Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang Terbentuknya Hukum Integratif

Latar belakang lahirnya teori hukum integratif didorong oleh adanya sikap skeptis
masyarakat terhadap penanganan perkara hukum di indonesia yang telah melupakan nilai-nilai
luhur pancasila sebagai ideologi bangsa. Tidak hanya itu, Teori hukum Integratif diklaim muncul
karena adanya dua sebab, yakni (teori hukum pembangunan) yang di usung oleh Mochtar
Kusumaatmadja yang bertitik tolak pada sistem norma, dan (teori hukum progresif) yang
diusung oleh Sadjipto Rahardjo yang bertitik tolak pada sistem perilaku. Kedua teori inilah yang
menjadikan sebab teori integratif muncul.
Teori Hukum Pembangunan (Mochtar Kusumaatmadja) yang mana inti ajaran atau
prinsip teori ini ialah Perubahan hukum yang teratur dapat dilakukan oleh masyarakat apabila
dibantu dengan adanya Undang-undang dan hukum menjadi suatu sarana (bukan alat) yang tak
dapat diabaikan.
Teori hukum progresif (Sadjipto Rahardjo) beranjak dari kenyataan dan pengalaman tidak
bekerjanya hukum sebagai suatu sistem perilaku. Teori ini menjelaskan hukum tidak dapat
memaksakan ketertiban manusia, akan tetapi hukum itulah yang harus dikaji kembali dan
menegaskan bahwa hukum itu harus dijalankan dengan hati nurani. Kedua teori inilah yang
menjadikan sebab teori integratif muncul.
Teori hukum integratif muncul dari pemikiran Romli Atmasasmita yang ingin
merekontruksi pemikiran Mochtar (teori hukum pembangunan) dan Satjipto (teori hukum
progresif). Teori Hukum Integratif ini menyatakan bahwa hukum pada hakikatnya terdiri dari
tiga unsur yaitu sistem norma, prilaku dan nilai yang disebut dengan “tripartite character of
indonesian legal theory of social and bureaucratic engineering”. Dalam bukunya, Romli
Atmasasmita menunjukkan bahwa ia ingin merekonstruksi pemikiran Mochtar dan Satjipto
dengan menghasilkan satu teori baru. Romli ingin memasukkan unsur falsafah Pancasila dalam
teori hukum.Sebab teori hukum yang ada saat ini kebanyakan diambil mentah-mentah dari
warisan kolonial.
Pengertian teori hukum Integratif
Teori integratif sendiri merupakan sebuah teori yang mana subtansi hukumnya adalah
menambahkan nilai-nilai hukum yang bersumber pada Pancasila. Pancasila sendiri merupakan
roh kedaulatan Republik Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain. Keinginan terhadap
praktek teori ini adalah norma serta perilaku penegak hukum tidak meniadakan nilai-nilai
Pancasila di dalam mengambil sebuah keputusan. Karena apabila hukum hanya dipandang
sebagai sistem norma dan sistem perilaku saja,maka hukum akan kehilangan Roh-nya jika
mengabaikan sistem nilai yang bersumber pada pancasila sebagai puncak nilai kesusilaan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut teori hukum integratif, rekayasa hukum, masyarakat, serta penegakan hukum
yang dilakukan, haruslah berlandaskan pada sistem norma, sistem perilaku, dan sistem nilai yang
tidak lain bersumber pada Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.Teori Hukum Integratif
menguatkan pemikiran bahwa teori musyawarah dan mufakat merupakan kata kunci
keberhasilan memerankan fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat.
Inti pemikiran Teori Hukum Integratif adalah merupakan perpaduan pemikiran Teori
Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif dalam konteks Indonesia yang terinspirasi
oleh konsep hukum menurut Hart. Teori hukum integratif mencoba untuk mengakomodasi
sebagian konsep-konsep hukum pembangunan dan hukum progresif. Meskipun demikian, Teori
hukum integratif memiliki ciri khas tersendiri. Teori Hukum integratif memiliki kekhasan
tersendiri. Ada 2 (dua) kekhasan tersebut, yaitu:

a) menekankan penggunaan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat untuk membuat dan
menegakkan hukum. Bukan berarti alergi terhadap dunia luar (Barat umpamanya), tetapi
sebenarnya setiap masyarakat memiliki nilai-nilai yang terus hidup dan berkembang (the
living law). Nilai-nilai tersebut dapat diubah menuju nilai baru yang dapat mencerminkan
kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan, dan memelihara serta mempertahankannya
secara dinamis.
b) penyelesaikan masalah hukum, khususnya konflik, diarahkan pada out of court settlement
sesuai dengan the living law tersebut.
Kelebihan Teori hukum Integratif
 Kelebihan dari teori hukum integratif ini adalah ia berperan sebagai penyempurna dari
kedua teori hukum yang berkembang pada masa sebelumnya, yaitu teori hukum yang
berpijak pada norma (Muchtar) dan perilaku (Sadjipto). Dengan sistem nilai yang
digagasnya, Indonesia sebagai negara hukum dapat benar-benar merealisasikan hukum
sebagaimana yang terdapat dalam nilai-nilai Pancasila. Keadilan akan nampak dan
dirasakan oleh masyarakat, serta bagi birokrasi Indonesia akan menjadi pilar-pilar
kemajuan. Negara Indonesia yang notabenenya adalah masyarakat yang berbeda-beda
suku, Ras, dan agama, akan tetap menjadi satu kesatuan di bawah nilai-nilai pancasila.
 teori hukum integratif tidak hanya menjadi landasan pengkajian masalah pembangunan
nasional, melainkan juga dalam konteks pengaruh hubungan internasional ke dalam
sistem kehidupan bangsa Indonesia.
 Teori hukum integratif dapat digunakan untuk menganalisis, mengantisipasi dan
merekomendasikan solusi hukum yang tidak hanya mempertimbangkan aspek normatif
melainkan juga aspek sosial,ekonomi,politik dan keamanan nasional dan internasional.

Kelemahan teori hukum integratif


 tergerusnya nilai-nilai tradisional bangsa dan makin rendahnya pengakuan dan
implementasi pancasila.Padahal teori hukum integratif mensyaratkan rekayasa birokrasi
dan rekayasa masyarakat berlandaskan pada sistem norma,sistem perilaku dan sistem
nilai yang bersumber pada pancasila.
Kesimpulan

Teori hukum integratif muncul dari pemikiran Romli Atmasasmita yang ingin
merekontruksi pemikiran Mochtar (teori hukum pembangunan) dan Satjipto (teori hukum
progresif). Romli Atmasasmita menyimpulkan, bahwa jika hukum menurut Mochtar merupakan
sistem norma dan menurut Satjipto merupakan sistem perilaku, maka Romli melengkapi, bahwa
hukum dapat diartikan dan seharusnya juga diartikan sebagai sistem nilai.
Teori integratif sendiri merupakan sebuah teori yang mana subtansi hukumnya adalah
menambahkan nilai-nilai hukum yang bersumber pada Pancasila. Teori hukum integratif
menghendaki adanya rekayasa birokrasi dan rekayasa masyarakat. Rekayasa birokrasi melalui
sistem norma dan dan sistem prilaku, sedangkan rekayasa masyarakat dilakukan melalui sistem
nilai. Ketiga sistem itu berasal dari sumber utamanya the living law dalam masyarakat,
khususnya di Indonesia berasal dari sumber utama negara dan bangsa yaitu Pancasila.
Kelebihan dari teori hukum integratif adalah ia berperan sebagai penyempurna dari kedua
teori hukum yang berkembang pada masa sebelumnya, yaitu teori hukum yang berpijak pada
norma (Muchtar) dan perilaku (Sadjipto). Dengan sistem nilai yang digagasnya, Indonesia
sebagai negara hukum dapat benar-benar merealisasikan hukum sebagaimana yang terdapat
dalam nilai-nilai Pancasila.
Namun teori hukum integratif ini juga memiliki beberapa kelemahan yakni makin
tergerusnya nilai-nilai tradisional bangsa dan makin rendahnya pengakuan dan implementasi
Pancasila karena teori hukum integratif mensyaratkan rekayasa birokrasi dan rekayasa
masyarakat berlandaskan pada sistem norma, sistem perilaku, dan sistem nilai yang bersumber
pada Pancasila.
Teori Hukum Integratif diharapkan dapat menjadi landasan bagi Indonesia untuk menata
kembali fungsi dan peranan hukum dalam melakukan pembangunan. Fungsi dan peranan hukum
sebagai sarana pemersatu dan memperkuat solidaritas masyarakat dan birokrasi dalam
menghadapai perkembangan dan dinamika kehidupan, baik di dalam lingkup NKRI maupun
dalam lingkup Internasional. Apabila hukum hanya dipandang sebagai sistem norma dan sistem
perilaku saja, dan digunakan sebagai mesin birokrasi, hukum akan kehilangan Roh-nya jika
mengabaikan sistem nilai yang bersumber pada pancasila sebagai puncak nilai kesusilaan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlu adanya unsur falsafah Pancasila dalam teori hukum,
sebab teori hukum yang ada di Indonesia saat ini kebanyakan diambil mentah-mentah dari
warisan kolonial.

Anda mungkin juga menyukai