Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TERSTRUKTUR

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan

Dosen Pengampu : Yuditha Nindya KR, SKM, MPH

Disusun Oleh :

Novita Fajrin Nurhanifah

I1A018004

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO

2020
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2019

Mencabut KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 1993

KEPPRES NOMOR 22 TAHUN PERPRES NOMOR 7 TAHUN


1993 tentang Penyakit Yang 2019 tentang Penyakit Akibat
Timbul Karena Hubungan kerja Kerja

A. KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 1993 tentang Penyakit Yang


Timbul Karena Hubungan Kerja
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993
ditetapkan pada tanggal 27 Februari 1993, merujuk kepada penyakit yang timbul karena
hubungan kerja maka setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena
hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. Batas pengajuan klaim bahwa
tenaga kerja positif mengidap penyakit akibat hubungan kerja adalah 3 tahun segera
tenaga kerja tersebut mengakhiri hubungan kerjanya dengan melampirkan hasil diagnosis
dokter yang merawat. Pada keppres ini terdapat 31 jenis penyakit akibat hubungan kerja.

B. PERATURAN PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2019 tentang Penyakit Akibat


Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau
lingkungan kerja. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (3) Peraturan Pemerintan
Nomor 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
jaminan Kesehatan Presiden Joko Widodo pada tanggal 25 Januari 2019 menetapkan
Peraturan Presiden tentang Penyakit Akibat Kerja. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun
2019 tentang Penyakit Akibat Kerja diundangkan oleh Menkumham Yasonna H. Laoly
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 18 pada tanggal 29
Januari 2019 di Jakarta.
Menurut Perpres ini, pekerja didiagnosis menderita penyakit akibat kerja
berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) meskipun hubungan kerja telah berakhir, hak atas manfaat JKK sebagaimana
dimaksud menurut Perpres ini diberikan apabila penyakit akibat kerja timbul dalam
jangka waktu paling lama 3 tahun sejak hubungan kerja berakhir. Namun sebelum
mengajukan klaim pekerja harus terlebih dahulu membuktikan penyakit yang diderita
secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat. Pembuktian tersebut harus
dilakukan oleh dokter atau dokter spesialis yang berkompeten di bidang kesehatan kerja.
Apabila jenis penyakit akibat kerja belum tercantum dalam lampiran sebagaimana
dimaksud menurut Perpres ini, penyakit tersebut harus memiliki hubungan langsung
dengan pajanan yang dialami pekerja. Penyakit yang telah didiagnosis sebagai penyakit
akibat kerja menurut Perpres ini, dilakukan pencatatan dan pelaporan untuk kepentingan
pendataan secara nasional.
Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2019 tentang penyakit akibat kerja. Perpres ini
mengatur penyakit akibat kerja dalam 4 kategori jenis penyakit. Pertama, penyakit yang
disebabkan pajanan (peristiwa yang menimbulkan risiko penularan) faktor yang timbul
dari aktivitas pekerjaan. Kedua, berdasarkan sistem target organ. Ketiga, kanker akibat
kerja. Keempat, penyakit spesifik lainnya. Dari keempat kategori itu total ada lebih dari
88 jenis penyakit akibat kerja. Misalnya kerusakan pendengaran yang disebabakan oleh
kebisingan. Kemudian, asma yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi atau zat iritan
yang dikenal yang adda dalam proses pekerjaan. Kanker yang diakibatkan oleh zat seperti
asbestos, dan benzene. Untuk penyakit spesifik lainnya seperti nystagmus pada
penambang. Ditegaskan pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, Keputusan
Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

C. PERUBAHAN
Secara garis definisi dan penilaian penyakit akibat kerja tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Perbedaan yang cukup terlihat pada jumlah penyakit akibat
kerja. Pada Keppres Nomor 22 Tahun 1993 hanya terdapat 31 jenis penyakit akibat kerja
sedangkan pada Perpres Nomor 7 Tahun 2019 terdapat 88 jenis penyakit akibat kerja.
Manfaat yang dijamin sekarang jauh lebih banyak dibanding sebelumnya yang hanya 31
jenis penyakit akibat kerja yang diatur dalam Keppres Nomor 22 Tahun 1993.
Pemerintah telah memperluas aturan perlindungan kesehatan bagi tenaga kerja
dengan risiko pekerjaan tinggi. Lewat Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan pekerja yang sakit akibat kerja bisa menerima
manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) berupa uang tunai maupun layanan kesehatan.
Kebijakan baru tersebut juga menetapkan perkerja yang didiagnosis menderita penyakit
akibat kerja berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK meskipun
kerja telah berakhir selama 3 tahun. Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada Perpres Nomor 7 Tahun 2019 secara spesifik menyebutkan manfaat uang
tunai atau pelayanan kesehatan yang tidak tertera pada Keppres Nomor 22 tahun 1993.

Anda mungkin juga menyukai