Anda di halaman 1dari 2

Mengapa saya layak mendapat kesempatan ini?

Hal ini selalu terngiang di kepala saya sejak pertama kali mendaftar beasiswa sejuta cita
ini: “what makes me so special so that I deserve to get this tour”. Setelah saya membaca banyak
artikel, saya menyadari bahwa jawabannya adalah kamu tidak harus menjadi pintar atau spesial
agar kamu bisa memenangkan sebuah kompetisi dan yang kamu butuhkan hanyalah kepercayaan
diri. Dalam bukunya, Joseph Zins mengatakan bahwa “Faktor utama keberhasilan dari berbagai
bidang bukanlah kepintaran, tetapi kamu juga harus memiliki kepercayaan, kemampuan
berkonsentrasi dan juga banyak hal lainnya yang pasti”. Jadi jika ada 1 hal yang bisa saya
pastikan dari ini, adalah saya tidak harus pintar agar saya pantas mendapatkan kesempatan ini.

Dalam kehidupan ini saya mengenal yang namanya keputusasaan dan itu bukanlah sifat
yang bisa dihindari dan memang seburuk apapun tetap kita harus hadapi. Sifat itu semua pasti
akan datang saat kita berusaha untuk mencapai sesuatu yang tinggi. Kita semua pasti mengetahui
bahwa mimpi yang ingin kita capai bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti itu sesuatu
yang tidak mungkin. Pasti ada sesuatu yang akan menghalangi kita untuk mencapai mimpi
tersebut. karena jika sesuatu mimpi adalah hal yang bisa didapatkan dengan mudah, maka semua
orang bisa menggapai mimpi tersebut dan yang dinamai dengan “mimpi” tidak akan menjadi
sesuatu yang istimewa. Jika semua mendapat kebahagiaan, maka tidak ada yang namanya
bahagia bukan? Dalam pemikiran ini saya mencapai 1 titik dimana saya menyadari bahwa
keputusasaan itu sendiri adalah ujian pertama yang harus kita lewati sebelum masuk ke dalam
sebuah kompetisi dan tentu saja saya sudah mengalahkan rasa keputusasaan tersebut saat
mengikuti kompetisi ini.

Memang saya adalah seorang santri yang dalam sudut pandang hampir semua orang,
mengatakan bahwa pondok pesantren adalah tempat di mana anak nakal di tempatkan karena
tidak ada sekolah yang mau menerimanya lagi. Sebelum saya menjadi santri, saya selalu
menanyakan apa itu santri. dan jawaban mereka tidak terlalu berbeda dari yang dijelaskan tadi.
Setelah mendegar hal itu berulang-ulang. Saya sampai tidak ingin memasuki jenjang pendidikan
selanjutnya di pondok pesantren. Keinginan ibu saya memang tak bisa dihindari dan saya
bertaruh untuk menemukan hal lebih melalui jala ini. Benar saja, setelah saya merasakan menjadi
santri itu sendiri. saya sadar bahwa santri tidak seperti yang orang di luar sana bayangkan.
Mereka tidak tahu bahwa sebenarnya definisi dari santri sebenarnya adalah "Santri adalah murid
kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat (yang tidak goyah
imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan),"menurut gus mus. Manusia
bahkan tidak tahu bahwa banyak dari lulusan santri menjadi orang yang sangat berpengaruh di
Indonesia. Bahkan beberapa diantaranya terkenal sampai diluar negeri seperti telah kita ketahui
Ahmad fuadi yang merupakan penulis neovel terkenal dan karyanya tersebar di seluruh negeri,
Abdurrahman mohammad fachir yang menjadi wakil menteri luar negeri pada masa
pemerintahan jokowi, Hidayat nur wahid juga seorang wakil ketua MPR RI pada periode 2004-
2009) dan Idham chalid adalah mantan wakil perdana menteri RI yang saat ini wajahnya
digunakan di pecahan uang Rp.5,000. Saya ingin mengubah pandangan masyarakat yang masih
banyak meremehkan santri dan mampu membuktikan bahwa tentang santri juga mampu menjadi
orang hebat.

Menggapai mimpi saya ini memang bukan hal mudah dan terlihat begitu mustahil.
Melanjutkan jenjang pendidikan tinggi di universitas MIT dan memulai hidup di laur negeri
sebagai lulusan santri. Namun, hail ini menjadi jalan yang mampu mengantarkan saya menjadi
awal yang bagus untuk memulai mimpi agar segera terwujud. Banyak orang berfikir bahwa
mimpi saya terlalu tinggi untuk dicapai, meragukan kemampuan yang ada dan tidak menaruh
harapan pada mimpi saya. Awalanya memang untuk memulai mencari dan mempercayai diri
sendiri untuk mengejar cita bukan perjalanan yang sebentar. Tetapi suatu ketika saya
menemukan apa yang dimaksud mimpi itu dan menyadari ternyata hal tersebut benar-benar bisa
merubah seseorang termasuk diri sendiri. Mewujudkan mimpi bukan hanya dari sebuah
kesuksesan, tetapi juga dari sebuah keberuntungan. Saya juga ingin menjadi bukti nyata dari
penggapaian mimpi tersebut agar semua orang tidak takut untuk bermimpi. Karena manusia
hanya memercayai kepada sesuatu yang sudah mereka lihat dengan mata mereka sendiri (tidak
mencakup hal yang religius).

Dengan mendapatnya kesempatan ini, maka saya akan percaya bahwa tidak ada sesuatu
yang tidak bisa saya gapai.

Anda mungkin juga menyukai