Lanjutan Bab Ii
Lanjutan Bab Ii
3. Klasifikasi
Beberapa varian atomis dan kelainan yang berkaitan dengan tetralogi
Fallot antara lain:
a. Tetralogi Fallot dengan atresia pulmonal Lesi ini memiliki derajat
deviasi septum yang paling berat, dimana pasien memiliki atresia
pulmonal, bukan stenosis, sehingga tidak terdapat aliran darah
sama sekali dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis.
b. Tetralogi Fallot tanpa katup pulmonal pada beberapa kasus yang
jarang, bagian leaflet dari katup pulmonal tidak bersifat stenotik
maupun atretik, melainkan tidak terbentuk atau tidak hadir. Hal ini
menyebabkan celah antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
tidak terhalang oleh adanya katup. Hal ini menyebabkan
penumpukan volume secara kronis pada ventrikel kanan berpindah
ke arteri pulmonalis. Pada kasus berat, hal ini dapat menyebabkan
penekanan pada saluran pernapasan.
c. Tetralogi Fallot dengan ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda
(VKAJKG, double outlet right ventricle / DORV) VKAJKG
merupakan salah satu penyakit jantung bawaan dimana kedua
arteri besar keluar dari ventrikel kanan, masing – masing dengan
konusnya; kedua arteri besar ini tidak menunjukkan kontinuitas
dengan katup mitral. Dengan adanya over-riding aorta, maka aorta
semakin lebih terhubung dengan ventrikel kanan, dibandingkan
kiri.
d. Tetralogi Fallot dengan defek septum atrioventrikuaris Defek
septum atrioventrikularis ditemukan pada sekitar 2% kasus
tetralogi Fallot. Hal ini memang tidak secara signifikan mengubah
terapi inisial terhadap pasien, namun terapi pembedahan dan
rawatan praoperasi menjadi lebih kompleks (Aspiani, 2017).
7
4. Etiologi
Pada sebagian besar kasus penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti.Diduga karena adanya faktor endogen dan
eksogen.
a. Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik: Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan.
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, seperti diabetes
melitus, hiperensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor Eksogen
1) Riwayat kehamilan ibu.
2) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-
obatan tanpa resep dokter (talidamid, dektroanfetamin,
aminopterin, ametopterin, jamur).
3) Ibu menderita penyakit infeksi rubella.
4) Pajanan terhadap sinar X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen
tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung
bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena
pada minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai (Aspiani, 2017).
5. Patofisiologi
Tetralogi of fallot merupakan kelainan “empat sekawan” yang terdiri
atas defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler
dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya
tetralogi of fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang
disertai deviasi ke anteriol septum infundibular (bagian basal dekat
dari aorta). Deviasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan
(deksrtoposisi aotra), sehingga terjadi overriding aorta terhadap
8
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada penderita tetralogi of fallot adalah
sebagai berikut :
a. Sianosis
Sianosis merupakan manifestasi tetralogi paling nyata, mungkin
tidak ditemukaan saat lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel
kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut memiliki pintasan
kiri ke kanan yang besar bahkan munkin terdapat gagal jantung
kongestif
b. Dispnea
Dispnea terjadi jika penderita melakukan aktivitas fisik. Bayi dan
anak yang mulai belajar berjalan akan bermain aktif untuk waktu
singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak yang lebih
besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih 1 blok
sebelum berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang
dialami jantung pada penderita tercermin oleh intensitas sianosis
yang terjadi. Secara khas anak akan mengambil sikap berjongkok
untuk meringankan dan menghilangkan dispnea yang terjadi
akibat aktivitas fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan
aktivitasnya kembali dalam beberapa menit.
c. Serangan dispnea paroksismal (serangan anoksia “biru”)
Manifestasi ini merupakan masalah selama 2 tahun pertama
kehidupan penderita. Bayi menjadi dispnea dan gelisah, sianosis
yang terjadi menjadi bertambah hebat dan penderita mulai sulit
bernafas.Serangan tersebut paling sering terjadi pada pagi hari.
10
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita tetralogi of
fallot adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
Adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematrokit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri
menunjukan peningkatan tekanan parsial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2), dan penurunan nilai Hb
dan Ht normal atau rendah pada klien munkin menderita defisiensi
besi.
11
b. Radiologi
Pemeriksaan sinar X pada thorak menunjukan penurunan aliran
darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas
jantung tanpak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
Selain itu didapatkan arkus aorta di sebaelah kanan, aorta
asendens melebar, konus pulmonalis, afek terangkat, dan
vaskularitas paru berkurang.
c. Elektrokardiogram
Pada pemeriksaan EKG didapatkan hasil sumbu QRS hampir
selalu berdefiasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel
kanan.
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan
penurunan aliran darah ke paru.
e. Kateterisasi
Kateterisasi diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk
mengetahui defek septum ventrikel multipel, mendeteksi kelainan
arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan dengan tekanan pulmonalis normal atau
rendah (Aspiani, 2017).
8. Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi
ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain
dengan sebagai berikut.
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM, atau IV untuk menekan
pusat pernapasan dan mengatasi takpnea.
2) Natrium dikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi
asidosis.
12
9. Komplikasi
a. Trombosis serebri
Biasanya terjadi dalam sinus duralis dan terkadang dalam arteri
serebrum, lebih sering ditemukan pada polisitemia hebat. Dapat
juga dibangkitkan oleh dehidrasi. Trombosis lebih sering
13
10. Epidemiologi
Penyakit ini merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling
umum terjadi.Secara umum, tetralogi Fallot dijumpai pada tiga dari
sepuluh ribu bayi baru lahir hidup dan merupakan lebih kurang 10%
dari seluruh kejadian penyakit jantung bawaan. 3,7 Insidensi 3,26%
tiap 10.000 kelahiran hidup, atau sekitar 1.300 kasus baru setiap
tahunnya di Amerika Serikat (Aspiani, 2017).
14
11. Pencegahan
a. Menjaga kesehatan saat hamil
Menjaga kesehatan selama masa kehamilan sangat penting untuk
menjaga kesehatan janin dalam kandungan. Untuk mengurangi
resiko terjadinya penyakit Tetralogi of Fallot sebaiknya
menghindari konsumsi obat-obatan yang tidak disarankan oleh
dokter. Paparan radiasi selama masa kehamilan juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya kelainan penyakit jantung bawaan.
b. Melakukan vaksin lengkap
Melakukan skrening virus TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes) merupakan upaya pencegahan
terkena infeksi virus yang dapat menyebabkan kondisi kelainan
jantung pada bayi.
c. Melihat riwayat kesehatan keluarga
Ibu hamil perlu memperhatikan konsumsi gula, agar kadar gula
darah selalu dalam batas normal selama masa kehamilan. Selain
itu, usia ibu diatas 40 tahun beresiko lebih besar untuk melahirkan
anak dengan kelaianan jantung bawaan. Faktor lain yang perlu
diperhatikan adalah riwayat penyakit dalam keluarga adalah
diabetes, kelaianan genetik down sindrom, dan penyakit jantung
dalam keluarga.
d. Melakukan skrening Fetomaternal
Melakukan skrening fetomaternal berfungsi untuk mengenali
kelaianan jantung pada janin melalui USG.
https://www.smarterhealth.id/penyakit-kondisi/tetralogy-of-fallot/
diakses pada: 26 Oktober 2020 pukul 16.00WIB
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
orang tua dan hospitalisasi.
17
3. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung
Tujuan: Klien menunjukkan curah jantung adekuat, dengan kriteria
tekanan darah dalam rentang normal, toleransi terhadap aktifitas,
nadi perifer kuat, ukuran jantung normal, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada disritmia, tidak ada bunyi jantung abnormal,
tidak ada angina, tidak ada edema perifer, tidak ada udema pulmo,
tidak ada diaphoresis, tidak ada mual, tidak ada kelelahan .
Intervensi:
1) Evaluasi adanya nyeri dada(intensitas, local, radiasi, durasi,
dan faktor pencetus nyeri)
2) Lakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer
(missal, cek nadi perifer, edema, pengisian kapiler, dan suhu
ekstrimitas)
3) Cacat tanda dan gejala penurunan curah jantung
4) Observasi tanda-tanda vital
5) Obseravasi status kardiovaskuler
6) Observasi disritmia jantung termasuk gangguan irama dan
konduksi
7) Observasi status respirasi terhadap gejala gagal jantung
8) Observasi keseimbangan cairan (asupan-haluaran dan berat
badan harian)
9) Kenali adanya perubahan tekanan darah
10) Kenali pengaruh psikologis yang mendasari kondisi klien
11) Evaluasi respons klien terhadap disritmia
12) Kolaborasi dalam pemberian terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan
13) Monitor respons klien terhadap pemberian terapi antiaritmia
18
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri atau independen, adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain (Wartonah, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi
pada dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien
dengan tujuan atau kriteria hasil yang diterapkan. Tujuan dari evaluasi
antara lain:
23
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu dokumen yang berisi data
yang lengkap, nyata, dan tercatat, bukan hanya tentang tingkat
kesakitan klien, tetapi juga jenis atau tipe, kualitas, dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan klien (Fisbach dalam
Zaidin, 2009).
7. Discharge Planning
a. Keluarga dianjurkan untuk mengatur pola hidup sehat seperti
mengatur pola makan yang sehat untuk anak.
b. Keluarga dianjurkan untuk memantau selalu pola nafas anak.
c. Menyarankan kepada keluarga untuk mengurangi aktifitas anak
yang dapat memicu kerja jantung lebih berat.
https://www.smarterhealth.id/penyakit-kondisi/tetralogy-of-fallot/
diakses pada 26 Oktober 2020 pukul 16.00WIB