Anda di halaman 1dari 7

Aria Rizky Utami, Dwi Indria Anggraini dan Muhammad Syafei Hamzah| Kasus Morbus Hansen Tipe Lepromatosa

dengan Neuritis
Akut dan Cacat Derajat Dua

Kasus Morbus Hansen Tipe Lepromatosa dengan Neuritis Akut dan Cacat
Derajat Dua
Aria Rizky Utami1, Dwi Indria Anggraini2, Muhammad Syafei Hamzah3
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2,3
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Morbus Hansen atau kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang dapat
menyerang saraf perifer, kulit serta organ lain kecuali susunan saraf pusat. Terdapat 2 tipe pada penyakit kusta
yaitu Pausibasilar (PB) dan Multibasilar (MB) yang dibedakan berdasarkan lesi kulit dan kerusakan saraf. Laporan
kasus ini bertujuan untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana morbus hansen. Laki-laki berusia 49 tahun,
mengeluhkan muncul bercak baal berwarna putih kehitaman dan bersisik yang menyebar pada hampir seluruh
tubuh sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,7C dan pernapasan 22
x/menit. Pada pemeriksaan kepala pada supersilia terdapat madarosis (+/+), pada auricula infiltrat eritematosa
(+/+). Pada pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior terdapat atrofi pada otot-otot intrinsik disertai anestesi
pada kanan dan kiri. Status dermatologis pada pasien ini didapatkan pada regio generalisata terdapat makula plak
hipopigmentasi-hiperpigmentasi ukuran plakat multipel difus dengan skuama. Pemeriksaan Bakterioskopik BTA +1
pada cuping telinga kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri. Tatalaksana pada pasien ini
berupa pemberian Multidrug Therapy (MDT) tipe multibasilar yaitu hari 1 rifamfisin 600 mg/bulan, klofazimin 300
mg/bulan dan dapson 100 mg/bulan. Selanjutnya hari 2-28 obat berisi klofazimin 50 mg/hari dan dapson 100
mg/hari. Selain itu pasien juga diberikan metilprednisolon 32 mg/hari dengan dosis 2 kali sehari dan vitamin B1, B6
dan B12 1 kali sehari.

Kata kunci : Cacat derajat dua, lepromatosa, morbus hansen

Morbus Hansen Type Lepromatous Case with Acute Neuritis and Second
Degree Disability
Abstract
Morbus Hansen or leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae which can attack the
peripheral nerves, skin and other organs except the central nervous system. There are 2 types of leprosy, namely
Pausibasilar (PB) and Multibasilar (MB), which are distinguished by skin lesions and nerve damage. This case report
aims to determine the diagnosis and management of morbus hansen. 49-year-old man, complaining of black and
white scaly patches appearing and spread to almost the entire body since 4 months before entering the hospital. On
physical examination, the patient looked moderately ill, awareness of compost mentis, blood pressure 110/80
mmHg, pulse 84 x / minute, temperature 36.7C, and respiration rate 22 x / minute. On head examination, in
supersilia there is madarosis (+ / +), on ear erythematous infiltrates (+ / +). On examination of the superior and
inferior extremities there is atrophy in the intrinsic muscles accompanied by anesthesia on the right and left.
Dermatological status in this patient was found in the generalized region, there was a diffuse hypopigmentation-
hyperpigmentation plaque with squama size. On bacterioscopic examination BTA +1 of the right and left ear lobes,
right and left hands and right and left legs. The management of this patient is Multidrug Therapy (MDT) for
multibacillary type which is day 1 rifamficin 600 mg / month, clofazimin 300 mg / month and dapsone 100 mg /
month. Next day 2-28 the drug contains 50 mg clofazimin / day and dapsone 100 mg / day. In addition, patients
were also given 32 mg of methylprednisolone / day at a dose twice a day and vitamins B1, B6 and B12 once a day.

Keywords: Second degree disability, lepromatosa, morbus hansen

Korespondensi: Aria Rizky Utami, S. Ked., alamat Jl. Turi Raya Gg. Kelapa Warna No. 100 Tanjung Senang, Bandar
Lampung 35141, HP 081368367884, e-mail: ririaria.27@gmail.com

Pendahuluan menyerang saraf perifer, kulit, mukosa


Morbus Hansen atau kusta saluran napas bagian atas dan organ lain
merupakan infeksi kronis yang disebabkan kecuali susunan saraf pusat.1 Morbus
oleh Mycobacterium leprae yang dapat Hansen merupakan salah satu masalah
kesehatan utama yang ada di Indonesia.

Medula | Volume 9 | Nomor 3| Oktober 2019 | 526


Aria Rizky Utami, Dwi Indria Anggraini dan Muhammad Syafei Hamzah| Kasus Morbus Hansen Tipe Lepromatosa dengan Neuritis
Akut dan Cacat Derajat Dua

Menurut WHO pada tahun 2015 Indonesia pasien sulit makan sehingga badan terasa
merupakan negara urutan ketiga dalam lemas. Pasien mengatakan tidak ada
jumlah kasus kusta setelah India dan kesulitan dalam, mengancing baju, ke
Brazil. Angka prevalensi kusta di Indonesia kamar mandi, makan dan lain-lain
pada tahun 2017 sebesar 0,70 meskipun badan terasa lemah untuk
kasus/10.000 penduduk dengan angka melakukan aktivitas, tetapi saat
penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus menggunakan sendal jepit sering terlepas.
per 100.000 penduduk. Penurunan angka 4 hari sebelum masuk RS kondisi pasien
kejadian kusta di Indonesia dinyatakan memburuk. Badan pasien terasa sangat
relatif lambat. 2,3 lemas sehingga tidak mampu melakukan
Gejala klinis yang timbul pada pasien aktivitas sehari-hari secara mandiri. Oleh
kusta sesuai dengan organ tubuh yang karena itu keluarga pasien membawa
diserang seperti timbul gejala pada kulit pasien ke Puskesmas kemudian di rujuk ke
dan gejala kerusakan saraf. Lesi pada kulit RSUD dr. H. Abdul Moeloek untuk
yang muncul diawali dengan bercak putih penatalaksanaan lebih lanjut.
(hipopigmentasi) bersisik halus pada Awalnya keluhan pertama kali
bagian tubuh, tidak gatal kemudian muncul pada 2 tahun yang lalu berupa
membesar dan meluas. Gejala kerusakan bercak berbentuk bulat, berwarna sedikit
saraf yang timbul seperti rasa baal pada kemerahan di wajah. Bercak yang muncul
bagian tertentu serta dapat terjadi tidak gatal, panas ataupun baal. Namun
kekakuan sendi.4,5,6 seiring dengan perjalanan penyakit pasien
Kurangnya pengetahuan tentang merasa kedua telapak kaki mulai terasa
penyakit kusta menjadi salah satu baal, memakai sendal sering terlepas. 1
penyebab masih tingginya angka kejadian bulan kemudian keluhan semakin
kusta. Lebih lanjut penyakit kusta sering bertambah parah sehingga pasien di bawa
terlambat diobati sehingga dapat terjadi ke Rumah Sakit di Bekasi dan di diagnosis
kecacatan pada pasien. Selain itu masalah kusta serta mendapatkan pengobatan
lain pada pasien kusta dapat terjadi untuk penyakit kusta.
neuritis akut. Neuritis akut adalah Pasien menjalani pengobatan selama
peradangan pada saraf yang ditandai 8 bulan, setelah meminum obat tersebut
dengan nyeri pada saraf (nyeri tekan atau pasien mengalami perbaikan, bercak pada
spontan) dan atau gangguan fungsi saraf. wajah dan seluruh badan mulai membaik
Neuritis akut dapat menyebabkan tetapi baal pada kedua telapak kaki tetap
kerusakan secara mendadak, oleh karena ada. Pasien mengalami putus obat selama
itu memerlukan pengobatan segera yang 18 bulan dan tidak mengkonsumsi obat
memadai.1,2 apapun kemudian 4 bulan sebelum masuk
Penulisan tinjauan kasus ini untuk rumah sakit muncul bercak baal berwarna
mengetahui pasien Morbus Hansen tipe putih dan bersisik yang menyebar pada
lepromatosa dengan neuritis akut, dan hampir seluruh tubuh. Pasien merasakan
cacat derajat dua dan merupakan kasus baal pada kedua kaki dan tangan.
yang komplikata serta mengetahui Pada pemeriksaan fisik didapatkan
penegakan diagnosis dan tatalaksana. keadaan umum pasien tampak sakit
sedang, kesadaran kompos mentis,
Kasus tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84
Pasien laki-laki berusia 49 tahun, x/menit, suhu 36,7C, dan pernapasan 22
berobat ke RSUD dr. H. Abdul Moeloek x/menit. Pada pemeriksaan kepala pada
dengan keluhan muncul bercak baal sklera ikterik (+/+), konjuntiva anemis
berwarna putih kehitaman dan bersisik (+/+), pada supersilia terdapat madarosis
yang menyebar pada hampir seluruh tubuh (+/+), pada auricula infiltrat eritematosa
sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. (+/+). Pemeriksaan inspeksi thorax
Sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit didapatkan normothorax, simetris, dan

Medula | Volume 9 | Nomor 3| Oktober 2019 | 527


Aria Rizky Utami, Dwi Indria Anggraini dan Muhammad Syafei Hamzah| Kasus Morbus Hansen Tipe Lepromatosa dengan Neuritis
Akut dan Cacat Derajat Dua

kesan dalam batas normal. Pada inspeksi U/L, SGPT 19 U/L , ureum 55 mg/dL,
abdomen didapatkan abdomen datar dan kreatinin 1,20 mg/dL. Pemeriksaan
kesan dalam batas normal. Bakterioskopik pada cuping telinga kanan
Pada pemeriksaan ekstremitas BTA +1, cuping telinga kiri BTA +1, lesi aktif
superior didapatkan atrofi pada otot-otot pada jari tangan kanan BTA +1, lesi aktif
intrinsik pada kanan dan kiri. Pada pada jari tangan kiri BTA+1, lesi aktif pada
ekstremitas inferior terdapat atrofi pada tungkai kanan bawah BTA +1, lesi aktif
otot-otot intrinsik disertai anestesi pada pada tungkai kiri bawah BTA +1.
kanan dan kiri. Pemeriksaan sensoris pada Diagnosis pasien ini adalah Morbus
wajah tidak terdapat perbedaan pada Hansen tipe lepromatosa dengan neuritis
wajah bagian kanan maupun kiri. Pada akut dan cacat derajat dua.
pemeriksaan saraf tepi didapatkan Penatalaksanaan berupa pemberian
pembesaran pada nervus ulnaris kanan dan Multidrug Therapy (MDT) tipe multibasilar
kiri, pembesaran pada nervus auricularis selama 12-18 bulan. MDT-MB terdiri dari
magnus kanan dan kiri yang disertai obat yaitu hari 1 rifamfisin 600 mg/bulan,
dengan nyeri tekan, pembesaran nervus klofazimin 300 mg/bulan dan dapson 100
peroneus communis kanan dan kiri yang mg/bulan. Selanjutnya hari 2-28 obat berisi
disertai dengan nyeri tekan. Status klofazimin 50 mg/hari dan dapson 100
dermatologis pada pasien ini didapatkan mg/hari. Selain itu pasien juga diberikan
pada regio generalisata terdapat macula metilprednisolon 32 mg/hari dengan dosis
hingga plak hipopigmentasi- 2 kali sehari dan vitamin B1, B6 dan B12 1
hiperpigmentasi ukuran plakat multipel kali sehari. Pada pasien juga diberikan
difus dengan skuama (Gambar 1). antibiotik berupa ceftriaxone intravena
Pada pemeriksaan laboratorium 1g/12 jam dan transfusi Packed Red Cell
didapatkan hemoglobin 2,9 gr/dl, leukosit (PRC) sebanyak 1400 ml.
15.500/L, trombosit 665.000/L, SGOT 50

a b
. .

c d e
.
Gambar 1. Pasien Morbus Hansen tipe Lepromatosa dengan neuritis akut dan cacat derajat dua.
a. Madarosis ; b. Lesi hipopigmentasi; c. Claw hand; d. Atrofi tungkai bawah; e. Xerosis pada kaki

Medula | Volume 9 | Nomor 3| Oktober 2019 | 528


Aria Rizky Utami, Dwi Indria Anggraini dan Muhammad Syafei Hamzah| Kasus Morbus Hansen Tipe Lepromatosa dengan Neuritis
Akut dan Cacat Derajat Dua

Pembahasan (parese/paralisis), otonom (gangguan


Morbus Hansen atau kusta kelenjar minyak, kulit kering). Pasien
merupakan penyakit granulomatosa kronis didiagnosis dengan kusta atau morbus
menular yang disebabkan oleh hansen karena memenuhi kriteria
Mycobacterium leprae, yang dapat diagnosis untuk penyakit kusta, yaitu
menyerang saraf perifer, kulit, mukosa dan terdapat salah satu atau lebih cardinal sign
saluran pernapasan bagian atas serta organ yaitu kelainan kulit pada kusta dengan
lain. Penegakan diagnosis kusta dapat disertai hilangnya sensasi, penebalan saraf
dilakukan berdasarkan anamnesis, tepi, dan ditemukan adanya M. leprae
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada kulit.4,8
dermatologis dan pemeriksaan saraf tepi, Ridley dan Jopling memperkenalkan
serta pemeriksaan bakteriologis. istilah spektrum determinate pada
Berdasarkan anamnesis didapatkan penyakit kusta yang terdiri atas berbagai
bahwa pasien laki-laki usia 49 tahun tipe atau bentuk yaitu Tuberkuloid (TT),
dengan keluhan muncul bercak baal Tuberkuloid indefinite (Ti), Borderline
berwarna putih kehitaman dan kering pada Tuberkuloid (BT), Mild borderline (BB),
hampir seluruh tubuh sejak 4 bulan Borderline lepromatosa (BL), Lepromatosa
sebelum masuk RS. Keluhan ini termasuk indefinite (Li), Lepromatosa (LL).
salah satu tanda utama atau cardinal sign Lepromatosa (LL) bentuk lesi (makula,
pada kusta yaitu ditemukan lesi kulit infiltrat difus, papul, nodul), jumlah (tidak
berupa bercak eritematous ataupun bercak terhitung, tidak ada kulit sehat), distribusi
hipopigmentasi, hipoestesi ataupun simetris, permukaan halus berkilat, batas
anestesi pada bercak tersebut.8 tidak jelas, anestesi tidak ada sampai tidak
Pada pemeriksaan fisik, Pada jelas. Pemeriksaan BTA lesi kulit banyak
pemeriksaan kepala pada mata ikterus (ada globus), banyak sekret hidung, dan tes
(+/+), konjuntiva anemis (+/+), pada lepromin negatif. Menurut WHO kusta
supersilia terdapat madarosis (+/+), pada terbagi menjadi 2 tipe yaitu pausibasilar
auricula hipertrofi (+/+). Pada pemeriksaan (PB) dan multibasilar (MB) yang dibedakan
ekstremitas superior didapatkan atrofi berdasarkan lesi kulit dan kerusakan saraf.
pada otot-otot intrinsik pada kanan dan Pada kusta tipe PB jumlah bercak yang
kiri. Pada ekstremitas inferior terdapat mati rasa yaitu 1-5 dan penebalan saraf
atrofi pada otot-otot intrinsik disertai tepi hanya pada satu saraf. Pada pasien ini
anestesi pada kanan dan kiri. Pada didapatkan lesi kulit lebih dari 5 dengan
pemeriksaan saraf tepi didapatkan distribusi yang simetris, hilangnya sensasi
pembesaran pada nervus ulnaris kanan dan kurang jelas, dan menyerang banyak
kiri, pembesaran pada nervus auricularis cabang saraf sedangkan pada kusta tipe
magnus kanan dan kiri yang disertai MB jumlah bercak yang mati rasa lebih dari
dengan nyeri tekan, pembesaran nervus 5 dan penebalan saraf tepi terjadi pada
peroneus communis kanan dan kiri yang lebih dari satu saraf. 1,9 Pada pasien ini
disertai dengan nyeri tekan. Pada status memenuhi kriteria kusta tipe multibasilar
dermatologis didapatkan pada regio yaitu lepromatosa (LL).
generalisata terdapat makula hingga plak Pemeriksaan bakterioskopik, sediaan
hipopigmentasi-hiperpigmentasi ukuran dibuat dari kerokan jaringan kulit dan
plakat multiple difus dengan skuama. kerokan mukosa hidung yang diwarnai
Pada pemeriksaan ekstremitas dengan pewarnaan terhadap BTA.
ditemukan adanya anestesi pada kedua Pengambilan kerokan idealnya dilakukan
kaki. Hal ini merupakan salah satu tanda pada 4-10 tempat, yaitu pada kedua cuping
dari cardinal sign, yaitu ditemukannya telinga bagian bawah dan pada 2-4 lesi
penebalan saraf tepi disertai gangguan yang paling eritematosa dan infiltratif.
fungsi saraf yang dapat berupa gangguan Tempat pengambilan sampel harus dicatat
sensoris (anestesi), motoris karena untuk membandingkan dengan

Medula | Volume 9 | Nomor 3| Oktober 2019 | 529


Aria Rizky Utami, Dwi Indria Anggraini dan Muhammad Syafei Hamzah| Kasus Morbus Hansen Tipe Lepromatosa dengan Neuritis
Akut dan Cacat Derajat Dua

jumlah basil pada tempat yang sama kusta. Terdapat 3 derajat cacat menurut
setelah penanganan. Hasil interpretasi uji WHO. Cacat pada mata derajat 0 yaitu,
bakterioskopik disajikan dalam bentuk IB tidak ada kelainan/kerusakan pada mata
(indeks bakteri) dan IM (indeks morfologi). (termasuk visus), derajat 1, yaitu ada
Indeks bakteri dihitung dengan melihat kerusakan karena kusta (anestesi pada
kepadatan BTA pada pemeriksaan kornea, tetapi gangguan visus tidak berat,
pemeriksaan pemeriksaan sediaan dalam visus > 6/60 : masih dapat menghitung jari
tiap rentang lapang pandang dengan dari jarak 6 meter), derajat 2 yaitu, ada
rentang skala 0 sampai 6+ (Ridley). Pada lagoftalmos, iridosiklitis, opasitas pada
pasien didapatkan hasil cuping telinga kornea serta gangguan visus berat (visus
kanan BTA +1, cuping telinga kiri BTA +1, <6/60 : tidak mampu menghitung jari dari
Tangan kanan BTA +1, Tangan kiri BTA+1, jarak 6 meter. Cacat pada tangan/kaki
Kaki kanan BTA +1, kaki kiri BTA +1 dengan derajat 0 yaitu, tidak ada gangguan
hasil interpretasi yaitu terdapat 1-10 BTA sensibilitas, tidak ada kerusakan atau
dalam 100 lapang pandang. 1,10,11 deformitas yang terlihat, derajat 1 yaitu,
Neuritis akut adalah peradangan ada gangguan sensibilitas tanpa kerusakan
pada saraf yang ditandai dengan nyeri atau deformitas yang terlihat, derajat 2
pada saraf (nyeri tekan atau spontan) dan yaitu, terdapat kerusakan atau deformitas
atau gangguan fungsi saraf. Neuritis akut yang terlihat.8,14 Pada pasien terdapat
dapat menyebabkan kerusakan secara kerusakan saraf berupa nyeri saraf dan
mendadak, oleh karena itu memerlukan deformitas pada tangan kanan.
pengobatan segera yang memadai. Penatalaksanaan pada kusta dapat
Manifestasi klinis dari neuritis akut diberikan MDT sesuai rekomendasi WHO.
meliputi pembesaran saraf, nyeri pada MDT digunakan dengan tujuan mencegah
saraf, nyeri tekan, dan gangguan motorik dan mengobati resistensi, memperpendek
sensorik. Saraf yang paling sering terkena masa pengobatan dan mempercepat
meliputi saraf tibialis posterior, peroneum, pemutusan mata rantai penularan. Pada
ulnaris dan medianus. Penegakan diagnosis pasien diberikan pengobatan MDT untuk
neuritis kusta membutuhkan pemeriksaan kusta tipe multibasilar yaitu Rifampisin 600
histologi yang sering dicari pada saraf tepi mg/bulan, Dapson 100 mg/hari, klofazimin
yang terkena. Hal ini menjadi masalah 300 mg/bulan dan 50 mg/hari dengan
karena biopsi saraf terbatas oleh kesalahan durasi penggunaan obat selama 12-18
pengambilan sampel, sensitivitas yang bulan. Selama pengobatan dilakukan
rendah dan defisit saraf permanen karena pemeriksaan bakterioskopik minimal setiap
saraf yang masih berfungsi sering 3 bulan. Penghentian pemberian obat atau
dikorbankan dan kesalahan pengambilan Release From Treatment (RFT). Setelah RFT
sampel sering terjadi, Penelitian dilakukan tindak lanjut secara klinis dan
menunjukkan secara histologi bahwa bakterioskopi kminimal setiap tahun
perubahan lepromatosa dari basil tahan selama 5 tahun. Apabila bakterioskopik
asam menjadi reaksi tuberkuloid dengan negative dan klinis baik maka dinyatakan
granuloma epiteloid dapat diamati pada bebas dari pengamatan atau Release From
neuritis kusta.12,13 Control (RFC) maka pemberian obat dapat
Kecacatan dapat terjadi pada dihentikan tanpa memperhatikan
11,15
penderita kusta yang terlambat di bakterioskopik.
diagnosis dan tidak mendapat MDT Penatalaksanaan pada pasien kusta
sehingga memiliki risiko tinggi terjadi tipe multibasiler yang putus obat atau
kerusakan saraf. Kerusakan saraf terutama dinyatakan default dilakukan beberapa
berbentuk nyeri saraf, hilangnya tindakan berupa dikeluarkan dari register
sensibilitas dan berkurangnya kekuatan kohort. Dilakukan pemeriksaan klinis ulang
otot. WHO Expert Committee on Leprosy dengan teliti, bila hasil pemeriksaan
membuat klasifikasi cacat bagi penderita ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif

Medula | Volume 9 | Nomor 3| Oktober 2019 | 530


Aria Rizky Utami, Dwi Indria Anggraini dan Muhammad Syafei Hamzah| Kasus Morbus Hansen Tipe Lepromatosa dengan Neuritis
Akut dan Cacat Derajat Dua

seperti kemerahan atau peninggian dari Therapy (MDT) tipe multibasilar selama 12-
lesi lama kulit, adanya lesi baru, dan 18 bulan. Tatalaksana neuritis dapat
adanya pembesaran saraf yang baru, maka diberikan kortikosteroid selama 12 minggu.
pasien mendapat pengobatan MDT ulang Tatalaksana pada cacat dapat diberikan
sesuai klasifikasi saat itu. Bila tidak ada edukasi berupa perawatan kulit dan
tanda-tanda aktif maka pasien tidak perlu petunjuk sederhana dalam aktivitas sehari-
diobati lagi. Ada kalanya jika pasien yang hari.
setelah dinyatakan default kemudian
diobati kembali, tetapi tetap belum Daftar Pustaka
memahami tujuan pengobatan sehingga ia 1. Wisnu, I. M., Daili, E. S., Menaldi, S. L.
berhenti atau tidak lagi mengambil Kusta. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
obatnya sampai lebih dari 3 bulan maka Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit
dinyatakan default kedua. Pasien default Fakultas Kedokteran Universitas
kedua tidak dikeluarkan dari register Indonesia; 2015:87-102.
kohort dan hanya dilanjutkan pengobatan 2. World Health Organization. Weekly
yang tersisa hingga lengkap. Untuk pasien epidemiological report. Geneva:
dengan default lebih dari 2 kali, diperlukan World Health Organization; 2018.
tindakan dan penanganan khusus.11 Pada 3. Kementrian Kesehatan RI. INFODATIN.
pasien ini diberikan pengobatan MDT tipe Pusat Data dan Informasi Kementrian
multibasiler sesuai dengan konsensus Kesehatan RI. Kusta. Jakarta; 2018.
penatalaksanaan kusta. 4. Thomas, R, Robert, L. Leprosy.
Penatalaksanaan pada neuritis yang Fitzpatrick’s Dermatology in General
terjadi kurang dari 6 bulan dapat diberikan Medicine. Ninth Edition, Vol.2,
prednisone dengan dosis standar 12 Chapter 186; 2012:2253-62.
minggu. Dosis dimulai 40-60 mg/hari 5. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati
dengan dosis maksimal 1 mg/kilogram Penyakit Kulit. Edisi Kedua, Cetakan
berat badan. Biasanya terjadi Pertama. EGC : Jakarta; 2005.
penyembuhan dalam beberapa hari. Pada 6. Wolff, K., Johnson, R. A. Fitzpatrick's
pasien diberikan metilprednisolon 32 color atlas and synopsis of clinical
mg/hari setara dengan prednisone 40 mg dermatology. New York: McGraw-Hill
sehingga dosis yang diberikan sudah Medical; 2009:156-7.
sesuai. Penatalaksaan pada cacat bila 7. Muharry, Andy. Faktor Resiko Kejadian
terjadi gangguan sensibilitas, penderita Kusta. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
diberi petunjuk sederhana misalnya Semarang: Unnes; 2014.
memakai sepatu untuk melindungi kaki 8. World Health Organization. WHO
yang telah terkena, memakai sarung Expert committee on leprosy, eight
tangan bila bekerja dengan benda yang report. WHO Technical Report Series;
tajam atau panas, dan memakai kacamata 2012.
untuk pelindung mata. Selain itu diajarkan 9. World Health Organization. Guideline
cara perawatan kulit sehari-hari berupa for the diagnosis, treatment and
memeriksa ada tidaknya memar, luka, atau prevention of leprosy. WHO Regional
ulkus. Setelah itu tangan dan kaki Office For South-East Asia; 2018.
direndam, disikat dan diolesi minyak agar 10. Lastoria JC, de Abreu MAMM. Leprosy:
tidak kering dan pecah. review of the epidemiological, clinical,
and etiopathogenic aspects - Part 1.
Simpulan Anais Brasileiros de Dermatologia;
Morbus Hansen atau kusta 2014:205-18.
merupakan penyakit granulomatosa yang 11. Kementrian Kesehatan RI Direktorat
ditandai dengan gejala pada kulit dan Jenderal Pengendalian Penyakit dan
gejala kerusakan saraf. Tatalaksana pada Penyehatan Lingkungan. Pedoman
Morbus Hansen dapat berupa Multidrug

Medula | Volume 9 | Nomor 3| Oktober 2019 | 531


Aria Rizky Utami, Dwi Indria Anggraini dan Muhammad Syafei Hamzah| Kasus Morbus Hansen Tipe Lepromatosa dengan Neuritis
Akut dan Cacat Derajat Dua

Nasional Program Pengendalian


Penyakit Kusta. Jakarta; 2012.
12. Smith EW. Diagnosis of pure neuritic
leprosy. Neurol J Southeast Asia;
2002:7:61-3.
13. Bhat RM, Prakash C. Leprosy: An
Overview of Pathophysiology.
Interdisciplinary Perspectives on
Infectious Diseases; 2012.
14. Alberts, C. J., Smith, W. C. S., Meima,
A., Wang, L., Richardus, J. H. Potential
effect of the World Health
Organization’s 2011–2015 global
leprosy strategy on the prevalence of
grade 2 disability: a trend analysis.
Bulletin of the World Health
Organization; 2011:89:487-95.
15. Cruz, R. C. S., Sekula, S. B., Penna, M.
L. F. Leprosy: current situation, clinical
and laboratory aspects, treatment
history and perspective of the uniform
multidrug therapy for all patients. An
Bras Dermatol; 2017:761-73.

Medula | Volume 9 | Nomor 3| Oktober 2019 | 532

Anda mungkin juga menyukai