Anda di halaman 1dari 8

SISTEM DETEKSI DAN ASESMEN KARIES INTERNASIONAL (ICDAS): SEBUAH

KONSEP BARU

Neeraj Gugnani. et all. 2011. International Caries Detection and Assesment System (ICDAS):
A New Concept. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry. Mei-Agustus
2011;4(2):93-100.

Pendahuluan
Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai karies, ada dorongan untuk melakukan
terapi ‘pencegahan’ yang menggiatkan remineralisasi lesi non kavitasi yang menghasilkan
lesi tidak aktif agar struktur gigi, fungsi serta estetika tetap terlestarikan.

ICDAS dikembangkan untuk memajukan pemahaman mengenai proses inisiasi dan


perkembangan dari karies gigi ke dalam bidang epidemiologis dan penelitian berbasis klinis.

ICDAS I pertama kali dikembangkan pada 2002 dan kemudian dimodifikasi menjadi ICDAS
II pada tahun 2005.

Sistem Skoring ICDAS


Kriteria deteksi karies koronal primer
Untuk menggunakan sistem ICDAS, permukaan gigi yang kering adalah kunci untuk
mendeteksi lesi yang tidak aktif karena air menyumbat pori yang ada pada gigi karies.
Sebelum pemeriksaan klinis, gigi harus sudah dibersihkan menggunakan sikat gigi atau
prophylaxis cup.

Tabel 1: Kriteria dan Kode ICDAS II


Kode Deskripsi
0 Permukaan gigi yang sehat: tidak ada bukti karies gigi setelah pengeringan
udara selama 5 detik
1 Perubahan visual pertama pada enamel: kegelapan atau perubahan warna (putih
atau coklat) terlihat pada pit atau fisura setelah pengeringan udara yang
berkepanjangan
2 Perbedaan visual yang terlihat pada enamel gigi ketika basah, lesi terlihat saat
kering
3 Kerusakan enamel terlokalisasi (tanpa tanda visual klinis dari keterlibatan
dentin) terlihat saat basah dan setelah pengeringan berkepanjangan
4 Bayangan gelap yang mendasar dari dentin
5 Terdapat kavitas yang jelas dengan dentin yang terlihat
6 Kavitas yang luas (lebih dari setengah permukaan) dan jelas dengan dentin
yang terlihat
Deskripsi Kode
Karies pit dan fisura
Kode 0: Sound Tooth Surface = tidak ada tanda-tanda karies (baik tidak ada atau
dipertanyakan). kondisi seperti hipoplasia enamel, fluorosis, tooth wear (atrisi, abrasi, erosi),
dan noda pada permukaan atau dalam gigi akan dicatat sebagai kode 0.
Kode 1: First Visual Change in Enamel = tidak ada perubahan warna yang disebabkan oleh
aktivitas karies saat kondisi basah tetapi setelah dilakukan pengeringan udara yang
berkepanjangan baru terlihat adanya perubahan warna (lesi putih atau coklat).
Kode 2: Distinct Visual Change in Enamel = terdapat bercak putih atau kecoklatan yang lebih
luas dari fisura alami yang tidak sesuai dengan penampilan klinis dari enamel yang sehat (lesi
harus terlihat ketika kering).
Kode 3: Localized Enamel Breakdown due to Caries with no Visible Dentin or Underlying
Shadow = dalam keadaan basah terlihat perubahan warna yang jelas pada karies. Saat kering,
pada pit atau fisura terdapat struktur gigi yang hilang. Hal ini akan terlihat secara visual
sebagai tanda demineralisasi pit atau fisura tanpa dentin yang terlihat.
Kode 4: Underlying Dark Shadow from Dentin with or without Localized Enamel Breakdown
= kode 3 dan 4 secara histologis dapat berbeda dengan kode 4 yang lebih dalam ke dentin.
Contohnya, enamel yang lebih tipis pada gigi primer memungkinkan perubahan warna dentin
terlihat sebelum lokalisasi kerusakan enamel gigi. Namun, sebagian besar kode 4 cenderung
lebih dalam ke dentin daripada kode 3.
Kode 5: Distinct Cavity with Visible Dentin = kavitas pada enamel yang berubah warna dapat
menampakkan dentin yang ada di bawahnya. Terdapat tanda visual dari demineralisasi pada
permukaan atau di dalam pit dan fisura. Pemeriksaan WHO/CPI/PSR dapat digunakan untuk
memastikan adanya kavitas di dentin.
Kode 6: Extensive Distinct Cavity with Visible Dentin = stuktur gigi hilang yang jelas, kavitas
dalam dan juga luas dan dentin terlihat jelas pada dinding dan dasar. Kavitas yang luas,
melibatkan setidaknya setengah dari permukaan gigi atau bahkan mencapai pulpa.

Permukaan Halus (Mesial dan Distal)


Kode 0: Sound Tooth Surface = tidak ada tanda-tanda karies (baik tidak ada atau
dipertanyakan). kondisi seperti hipoplasia enamel, fluorosis, tooth wear (atrisi, abrasi, erosi),
dan noda pada permukaan atau dalam gigi akan dicatat sebagai kode 0.
Kode 1: First Visual Change in Enamel = saat basah, tidak ada tanda-tanda perubahan warna
yang disebabkan oleh aktivitas karies, tetapi setelah pengeringan udara yang berkepanjangan
baru terlihat adanya perubahan warna. Hal ini dapat terlihat dari permukaan bukal atau
lingual.
Kode 2: Distinct Visual Change in Enamel when Viewed Wet = ada perubahan warna yang
tidak sesuai dengan penampilan klinis enamel yang sehat. Lesi ini dapat dilihat langsung dari
arah bukal atau lingual. Selain itu, jika dilihat dari arah oklusal, perubahan warna dapat
terlihat sebagai bayangan terbatas pada enamel, yang terlihat melalui marginal ridge.
Kode 3: Initial Breakdown in Enamel due to Caries with no Visible Dentin = setelah
dikeringkan kurang lebih selama 5 detik, terdapat kehilangan dari keutuhan enamel yang
jelas, terlihat dari arah bukal atau lingual. CPI dapat digunakan dengan hati-hati terhadap
permukaan untuk menegaskan hilangnya keutuhan enamel.
Kode 4: Underlying Dark Shadow from Dentin with or without Localized Enamel Breakdown
= lesi muncul sebagai bayangan dentin yang berubah warna yang terlihat melalui marginal
ridge, dinding bukal atau lingual dari enamel. Terlihat lebih mudah dalam keadaan basah.
Daerah yang gelap adalah bayangan intinsik, yang mungkin tampak terlihat bewarna
keabuan, biru atau coklat.
Kode 5: Distinct Cavity with Visible Dentin = kavitasi dalam enamel yang berubah warna
(putih atau coklat) dengan dentin yang terlihat dalam penilaian pemeriksa, jika terdapat
keraguan atau untuk mengkonfirmasi asesmen visual, pemeriksaan CPI dapat digunakan
untuk memastikan adanya kavitas di dentin.
Kode 6: Extensive Distinct Cavity with Visible Dentin = struktur gigi hilang yang jelas,
kavitas yang dalam atau lebar dan dentin terlihat jelas pada dinding dan dasar. Marginal
ridge mungkin terlihat dan mungkin juga tidak. Kavitas yang luas melibatkan setidaknya
setengah dari permukaan gigi atau mungkin mencapai pulpa.
Penjelasan ini juga dapat dilihat secara singkat pada diagram dibawah ini yang mengikuti
kriteria ICDAS:

Karies-terkait dengan Kriteria Deteksi Restorasi dan Sealant (CARS)


Literatur pada karies sekunder jauh lebih terbatas daripada karies koronal primer, sehingga
kriteria karies primer juga diterapkan pada CARS jika relevan.
Kode 0: Sound Tooth Surface with Restoration or Sealant = permukaan gigi yang sehat
berdekatan dengan batas restorasi/sealant, dengan begitu seharusnya tidak ada tanda dari
karies. Permukaan dengan kerusakan marginal dengan lebar kurang dari 0.5 mm, kerusakan
perkembangan, dan noda pada permukaan atau dalam dapat tercatat sebagai permukaan gigi
yang sehat.
Kode 1: First Visual Change in Enamel = setelah pengeringan udara yang berkepanjangan,
terdapat perubahan warna yang disebabkan oleh aktivitas karies yang tidak sesuai dengan
penampilan klinis enamel yang sehat.
Kode 2: Distinct Visual Change in Enamel/Dentin Adjacent to a Restoration/Sealant Margin
= jika batas restorasi ditempatkan pada enamel, gigi harus dilihat dalam keadaan basah. Saat
basah, terdapat demineralisasi atau perubahan warna yang tidak sesuai dengan penampilan
klinis enamel yang sehat dan jika batas restorasi ditempatkan pada dentin, perubahan warna
yang tidak sesuai dengan penampilan klinis dentin yang sehat masuk kedalam kode 2.
Kode 3: Carious Defects of <0.5 mm with the Signs of Code 2 = kavitas pada batas
restorasi/sealant kurang dari 0.5 mm, selain perubahan warna konsisten dengan
demineralisasi yang tidak konsisten terhadap penampilan klinis enamel sehat atau bayangan
dari dentin yang berubah warna.
Kode 4: Marginal Caries in Enamel/Dentin/Cementurn Adjacent to Restoration/Sealant with
underlying Dark Shadow from Dentin = permukan gigi mungkin memiliki karakteristik kode
2 dan memiliki bayangan dentin yang berubah warna yang terlihat melalui permukaan enamel
yang tampak utuh atau kerusakan lokal dalam enamel tetapi tidak ada dentin yang terlihat.
Lebih mudah terlihat pada keadaan gigi yang basah.
Kode 5: Distinct Cavity Adjacent to Restoration/Sealant = kavitas jelas yang berdekatan
dengan restorasi/sealant dengan dentin yang terlihat di ruang interfacial dengan tanda-tanda
karies seperti yang dijelaskan dalam kode 4, sebagai tambahan jarak > 0.5 mm atau dimana
margin tidak terlihat, ada bukti diskontinuitas pada batas restorasi/sealant dentin yang
terdeteksi.
Kode 6: Extensive Distinct Cavity with Visible Dentin = hilangnya struktur pada gigi yang
jelas, dengan kavitas yang luas dan mungkin dalam yang jelas terlihat dari dinding dan dasar.

Metode ICDAS Koding dua-digit


Metode ini disarankan untuk mengidentifikasi restorasi/sealant dengan digit pertama, diikuti
dengan kode karies yang tepat.

0 Gigi sehat. Permukaan tidak direstorasi atau unsealed.


1 Sealant, sebagian
2 Sealant, seluruhnya
3 Restorasi gigi yang mengalami perubahan warna
4 Restorasi amalgam
5 Mahkota stailess steel
6 Porcelain atau emas atau mahkota PFM atau veneer
7 Hilang atau rusaknya restorasi
8 Restorasi Sementara
9 Digunakan pada kondisi berikut:
96 Permukaan gigi yang tidak dapat diperiksa
97 Gigi yang hilang karena karies (seluruh permukaan gigi ditulis dengan kode 97)
98 Gigi yang hilang karena alasan lain selain karies (seluruh permukaan gigi
ditulis dengan kode 98)
99 Gigi yang tidak erupsi (seluruh permukaan gigi ditulis dengan kode 99)

Karies Akar
Menurut NIH, konferensi konsensus pengembangan untuk diagnosis dan manajemen karies
gigi, disimpulakan bahwa tidak terdapat cukup bukti mengenai validitas sistem diagnostik
klinis untuk karies akar. Karies akar sering diamati di dekal CEJ, meskipun lesi dapat muncul
dimana saja pada permukaan akar. Warna pada lesi akar digunakan sebagai indikasi karies
meskipun warna telah ditunjukkan bukan sebagai indikator yang reliabel dari aktivitas karies.
Kode untuk Deteksi dan Klasifikasi Karies Lesi pada Permukaan Akar
Satu skor akan diberikan untuk setiap permukaan akar. Fasial, mesial, distal, dan lingual
permukaan akar pada setiap gigi harus diklasifikasikan sebagai berikut:
Code E: Jika permukaan akar tidak dapat divisualisasikan secara langsung sebagai akibat dari
resesi gingiva atau pengeringan udara yang rendah, maka hal tersebut dikecualikan.
Permukaan yang seluruhnya tertutup oleh kalkulus gigi (karang) dapat dikecualikan atau
kalkulus gigi (karang) dapat dihilangkan sebelum memastikan permukaan.
Kode 0: permukaan akar tidak menunjukkan perubahan warna yang tidak biasa yang dapat
membedakannya dari sekitarnya atau area akar yang berdekatan juga tidak menunjukkan
kerusakan permukaan baik di CEJ atau pada keseluruhan permukaan akar. Permukaan akar
mungkin memiliki kontur anatomi alami atau permukaan akar mungkin menunjukkan
hilangnya kontinuitas permukaan yang pasti atau kontur anatomi yang tidak sesuai dengan
proses karies.
Kode 1: ada area yang dibatasi dengan jelas pada permukaan akar atau pada CEJ yang
berubah warna tetapi tidak ada kavitas yang terlihat (kehilangan kontur anatomi < 0.5 mm).
Kode 2: ada area yang dibatasi dengan jelas ada permukaan akar atau pada CEJ yang berubah
warna (coklat terang/gelap, hitam) dan ada kavitas yang terlihat (kehilangan kontur anatomi >
0.5 mm).
Kesimpulan
Sistem deteksi dan asesmen karies internasional memungkinkan seseorang untuk mencatat
tingkat keparahan dan kejadian karies dalam sebuah kontinum.
Hal ini mengarah pada perubahan paradigma dalam konsep pencatatan lesi kavitas dan tidak
kavitas.
ICDAS akan mempromosikan terapi preventif dalam skala global yang mendorong
remineralisasi dari lesi yang tidak kavitas yang mengakibatkan lesi tidak aktif dan pelestarian
struktur gigi, fungsi dan juga estetikanya dan DMF yang menurun secara keseluruhan.

PERAWATAN INDIRECT PULP PADA GIGI MOLAR PERMANEN: LAPORAN KASUS


FOLLOW-UP SELAMA 4 TAHUN
Ticiane Cestari. et all. 2009. Indirect Pulp treatment in a Permanent Molar: Case Report of 4-
Year Follow-Up. Journal of Applied Oral Science. 2009; 17(1):70-4.

Pendahuluan
Untuk menghindari terbukanya pulpa. Prosedur konservatif disarankan untuk dilakukan:
perawatan Indirect Pulp (IPT).

IPT membuang dentin yang telah terinfeksi. Terbagi menjadi dua step dengan jangka waktu
dari step pertama dan kedua kurang lebih 8 sampai 12 minggu untuk menunggu pulpa
kembali pulih.

Step pertama = pengangkatan karies dentin parsial dan menutupnya dengan kalsium
hidroksida dan bahan restoratif.
Step kedua = pengangkatan lesi karies yang tersisa dan gigi dipulihkan secara konvensional.

Laporan Kasus
Kasus pada pasien laki-laki usia 16 tahun dan indikasi untuk melakukan prosedur IPT
1. Riwayat a. Ketidaknyamanan ketika diberikan stimulus thermal
b. Tidak ada riwayat rasa sakit mendadak
2. Pemeriksaa a. Terdapat lesi karies aktif di dentin dalam
n Klinis b. Tidak ada diagnosis klinis pulpa terbuka, fistula,
pembengkakan jaringan periodontal, dan mobilitas gigi yang
tidak normal (figure 1)
c. Tidak ada gejala klinis pulpitis ireversibel, seperti nyeri tiba-
tiba atau sensitif terhadap tekanan
d. Penampilan normal gingiva yang berdekatan
e. Warna gigi normal
3. Pemeriksaa a. Tidak ada radiolusen di daerah periapikal, atau penebalan
n Radiografi ruang periodontal, yang dapat menunjukkan adanya patologi
pulpa ireversibel atau nekrosis (figure 2)
b. Ekstensi lesi karies harus sedemikian rupa sehingga
pengangkatan karies total dapat menunjukkan resiko
terbukanya pulpa

Step Pertama
- Profilaksis gigi dengan air dan pumice, diikuti dengan anestesi lokal. Daerah operatif
kemudian diisolasi dengan rubber dam.
- Bur diamond pada kecepatan tinggi dengan semprotan udara/air untuk menghilangkan
enamel dan mencapai lesi karies. Dentin yang terinfeksi diangkat dengan spoon
excavator #17 yang diikuti dengan bur karbida bulat pada kecepatan rendah yang
kompatibel dengan ukuran kavitas. Penggalian dilakukan dengan hati-hati untuk
menghilangkan bagian karies dentin yang basah (figure 3), meninggalkan bagian
kering demineralisasi dentin yang terdampak (figure 4).
- Kavitas dibasuh dengan kalsium hidroksida dan larutan air suling pada PH 12 dan
dikeringkan dengan kapas pellets steril. Balutan kalsium hidroksida dan pasta air
suling ditempatkan langsung di dentin yang terinfeksi pada dasar kavitas (figure 5).
- Bahan yang tersisa dibuang dari daerah sekitarnya.
- Untuk sementara, gigi dipulihkan dengan RMGIC.
- Setelah pengangkatan rubber dam, oklusi diperiksa untuk mencegah stres oklusi
(figure 6).
Step Kedua
- Setelah 60 hari, dilakukan pencatatan klinis dan radiografi baru pada gigi yang telah
dilakukan prosedur. Tidak ada rasa sakit tiba-tiba yang dilaporkan selama periode ini
dan respon terhadap rangsangan dingin dan panas sudah sesuai dengan vital pulpa
normal. Tidak ada tanda-tanda radiolusen apikal atau resorpsi dentin (figure 7).
- Setelah anestesi lokal, gigi dibuka kembali untuk pembuangan karies non
remineralisasi pada dentin dengan excavator dan bur karbida bulat pada kecepatan
rendah, sehingga mengindari pulpa yang terbuka (figure 8).
- Kavitas dibasuh dengan larutan kalsium hidroksida, dikeringkan dengan kapas pellets
steril dan dilapisi dengan cement kalsium hidroksida, diikuti dengan aplikasi RMGIC
(figure 9).
- Gel asam fosfat 35% diaplikasikan selama 30 detik, dibilas dan dikeringkan dengan
kertas penyerap. Komposit resin dimasukkan menggunakan teknik inkremental.
Setiap inkremen dipolimerisasi selama 40 detik. Setelah rubber dam diangkat, okulasi
diperiksa (figure 10).

Follow-Up
Setelah 4 tahun, pemeriksaan klinis dan radiografi sudah sesuai dengan vital pulpa yang
normal (figure 11, 12).

Diskusi
Prosedur IPT dipilih dengan pertimbangan riwayat, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
radiografi.
Sebagian besar penelitian yang ada melakukan prosedur IPT untuk perawatan karies pada
gigi molar primer dan hanya sedikit penelitian yang dilakukan pada gigi permanen. Studi
retrospektif dan prospektif menunjukkan bahwa kesuksesan IPT pada kedua kasus cukup
serupa.
Usia pasien adalah faktor lain yang harus dipertimbangkan karena ada pengurangan populasi
sel, volume pulpa, dan suplai vaskular dengan peningkatan usia pulpa.
Material yang akan digunakkan pada dentin demineralisasi juga menjadi pertimbangan.
Tingkat keberhasilan IPT pada karies dalam dengan menggunakan kalsium hidroksida
bervariasi dari 92% sampai 97%.
Tingkat keberhasilan penggunaan GIC selama 2 tahun pada karies dalam di gigi primer
adalah 92%. Hal tersebut mungkin disebabkan dari efek antrimikroba pada mutan
streptococci.
Pada kasus diatas, pasta kalsium hidroksida digunakan dan kemudian diikuti dengan
penempatan restorasi RMCIC. Setelah 60 hari, restorasi diganti dengan cement liner kalsium
hidroksida, yang diikuti dengan aplikasi RMGIC dan penempatan restorasi perekat. Setelah 4
tahun, tidak ditemukan tanda degenerasi pulpa.

Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan klinis dan radiografi, dapat disimpulkan bahwa IPT
mempertahankan vitalitas pulpa dan fungsi gigi molar permanen.

Anda mungkin juga menyukai