Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

PADI (Oryza sativa L.)

DOSEN PENGAMPU:

1. Dr. Ir. Aryunis, M.P.


2. Ir. Akmal, M.P.

Disusun Oleh:

Preti Camelaini (D1A018080)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah Subhanahu wataala karena
dengan rahmat dan karunianya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah
budidaya tanaman pangan yaitu tentang “Padi (Oryza sativa L.)”, tidak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Aryunis, M.P. selaku dosen pengampu yang
telah memberikan tugas ini. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman, Amin.

Betara, 17 September 2020

Preti Camelaini

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………. i

Daftar Isi ………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Tanaman Padi di Indonesia .……………………… 2


2.2 Neraca Produksi dan Konsumsi Beras di Indonesia ....................... 4
2.3 Klasifikasi Tanaman Padi ............................................................... 4
2.4 Jenis Tanaman Padi ......................................................................... 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 7


3.2 Saran …………………………………………………………….... 7

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kebutuhan pangan, sesuai
dengan pertambahan jumah penduduk. Kebutuhan pangan di Indonesia hampir
dapat dipenuhi semua, dari potensi domestik, kecuali untuk komoditas pangan
asal daging impor dan kedelai yang masih mengalami defisit, sedangkan untuk
beras, jagung, kacang maupun ubi, telor, daging ayam, dan susu mengalami
surplus yang tinggi. Pertumbuhan komoditi pangan yang paling tinggi setiap
tahun adalah komoditi beras, sedangkan kontribusi daging sapi dalam
memenuhi kebutuhan protein hewani menduduki urutan yang kedua setelah
daging unggas.
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis
tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis
dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
Sampai saat ini hampir seluruh masyarakat Indonesia masih menjadikan
beras sebagai makanan pokok. Penempatan beras sebagai makanan pokok
berimplikasi luas pada kebijakan komoditas lainnya seperti gula, kedelai,
daging, dan sebagainya dalam berbagai aspek baik aspek ekonomi, aspek
sosial, dan aspek politik. Secara politis pemerintah menempatkan beras
sebagai komoditas strategis dalam pembangunan ekonomi dan swasembada
beras menjadi target pembangunan.

2.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah ini untuk mengetahui pengaru padi pada kebutuhan
pangan di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian


ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai
pada 3.000 tahun SM.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia,
setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber
karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi
dinamakan beras. Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di
kebanyakan negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan
Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada
negara Asia. Oleh karena itu, padi menjadi komoditas strategis yang dapat
memberikan dampak yang serius pada bidang sosial, ekonomi, maupun politik.
Sejalan dengan hal tersebut, pengadaan beras nasional harus diperhatikan agar
tidak terjadi gejolak yang tidak diinginkan. Kebutuhan beras secara nasional terus
meningkat seiring dengan mening-katnya jumlah penduduk. Produksi padi di
Indonesia pada tahun 2000 sekitar 51,20 juta ton (Badan Pusat Statistik 2001),
sedangkan kebutuhan padi pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 70 juta ton
(IRRI 2001).

2.1 Perkembangan Tanaman Padi Di Indonesia


Luas pertanaman padi di Indonesia diperkirakan mencapai 11–12 juta
ha, yang tersebar di berbagai tipologi lahan seperti sawah (5,10 juta ha), lahan
tadah hujan (2,10 juta ha), ladang (1,20 juta ha), dan lahan pasang surut. Lebih
dari 90% produksi beras nasional dihasilkan dari lahan sawah (Badan Pusat
Statistik 2000), dan lebih dari 80% total areal pertanaman padi sawah telah
ditanami varietas unggul (Badan Pusat Statistik 2000). Menurut Las (2002),
peran peningkatan produktivitas (teknologi) dalam peningkatan produksi padi
mencapai 56,10%, per-luasan areal 26,30%, dan 17,60% oleh interaksi antara
keduanya. Sementara itu, peran varietas unggul bersama pupuk dan air

2
terhadap peningkatan produk-tivitas mencapai 75%. Informasi tersebut
menunjukkan bahwa varietas unggul terutama padi sawah merupakan kunci
keberhasilan peningkatan produksi padi di Indonesia.
Berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi, seperti:
pembangunan sarana irigasi, subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit
usahatani bersubsidi, dan pembinaan kelembagaan usahatani telah ditempuh.
Demikian juga dalam pemasaran hasil, pemerintah mengeluarkan kebijakan
harga dasar gabah (HDG) atau harga dasar pembelian pemerintah (HDPP),
untuk melindungi petani dari jatuhnya harga dibawah biaya produksi.
Sementara itu, kebijakan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri yang terus meningkat, dan agar harga beras terjangkau oleh sebagian
besar konsumen. Campur tangan yang sangat besar dan bersifat protektif telah
membuahkan hasil, yaitu tercapainya swasembada beras pada tahun 1984.
Namun demikian, swasembada yang dicapai hanya sesaat. Secara umum,
selama lebih dari tiga dekade produksi beras dalam negeri belum mampu
memenuhi kebutuhan. Dengan kata lain, Indonesia hampir selalu defisit,
sehingga masih tergantung pada impor (Sudaryanto et al.,2006).
Kondisi defisit beras diperburuk oleh konversi lahan subur (sawah
irigasi dan tadah hujan) yang terus berlangsung di Jawa, sehingga
pertumbuhan produksi padi cenderung menurun. Data statistik menunjukkan
bahwa 95 persen dari produksi padi nasional berasal dari lahan sawah.
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan sektor industri dan perumahan
menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan untuk perumahan dan areal
pabrik. Irawan (2003) melaporkan bahwa selama 1978-1998 sekitar 1,07 juta
ha lahan (30,8%) telah terkonversi menjadi lahan nonpertanian. Selama
periode yang sama, terdapat pembukaan sawah baru sekitar 0,91 juta ha.
Namun sejak krisis ekonomi yang berkepanjangan, pembukaan sawah baru
hampir tidak mungkin, karena keterbatasan dana pembangunan. Dengan
demikian, adalah sangat sulit mempertahankan luas areal tanam padi di Jawa.
Di lain pihak, sekitar 48 persen padi ditanam di Jawa, mempunyai kontribusi
produksi sekitar 58 persen dari produksi padi nasional. Ini berarti bahwa
konversi lahan di Jawa akan berpengaruh buruk terhadap produksi beras

3
nasional dan dengan sendirinya memperlemah ketahanan pangan (Sudaryanto
et al., 2006).

2.2 Neraca Produksi dan Konsumsi Beras di Indonesia


Selama 10 tahun terakhir (1995-2005), konsumsi beras hampir selalu
diatas produksi dalam negeri, sehingga hampir tiap tahun mengalami defisit.
Produksi bersih beras meningkat dari 28,20 juta ton pada tahun 1995 menjadi
30,70 juta ton pada tahun 2005, atau meningkat rata-rata 0,85 persen per
tahun. Namun demikian total konsumsi dalam negeri meningkat dari 28,57
juta ton pada tahun 1995 menjadi 30,86 juta ton pada tahun 2005, atau
tumbuh rata-rata 0,77 persen per tahun. Selama periode tersebut, laju
pertumbuhan produksi sedikit lebih tinggi dari pada pertumbuhan konsumsi,
sehingga defisit beras menurun dari 0,37 juta ton pada tahun 1995 menjadi
0,16 juta ton pada tahun 2005. Puncak defisit mencapai 2,63 juta ton terjadi
pada tahun 1998. Defisit yang tinggi pada tahun 1998 sebagian disebabkan
oleh kegagalan panen akibat anomali iklim (El-Niño) pada MH 1997/98.
Namun demikian, ada indikasi bahwa defisit beras menurun rata-rata 8,02
persen per tahun selama 10 tahun terakhir.

2.3 Klasifikasi Tanaman Padi


Berdasarkan literatur Grist (1960), padi dalam sistematika tumbuhan
diklasifikasikan kedalam

Divisio          : Spermatophyta

Sub division     : Angiospermae

Kelas           : Monocotyledoneae,

Ordo            : Poales,

Famili           : Graminae

4
Genus        : Oryza Linn

Species      : Oryza sativa L.

Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk


vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil,
daun berbentuk pita dan berbunga lengkap (Smith dan Dilday, 2003).
Tanaman padi termasuk tanaman semusim atau tanaman yang berumur
pendek, artinya hanya sekali menghasilkan dan mati jika sudah dipanen.
Secara fisiologis termasuk golongan tanaman C4, tipe pertumbuhan
determinat, dan tumbuh beradaptasi pada lingkungan berair (Dowling et al.,
1998; Smith dan Dilday, 2003). Tanaman padi yang dibudidayakan petani saat
ini di Indonesia merupakan hasil seleksi para pemulia dari Balai Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Sejak tahun 70-an hingga sekarang telah
dilepas sekitar seratusan varietas dengan berbagai karakter keunggulannya.
Sebagai contoh adalah padi varietas Ciherang yang dilepas tahun 90-an
dengan keunggulan tahan serangan wereng (Departemen Pertanian, 2008).

2.4 Jenis Tanaman Padi


Indonesia memiliki beberapa jenis tanaman padi seperti berikut (Suharno,
2005):
1. Padi Gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo,
suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan
seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah,
yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga
hasil padi meningkat.
2. Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di
daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di
lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang

5
panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem
musiman.
3. Padi Pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari
20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat.
Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia
menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar
Indonesia tergolong padi pulen.
4. Padi Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah
dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada
pati berasnya.
5. Padi Wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di
beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi
(sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan rajalele. Kedua kultivar ini
adalah varietas javanica yang berumur panjang.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang
sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. merupakan tanaman berupa rumput
berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan
Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa
penanaman padi di Zhejiang sudah dimulai pada 3.000 tahun SM.
Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk
vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil,
daun berbentuk pita dan berbunga lengkap. Padi rawa atau padi pasang surut
tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Padi pera adalah padi
dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini agar para mahasiswa
memahami tentang manfaat dari “Padi (Oryza sativa L.)” dan dapat
mengaplikasikan dalam bidang pertanian.

7
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, U., Daradjat, A. A., & Suprihatno, B. (2003). Perkembangan pemuliaan


padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 125-131

Rusdiana, S., & Maesya, A. (2017). Pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan pangan
di Indonesia. Agriekonomika, 6(1), 12-25.

NN, 2018. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi (Oryza Sativa). Diunduh dari
https://pertanian-mesuji.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-padi-oryza-
sativa/ (diakses pada tanggal 17 September 2020)

Putra, R.P. 2012. Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa L.). Diunduh dari
https://rivandipputra.wordpress.com/2012/11/13/budidaya-padi-sawah-
oryza-sativa-l/ (diakses pada tanggal 17 September 2020)

Handayani, T. (2016). Petunjuk Teknis Budidaya Padi Jajar Legowo Super.

Swastika, D. K., Wargiono, J., Soejitno, S., & Hasanuddin, A. (2016). Analisis
kebijakan peningkatan produksi padi melalui efisiensi pemanfaatan lahan
sawah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, 5(1), 36-52.

Anda mungkin juga menyukai