DOSEN PENGAMPU:
Disusun Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah Subhanahu wataala karena
dengan rahmat dan karunianya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah
budidaya tanaman pangan yaitu tentang “Padi (Oryza sativa L.)”, tidak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Aryunis, M.P. selaku dosen pengampu yang
telah memberikan tugas ini. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman, Amin.
Preti Camelaini
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
terhadap peningkatan produk-tivitas mencapai 75%. Informasi tersebut
menunjukkan bahwa varietas unggul terutama padi sawah merupakan kunci
keberhasilan peningkatan produksi padi di Indonesia.
Berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi, seperti:
pembangunan sarana irigasi, subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit
usahatani bersubsidi, dan pembinaan kelembagaan usahatani telah ditempuh.
Demikian juga dalam pemasaran hasil, pemerintah mengeluarkan kebijakan
harga dasar gabah (HDG) atau harga dasar pembelian pemerintah (HDPP),
untuk melindungi petani dari jatuhnya harga dibawah biaya produksi.
Sementara itu, kebijakan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri yang terus meningkat, dan agar harga beras terjangkau oleh sebagian
besar konsumen. Campur tangan yang sangat besar dan bersifat protektif telah
membuahkan hasil, yaitu tercapainya swasembada beras pada tahun 1984.
Namun demikian, swasembada yang dicapai hanya sesaat. Secara umum,
selama lebih dari tiga dekade produksi beras dalam negeri belum mampu
memenuhi kebutuhan. Dengan kata lain, Indonesia hampir selalu defisit,
sehingga masih tergantung pada impor (Sudaryanto et al.,2006).
Kondisi defisit beras diperburuk oleh konversi lahan subur (sawah
irigasi dan tadah hujan) yang terus berlangsung di Jawa, sehingga
pertumbuhan produksi padi cenderung menurun. Data statistik menunjukkan
bahwa 95 persen dari produksi padi nasional berasal dari lahan sawah.
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan sektor industri dan perumahan
menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan untuk perumahan dan areal
pabrik. Irawan (2003) melaporkan bahwa selama 1978-1998 sekitar 1,07 juta
ha lahan (30,8%) telah terkonversi menjadi lahan nonpertanian. Selama
periode yang sama, terdapat pembukaan sawah baru sekitar 0,91 juta ha.
Namun sejak krisis ekonomi yang berkepanjangan, pembukaan sawah baru
hampir tidak mungkin, karena keterbatasan dana pembangunan. Dengan
demikian, adalah sangat sulit mempertahankan luas areal tanam padi di Jawa.
Di lain pihak, sekitar 48 persen padi ditanam di Jawa, mempunyai kontribusi
produksi sekitar 58 persen dari produksi padi nasional. Ini berarti bahwa
konversi lahan di Jawa akan berpengaruh buruk terhadap produksi beras
3
nasional dan dengan sendirinya memperlemah ketahanan pangan (Sudaryanto
et al., 2006).
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae,
Ordo : Poales,
Famili : Graminae
4
Genus : Oryza Linn
5
panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem
musiman.
3. Padi Pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari
20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat.
Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia
menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar
Indonesia tergolong padi pulen.
4. Padi Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah
dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada
pati berasnya.
5. Padi Wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di
beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi
(sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan rajalele. Kedua kultivar ini
adalah varietas javanica yang berumur panjang.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang
sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. merupakan tanaman berupa rumput
berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan
Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa
penanaman padi di Zhejiang sudah dimulai pada 3.000 tahun SM.
Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk
vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil,
daun berbentuk pita dan berbunga lengkap. Padi rawa atau padi pasang surut
tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Padi pera adalah padi
dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini agar para mahasiswa
memahami tentang manfaat dari “Padi (Oryza sativa L.)” dan dapat
mengaplikasikan dalam bidang pertanian.
7
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, S., & Maesya, A. (2017). Pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan pangan
di Indonesia. Agriekonomika, 6(1), 12-25.
NN, 2018. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi (Oryza Sativa). Diunduh dari
https://pertanian-mesuji.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-padi-oryza-
sativa/ (diakses pada tanggal 17 September 2020)
Putra, R.P. 2012. Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa L.). Diunduh dari
https://rivandipputra.wordpress.com/2012/11/13/budidaya-padi-sawah-
oryza-sativa-l/ (diakses pada tanggal 17 September 2020)
Swastika, D. K., Wargiono, J., Soejitno, S., & Hasanuddin, A. (2016). Analisis
kebijakan peningkatan produksi padi melalui efisiensi pemanfaatan lahan
sawah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, 5(1), 36-52.