Makalah Tasawuf Kel. 3
Makalah Tasawuf Kel. 3
TUJUAN TASAWUF
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah akhlak tasawuf
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUMATERA UTARA
T. A . 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya.
Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah akhlak tasawuf ini. Adapun maksud dan tujuan kami disini yaitu menyajikan
beberapa hal yang menjadi materi dari makalah kami. Makalah ini membahas mengenai
“Tujuan Tasawuf”. Makalah ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk para
pembacanya.
Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak kekurangan. Kami
mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan
dapat berguna semaksimal mungkin.
Demikianlah semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…............................................................................................i
KATA PENGANTAR….........................................................................................ii
DAFTAR ISI…........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………...1
C. Tujuan ………………………………………………………………….........1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Tujuan Tasawuf………………………………………………………………2
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….........5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari tasawuf tersebut ?
2. Bagaimana cara mencapai tujuan tasawuf tersebut ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan dari tasawuf
2. Untuk mengetahui cara mencapai tujuan tasawuf terswbut
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tasawuf itu diciptakan hanya sebagai media lintasan untuk mencapai maqasid
al syar’i (tujuan-tujuan syar’i). Sebagai contoh orang yang diperintahkan naik ke atas
atap rumah, maka secara tidak langsung ia juga diperintahkan untuk mencari media
yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas itu dengan cara menaiki tangga.
Berikut tujuan tasawuf diantaranya adalah:
1. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
2. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
3. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
4. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
5. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan), dalam arti
bahwa Allah SWT melihat hamba-hambaNya dari atas arsy dan meliputi mereka
dan segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat), pendengaran (sama’) dan
penglihatan (bashar) Nya.
6. Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat Rasulullah
SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syari’at dan meniupkan ruh kehidupannya,
sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum muslimin untuk dapat memimpin
kembali umat, baik ilmiah, pemikiran keagamaan maupun politik. Selain itu
mereka juga mampu mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya, baik
peta politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa yang ada
dari alenasi dan kehancuran
Untuk mencapai tujuan ini seorang sufi harus menjalani proses dan latihan
spiritual yang panjang yaitu melalui tahapan-tahapan kesufian menuju Allah yang
disebut dengan maqamat.
2
1. Zuhud
Zuhud artinya menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan
dunia. Di antara beberapa tokoh zuhud yang terkenal adalah:
a. Sa’id bin Musayyab (91 H), murid dari Abu Hurairah
b. Hasan Bashri (21 H)
c. Sufyan Ats-Tsauri, lahir di Kuffah 97 H.
d. Ibrahim bin Adham (w. 165 H) lahir di Balkh, Persia. Ia merupakan
seorang pangeran muda yang menanggalkan baju kebesarannya, lalu terjun ke
dunia zuhud.
2. Mahabbah
Tokoh mahabbah yang terkenal adalah Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185 H).
Rabi’ah dilahirkan di Basrah, hidupnya bermula sebagai hamba sahaya yang
kemudian mengabdikan hidupnya dengan shalat dan berdzikir sepanjang
malam. Bagi Rabi’ah, zuhud harus dilandasi dengan mahabbah (rasa cinta)
yang mendalam, kepatuhan kepada Allah bukanlah tujuannya, karena ia tidak
mengharapkan nikmat surge dan tidak takut adzab neraka, tetapi ia mematuhi-
Nya karena cinta kepada-Nya. Menurut Rabi’ah, cinta kepada Ilahi
mempunyai dua bentuk, yaitu cinta rindu dan cinta karena ia layak dicintai.
4. Ittihad
Ittihad yaitu pengalaman kesatuan seorang sufi. Seorang sufi akan mabuk
dalam kenikmatan bersatu dengan Allah. Dalam kondisi seperti ini tidak
jarang muncul ucapan-ucapan yang ganjil seperti kata-kata Ana Al-Haq (Aku
adalah Al-Haq), aku adalah Yang Satu. Kata-kata initerlontar hanya seketika,
karena merasa begitu menyatunya dengan Yang Haq yaitu Allah SWT. Tokoh
yang popular dalam ittihad ini adalah Abu Yazid Al-Bastami.
5. Hulul
Tokoh yang terkenal dalam hulul adalah Abu Mansyur AlHallaj.
Menurutnya tingkat fana’ yang dicapai oleh para sufi bukan hanya
membawanya kepada ittihad, tetapi lebih jauh lagi yaitu hulul. Hulul yaitu
bertempatnya sifat ketuhanan kepada sifat kemanusiaan. Dalam hal ini, Al-
Hallaj dipandang sebagai sufi controversial sehingga harus berakhir di tiang
gantungan.
6. Wandatul Wujud
Tokoh yang terkemuka dalam wandatul wujud adalah Ibnu Arabi. Dari
beberapa maqamat dan pengalaman sufi di atas, dapat kita teladani dalam
hidup keseharian sesuai dengan kapasitas kemampuan kita, dengan sendirinya
akan bermunculan akhlak terpuji yang bias membangun kehidupan
bermasyarakat.
3
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan tasawuf diantaranya adalah:
a. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
b. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
c. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
d. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
e. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan).
Para ulama’ atau sufi banyak berbeda pendapat mengenai pengkategorian
susunan tahapan atau maqamat ini, seperti Abu Nasr As-Sarraj mengemukakan ada
tujuh yang harus ditempuh oleh seorang sufi, hal ini berbeda dengan Abu Khair, yang
menyebutkan sampai 40 maqamat yang harus ditempuh oleh seorang sufi. Perbedaan
ini karena di antara para sufi itu memiliki pengalaman rohani yang berbeda-beda
ketika menemouh maqamat tersebut.
4
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa Zahri. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1976.
Rosihon Anwar. Akhlak tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2009.