Anda di halaman 1dari 2

KESIMPULAN :

Teori hukum Integratif muncul karena adanya dua sebab, yakni (teori hukum
pembangunan) yang di usung oleh Mochtar Kusumaatmadja yang bertitik tolak pada sistem
norma, dan (teori hukum progresif) yang diusung oleh Sadjipto Rahardjo yang bertitik tolak
pada sistem perilaku. Kedua teori inilah yang menjadikan sebab teori integratif muncul. Teori
hukum integratif muncul dari pemikiran Romli Atmasasmita yang ingin merekontruksi
pemikiran Mochtar (teori hukum pembangunan) dan Satjipto (teori hukum progresif).
Bertolak dari pandangan Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif tersebut,
Romli Atmasasmita menyimpulkan, bahwa jika hukum menurut Mochtar merupakan sistem
norma dan menurut Satjipto merupakan sistem perilaku, maka Romli melengkapi, bahwa
hukum dapat diartikan dan seharusnya juga diartikan sebagai sistem nilai.
Teori Hukum Integratif ini menyatakan bahwa hukum pada hakikatnya terdiri dari
tiga unsur yaitu sistem norma, prilaku dan nilai yang disebut dengan “tripartite character of
indonesian legal theory of social and bureaucratic engineering”. Teori integratif sendiri
merupakan sebuah teori yang mana subtansi hukumnya adalah menambahkan nilai-nilai
hukum yang bersumber pada Pancasila.
Teori hukum Integratif merupakan perpaduan teori hukum pembangunan dan teori
hukum progresif dalam konteks Indonesia yang terisnpirasi oleh konsep hukum. Teori hukum
integratif memberikan pencerahan mengenai relevansi dan arti penting hukum dalam
kehidupan manusia Indonesia dan mencerminkan bahwa hukum sebagai sistem yang
mengatur kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kultur dan karakter
masyarakatnya serta letak geografis lingkunganya.
Dalam bidang birokrasi, teori hukum integratif menghendaki adanya rekayasa
birokrasi dan rekayasa masyarakat. Rekayasa birokrasi melalui sistem norma dan dan sistem
prilaku, sedangkan rekayasa masyarakat dilakukan melalui sistem nilai. Ketiga sistem itu
berasal dari sumber utamanya the living law dalam masyarakatnya, khususnya di Indonesia
berasal dari sumber utama negara dan bangsa yaitu Pancasila.
Kelebihan dari teori hukum integratif adalah ia berperan sebagai penyempurna dari
kedua teori hukum yang berkembang pada masa sebelumnya, yaitu teori hukum yang
berpijak pada norma (Muchtar) dan perilaku (Sadjipto). Dengan sistem nilai yang
digagasnya, Indonesia sebagai negara hukum dapat benar-benar merealisasikan hukum
sebagaimana yang terdapat dalam nilai-nilai Pancasila. Namun teori hukum integratif ini juga
memiliki beberapa kelemahan yakni makin tergerusnya nilai-nilai tradisional bangsa dan
makin rendahnya pengakuan dan implementasi Pancasila. Padahal, teori hukum integratif
mensyaratkan rekayasa birokrasi dan rekayasa masyarakat berlandaskan pada sistem norma,
sistem perilaku, dan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila.
Teori Hukum Integratif diharapkan dapat menjadi landasan bagi Indonesia untuk
menata kembali fungsi dan peranan hukum dalam melakukan pembangunan. Fungsi dan
peranan hukum sebagai sarana pemersatu dan memperkuat solidaritas masyarakat dan
birokrasi dalam menghadapai perkembangan dan dinamika kehidupan, baik di dalam lingkup
NKRI maupun dalam lingkup Internasional. Apabila hukum hanya dipandang sebagai sistem
norma dan sistem perilaku saja, dan digunakan sebagai mesin birokrasi, hukum akan
kehilangan Roh-nya jika mengabaikan sistem nilai yang bersumber pada pancasila sebagai
puncak nilai kesusilaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlu adanya unsur
falsafah Pancasila dalam teori hukum, sebab teori hukum yang ada di Indonesia saat ini
kebanyakan diambil mentah-mentah dari warisan kolonial.

Anda mungkin juga menyukai