Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Awal tahun 2016 Indonesia sudah memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi

ASEAN). Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak tenaga asing yang bekerja di

Indonesia. Dampak yang perlu diperhatikan adalah terjadinya pertukaran budaya

asing. Oleh sebab itu, diperlukan filter untuk memproteksi budaya asing yang

tidak selaras dengan budaya bangsa Indonesia. Menjawab tantangan ini,

diperlukan penanaman akhlak yang kuat untuk mempertahankan jati diri anak

bangsa.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai,

yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani

kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia.

Sementara itu Mahmud As-Sayid Sulthan sebagaimana disitir oleh Toto Suharto

mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan Islam harus memenuhi beberapa

karakteristik, seperti kejelasan, universal, integral, rasional, aktual, ideal dan

mencakup jangkauan untuk masa yang panjang. Atau dengan bahasa

sederhananya, pendidikan Islam harus mencakup aspek kognitif (fikriyyah

ma’rifiyyah), afektif (khuluqiyah), psikomotor (jihadiyah), spiritual (ruuhiyah)

dan sosial kemasyarakatan (ijtima’iyah).1Tanpa pendidikan, maka diyakini

manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Secara

1
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruz, 2006) h. 112

1
2

ekstrim bahkan dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya

peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana

pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut.

Dalam konteks tersebut, maka kemajuan peradaban yang dicapai umat

manusia dewasa ini, sudah tentu tidak terlepas dari peran-peran pendidikannya.

Diraihnya kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai bangsa- bangsa diberbagai

belahan bumi ini, telah merupakan akses produk suatu pendidikan, sekalipun

diketahui bahwa kemajuan yang dicapai dunia pendidikan selalu di bawah

kemajuan yang dicapai dunia industri yang memakai produk lembaga pendidikan.

Pendidikan Islam harus berorientasi kepada pembangunan dan pembaruan,

pengembangan kreativitas, intelektualitas, life skill, kecakapan penalaran yang

dilandasai dengan keluhuran moral dan kepribadian yang unggul, sehingga

pendidikan Islam akan mampu mempertahankan relevansinya di tengah-tengah

laju pembangunan dan pembaruan paradigma sekarang ini. Dengan demikian,

pendidikan Islam akan melahirkan manusia yang belajar terus (long life

education), mandiri, disiplin, terbuka, inovatif, mampu memecahkan dan

menyelesaikan berbagai problem kehidupan, berdayaguna bagi kehidupan dirinya


2
dan masyarakat, serta berdayaguna bagi kehidupan dirinya dan masyarakat.

Dalam dunia pendidikan saat ini Akhlak adalah sesuatu yang sangat

dibutuhkan dan diterapkan. Akhlak harus dimiliki sekaligus diamalkan oleh

manusia sebagai khalifah di muka bumi ini pada satu sisi dan manusia sebagai

hamba Allah pada sisi lain. Sebagai khalifah, manusia bukan saja diberi

2
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis,
(Yogyakarta: Tiara Ilahi Press, 1998), h.97-98.
3

kepercayaan untuk menjaga, memelihara, dan memakmurkan alam ini, tetapi juga

dituntut untuk berlaku adil dalam segala urusannya. Sebagai hamba Allah,

manusia selayaknya berusaha mencapai kedudukan sebagai hamba yang tunduk

dan patuh terhadap segala perintah dan larangan Allah. Karena itu, dalam konteks

kehidupan saat ini manusia dituntut menjalankan akhlak vertical dengan baik,

sekaligus tidak mengabaikan akhlak horizontal- nya, baik menyangkut etika

pergaulannya dengan sesama manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.

Agama tidak akan sempurna manfaatnya, kecuali disertai dengan akhlak mulia.

Seperti yang disabdakan nabi SAW;

"Sesungguhnya saya diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan

akhlak yang mulia. (H.R.Bukhori dan Abu Dawud)

Tingkah laku manusia yang baik merupakan ciri kesempurnaan iman dan

Islam. Seperti halnya dalam sabda Rasulullah SAW. Sebagai berikut:

“Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW.

Bersabda orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang

paling baik akhlaknya”. (H. R. at-Turmudzi).3

Sejumlah hadis tersebut merupakan bukti bahwa Islam bukan agama yang

semata-semata hanya terkait dengan persoalan peribadatan dan akhirat. Akan

tetapi, Islam menuntut pemeluknya agar menjadi contoh dan pelaksana akhlak

yang baik. Keimanan yang tidak diikuti dengan amal shaleh, saling menghormati,

3
Abi Zakariya Yahya Ibn Syaraf al-Nawawi, Riyad as-Shâlihîn (Sangkapura: al-
Haramain, t.th.),h. 304.
4

menyayangi, tolong menolong, menasehati dalam kebaikan dan sabar adalah

keimanan yang rapuh. Mukmin sejati bukanlah individu yang tenggelam dalam

laku ritual ibadah shalat, puasa, mengaji, haji dan lain-lain sepanjang hari. Akan

tetapi, mukmin sejati adalah individu yang concern terhadap social and his

family problems, dan tidak melalaikan kewajibannya sebagai makhluk Allah.

Manusia seperti ini, insya Allah akan sejahtera di dunia dan akhirat. Hal ini

sebagaimana firman Allah berikut ini:

          
           
       

”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari

(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana

Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan

di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berbuat kerusakan”. (Q. S al-Qashash: 77)4

Terbentuknya akhlak mulia inilah seharusnya yang menjadi tujuan

pendidikan, apapun materi yang diajarkan. Oleh karena itu, setiap pendidik harus

mampu menjelaskan ruh Islami yang relevan dan terkandung dalam setiap materi

yang diajarkannya5. Dengan demikian, murid tidak hanya menerima konsep yang

semata bersifat ilmu pengetahuan murni, tetapi juga memperoleh perspektif

agamawi. Pada akhirnya, dengan bekal ini, setinggi apapun kedudukannya dan

seluas apapun ilmunya, pribadinya akan senantiasa berpegang teguh pada


4

5
Muhammad ‘Athiyah al-Ibrasyi, Ruh at-Tarbiyah wa at-Ta’lim (Kairo: Dar al-Fikr
al-‘Arabi, 1993), h. 70.
5

keimanan dan ketaqwaan. Dalam konteks ini, akan kembali kepada Allah sebagai

fitrah kehambaannya.

Kita tahu bahwa fungsi pendidikan dalam perspektif Islam adalah upaya

normatif (sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam fenomena

qauliyah dan fenomena kauniyah ) yang membantu proses perkembangan peserta

didik (sebagai manusia) dan satuan sosial (sebagaimana kehidupan masyarakat)

ke tingkat yan lebih baik. Proses pengembangan itu menyangkut dimensi-

dimensi: pengetahuan (teoritis, praktis, dan fungsional), kreativitas, berbagai

potensi dan fitrah, akhlak dan kepribadian, sumber daya yang produktif,

peradaban yang berkualitas, serta nilai-nilai ilahi dan nilai-nilai insani. 6

Remaja dalam masa peralihan, sama halnya seperti pada masa anak,

mengalami perubahan-perubahan jasmani, kepribadian, intelek, dan peranan di

dalam maupun diluar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas

pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas

yang mempengaruhi tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak

tidak nyata pengaruhnya.7 Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka

masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai

masa remaja mencakup masa juvenilitas (adolescantium), pubertas, dan

nubilitas.8

Remaja adalah usia yang dipenuhi dengan semangat tinggi tetapi adakalanya

semangat tersebut mengarah ke sesuatu yang bersifat negatif sehingga sering

6
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 16
7
Y.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Remaja,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978), h.3
8
Jalaluddin, Psikologi Agama, ( Jakarta: PT.Remaja Grafindo Persada, 2005), h. 74
6

disebut dengan kenakalan remaja. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja

adalah mereka yang berusia 13 - 18 tahun. Masa remaja awal merupakan masa

transisi atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,

dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun

secara sosial. Pada masa transisi tersebut kemunginan dapat menimbulkan masa

krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang.

Pada kondisi tertentu perilaku tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu.

Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih

belum cukup untuk dikatakan dewasa.9

Setiap orang menyadari bahwa harapan dimasa yang akan datang

terletak pada putra putrinya, sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar

putra-putrinya kelak menjadi orang yang berguna, oleh karena itu perlu

adanya pembinaan yang terarah bagi putra-putrinya sebagai generasi penerus

bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan. Akan

tetapi, realita yang terjadi dilapangan tidak demikian. Perkembangan dan

kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang luar biasa,

seharusnya juga disertai dengan perhatian terhadap pendidikan, khususnya

pendidikan moral. Yang terjadi sekarang justru sebaliknya, adanya krisis

pendidikan karakter (ahlaq). Hal ini sangat membahayakan bagi kelangsungan

hidup manusia. Bahaya dari krisis ini melebihi krisis pangan, energi, politik dan

krisis yang lain. Terjadinya krisis pendidikan ahlaq dapat terlihat dari semakin

9
Shofwatal Qolbiyyah, Kenakalan Remaja (Analisis Tentang Faktor Penyebab dan
Solusinya dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam), Juornal Sumbula : Volume 2, Nomor 1,
Januari-Juni 2017
7

berkembangnya kecenderungan manusia untuk berbuat jahat dan kekerasan serta

rusaknya tatanan sosial ditambah dengan semakin rendahnya moralitas manusia.

Apabila kita mengamati berbagai fenomena kerusakan moral bukan hanya

muncul di tengah orang-orang yang tidak berpendidikan, tapi justru datang dan

terjadi dari kalangan orang yang terpelajar. Dikalangan para pelajar dan

mahasiswa, kita sangat sering disuguhi berita tentang berbagai jenis kenakalan,

seperti tawuran antar pelajar, tindakan anarkhis dalam demontrasi,

penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, perilaku penyimpangan seksual, pesta

minuman keras dan perilaku negatif yang lain. Di kalagan para pejabat dan elit

politik, kita juga sering disuguhi berita tentang perilaku negatif, misalnya: KKN

(korupsi, kolusi, dan nepotisme), perilaku hedonisme di tengah kondisi

meningkatnya kemiskinan.

Untuk membentuk sikap islami atau etika terpuji, maka perlu adanya

bimbingan dan pengawasan serta penyuluhan pendidikan dalam bidang

keagamaan sebab agama islam diwahyukan oleh Allah SWT kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW melalui malaikat jibril untuk

diteruskan kepada umat manusia sebagai pedoman atau petunjuk agar manusia

tidak terjerumus kejurang kemusyrikan dan kerusakan moral yang

berkepanjangan. Selain itu peran masyarakat setelah keluarga dan sekolah juga

memiliki anggung jawab terhadap generasi muda ( anak-anak remaja ) untuk ikut

serta mengontrol dan melindungi mereka dari tindakan yang dapat merusak nilai-

nilai luhur agama dan berupa aspek pokok yang terkandung didalam serta
8

norma-norma hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat baik yang

terulis maupun tidak tertulis.

Keluarga merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan,

mendewasakan dan di dalamnya anak mendapatkan pendidikan untuk yang

pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi

merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak. Oleh

karena itu keluarga terutama orang tua memiliki peranan penting dalam

perkembangan dan pertumbuhan anak. mempengaruhi perilaku remaja yang

ada di dalam keluarga. Harmonis- tidaknya, intensif-tidaknya interaksi antar

anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada

didalam keluarga. Adapun keadaan keluarga yang menjadi sebab timbulnya

delinguent dapat berupa : keluarga yang tidak normal (broken home) dan keadaan

jumlah anggota yang kurang menguntungkan.

Perhatian orang tua dapat membawa pengaruh bagi psikologi seorang anak.

Orang tua yang berantakan dapat membawa pengaruh psikologis buruk bagi

perkembangan mental dan pendidikan anak. Karena dasar pribadi anak terutama

dibentuk dalam lingkungan rumah tangga. Maka kehilangan ayah dan ibu atau

keduanya karena meninggal atau bercerai dan lan-lain menyebabkan anak model

dewasa, kehilangan perhatian dan kasih sayang, kehilangan tenaga pendidik atau

pembimbing yang sangat ia butuhkan. Orang tua yang terlalu sibuk di luar rumah

tak dapat memberikan cukup perhatian kepada anakanaknya, dapat

mengakibatkan anak merasa dirinya diabaikan dan tak dicintai. Kesempatan ini

sering digunakan anak untuk mencari perhatian dan kepuasan di luar, dengan
9

kawan-kawannya yang senasib yang akhirnya membentuk gank-gank yang

memiliki sifat-sifat agresif, sehingga dapat mengganggu masyarakat. Hal ini bisa

mengarahkan kepada yang dinakan penyimpangan akhlak atau kenakalan remaja

(juvenile delinquency).

J. J. Rousseau (1712-1778) berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia

sejak dilahirkan itu mempunyai sifat yang baik.. Berbeda dengan Schopenhauer,

Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai

pembawaan baik.10 Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena pengaruh

lingkungan. Pada hari ini kondisi epistema lingkungan (masyarakat) telah banyak

memberikan lebih dalam mempengaruhi mideset pesertadidik dibanding

kemampuan lembaga- lembaga pendidikan. Selera sosial telah banyak dibentuk

oleh kepentingan ekonomi praktis (materialistik) dan kekuasaan pragmatis dan

cendrung menyudutkan nilai etis moral yang sebenarnya juga menjadi substansi

dalam membuat kehidupan lebihbaik. Miskawaih berpendapat bahwa pendidikan

yang baik membutuh kerjasama massif sehingga tercipta lingkungan yang

kondusif dalam menumbuhkan anak menjadi manusia baik dan tidak picik.

Lingkungan. Seseorang yang hidup di lingkungan yang agamis cenderung

berperilaku terpuji. Sebaliknya, seseorang yang tinggal di lingkungan yang buruk

(non agamis) cenderung berperilaku jahat. Dengan demikian, dapat dipahami

bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor timbulnya perilaku.

Salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak remaja adalah media sosial

yang selalu memberikan informasi tanpa ada batasannya, yang terpenting untuk

10
Budi Gautama Siregar , Solusi dalam MengahadapiPermasalahan Remaja, Hikmah:
Journal Dakwah dan Komunikasi Islam, Vol.01 tahun 2015
10

mereka adalah bisa mendapatkan ranting yang tinggi, dan media sosial tidak

perduli apakah yang diberitakan itu akan berdampak positif atau negatif bagi

pengguna sosial media. Informasi yang tersebar melalui sosial media bisa saja

secara ruti disimak oleh semua remaja dan secara tidak langsung akan membentuk

opini dikalangan remaja. salah satu contohnya yaitu suatu account yang khusus

membahas masalah percintan, hubungan pacaran, bagaimana pacaran yang

dikatakan ideal, dan manisnya hubungan pacaran. Seringnya account yang

bermunculan dan memupload berita seperti itu secara tidak langsung

mengarahkan fokus perhatian remaja yang mengarah pada percintaan bukan pada

bagaimana akhlaq yang baik dan benar yang sesungguhnya. Akhlaq yang

terbentuk dari apa yang dikatakan orang dan tidak berasal dari pemikiran diri

sendiri menyebabkan remaja akan mudah kehilangan jati dirinya sendiri.

Remaja banyak dijadikan obyek pembahasan para ahli pendidikan salah

satu pengaruh terhadap kenakalan remaja adalah media internet. Mereka

menganggap bahwa melihat kejahatan pada tayangan sosial media dapat

merangsang remaja untuk mencoba melakukan kejahatan dan kenakalan.

Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dikategorikan cukup jelas dapat

diklasifikasikan melanggar hukum atau terlibat kriminalitas itu sendiri seperti

membunuh, melakukan penganiayaan, melakukan pemerkosaan, free sex (seks

babas). Bahkan akhir-akhir ini yang cukup membahayakan adalah aspek

negaifnya yang bias merusak fisik maupun mentalitas remaja karena

dijadikannya kalangan remaja sebagai obyek atau sarana yang strategis untuk

dijadikan sasaran pasar narkoba.


11

Perkembangan teknologi yang menimbulkan kegoncangan para remaja

yang memiliki mental untuk menerima perubahan baru. Internet yang dapat

mengakses youtube, game online, Sosial Media seperti Facebook, Instagram, dan

lain lain, yang menggambarkan siswa yang membolos, tawuran, melakukan

kejahatan, kelicikan, perampok, pencuri, cerita-cerita porno memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan rasa hati yang terpendam.

Disamping pengaruh rangsangan untuk mencontohnya dalam kehidupan sehari-

hari akhinya secara tidak disadari mereka telah meniru apa yang terdapat dalam

media elektronik tersebut. Secara psikologis para pelajar mempunyai sifat imitatif,

yaitu ingin meniru apa yang dilakukan oleh idolanya yang diperoleh ketika meng

akses internet yang sekarang ini seperti kebutuhan sehari-hari dan sebagainya.

Tidak selektifnya anak dalam memilih melihat tontonan dan bacaan di media

elektronik dan sebagainya serta kurangnya pengawasan orang tua dapat

mengakibatkan remaja melakukan tindakan negatif dari apa yang telah dibaca,

dilihat,karena anak sifatnya mencontoh.

Menurut data terbaru dari riset Kemenkominfo dan UNICEF mengenai

“Perilaku Anak dan Remaja dalam . Menggunakan Internet” setidaknya 30 juta

anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna Internet, dan media

digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan.

Studi ini menemukan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja yang disurvei
11
tahu tentang Internet dan bahwa 79,5 % diantaranya adalah pengguna Internet.

11
Kemenkominfo. 2014. Siaran Pers Tentang Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai
Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan Internet. Tersedia di:http:
//kominfo.go.id/index.php/ content/de tail/3834/Siaran +Pers +No. +17- PIHKOMINFO-
22014+tentang+Riset+Kominfo+ dan+ UNICEF+ Mengenai+P erilaku+Anak +dan+Remaja+
Dalam+Menggunakan+Intern et+/0/siaran_pers#.UxkwqYaQb40
12

Berbagai penelitian penggunaan Internet di kalangan remaja di atas menunjukkan

bahwa Internet telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

sehari-hari anak anak dan remaja di Indonesia. Sehingga Kemenkominfo

memandang perlu ada berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran,

pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kaitannya dengan keamanan

berinternet. Hal ini dapat dicapai melalui sosialisasi, pendidikan iterasi maupun

pelatihan. Penanaman pemahaman penggunaan dan keamanan media digital

untuk anak anak dan remaja dinilai sangat penting karena konten yang masuk ke

dalam jaringan Internet sangat bebas dan sulit disaring. Karena saat ini tingkat

kejahatan dunia maya meningkat sangat tajam, seperti pornografi, penipuan,

perjudian, pencurian data, penyesatan opini, dan sebagainya. Berbagai potensi

negatif tersebut mengintai pengguna Internet yang saat ini didominasi kalangan

remaja. Besarnya pengaruh negatif Internet tersebut kalau tidak dibendung

dengan berbagai kegiatan Internet yang aman dikhawatirkan akan merusak

generasi mendatang. Padahal Internet juga menyediakan berbagai informasi yang

bermanfaat bagi masyarakat. Karena saat ini Internet menjadi sumber informasi

yang paling mudah, cepat dan luas. Kelebihan Internet tersebut kemudian

menjadikan ketergantungan, sehingga ketika kita membutuhkan informasi pintu

utamanya adalah Internet. Apalagi mesin pencari seperti Google, memudahkan

pengguna untuk menemukan banyak hal.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi akhlak remaja, antara lain faktor perhatian orang tua,

sosial media dan religiusitas. Semakin intensif perhatian orang tua, penggunaan
13

sosial media yang terkontrol dengan baik, dan semakin tinggi tingkat religiusitas

seorang anak maka keadaan akhlak remaja cenderung akan semakin lebih baik.

Dengan demikian perhatian orang tua, sosial media dan religiusitas memiliki

pengaruh terhadap peningkatan akhlak remaja.

Hasil pra survei yang dilaksanakan peneliti pada beberapa Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) di Lampung Selatan diperoleh informasi dan gambaran bahwa

tingkat akhlak remaja yang cenderung rendah, seperti: masih banyak siswa yang

membolos ketika pelajaran sekolah, berkelahi, merokok pada jam sekolah, me –

bullying teman, tawuran, bermain game on line sampai melupakan tugas serta

tanjung jawab dan ugal-ugalan dalam berkendara.12

Begitu juga hasil perolehan dokumentasi dari beberapa media memberikan

penjelasan bahwa ada beberapa siswa dari MAN I Kalianda Lampung Selatan

ditangkap oleh Kasat Lantas Polres Lampung Selatan karena pada saat merayakan

kelulusan mereka melakukan coret – baju dan ugal-ugalan dalam berkendara yang

dapat membahayakan pengendara lainnya.13 Kemudian beberapa sumber juga

menyebutkan bahwa siswa di MAN Kalianda terlibat tawuran pada saat perayaan

Hari Pendidikan Nasional 2017 lalu.14 Bahkan siswa juga pernah melakukan aksi

demo terhadap kepala madrasah sendiri.

Hasil wawancara dengan guru di MAN I Kalianda Lampung Selatan tentang

latar belakang keluarga, diperoleh data awal bahwa latar belakang keluarga sudah
12
Ari Saptono, Wawancara Guru BP , di MAN 1 Kalianda, tanggal 14 Februari 2019
13
Gelly. Rayakan Kelulusan, 32 Orang Siswa dan Siswi SMA Diamankan Satlantas
Polres Lamsel, https://lampungsai.com/berita-lampung-terkini/rayakan-kelulusan-32-orang-
siswa-dan-siswi-sma-diamankan-satlantas-polres-lamsel/ di akses pada 8 Mei 2019
14
Tawuran Pelajar Warnai Hardiknas di Lamsel, https://fajarsumatera.co.id/tawuran-
pelajar-warnai-hardiknas-di-lamsel/ diakses pada 8 mei 2019
14

cukup baik baik dengan tingkat perhatian orang tua yang cukup baik pula. Data

dari waka kesiswaan menunjukkan bahwa 78% siswa memiliki keluarga normal

dengan tingkat kesibukan berbeda, 6 % siswa berada pada keluarga Broken Home,

12% siswa berada pada keluarga ayah / ibu berpisah karena meninggal, dan 4%

siswa berada dalam keluarga tanpa ayah dan ibu.

Berdasarkan hasil obeservasi tersebut, ada kontradiksi antara teori dan fakta

di lapangan yang ditemukan peneliti, bahwa meski sebagian besar siswa berada

pada keluarga yang normal akan tetapi masih ada beberapa siswa yang

menunjukkan kenakalannya di madrasah. Sebagaimana yang dikemukakan salah

satu orang tua wali berikut ini: orang tua sering memberikan motivasi untuk giat

belajar dengan mengawasi kegiatan belajar dan bahkan memarahi jika anaknya

tidak bersungguh – sungguh dalam belajar. Akan tetapi masih anaknya

memperoleh teguran dari pihak madrasah dikarenakan membolos sekolah, tidak

masuk pada jam pelajarannya, bahkan meninggalkan kelas tanpa keterangan.15

Adapun hasil penelitian awal terhadap Lingkungan di MAN Kalianda

Lampung Selatan , diperoleh data awal bahwa siswa berada pada tempat tinggal

jauh dari kerawanan mayoritas mereka tingal daerah sekitar kota madya kalianda

dan dalam konsisi lingkungan sosial yang sehat. Hasil Prasurvei mengenai

kebiasaan siswa di MAN Kalianda Lampung Selatan, menunjukkan bahwa terkait

pembiasaan ini salah seorang guru menuturkan bahwa di MAN 1 Kalianda

Lampung Selatan ini sudah mulai menanamkan pembiasaaan religius seperti

kegiatan sholat duhur Berjamaah, dhuha berjamaah, jum’at berbagai, sabtu bersih

15
Nur Lela, Wawancara Wali Siswa MAN 1 Kalianda, tanggal 14 Februari 2019
15

dan taarus Al qur’an sebelum masuk kelas16. Dalam hal ini terkait kegiatan

pembiasaan pihak madrasah sudah memiliki upaya dan program yang baik.

Hasil Prasurvei dari Penggunaan Media Internet, seluruh siswa di Man 1

Kalianda Lampung Selatan telah mengenal dan pengguna intensif internet. Seperti

Informasi yang di peroleh beberapa siswa terkait penggunaan internet.Saat ditanya

kapan waktu mereka menggunakan layanan media internet, mereka menuturkan

bahwa mereka menggunakan internet setiap saat dan dimana pun bahkan

terkadang saat proses pembelajaran di kelas. Mereka menjelaskan bahwa mereka

menggunakan internet dengan mengakses melalui data yang mereka beli dengan

uang saku dari oaring tua. Yang menjadi tujuan mereka mengakses internet

adalah untuk mendapatkan informasi, berita, tugas-tugas sekolah, seperti sejarah,

bahasa dan bidang-bidang lain, bermain game, membuat konten vlog, chating, dan

menonton video atau film. Dan yang paling dominan mereka akses adalah

facebook, Instagram, Whatsup, youtube. Beberapa siswa menjawab mereka lebih

tertarik dan menghabiskan banyak waktu untuk mengakses game on line yang saat

ini sedang viral17.

Fakta awal yang diperoleh peneliti tersebut menunjukkan bahwa walaupun

Perhatian Orang Tua cukup baik, penggunaan Media Sosial cukup kondusif,

Religiusitas yang baik, akan tetapi tingkat kenakaln remaja masih terlalu tinggi.

Berdasarkan hasil survei awal tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan

penelitian menyangkut kenakalan remaja yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 1

Kalianda Lampung Selatan, dan faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh


16
Poniman, Wawancara Guru Akidah Akhlak di MAN 1 Kalianda, tanggal 6 Februari
2019
17
Anita Zahra Dkk, Wawancara Siswa di MAN 1 Kalianda, tanggal 6 Februari 2019
16

determinan terhadap kenakalan remaja, yaitu Perhatian Orang Tua, Media Sosial

Dan Religiusitas Terhadap Akhlak Remaja Di Madrasah Aliyah Negeri 1

Kalianda Lampung Selatan. Sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bahan

evaluasi dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan

penanggulangan kenakalan remaja dan menciptakan generasi Akhlakul karimah

di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka dirumuskan masalah pokok dalam penelitian adalah “Seberapa besar

Kontribusi Perhatian Orang Tua, Media Sosial Dan Religiusitas Terhadap

Akhlak Remaja Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung

Selatan?”

Kemudian dari rumusan masalah pokok dalam penelitian tersebut,

dirinci dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar Kontribusi Perhatian Orang Tua terhadap Akhalak

Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?

2. Seberapa Besarkah Kontribusi Media Sosial terhadap Akhalak

Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?

3. Seberapa besar kontribusi Religiusitas terhadap Akhalak Remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?

4. Seberapa besar kontribusi Perhatian Orang Tua, Media Sosial Dan

Religiusitas secara bersama-sama terhadap Akhalak Remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?


17

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis

Kontribusi Perhatian Orang Tua, Media Sosial Dan Religiusitas Terhadap

Akhlak Remaja Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung

Selatan.

Berdasarkan tujuan umum dalam penelitian ini, maka secara

khusus penelitian bertujuan untuk mengetahui:

1) Kontribusi Perhatian Orang Tua terhadap Akhalak Remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?

2) Kontribusi Media Sosial terhadap Akhalak Remaja di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?

3) Kontribusi Religiusitas terhadap Akhalak Remaja di Madrasah Aliyah

Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?

4) Kontribusi Perhatian Orang Tua, Media Sosial Dan Religiusitas

secara bersama-sama terhadap Akhalak Remaja di Madrasah Aliyah

Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan?

2. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini akan berguna bagi mereka

yang memerlukan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan

menganalisis besarnya pengaruh keempat variabel, baik secara terpisah

maupun secara bersamaan, lebih dari itu penulis juga berharap hasil

penelitian ini:
18

a. Secara teoritis dapat berguna untuk bahan kajian Perhatian Orang

Tua, Media Sosial Dan Religiusitas Terhadap Akhlak Remaja Di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan.

b. Secara praktis dapat berguna sebagai acuan dan kontribusi bagi

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan dalam rangka

meningkatkan akhlak remaja untuk menjadi lebih baik.

c. Bagi Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan untuk

mengetahui berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan

Akhlak remaja.

d. Sebagai pedoman Pembentukan Akhlak out put di lingkungan

pendidikan maupun di lembaga organisasi lain guna terwujudnya

pendidikan Akhlak sesuai amanah undang - undang.

e. Untuk para pengelola pendidikan agar mampu mewujudkan

pendidikan tingkat madrasah aliyah yang ideal dalam membentuk

akhlak generasi penerus bangsa sehingga diminati banyak orang dan

menjadikan pendidikan madrasah aliyah yang memiliki kondisi yang

sehat dan harmonis sesama komponen civitas akademika.

f. Bagi Kementria Agama Wilayah Lampung Sebagai dasar kebijakan

untuk meminimalisir kris akhlak remaja dilingkungan Kemenag

Lampung.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari variabel bebas dan terikat.

Sebagai variabel bebas adalah Perhatian Orang Tua, Media Sosial, dan
19

Religiusitas. Sedangkan variabel terikatnya adalah Akhlak Remaja. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada sekema berikut:

Perhatian Orang Tua

Media Sosial Akhlak Remaja

Religiusitas

E. Definisi Operasional Variabel

Perhatian Orang Tua

Perhatian Orang Tua adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada

objek tertentu18. Purwanto menyatakan orang tua adalah pendidik yang

pertama dan yang sudah semestinya menerima kodrat dari tuhan untuk

mendidik anak – anaknya19. Menurut brooks orang tua mempunya kewajiban

untuk membuat anak dapat hidup dalam lingkungan yang aman, mendapatkan

sekolah, mainan, pelajaran, perjalanan dan pelatihan yang menstimulus sesuai

kebutuhan. Orang tua juga harus menjaga komunikasi dengan terbuka, peka

dan penyelesaian masalah bersama, dukungan terhadap eksplorasi dan

kemandirian anak.20 Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perhatian

orang tua adalah suatu tindakan yang dilakukan orang tua untuk membantu

18
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2004) h.14
19
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) h.
49
20
Brooks, J. The Process of Parenting. Edisi Ke Delapan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2011.) h.458
20

anak berkembang dan memberikan rasa aman pada kehidupan anak. Perhatian

yang diberikan orang tua mempunyai peranan penting bagi anak karena orang

tua adalah model yang ditiru dan diteladani, oleh karenanya orang tua harus

bisa memberikan perhatian kepada anaknya untuk menciptakan hubungan

yang baik antara anak dengan orang tua.

Media Sosial

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan

media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang

dibangun atas dasar ideology dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan

penciptaan dan pertukaran user – generated content. Web 2.0 menjadi

platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang

berbeda, termasuk social network, forum internet, weblogs, social blog, micro

blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating, dan bookmark sosial.

Menurut Kaplan dan Haenlain ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi

(misalnya, wikipwdia) blog dan microblogs (missal, twiter), komunitas

konten( missal, youtube, tik tok, like, smule), situs jaringan sosial (missal,

Facebook, Whats App, Instagram), virtual game (missal, world of warcraft,


21
mobile lagand, COC)

Religiusitas

Glock dan Stark mengatakan bahwa religiusitas adalah keseluruhan

dari fungsi jiwa individu mencakup keyakinan, perasaan, dan perilaku yang

21
Andreas Kaplan M Haenlein Michael, User Of the word, Unite The challenge and
opportunities of social media, Business Horizons 53 (1) . p16 . 2010
21

diarahkan secara sadar dan sungguh-sungguh pada ajaran agamanya dengan

mengerjakan lima dimensi keagamaan yang didalamnya mencakup tata cara

ibadah wajib maupun sunat serta pengalaman dan pengetahuan agama dalam

diri individu.22

Fetzer juga mendefinisikan religiusitas adalah sesuatu yang lebih

menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin

dari setiap agama atau golongan. Doktrin yang dimiliki oleh setiap agama

wajib diikuti oleh setiap pengikutnya23. Berdasarkan penjelasan yang telah

diuraikan, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah hubungan yang

mengikat antara manusia dengan Allah Swt, yang membuat manusia memiliki

ketergantungan yang mutlak atas semua kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan

jasmani ataupun kebutuhan rohani, yang mana hal tersebut diimplementasikan

dengan mengarahkan hati, fikiran dan perasaan untuk senantiasa menjalankan

ajaran agama.

Akhlak Remaja

Akhlak diaartikan sebagai suatu tingkah laku, namun tingkah laku

tersebut harus dilakukan secara berulang tidak cukup hanya sekali melakukan

suatu perbuatan baiik atau hanya sewaktu- waktu saja.24 Seseorang dapat

dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya, didorong oleh motivasi dari

dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi

pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai

22
Glock, C. & Stark, R. Religion and Society In Tension. (Chicago: University of
California. 1966.) h.123
23
Fetzer, John E. Multidimensional Measurement of Religiousness/ Sprituality for use in
Health. (Kalamazo: John E. Fetzer Insitute. 1999.) h. 64
24
Bertens, Kees. Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 26.
22

keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan

terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.

Untuk lebih jelasnya, definisi operasional variabel dapat dilihat

pada table berikut:

Tabel
Operasional Variabel Penelitian

Variabel Konsep Variabel Sub Indikator Kode


Variabel
Dimensi
(1) (2) (3) (4) (5)
Perhatian perhatian orang tua Mengelola a. Menyediakan
Orang Tua adalah perhatian kegiatan fasilitas belajar
yang diberikan belajar antara lain peralatan
kepada anaknya alat tulis
yang merupakan b. Menyediakan tempat
dorongan secara belajar
alami untuk c. Mengatur jadwal
mempertahankan belajar anak
kehidupan manusia d. Mengawasi kegiatan
serta melindungi belajar anak di
dan menjamin rumah
kesehatan baik e. Memupuk disiplin
jasmani maupun diri pada anak
rohani. Menurut f. Mengontrol hasil
brooks orang tua belajar
mempunya g. Pemberian
kewajiban untuk Penghargaan dan
membuat anak hukuman
dapat hidup dalam
lingkungan yang Membantu a. Menjalin
aman, mendapatkan memecahkan komunikasi,
sekolah, mainan, kesulitan- menciptakan
pelajaran, kesulitan suasana belajar yang
perjalanan dan anak dalam bermakna
pelatihan yang belajar b. Menanyakan dan
menstimulus sesuai mendengarkan
kebutuhan. Orang kesulitan yang
tua juga harus dialami anak dalam
menjaga belajar
komunikasi dengan c. Memberi
23

terbuka, peka dan pengarahan kepada


penyelesaian anak agar dapat
masalah bersama, mengembangkan
dukungan terhadap kemampuan atau
eksplorasi dan potensi yang ada
kemandirian anak dalam dirinya

Membantu a. Memberi perhatian


sosialisasi hadir, dan
anak terhadap responsive terhadap
lingkungan anak
masyarakat b. Memberikan
mencontohkan
perilaku yang baik
c. Mengawasi dan
membimbing
perilaku anak dan
menumbuhkan
ketertarikan pada
teman
d. Berperan sebagai
penerjemah
pengalaman anak
dalam dunia yang
lebih luas
e. Berpartisipasi dalam
kegiatan anak di luar
rumah dengan cara
yang mendukung
f. Berperan sebagai
penasihat anak
dengan kewenangan
di luar rumah
g. Berbagi kegiatan di
waktu luang dan
bersenang – senang
di dalam rumah
h. Berbagi kegiatan di
waktu luang dan
bersenang – senang
di luar rumah
i. Memberi motivasi
untuk menghindari
perilaku yang tidak
diterima masyarakat
j. Mengontrol
24

perkembangan anak

Media Sosial Menurut Andreas 1. Kegunaan a. Saya mengakses


Kaplan dan media media sosial untuk
Michael Haenlein sosial. mendapatkan
mendefinisikan informasi yang
media sosial berkaitan dengan
sebagai sebuah pelajaran
kelompok aplikasi b. Saya mengunggah
berbasis internet foto pada akun
yang dibangun atas facebook dan
dasar ideology dan instagram saya
teknologi Web 2.0, hanya untuk
dan melengkapi profil
memungkinkan saya
penciptaan dan c. Saya menggunakan
pertukaran user – Whats App untuk
generated content. chattingan, diskusi
Web 2.0 menjadi group,
platform dasar d. Saya Media Sosial
media sosial. menjalin silaturahmi
Media sosial ada dengan teman,
dalam berbagai keluarga dan
bentuk yang berbagi pengalaman
berbeda, termasuk e. Saya mempunyai
social network, grup di media sosial
forum internet, yang berfungsi
weblogs, social untuk jual beli di
blog, micro online shop
blogging, wikis, f. Saya mengakses
podcasts, gambar, geme on line untuk
video, rating, dan menghilangkan
bookmark sosial. kejenuhan dan
Menurut Kaplan mencari
dan Haenlain ada kebahagiaan
enam jenis media 2. Banyakny a.Saya membuka akun
sosial: proyek a akun media sosial melalui
kolaborasi media handphone atau
(misalnya, sosial leptop saya
wikipwdia) blog yang b. Saya ditemani
dan microblogs dimiliki orang tua ketika
(missal, twiter), siswa mengakses media
komunitas sosial
konten( missal, c.Saya berteman
youtube, tik tok, dengan orang tua
like, smule), situs dan guru-guru saya
25

jaringan sosial di akun facebook


(missal, Facebook, dan instagram
Whats App,
Instagram), virtual 3. Alokasi a. Saya
game (missal, waktu mengakses akun
world of warcraft, mengakse media sosial setiap
mobile lagand, s media hari
COC) sosial b. Saya
yang mengakses media
mereka sosial kurang dari
miliki. satu jam sehari
4. Dampak a. Media sosial
positif sebagai
dan pembelajaran
negatif untuk memahami
dari pengetahuan
pengguna teknologi
an media b. Saya mengakses
sosial media sosial untuk
mendapatkan
informasi yang
berkaitan dengan
pelajaran
c. Saya mengakses
media sosial untuk
mengikuti
perkembangan
zaman masa kini
d. Saya membuka
akun media sosial
ketika waktu
belajar
e. Saya mengakses
media sosial
sampai larut
malam
f. Saya tidak bisa
sehari tanpa
mengakses media
sosial
g. Mata saya menjadi
sakit karena
kelamaan
mengakses media
sosial
h. Semenjak
26

mengenal media
sosial nilai mata
pelajaran saya
menjadi rendah
i. Semenjak
mengenal media
sosial saya jadi
suka menyendiri
Religiusitas Glock dan Stark Keyakinan a. Iman kepada Allah
mengatakan bahwa b. Iman kepada
religiusitas adalah Malaikat
keseluruhan dari c. Iman kepada kitab
fungsi jiwa individu d. Iman kepada Rosul
mencakup e. Iman kepada hari
keyakinan, akhir, qodha dan
perasaan, dan qadar
perilaku yang
diarahkan secara
sadar dan sungguh- Praktek a. Melaksanakan
sungguh pada Agama ibadah solat
ajaran agamanya b. Melaksanakan
dengan ibadah Puasa
mengerjakan lima c. Shodaqoh
dimensi keagamaan d. Berdzikir berdo’a
yang didalamnya dan membaca
mencakup tata cara sholawat
ibadah wajib e. Gemar membaca Al
maupun sunat serta Qur,an
pengalaman dan Akhlak a.Suka menolong
pengetahuan agama dalam kebaikan
dalam diri individu b. Mudah
meminta maaf dan
memaafkan
c.Menjaga amanah
dan Jujur dalam
ucapan dan
bertindak
d. Tidak mencuri
Pengetahuan a. Pengetahuan isi Al
Qur’an
b. Pengetahuan
pokok agama
c. Pengetahuan
Hukum Islam
d. Pengetahuan
Sejarah Islam
27

Penghayatan a. Nikmat beribada


dan Bergetar
mendengar nama
Allah
b. Bersyukur

Akhlak Akhlak diaartikan Akhlakul a. Meyakini bahwa


Remaja sebagai suatu Kepada Allah Allah-lah satu-
tingkah laku, satunya Tuhan yang
namun tingkah laku menciptakan alam
tersebut harus ini, yang
dilakukan secara memilikinya, yang
berulang tidak mengatur
cukup hanya sekali perjalanannya
melakukan suatu b. Meyakini bahwa
perbuatan baiik Allah SWT sebagai
atau hanya satu – satunya yang
sewaktu- waktu di sembah
saja. c. Husnudzan terhadap
ketetapan Allah
d. Senantiasa
mengingat Allah
e. Bertawakal segala
urusan setelah ihtiar
Akhlakul diri a. Bersabar atas
sendiri. dorongan hawa
nafsu.
b. Bersyukur atas
segala nikmat yang
allah berikan
c. Menjaga amanah
d. Berlaku benar dan
jujur
e. Menepati janji
f. Memelihara
kesucian diri dan
kehormatan dari
fitnah
g. Menutup Aurat
Akhlak a. Berbuat baik
terhadap kepada orang tua
orang tua b. Mendoakan
keselamatan orang
tua
28

c. Membantu
pekerjaan orang
tua.
d. Menghormati, dan
komunikasi
dengan lemah
lembut dan sopan
santun
Akhlak a. Menghormati
terhadap guru dan
menghargai
guru
b. Tidak
melawan
kepada guru
c. Mendengarkan
pada saat guru
menjelaskan
d. Melaksanakan
tugas yang
diberikan oleh
guru.

F. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut :

1. Ada korelasi yang signifikan perhatian orang tua terhadap akhlak remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Selatan.

2. Ada korelasi yang signifikan media sosial terhadap akhlak remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Selatan.

3. Ada korelasi yang signifikan tingkat religius terhadap akhlak remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Selatan.


29

4. Ada korelasi yang signifikan perhatian orang tua, media sosial, dan tingkat

religius secara bersama – sama terhadap akhlak remaja di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Lampung Selatan.

G. Tinjauan Pustaka

Journal Humanitas, Vol. X No.2 Agustus 2013, Hubungan Antara

Religiusitas Dengan Moralitas Pada Remaja Di Madrasah Aliyah (Ma). Oleh

Iredho Fani Reza, Hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien korelasi ( r )

sebesar 0,775 dengan signifikansi ( p ) sebesar 0,000, dimana p < 0,01.

Berdasarkan analisis data, kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah

ada hubungan yang sangat signifikan antara religiusitas dengan moralitas

remaja di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren kota Palembang. Berdasarkan

hasil analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang sangat signifikan antara religiusitas dengan moralitas remaja

Madrasah Aliyah pondok pesantren salah satu di kota Palembang. Religiusitas

pada remaja diwujudkan melalui intensitas dari serangkaian pelaksanaan

ibadah. Moralitas pada remaja di wujudkan dalam pola berpikir, bersikap, dan

bertindak terhadap hubungan sesama manusia yang bernilai moral. Tingkat

pemahaman terhadap pelaksanaan ibadah pada remaja akan saling bersinergi

dengan tingkat pemahaman norma dan nilai moral pada remaja, apabila

dipahami dengan kesungguhan hati nurani. Perilaku yang bernilai moral,

berasal dari hati nurani individu. Sehingga semakin tinggi tingkat religiusitas
30

pada remaja akan diikuti tingginya pula tingkat moralitas pada remaja

Madrasah Aliyah pondok pesantren salah satu di kota Palembang.

Journal, JOM. FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017. Pengaruh

Kecanduan Game Online Terhadap Perilaku Remaja Di Mabes Game Center

Jalan Hr.Subrantas Kecamatan Tampan Pekanbaru. Oleh Mimi Ulfa. Dari hasil

analisis yang dilakukan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai t hitung ≥ t

tabel, atau 4032.276 ≥0.195, maka hipotesis yang diajukan diterima artinya ada

pengaruh antara kecanduan game online (X) terhadap perilaku remaja (Y).

Disertasi berjudul Pengaruh Internet Terhadap Keruntuhan Akhlak

Remaja Islam: Kajian Di Kalangan Pelajar Tahun 4 Fakultas Pendidikan,

UTM. Di tulis oleh NURUL HUDA BINTI ABD RAZAK tahun 2011,

menemukan fakta bahwa : Hasil kajian menunjukkan bagi persepsi mahasiswa

terhadap internet ialah 4.03. Hasil analisis korelasi yang diperolehi

menunjukkan Youtube mempunyai hubungan yang sederhana dengan

keruntuhan akhlak remaja Islam dengan nilai r = 0.490. Faktor Facebook (r =

0.265) dan Blog (r = 0.255) mempunyai hubungan yang lemah dengan

keruntuhan akhlak remaja Islam. Kajian regresi pula menunjukkan hanya

faktor Youtube (r² = 0.240) yang mempunyai pengaruh dengan keruntuhan

akhlak remaja Islam, faktor Facebook (r² = 0.070) dan Blog (r² = 0.065) tidak

mempunyai pengaruh terhadapnya.

Journal “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Anak Kelas

VI di SDN 4 Sidorejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal,” oleh


31

Sholehah dengan hipotesis yang diajukan bahwa dengan tingginya perhatian

orang tua, maka akhlak anak semakin baik. Dari hasil analisa diperoleh bahwa

anak yang orang tuanya sangat memperhatikan maka akan semakin baik akhlak

anak. Fokus penelitian tersebut terletak pada perhatian orang tua pengaruhnya

terhadap akhlak anak.

Penelitian Disertasi Suharman ( 2015) , ( Faktor – Faktor Determinan

Akhlak Remaja ( Studi tentang pengaruh pola asuh orang tua, media massa dan

religiusitas terhadap akhlak siswa di SMA Negeri 3 Prabumulih. Penilitian ini

menitik beratkan pada analisis pola asuh keluarga, dan terpaan media massa

berpebgaruh secara signifikan terhadap akhlak siswa SMA N 5 Prabumulih.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meningkatnya religiusitas siswa

dapat meningkatkan akhlak remaja yang baik.

Penelitian Disertasi tentang faktor – faktor yang memepengaruhi

perilaku remaja yang relevan dengan akhlak yang dilakukan oleh Soetjiningsih

(2008) dengan focus pada prilaku seksual pranikah. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara model modifikasi dan data empiris.

Artinya model teoritis pengaruh hubungan orang tua – remaja, self esteem,

tekanan teman sebaya, religiusitas dan eksposur media pornografi terhadap

perilaku seksual pranikah remaja sesuai dengan data. Faktor – faktor tersebut

berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap prilaku seks pranikah

remaja dan menjelaskan 79% dari variasi perilaku seksual pranikah remaja.
H. Kerangka Teori
Input Proses Out Put Out Come

Landasan
UUD Pasal 31 tentang Pendidikan dan
Kebudayaan pada ayat 3
pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Perhatian Orang Religiusitas
Sistem Pendidikan Nasional.
Tua Dimensi akidah
 QS. At-Tin: 4-6 Mengelola kegiatan Dimensi syariah
belajar di rumah
Membantu
Dimensi akhlak Akhlak Model
memecahkan Dimensi Remaja Konseptual
kesulitan kesulitan pengetahuan Akhlak
Akhlak Kepada
Kepada Pembentukan
anak dalam belajar di agama Allah
Allah Akhlak
rumah Dimensi Remaja
Akhlak
Akhlak kepada
kepada diri
diri
penghayatan sendiri
sendiri

Ahklak
Ahklak kepada
kepada
Misi dan Misi MAN 1 Lam Se orang
orang tua
tua
Media Sosial Akhlak
Akhlak kepada
kepada guru
guru
FaktorLingkungan FaktorLingkungan
FaktorLingkungan
Eksternal Insternal
proyek kolaborasi
Insternal
Ekonomi blog
Instink (naluri)
Instink
Politik Kebiasaaan
Kebiasaaan microblogs
Teknologi Keturunan
Keturunan komunitas konten
Demografi Hati nnurani
Hati situs jaringan sosial
Lingkungan
Keamanan
virtual game
Pemerintah

Umpan Balik
GambarKerangkaPemikiran
1
I. Metodologi penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang dimulai

dengan berpikir deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan

pengujian di lapangan, kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan

data empiris.25 Margono juga menjelaskan bahwa tujuan penelitian kuantitatif

adalah untuk menguji teori, mengukuhkan fakta-fakta, dan untuk

menunjukkan hubungan-hubungan di antara variabel.26 Sedangkan menurut

Sugiyono, penelitian kuantitatif bertujuan untuk mengetahui hubungan dua

variabel atau lebih yang bersifat sebab akibat (kausal), menguji teori, dan

analisa data dengan menggunakan statistik untuk menguji hipotesis. 27 Ciri

dari pendekatan penelitian kuantitatif ini adalah adanya variabel, operasional,

reliabilitas, hipotesis, validitas dan makna secara statistik.28

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini yang

akan dilakukan adalah untuk menguji hipotesis penelitian seberapa besar

Kontribusi Perhatian Orang Tua, Media Sosial Dan Religiusitas Terhadap

Akhlak Remaja Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan.

25
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 35
26
Ibid., h. 45
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 23-24
28
S. Margono, Op. Cit., h. 44
34

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. 29 Dari konsepsi tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa

populasi totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun

mengukur, kualitatif maupun kuantitatif dari pada karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin

dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh Siswa di MAN 1

Kalianda Lampung Selatan yang berjumlah 450 orang.

b. Sampel

Menurut pendapat Sukardi,30 mengatakan bahwa ”Sebagian

jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data disebut sampel atau

cuplikan”. adalah sebagian dari populasi. Pengambilan jumlah sampel

dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:

N
2
n = 1+N ( d )

Keterangan:

n = Besar sampel,

29
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2008),h. 90
30
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 54.
35

N = Besar populasi,

d = Tarap nyata,

1 = bilangan konstanta”31

Diketahui jumlah populasi sebanyak 450 dan taraf nyata 10 % (taraf

450
2
kepercayaan 90%), maka: n = 1+450 ( 0,1 ) = 81,81

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 82 Siswa .

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut,

diperoleh ukuran sampel baik pada taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%.

diketahui dari jumlah populasi sebanyak 450 orang Siswa, dengan

menggunakan taraf kesalahan 10 % maka jumlah sampelnya adalah 82

Siswa MAN 1 kalianda Lampung Selatan.

Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan

menggunakan teknik Proportional Random Sampling, yaitu

pengambilan sampel secara acak yang jumlahnya seimbang pada

masing-masing strata.32 Teknik pengambilan sampel dengan

Proportional Random Sampling, dilakukan dengan cara mengambil

sampel secara acak dengan tidak ditentukan siapa orangnya yang

penting berada di populasi penelitian yang telah ditentukan, sesuai

dengan jumlah sampel yang telah ditentukan, yaitu 82 Siswa Man 1

Kalianda.
31
Sugiyono, Op Cit, h. 90
32
Suharsimi Arikunto, Op Cit., h. 97
36

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pencarian data primer dan

skunder untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah

penting dalam penelitian ilmiah, karena data yang telah terkumpul akan

digunakan dalam penelitian ini. Dalam rangka pengumpulan data, penelitan

ini menggunakan metode sebagai berikut:

a. Kuesioner (Angket)

Suharsimi Arikunto33 mengatakan bahwa “kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya”. Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data berupa

informasi secara tertulis langsung dari responden.

Kuesioner diberikan kepada Siswa MAN 1 Kalianda Lampung

Selatan tentang Kontribusi perhatian orang tua, media sosial dan

religiusitas terhadap Akhlak remaja di madrasah aliyah negeri 1

kalianda lampung selatan

. Hasil jawaban dari kuesioner tersebut kemudian diolah oleh peneliti

untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan

antara Perhatian orang tua, media sosial Dan religiusitas terhadap akhlak

remaja di MAN 1 Kalianda Lampung Selatan, baik secara parsial

maupun secara multipel.

b. Interview (Wawancara)
33
Ibid., h. 112
37

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti. Wawancara yang dilakukan peneliti

yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan kepala madrasah

dan wakilnya, guru, dan siswa. Wawancara dilakukan untuk mengetahui

Perhatian orang tua, media sosial Dan religiusitas terhadap akhlak remaja

di MAN 1 Kalianda Lampung Selatan.

c. Observasi

Observasi adalah ”penelitian yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun

tidak langsung.”95 Observasi dilakukan untuk menemukan data melalui

pengamatan secara langsung mengenai Perhatian orang tua, media sosial

Dan religiusitas terhadap akhlak remaja di MAN 1 Kalianda Lampung

Selatan.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber data sekunder yang tersedia atau

disediakan oleh lembaga atau organisasi yang diteliti. Dalam peneltian

ini peneliti menggunakan dokumentasi dan interview sebagai pelengkap

dari data kuesioner, adapun hasil dari dokumentasi dan interview tidak

dimasukkan dalam analisa data.

4. Instrumen Penelitian

9595
Sofian Efendi dan Chris Manning, Prinsip-Prinsip Analisa Dara: Metode Penelitian
Survey, (Jakarta: Tema Baru, 1999), h. 91
38

Instrumen penelitian berbentuk kuesioner diberikan kepada Siswa

MAN 1 kalianda Lampung Selatan. Sebelum format penilaian kuesioner

disajikan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi untuk setiap variabel. Dari ke Lima

variabel dibuat skala penilaian Jawaban setiap item instrumen menggunakan

skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang mempunyai


34
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif , dengan lima alternatif

jawaban yaitu:

1. Tinggi sekali/Baik sekali diberi skor 5

2. Tinggi/Baik diberi skor 4

3. Sedang/Cukup diberi skor 3

4. Rendah/Kurang diberi skor 2

5. Sangat rendah/Kurang sekali diberi skor 1

Instrumen penelitian tersebut dibuat dalam bentuk checklist (lihat

lampiran 1). Sebelum digunakan dalam penilaian, instrumen tersebut diuji

tingkat validitas dan reliabilitasnya.

a. Uji Validitas Instrumen

Validitas instrumen diuji dengan korelasi skor butir dengan skor

total menggunakan Rumus korelasi “Product Moment (Pearson)”35. :

N  XY    X   Y 
rxy 
N  X 2
  X 
2
 N  Y 2
 Y 
2

34
Sugiyono, Op. Cit., h. 134-135

35
Nana Sudjana, Metoda Statistika. (Bandung: Tarsito, 2002), h. 368.
39

Analisis dilakukan terhadap semua instrumen dengan program

komputer SPSS 16, dimana batas angka kritis adalah 0,05. Kriteria

pengujian dengan membandingakan antara r hitung dengan r tabel, jika

r hitung > r tabel maka instrumen dianggap valid, sebaliknya jika

r hitung < r tabel maka dianggap tidak valid (drop) , sehingga instrumen

tidak dapat digunakan dalam penelitian.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat

konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang diberikan oleh

responden. Reabilitas instrumen dalam penelitian ini akan dianalisa

dengan teknik belah dua (split half) dengan mengkorelasikan total skor

ganjil lawan genap, rumus yang digunakan adalah Spearmen-Brown,

sebagai berikut :

2 xr 1 /21/ 2
r 11 =
( 1+ r 1/21/2 )

Keterangan :

r 11 = reliabilitas instrumen

r 1/21/2 = r xy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

belahan instrumen.36

Penghitungan dilakukan dengan alat bantu program komputer

SPSS 16. Dengan kriteria uji apabila nilai r hitung > r tabel , maka
36
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 180-181
40

instrumen penelitian dinyatakan reliabel. Dan sebaliknya jika r hitung <r

tabel , maka instrumen variabel penelitian tidak reliabel. Berikut adalah

hasil validasi angket penelitian ini.

Table

Hasil Uji Validitas

No N Variabel Jumlah Vali Tidak


Item d Valid
Pertanyaan
1 40 Perhatian Orang Tua 20 16 4
2 40 Media Sosial 20 18 2
3 40 Religiusitas 20 20 0
4 40 Akhlak Remaja 20 19 1

Butir-butir yang dinyatakan tidak valid, tidak direvisi dan di

eliminasi dari soal kuesioner. Hail analisis uji validasi dapat dilihat

pada lampiran.

5. Teknik Analisis Data

a. Uji Persyaratan untuk Analisis Data

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang

terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Dengan uji normalitas

akan diketahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak.

Metode chi-kuadrat ( χ 2
) peneliti menggunakannya untuk

mengadakan pendekatan dari beberapa faktor yang diselidik (fo)

dengan faktor-faktor yang diharapkan (fh), apakah sampel berasal


41

dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

data, peneliti menggunakan uji Chi Kuadrat. Metode χ 2

menggunakan data nominal (deskrit), data tersebut diperoleh dari

hasil menghitung. Sedangkan besarnya nilai χ 2


bukan merupakan

ukuran derajat pengaruh, melainkan usuran kenormalan data.

Menurut Sutrisno, untuk mengetahui tingkat kenormalan data

Σ( f o −f c )
Χ 2=
digunakan uji Chi Kuadrat,37 denngan rumus: 1 fc .

Χ Χ2
Kriteria uji: apabila h2 < t maka sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Analisis uji normalitas

dilakukan dengan dengan program komputer SPSS 16.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang akan penulis kemukakan ini adalah

dengan metode Bartlett dan varians terbesar dibanding verians

terkecil menggunakan Tabel F.

Menurut Riduwan, untuk uji homogenitas digunakan Uji

Bartlett,38 dengan rumus: χ2hitung = (ln 10){B – ( ∑db ) log S i2}.

Χ Χ2
Kriteria uji: apabila h2 < t maka kelompok data berasal dari

populasi yang homogen. Analisis uji homogenitas dilakukan dengan

37
Sutrisno Hadi. Metodologi Research Jilid 3. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), h. 383
38
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian, (Bandung: Alfabetha, 2006), h. 119.
42

dengan alat bantu program SPSS 16 dan program microsoft office

excel.

b. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian

Untuk melihat atau mengetahui tingkat variabel penelitian

berdasarkan kuesioner yang disebarkan digunakan rumus dengan

perhitungan sebagai berikut39:

Rangking Atas

M + 1 SD

Rangking Tengah

M – 1 SD

Rangking Bawah

Berdasarkan hasil jawaban responden tersebut dengan

menggunakan rumus skala tiga, sebagai berikut.

Baik = M + 1 x SD

Cukup = Antara M + 1 x SD dan M – 1 x SD

Kurang = M – 1 x SD

Berdasarkan rumusan di atas maka akan diketahui frekuensi dan

persentase atas/baik, tengah/cukup, dan bawah/kurang masing-masing

variabel, yang kemudian akan dideskripsikan tingkat capaian setiap

variabel tersebut.

39
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1997), h. 162
43

1. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan teknik

regresi linier sederhana dan regresi linier ganda. Langkah-langkah yang

ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Uji Regresi Linier Sederhana

Analisis linier regresi sederhana digunakan untuk menelaah

pengaruh antara dua variabel.40 Persamaan matematisnya adalah:

Y^ =a+b ( X ) . Koefisien a dan b dihitung dengan rumus41:

( ∑ Y ) (∑ X 2)−( ∑ X )( ∑ XY )
a= 2
n ∑ X 2−( ∑ X )

n ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
b= 2
n ∑ X 2−( ∑ X )

Pengujian keberartian regresi sederhana dengan kriteria yang

digunakan adalah apabila nilai r lebih besar dari nilai α tertentu

maka Ho diterima. Sebaliknya apabila nilai r lebih kecil dari (<) nilai

α tertentu maka Ho ditolak.42

b. Uji Regresi Ganda

Analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui nilai

pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat

atau untuk membuktikan ada tidaknya hubungan kausal antara dua

40
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, Op. Cit., h. 188
41
Ibid.
42
Ibid., h. 198
44

atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.43 Persamaan

regresinya adalah44:

Y^ =a+b1 X 1 +b2 X 2 +. .. .

Rumus dalam penyelesaian persamaan matematis di atas

adalah sebagai berikut:

( ∑ x 22 ) ( ∑ x 1 y )−( ∑ x 1 x 2 ) ( x 2 y )
b1 = 2
(∑ x 21 )( ∑ x 22 )−(∑ x1 x 2 )

b2 =
( ∑ x ) (∑ x
12 2 y ) −(∑ x1 x 2 ) ( x 1 y )
2
(∑ x 21 )(∑ x 22 )−(∑ x 1 x2 )

Untuk menguji keberartian persamaan regresi, maka

digunakan rumus:

JK (reg)/k
F=
JK ( S )/n−k−1

Selanjutnya persamaan regresi ganda yang telah diperoleh

melalui aplikasi program tersebut kemudian akan diuji

signifikannya dengan mengaplikasikan program SPSS 17.0 pula.

Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai r lebih besar dari (>)

nilai α tertentu maka Ho diterima. Sebaliknya apabila nilai r

lebih kecil dari (<) nilai α tertentu maka Ho ditolak.45

43
Ibid.
44
S. Margono, Op. Cit., h. 227
45
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, Op. Cit., h. 210
45

Untuk memudahkan perhitungan dalam menganalisis

data dengan mempergunakan berbagai rumus tersebut, penulis

menggunakan alat bantu komputer dengan fasilitas program SPSS

17.0. Program SPSS yang merupakan singkatan dari Statistical

Product and Service Solutions , yaitu sebuah program aplikasi di

komputer yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi

serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis.46

46
Ibid., h. 5

Anda mungkin juga menyukai