa aman, tercantum pada pasal 28 G Ayat (1) UUD Negara RI
Tahun 1945 yang berbunyi ”Setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi”

Kasus pembunuhan jelas telah melanggar hak asasi manusia. Sayangnya,


banyak kasus di luar sana yang tidak terpecahkan. Beberapa kasus besar yang
terjadi di masa lalu yaitu penembakan misterius 1982-1985, kerusuhan Mei 1998,
peristiwa Trisakti, Semanggi I dan II. Empat belas tahun sejak reformasi bergulir
di tahun 1998, namun proses penyelesaian berbagai pelanggaran HAM berat di
masa lalu dinilai tidak mengalami kemajuan signifikan. Tidak terselesaikannya
kasus besar pelanggaran HAM tersebut akan berkibat terulangnya pelanggaran
HAM.

Salah satu penyebab kasus-kasus pelanggaran HAM terbengkalai tidak lain


disebabkan terbatasnya kewenangan yang dimiliki Komnas HAM. Komnas HAM
hanya sebatas memantau, menyelidiki, dan merekomendasikan pelanggaran yang
terjadi, selanjutnya rekomendasi itu dilimpahkan pada Kejaksaan Agung. Komnas
HAM sudah banyak merekomendasikan kasus-kasus pelanggaran HAM di Aceh
berdasar investigasi. Contohnya kasus pembantaian Teungku Bantaqiah bersama
25 santrinya pada 23 Juli 1999 silam. Komnas HAM menyerahkan rekomendasi
kasus tersebut lengkap dengan bukti-buktinya kepada Kejaksaan Agung, namun
hingga sekarang belum ada penindakan. Selain itu, minimnya pemahaman HAM
di kalangan Pemerintah dan masyarakat di Indonesia mengakibatkan banyak
terjadi pelanggaran HAM. Misalnya saja main hakim sendiri yang kerap terjadi di
lingkungan masyarakat, hal ini termasuk salah satu pelanggaran HAM.

Salah satu cara untuk menegakkan HAM di Indonesia adalah dengan


memasukkan Pendidikan HAM ke dalam kurikulum sekolah. Pelajar dinilai
penting dalam membantu tegaknya HAM dengan membiasakan upaya penegakan
HAM dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pelajar adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat memperbaiki
sistem penegakan HAM di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai