Anda di halaman 1dari 6

ANAMNESIS

 Anamnesis merupakan langkah penting dalam mengevaluasi pasien agar

mendapatkan informasi yang diperlukan dalam menentukan diagnosis.

 Pada penderita taeniasis, perlu juga ditanyakan, apakah penderita pernah

mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita baik pada waktu buang air besar

maupun secara spontan.

 Berdasarkan skenario, anamnesis yang didapatkan yaitu identitas pasien laki-laki 30

tahun,

 keluhan utamanya didapati nyeri pada daerah perut dan sertai gejala mual sejak 3

hari yang lalu.

 Pasien gemar makan daging sapi yang dimasak setengah matang.

PF

 Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan mendapatkan hasil TTV pasien

 Perlu dilakukan pemeriksaan head to toe, terutama pada penderita taeniasis untuk

melakukan pememeriksaan bagian abdomen untuk lebih meyakinkan daignoisis

PP

 Pemeriksaan feses:

o merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan -> meliputi warna tinja, bau,

konsistensi, lendir, darah, dan parasit.

o untuk mengidentifikasi jenis parasite yg menginfeksi

o Diagnosis ditegakkan ->dengan menemukan telur/proglotid cacing pada feses

 Selain itu, ada pemeriksaan darah.

o Biasanya terdapat peningkatan kadar eosinophil 1-15%

 Pemeriksaan biomolekuler
o tidak dikerjakan secara rutin sebagai alat diagnostik

o Yg dapat di lakukan -> pemeriksaan  (ELISA) untuk mendeteksi

antigen Taenia sp. yang terdapat di dalam feses

 Berdasarkan scenario, pd pemeriksaan feses ditemukan:

o telur cacing berdinding tebal dengan struktur radier yang berisi embrio

heksakan.

o potongan proglotid ukuran 16×6 mm dengan uterus yang bercabang 20 buah.

WD & DD

 terdapat taeniasis saginata, taeniasis solium, taeniasis asiatica, difilobotriasis

1. Taeniasis saginata:

 Taeniasis saginata adalah infeksi akibat spesies cacing pita dewasa di usus yaitu

Taenia saginata.

 Manusia mengonsumsi daging sapi yang kurang matang yang mengandung

sistiserkus.

 Hospes definitive -> manusia

 Hospes perantara -> sapi

2. Taeniasis Solium

 Adanya infeksi oleh cacing Taenia solium

 hospes definitif yaitu manusia dan hospes perantaranya adalah babi

3. Taeniasis Asiatica

 disebabkan oleh Taenia asiatica, salah satu jenis cacing pita yang biasanya terdapat

pada organ babi, misalnya hati atau paru-paru.


 hospes definitif yaitu manusia dan hospes perantaranya adalah babi

4. Difilobotriasis

 Disebabkan oleh Diphyllobothrium latum

 Hospes definitifnya manusia, hospes resevoarnya anjing kuncing beruang, hospes

perantaranya ikan air tawar (ikan salem)

 Diagnosisnya sama, yaitu dengan menemukan telur atau proglotid dalam feses.

 Berikut perbedaan morfologi berdasarkan cacing2 penyebabnya:

1) Taenia saginata

o Telur : Telur dari Taenia sp juga sedikit sulit dibedakan. Biasanya berbentuk

bulat, berdiameter 30-40 mikron, dibungkus oleh embriofor berdinding tebal

dengan struktur garis-garis radier, berisis embrio heksakan, memiliki 6 buah

kait2/onkosfer.

o Skoleks: memiliki ukuran cukup kecil yaitu sekitar 1-2 mm, terdapat 4 batil hisap,

tidak memiliki rostelum

o Proglotid: berukuran 16x6 mm, folikel testis yang berjumlah 300-400 buah yg

tersebar di bidang dorsal, ovarium terletak di sepertiga bagian posterior

proglotid, memiliki cabang uterus 15-30 buah.

o Cacing dewasa: Panjang 4-12 meter dapat mencapai 25 meter, ini skoleks

(kepala), leher dan strobila (terdiri proglotid imatur, matur, proglotid gravid),

Strobila terdiri dari 1000-2000 proglotid.

2) Taenia solium
o Skoleks: bulat lonjong berdiameter ± 1mm, memiliki empat batil isap,

roselumnya mempunyai dua baris kait kecil

o Proglotid : Proglotid gravid panjangnya 1 ,5 x lebih besar dari lebarnya, Uterus

memiliki cabang 7-13

o Cacing dewasa: Panjang 2-7 meter, terdiri dari 1000 proglotid

3) Taenia asiatica

o Skoleks: Skoleks diikuti leher yang pendek dan langsing kemudian diikuti strobila.

Strobila berisi 700 proglotid, Skoleks memiliki 4 batil hisap

o Proglotid: jumlah cabang uterus sebanyak 13

o Cacaing dewasa: berwarna putih kekuningan, berukuran 3,5m.

4) Diphyllobothrium latum

o Kepala : lonjong seperti sendok , tidak ada batil hisap, namun ada lekuk hisap

(bothria)

o Proglotid: Lubang genital dan lubang uterus di tengah2 à Yang titik2 itu testis

o Telur: berukuran ± 65 x 45 mikron, operkulum (kalo telur sudah matang nanti

operkulum akan terbuka yg isinya embrio heksakan)

o Cacing dewasa: berwarna kuning ke abu2an, panjangnya 3-10 m, memiliki lebih

dari 3000 buah proglotid

ETIOLOGI

 diakibatkan oleh Taenia saginata, Cacing dewasa hidup di bagian atas jejunum yang

dapat bertahan hidup sampai 20 tahun dalam usus.

 tidak sengaja  menelan telur cacing pita dari makanan atau air yang sudah tercemar

oleh kotoran orang atau hewan yang mengandung cacing pita


EPIDEMIOLOGI

 kosmopilit, banyak di negara yang penduduknya banyak makan daging sapi/kerbau

 Seperti di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Timur, Afrika Timur dan Barat dan Asia.

 Dan juga indonesia seperti Sumatra Utara (P. Samosir), Lampung, Jakarta,

Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT, Irian Jaya.

PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS

 Port de’entreenya biasanya melalui oral

 Dengan siklusnya: Proglotid gravid keluar secara aktof melalui anus bersama fesesà

prcah menjadi telu yang berisi embrio heksakan, kemudia akan menempel di padang

rumput atau karena tinja yg hanyut di air sungaià termakan oleh sapi (HP) à di dalam

tubh hewan ternak akan tumbuh menjadi larva (sisterkus bovis) à larva yang

terdapat di daging sapi yang dimasak kurang matang termakan oleh manusia

àskoleksnya keluar dari larva dengan cara dan melekat pada mukosa usus halus à

siklusnya berulang

 Gejala yang lebih berat dapat terjadi à apabila proglottid masuk apendiks, terjadi

ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing à appendicitis

TATALAKSANA & PENCEGAHAN

 prazikuantel: dosis tunggal 5-10 mg/kgBB

 Niklosamid: 2 gram (4 tablet @ 500 mg) atau diberikan 1 gr dengan jarak 1 jam

 Mebendazol: dosis 600-1200 mg/hari selama 3-5 hari


 Pencegahan: menghilangkan sumber infeksi dengan menngobati penderita, edukasi

untuk mengubah kebiasaan dalam (mencuci tangan sebelum makan, pemakaian

jamban keluarga agar tinja tidak mecemari rumput/air sehingga termakan oleh

hewan ternak, memasak daging hingga matang)

PROGNOSIS

Prognosis pada penyakit ini baik, karena infeksi T.saginata jarang sekali menimbulkan

komplikasi, sehingga prognosis pasien pun baik. Kadang kadang sulit untuk menemukan

skoleks dalam tinja setelah pengobatan dilakukan.

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai