Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TERSTRUKTUR

IDENTIFIKASI ISU-ISU KEBIJAKAN KESEHATAN PADA BIDANG ILMU


KESEHATAN MASYARAKAT
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan

Dosen Pengampu : Yuditha Nindya KR, SKM, MPH

Disusun Oleh :

Novita Fajrin Nurhanifah

I1A018004

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO

2020
A. Identitas Jurnal
Judul : Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor Terhadap
Layanan Konseling Dan Tes Sukarela Pada Calon Pengantin Di
Kota Bogor Dalam Konteks HIV/AIDS.
Penulis : Yohana Wulan Rosaria, Sri Wahyuni.
Institus : Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung.
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Kesehatan.
Volume : 9
Nomor : 1
Halaman : 101 – 107
Publikasi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang (POLKESMAS).
Waktu Publikasi : April 2020

B. Analisis Kebijakan
1. Apa agenda kebijakan yang menjadi pokok masalah dalam jurnal tersebut?
Agenda kebijakan yang menjadi pokok permasalahan pada jurnal penelitian ini yaitu
terkait implementasi kebijakan pemerintah daerah Kota Bogor dalam rangka pencegahan
dan penanggulangan HIV-AIDS dalam bentuk regulasi dengan penyusunan suatu
Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS dengan
menetapkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 4 Tahun 2016 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS pada pasal 12 paragrap 3 tentang pencegahan penularan
HIV/AIDS pada calon pengantin yang tertera pada pasal 13 ayat 3 yang berbunyi “setiap
calon pengantin dirujuk ke Puskesmas untuk melakukan tes HIV/AIDS”.
2. Siapa yang menulis/menerbitkan dokumen?
Jurnal penelitian ini dipublikasi oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
(POLKESMAS). Penulis jurnal adalah peserta tidak terlihat yaitu akademisi dari Prodi
Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung. Peserta tidak terlihat ini adalah peserta
yang menilai kebijakan tersebut apakah efektif atau tidak.
3. Mengapa dokumen tersebut disusun?
Dokumen ini disusun karena peneliti ingin mengetahui apakah peraturan daerah kota
Bogor mengenai konseling dan tes sukarela pada calon pengantin dalam konteks
HIV/AIDS di kota Bogor sudah terimplementasi dengan baik atau belum.
4. Apa kepentingan penulis?
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi kebijakan peraturan daerah
kota Bogor tentang konseling dan tes sukarela pada calon pengantin di kota Bogor dalam
konteks HIV/AIDS. Kebijakan ini adalah salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah
Daerah Kota Bogor dalam rangka pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS
dikarenakan jumlah penderita HIV-AIDS di Kota Bogor masuk dalam tiga besar kota se-
Jawa Barat. Hal ini terjadi akibat adanya interaksi manusia berbagai kalangan sehingga
menjadikan Kota Bogor berpotensi sebagai kawasan yang dapat mempercepat terjadinya
penyebaran HIV-AIDS terutama melalui 2 (dua) cara yaitu hubungan seks yang tidak
aman dan penyalahgunaan NAPZA suntik.
5. Apakah dokumen tersebut mampu mewakili masyarakat menjawab tantangan kesehatan?
Pada dokumen jurnal penelitian ini menemukan ada beberapa penyebab yang
menyebabkan calon pengantin enggan atau tidak melakukan Konseling dan Tes Sukarela
(KTS) di Puskesmas wilayah dimana calon pengantin berdomisili. Diantaranya adalah
karena kurangnya supporting system dari pemerintah kota Bogor dan instansi terkait
berupa Sumber Daya Manusia (SDM) dan dari sarana dan prasarana.
Sehingga peneliti memberikan rekomendasi yaitu perlu adanya peraturan walikota
yang tentang konseling dan tes sukarela pada calon pengantin di kota Bogor sebagai
upaya untuk menurunkan angka kejadian HIV/AIDS di kota Bogor dan untuk melindungi
serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi petugas kesehatan terkait dalam
menjalankan tugasnya. Pendukung sistem yang kurang, bisa tertangani dengan
pembuatan. Peraturan Walikota (Perwali) sehingga program Konseling dan Tes Sukarela
(KTS) ini bisa terpayungi secara hukum sehingga tidak ada yang dirugikan, karena sudah
ada perwali sudah jelas konsekuensinya untuk Dinas Kesehatan Kota Bogor, untuk
Kementerian Agama Kota Bogor dan untuk calon pengantin yang berada di kota Bogor,
sehingga semua pihak terlindungi. Rekomendasi Peraturan Walikota (Perwali) ini
menjawab tantangan kesehatan dimana bisa memaksimalkan kinerja yang ada bagi
seluruh instansi terkait termasuk calon pengantin sehingga para calon pengantin yang
sudah melakukan dan bersedia untuk Konseling dan Tes Sukarela (KTS) menjadi sadar
dan bisa mempengaruhi calon pengantin yang lain untuk Konseling dan Tes Sukarela
(KTS) karena hukum secara resmi bisa membantu merubah orang lain.
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 9, NO.1, APRIL 2020: 101 - 107

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA


BOGOR TERHADAP LAYANAN KONSELING DAN TES SUKARELA
PADA CALON PENGANTIN DI KOTA BOGOR
DALAM KONTEKS HIV/AIDS
Yohana Wulan Rosaria1 , Sri Wahyuni1
1
Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung
yohanarosaria423@gmail.com

Implementation Of Bogor Regional Regulation Policy On Conceling Services And Future


Bridegroom Voluntary Test at Bogor in HIV/AIDS Context

Abstract: One of the efforts made by the Regional Government in the context of HIV-AIDS prevention and
control is through policies in the form of regulations by drafting a Regional Regulation on the Prevention and
Control of HIV-AIDS by stipulating the Bogor City Regional Regulation No. 4 of 2016 concerning the prevention
and control of HIV and AIDS in Article 12 paragraph 3 concerning prevention of HIV / AIDS transmission in
brides listed in article 13 paragraph 3 which reads "every bride is referred to a health center to test HIV / AIDS"
due to the number of sufferers HIV-AIDS in Bogor City is in the top three cities in West Java. This happened due
to human interaction of various groups, making Bogor City potentially as an area that can accelerate the spread
of HIV-AIDS, mainly through 2 (two) ways, namely unprotected sex and injecting drug use.The implementation
of a health service can run well or not really requires the existence of a central government policy which is then
translated into local government policies in accordance with the resources owned by each region. (Sugiharti,
2016) Knowing how the implementation of the Bogor City regional regulation policy on voluntary counseling
and testing on brides in Bogor in the context of HIV / AIDS is the aim of this study.The conclusion of this study is
that there is a need for mayor regulations regarding voluntary counseling and testing for brides in the city of
Bogor in an effort to reduce the incidence of HIV / AIDS in the city of Bogor and to protect and provide security
and comfort for health workers in carrying out their duties.
Keywords: the implementation of the Bogor City local regulation policy, voluntary counseling testing, bride
and groom

Abstrak: Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
HIV-AIDS adalah melalui kebijakan dalam bentuk regulasi dengan penyusunan suatu Peraturan Daerah
tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS dengan menetapkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 4
Tahun 2016 tentang pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS pada pasal 12 paragraph 3 tentang
pencegahan penularan HIV/AIDS pada calon pengantin yang tertera pada pasal 13 ayat 3 yang berbunyi
“setiap calon pengantin dirujuk ke Puskesmas untuk melakukan tes HIV/AIDS” dikarenakan jumlah penderita
HIV-AIDS di Kota Bogor masuk dalam tiga besar kota se- Jawa Barat. Hal ini terjadi akibat adanya interaksi
manusia berbagai kalangan sehingga menjadikan Kota Bogor berpotensi sebagai kawasan yang dapat
mempercepat terjadinya penyebaran HIV-AIDS terutama melalui 2 (dua) cara yaitu hubungan seks yang tidak
aman dan penyalahgunaan NAPZA suntik.Implementasi suatu layanan kesehatan dapat berjalan dengan baik
atau tidak sangat memerlukan adanya kebijakan pemerintah pusat yang kemudian diterjemahkan ke dalam
kebijakan pemerintah daerah sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh masing – masing daerah.
(Sugiharti, 2016) Mengetahui bagaimana implementasi kebijakan peraturan daerah Kota Bogor terhadap
konseling dan tes sukarela pada calon pengantin di kota bogor dalam konteks HIV/AIDS adalah tujuan dari
penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlu adanya peraturan walikota yang tentang konseling
dan tes sukarela pada calon pengantin di kota Bogor sebagai upaya untuk menurunkan angka kejadian HIV/
AIDS di kota Bogor dan untuk melindungi serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi petugas kesehatan
terkait dalam menjalankan tugasnya.
Kata kunci: implementasi kebijakan perda kota bogor, konseling tes sukarela, calon pengantin

101
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 9, NO.1, APRIL 2020: 101 - 107

PENDAHULUAN Kantor Urusan Agama (KUA) Kota


Dari tahun ke tahun jumlah perempuan di Bogor mendukung peraturan daerah kota
Indonesia yang terinfeksi HIV semakin Bogor dengan mewajibkan calon pengantin di
meningkat, seiring dengan meningkatnya wilayah kota Bogor untuk mengikuti konseling
jumlah laki-laki yang melakukan hubungan dan tes sukarela supaya mendapatkan sertifikat
seksual tidak aman, yang akan menularkan bebas HIV/AIDS sebagai salah satu syarat
HIV pada pasangan seksualnya. Berdasarkan administratif selain suntik Tetanus Toxoid
data Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 (TT) bagi calon pengantin. Konseling
jumlah perempuan terinfeksi HIV sebanyak diperoleh pada saat kelas persiapan pranikah
12.279, meningkat pada tahun 2014 menjadi yang diadakan oleh KUA bagi calon
13.467 dan menurun sedikit di tahun 2015 pengantin. Konseling dan tes sukarela (KTS)
menjadi 12.573. (Kemenkes, 2016) adalah intervensi yang berpotensi efektif untuk
Memperhatikan risiko tingginya mencegah penularan HIV dengan mengubah
penularan tersebut, diperlukan penanganan perilaku seksual, dan juga memungkinkan laki-
tidak hanya dari segi medis, tetapi juga dari laki atau perempuan seropositif untuk
psikososial dengan berdasarkan pendekatan membuat keputusan berdasarkan informasi.
masyarakat melalui upaya pencegahan primer, (Depkes, 2010)
sekunder dan tertier. Salah satu upaya tersebut Adapun yang menjadi rumusan masalah
adalah deteksi dini untuk mengetahui status dalam penelitian ini adalah aApakah
seseorang sudah terinfeksi HIV atau belum peraturan daerah kota Bogor mengenai
melalui konseling dan tes HIV/AIDS sukarela, konseling dan tes sularela pada calon
bukan dipaksa atau diwajibkan. (Budiono, pengantin dalam konteks HIV/AIDS sudah
2012) terimplementasi di kota Bogor?
Salah satu kebijakan kota Bogor Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
dalam mengatasi masalah HIV/AIDS dengan implementasi kebijakan peraturan daerah kota
menetapkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. Bogor Tentang konseling dan tes sukarela pada
4 Tahun 2016 tentang pencegahan dan calon pengantin di kota Bogor dalam konteks
penanggulangan HIV dan AIDS pada pasal 12 HIV/AIDS.
paragraph 3 tentang pencegahan penularan METODE PENELITIAN
HIV/AIDS pada calon pengantin yang tertera Penelitian ini menggunakan metode penelitian
pada pasal 13 ayat 3 yang berbunyi “setiap kualitatif. Data kualitatif diperoleh melalui
calon pengantin dirujuk ke Puskesmas untuk triangulasi data dengan focus group discussion
melakukan tes HIV/AIDS”. (Perda Kota (FGD) bersama pemerintah daerah kota Bogor,
Bogor, 2016). Puskesmas, Kementerian Agama, Dinas

102 pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993


Yohana Wulan R, Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor...

Kesehatan Kota Bogor, KUA Kota Bogor, pengantin ke Puskesmas untuk dilakukan
Disdukcapil, Kelurahan, KPA Kota Bogor. tes HIV-AIDS.
Penelitian ini dilakukan di kota Bogor selama (3) Setiap calon pengantin dirujuk ke
6 bulan terhitung dari bulan April sampai Puskesmas untuk melakukan tes HIV-
dengan November 2018 AIDS.
FGD bertujuan untuk mengumpulkan data (4) Pelaksanaan konseling HIV-AIDS
mengenai persepsi dan pandangan peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terhadap sesuatu, tidak berusaha mencari diatur dengan Peraturan Walikota.
konsensus atau mengambil keputusan Artinya pemerintah kota Bogor sudah
mengenai tindakan apa yang akan diambil. membuat
Oleh karena itu dalam FGD digunakan namun masih saja banyak terdapat calon
pertanyaan terbuka (open ended), yang pengantin di kota Bogor yang belum
memungkinkan peserta untuk memberikan melakukan KTS. Hal ini ditunjukkan dengan
jawaban yang disertai dengan penjelasan- pencapaian implementasi kebijakan Perda pada
penjelasan (Krueger, 1988). Teknik ini berbeda angka 17,4% yang masih dalam jumlah
dengan teknik diskusi kelompok lainnya, stagnan dari tahun 2015.
misalnya Delphi process, Brainstorming, Penelitian ini menemukan ada beberapa
Nominal Group yang bisanya bertujuan untuk penyebab yang menyebabkan calon pengantin
membuat suatu konsensus dan memecahkan enggan atau tidak melakukan Konseling dan
masalah sesuai persetujuan semua pihak Tes Sukarela (KTS) di Puskesmas wilayah
(Krueger, 1988). dimana calon pengantin berdomisili.
HASIL PENELITIAN Diantaranya adalah karena kurangnya
Penelitian ini menemukan bahwa sudah supporting system dari pemerintah kota Bogor
terdapat Peraturan Daerah No. 4 tahun 2016 dan instansi terkait berupa Sumber Daya
pada Paragraph 3 pasal 13 tentang pencegahan Manusia (SDM) dan dari sarana dan prasarana.
penularan HIV-AIDS pada calon pengantin Perihal SDM terutamanya dari
yang berbunyi: Kementerian Agama Kota Bogor dan Dinas
(1) Setiap calon pengantin harus mendapat kesehatan Kota Bogor yang kurang dalam
konseling HIV-AIDS pra nikah dari Konselor sosialisasi dan koordinasi meskipun sudah ada
di Kantor Urusan Agama, OPD yang kerjasama, hal ini dikarenakan belum adanya
membidangi Kependudukan dan Pencatatan alur atau Standar Operasional Prosedur yang
Sipil dan Majelis Agama lainnya. jelas diantara keduanya. Kementerian Agama
(2) Setiap Konselor sebagaimana dimaksud Kota Bogor membawahi KUA yang berada di
pada ayat (1) harus merujuk calon wilayah Kota Bogor KUA membawahi

pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993 103


JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 9, NO.1, APRIL 2020: 101 - 107

penyuluh dan penghulu dan Dinas kurang support atau dukungan untuk
Kependudukan Catatan Sipil membawahi kasi melakukan KTS baik dari pasangan calon
perkawinan yang membawahi toga 5 agama pengantin, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat
non Islam meskipun secara infrastruktur dan tokoh agama, dan menyadari dirinya
Kementerian agama tidak berada dibawah rentan terhadap HIV/AIDS. Sehingga tidak
Pemerintahan Kota Bogor sehingga mengalami mau melakukan karena belum siap menerima
kesulitan untuk berkoordinasi meskipun sudah kenyataan dan takut ketahuan karena image
ada sosialisasi dan kerjasama diantara HIV negatif adalah penyakit menular dan
keduanya, hal ini dikarenakan karena belum mematikan dan apa kata orang.
adanya alur atau standar operasional prosedur Untuk kesadaran diri calon pengantin
yang jelas bagi kedua belah pihak. tidak melakukan kTS dilindungi oleh hukum
Secara sarana dan prasarana belum ada yang notabene ada hak asasi manusia (HAM)
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang yang didalamnya dia boleh menolak suatu
mengatur regulasi semua ini dan tidak ada tindakan atau prosedur terhadap dirinya sendiri
kurikulum Konseling dan Tes Sukarela (KTS) dan itu menjadi hak asasi dirinya dan itu
bagi calon pengantin yang harusnya masuk menjadi payung bagi calon pengantin yang
dalam materi kursus pranikah yang harusnya tidak bersedia untuk melakukan KTS untuk
dibuat oleh Dinas Kesehatan bekerjasama berlindung di bawah payung hukum.
dengan Kementerian Agama yang nantinya Koordinasi antar Kementerian Agama dan
apakah dirasakan perlu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan menjadi kurang baik salah
Kementerian Pendidikan Nasional, dimana hal satunya dalam bentuk sosialisasi MOU yang
ini belum bisa diketahui. tidak maksimal. MOUnya ada antara
Dalam sarana prasarana sudah ada kartu Kementerian Agama Kota Bogor dengan Dinas
KTS tapi dicantumkan tulisan tes HIV yang Kesehatan kota Bogor tapi tidak ada
berdampak terhadap motivasi calon pengantin. koordinasi lagi ke KUA, ke Dinas
Karena kata HIV ini memiliki stigma yang Kependudukan dan Catatan Sipil serta Dinas
negatif sehingga calon pengantin enggan Kesehatan Kota Bogor sendiri yang
melakukan sehingga motivasi turun sehingga menyebabkan itu karena SOP-nya tidak ada.
calon pengantin tidak termotivasi untuk Supporting system yang kurang, bisa
melakukan KTS. tertangani dengan pembuatan Peraturan
Kurangnya motivasi calon pengantin Walikota (Perwali) sehingga program KTS ini
untuk KTS bukan hanya dari kata HIV tetapi bisa terpayungi secara hukum sehingga tidak
juga banyak faktor seperti kurangnya ada yang dirugikan, karena sudah ada perwali
pengetahuan calon pengantin tentang HIV, sudah jelas konsekuensinya untuk Dinas

104 pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993


Yohana Wulan R, Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor...

Kesehatan Kota Bogor, untuk Kementerian kalau sudah ada perwali bisa memaksimalkan
Agama Kota Bogor dan untuk calon kinerja yang ada sehingga menjadi calon
pengantinyang berada di kota Bogor, sehingga pengantin menjadi sadar dan bisa
semua pihak terlindungi. mempengaruhi calon pengantin yang lain
Orang bisa belajar sesuatu yang positif untuk KTS karena hukum secara resmi bisa
dan negatif dari lingkungannya diharapkan membantu merubah orang lain.
PEMBAHASAN 5. Secara sarana dan prasarana belum ada
1. Penelitian ini menemukan bahwa sudah Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
terdapat Peraturan Daerah No. 4 tahun 2016 mengatur regulasi semua ini dan tidak ada
pada Paragraph 3 pasal 13 tentang kurikulum Konseling dan Tes Sukarela
pencegahan penularan HIV-AIDS pada (KTS) bagi calon pengantin yang harusnya
calon pengantin. masuk dalam materi kursus pranikah.
2. Banyak calon pengantin di kota Bogor yang 6. Pada sarana prasarana sudah ada kartu KTS
belum melakukan KTS. Hal ini ditunjukkan tapi dicantumkan tulisan tes HIV yang
dengan pencapaian implementasi kebijakan berdampak terhadap motivasi calon
Perda pada angka 17,4% yang masih dalam pengantin. Karena kata HIV ini memiliki
jumlah stagnan dari tahun 2015. stigma yang negatif sehingga calon
3. Calon pengantin enggan atau tidak pengantin enggan melakukan sehingga
melakukan Konseling dan Tes Sukarela motivasi turun sehingga calon pengantin
(KTS) di Puskesmas wilayah dimana calon tidak termotivasi untuk melakukan KTS.
pengantin berdomisili. Diantaranya adalah 7. Kurangnya motivasi calon pengantin untuk
karena kurangnya supporting system dari KTS bukan hanya dari kata HIV tetapi juga
pemerintah kota Bogor dan instansi terkait banyak faktor seperti kurangnya
berupa Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengetahuan calon pengantin tentang HIV,
dari sarana dan prasarana serta belum kurang support atau dukungan untuk
adanya SOP yang jelas. melakukan KTS baik dari pasangan calon
4. Perihal SDM terutamanya dari Kementerian pengantin, tenaga kesehatan, tokoh
Agama Kota Bogor dan Dinas kesehatan masyarakat dan tokoh agama, dan
Kota Bogor yang kurang dalam sosialisasi menyadari dirinya rentan terhadap
dan koordinasi meskipun sudah ada HIV/AIDS.
kerjasama, hal ini dikarenakan belum 8. Calon pengantin tidak melakukan KTS
adanya alur atau Standar Operasional dilindungi oleh hukum yang notabene ada
Prosedur yang jelas diantara keduanya. hak asasi manusia (HAM) yang didalamnya
dia boleh menolak suatu tindakan atau

pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993 105


JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 9, NO.1, APRIL 2020: 101 - 107

prosedur terhadap dirinya sendiri dan itu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75
menjadi hak asasi dirinya. Tahun 2006 Tentang Komisi
9. Koordinasi antar Kementerian Agama dan Penanggulangan AIDS Nasional,
Dinas Kesehatan menjadi kurang baik salah http://www.aidsindonesia.or.id/repo/perpus
satunya dalam bentuk sosialisasi MOU yang takaan/Perpres75Thn2006.pdf
tidak maksimal. Irwan Budiono, 2012. Konsistensi Penggunaan
Kondom oleh Wanita Pekerja Seks /
PENUTUP Pelanggannya. Kemas, Jurnal Kesehatan
Pendukung sistem yang kurang, bisa Masyarakat. Volume 7 no. 2, 2012
tertangani dengan pembuatan Peraturan Walikota Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun
(Perwali) sehingga program KTS ini bisa 2016,http://data.kotabogor.go.id/dataset/pe
terpayungi secara hukum sehingga tidak ada yang raturan-daerah-kota-bogor-nomor-7-tahun-
dirugikan, karena sudah ada perwali sudah jelas 2016
konsekuensinya untuk Dinas Kesehatan Kota Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia.
Bogor, untuk Kementerian Agama Kota Bogor Jakarta: Depkes RI.
dan untuk calon pengantinyang berada di kota https://news.detik.com/berita/d-3135382/kasus-
Bogor, sehingga semua pihak terlindungi. hivaids-tinggi-calon-pengantin-di-kota-
Perwali bisa memaksimalkan kinerja yang ada bogor-harus-tes-kesehatan, diunduh
bagi seluruh instansi terkait termasuk calon tanggal 20 Maret 2017
pengantin sehingga para calon pengantin yang Derison Marsinova Bakara, 2014. Pengaruh
sudah melakukan dan bersedia untuk KTS Penyuluhan Kesehatan Tentang HIV/AIDS
menjadi sadar dan bisa mempengaruhi calon Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa
pengantin yang lain untuk KTS karena hukum SMA. Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor
secara resmi bisa membantu merubah orang lain. 1, April 2014, hlm 67-70
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2013. Statistik Kasus Rakyat republik Indonesia dan Komisi
HIV/AIDS di Indonesia, diunduh dari Penanggulangan AIDS. Strategi dan
http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf pada Rencana Aksi Nasional Penanggulangan

tanggal 13 Maret 2018 HIV dan AIDS 2010 – 2014. Komisi

Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Statistik Kasus Penanggulangan AIDS Nasional 2010.

HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta:Ditjen http://www.aidsindonesia.or.id/repo/ES-

PP&KL Kementerian RI; 2016 SRAN20102014.pdf


http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/dae
rah/15/08/16/nt5man365-calon-pengantin-

106 pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993


Yohana Wulan R, Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor...

kota-bogor-wajib-tes-hiv diunduh pada Kemenkes RI. (2013). Statistik Kasus HIV/AIDS


tanggal 13 Maret 2018 di Indonesia diunduh dari
Sugiharti dan Heny Lestary, 2016. Bagaimana http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf pada
Kebijakan Pemerintah Daerah di Provinsi tanggal 26 Juni 2013
Jawa Barat Dalam Implementasi Nasronudin, Maramis, Margarita M, Konseling,
Layanan Pencegahan Penularan HIV- Dukungan, Perawatan, dan Pengobatan
AIDS dari Ibu ke Anak (PPIA). Buletin ODHA. Airlangga University Press.
Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 4, Surabaya, 2007
Desember 2016 : 253 - 264 Wei Ma, Roger Detels, Yuji Feng, et al;
Utha.2010.GuguskendaliMutu.http://utha99.word Acceptance of and Barriers for Voluntary
press.com/2010/06/08/w-edward-deming- HIV Counseling and Testing Among Adults
gkmgugus-kndali-mutu-dan-kaizen/. in Guizhou Province, China. National
diakses 29 maret 2012 Institutes of Health (NIH) Public Access;
Sari,RatnaDewi.2010.GambaranMutu.http://lonta 21 (suppl 8): s129-s135, December 2007
r.ui.ac.id/file?file=digital/123995-S-5373- Kimani, G.N., Kara, M., L. Nyala, M.L (2012).
Gambaran%20mutu- Students’ Sexual behaviour in the Context
Literatur.pdf.Diakses 1 April 2012 Of HIV/Aids Education in Public
Sudrajat.2011.Teori4Lensa.http://wwwblogsudraj Secondary Schools: A Case for Kangudo
at.blogspot.com/2011/05/teori-4- Division, Kenya.International Journal of
lensa_18.html.Diakses 1 April 2012 Humanities and Social Science Vol. 2 No.
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010. 23; December 2012
Strategi Nasional Penanggulangan HIV Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Strategi
dan AIDS 2010-2014. Komisi Nasional 2007-2010. Jakarta, 2007
Penanggulangan AIDS Nasional. Jakarta :
KPAN.

pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993 107

Anda mungkin juga menyukai