Anda di halaman 1dari 13

 Pengertian hukum perdata

Peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum subjek hukum (orang dan badan
hukum) yang satu dengan subjek hukum yang lain,yang menitikberatkan pada
kepentingan pribadi dari subjek hukum tersebut.

 Hukum perdata menurut ahli


Ada beberapa ahli yang mendefinisikan hukum perdata, sumak uraiannya.
Prof. Subekti
Pengertian Hukum Perdata menurut Prof. Subekti adalah segala hukum private materiil yaitu
segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan.
Prof. Sudikno Mertokusumo
Pengertian Hukum Perdata menurut Prof. Sudikno Mertokusumo adalah keseluruhan
peraturan yang mempelajari mengenai hubungan antara orang yang satu dengan yang
lainnya dalam hubungan keluargan dan dalam pergaulan masyarakat.

 Perbedaan hukum publik dan privat


Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dengan
negara dan alat – alat perlengkapan negara.
Hukum privat
Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara individu satu dengan
individu yang lain yang menitikberatkan pada kepentingan perorangan.

 Asas-asas dalam hukum perdata


Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mengandung arti bahwa masing-masing orang dapat mengadakan perjanjian baik
yang sudah diatur dalam undang-undang ataupun yang belum diatur dalam undang-undang.
Asas ini ada dalam 1338 ayat 1 KUHP yang menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang untuk yang membuatnya”
Asas Konsesualisme
Asas ini berkaitan dengan pada saat terjadi perjanjian. Di pasa 1320 ayat 1 KUHP, syarat
wajib perjanjian itu karena terdapat kata sepakat antara kedua belah pihak.
Asas Kepercayaan
Asas ini mempunyai arti bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan
memenuhi masing-masing prestasi yang diantara kedua pihak.
Asas Kekuatan Mengikat
Asas ini menyatakan bahwa pernjanjian hanya mengikat pihak yang mengikatkan diri atau
yang ikut serta dalam perjanjian tersebut.
Asas Persamaan Hukum
Asas ini mempunyai maksud bahwa subjek hukum membuat yang membuat perjanjian
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.
Asas Keseimbangan
Asas ini menginginkan kedua belah pihak memenuhi dan menjalankan perjanjian yang telah
dijanjikan.
Asas Kepastian Hukum (Asas pacta sunt servada)
Asas ini ada karena suatu perjanjian dan diatur dalam pasal 1338 ayat 1 dan 2 KUHP.
Asas Moral
Asas moral merupakan asas yang terikat dalam perikatan wajar, ini artinya perilaku
seseorang yang sukarela tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari
pihak debitur.
Asas Perlindungan
Asas ini memberikan perlindungan hukum kepada debitur dan kreditur. Tetapi yang
membutuhkan perlindungan adalah debitur karena berada di posisi yang lemah.
Asas Kepatutan
Asas ini berhubungan dengan ketentuan isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan
Asas Kepribadian
Asas ini mewajibkan seseorang dalam pengadaan perjanjian untuk kepentingan dirinya
sendiri.
Asas I’tikad Baik
Sesuai dengan pasal 1338 ayat 3 KUHP, asas ini berhubungan dengan pelaksanaan
perjanjian, asas ini menyatakan bahwa apa yang hendak dilakukan dengan pemenuhan
tuntutan keadilan dan tidak melanggar kepatutan.

 Pembagian hukum perdata


 Menurut Kuhpdt
1. Buku I mengenai orang, ini mengatur hukum tentang diri seseorang dan hukum
kekeluargaan.
2. Buku II mengenai hal benda, ini mengatur hukum kebendaan dan hukum waris
3. Buki III mengenai hal perikatan, ini mengatur hak dan kewajiban timbal balik antara
orang atau pihak tertentu.
4. Buku IV mengenai pembuktian dan daluarsa, ini mengatur mengenai alat pembuktian
dan akibat hukum yang timbul dari adanya daluarsa tersebut.
 Menurut ilmu pengetahuan hukum
1. Orang
2. Keluarga
3. Kekayaan
4. Waris

 Istilah dalam hukum perdata


 Actio in pauliana : Tuntutan hukum untuk pernyataan batal segala perbuatan yang tidak
diwajibkan yang dilakukan oleh pihak yang berhutang, yang menyebabkan penagih
hutang dirugikan (pasal 1341 KUHPerdata)
 Asas audie et alteram partem : Kedua belah pihak harus didengar
 Asas droit de suite : Asas berdasarkan hak suatu kebendaan seseorang yang berhak
terhadap benda itu mempunyai kekuasaan/wewenang untuk mempertahankan atau
menggugat bendanya dari tangan siapapun juga atau dimanapun benda itu berada
 Asas exceptio non adimpleti contractus : Tangkisan bahwa pihak lawan dalam keadaan
lalai juga, maka dengan demikian tidak dapat menuntut pemenuhan prestasi
 Asas lex specialis derogat legi generalis : Kalau terjadi konflik/pertentangan antara
undang-undang yang khusus dengan yang umum maka yang khusus yang berlaku
 Asas lex superior derogat legi inferiori : Kalau terjadi konflik/pertentangan antara
peraturan perundang-undangan yang tinggi dengan yang rendah maka yang tinggilah
yang harus didahulukan
 Asas ne bis in idem : Asas yang melarang seseorang untuk diadili dan dihukum untuk
kedua kalinya bagi kejahatan yang sama
 Asas pacta sunt servanda : Bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan
 Droit de preference : Keistimewaan yang bersangkutan dengan hasil penjualan tanah
yang dijadikan jaminan, dalam hubungannya dengan kreditur-kreditur lain yang tidak
mempunyai hak yang lebih mendahulu

 Materi hukum perikatan


 Pengertian
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang terletak di bidang hukum kekayaan yang
mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih, dimana pihak yang satu berhak
atas Prestasi sedangkan pihak yang lain wajib melaksanakan / memenuhi Prestasi
tersebut.

 Obyek Perikatan
Yang dimaksud dengan obyek Perikatan ialah segala sesuatu yang diperjanjikan
oleh kedua belah pihak yang bersangkutan. Obyek Perikatan dinamakan Prestasi
Perikatan. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, Prestasi dapat berupa:
a. Kewajiban untuk memberikan sesuatu;
b. Kewajiban untuk berbuat sesuatu;
c. Kewajiban untuk tidak berbuat sesuatu

 Dasar hukum perikatan


Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut :
a. Perikatan yang timbul dari persetujuan ( perjanjian )
b. Perikatan yang timbul dari undang-undang
c. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum ( onrechtmatige daad ) dan perwakilan sukarela ( zaakwaarneming )

 unsur-Unsur dalam Hukum Perikatan


1. Unsur hubungan hukum dalam hukum perikatan
2. Unsur kekayaan dalam hukum perikatan
3. Unsur pihak-pihak dalam hukum perikatan
4. Unsur obyek hukum atau prestasi dalam hukum perikatan
5. Unsur Schuld dan Unsur Haftung dalam Hukum Perikatan

 Syarat Sahnya Perikatan Yaitu;


a.    Obyeknya harus tertentu.
Syarat ini diperlukan hanya terhap perikatan yang timbul dari perjanjian.
b.    Obyeknya harus diperbolehkan.
Artinya tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum.
c.    Obyeknya dapat dinilai dengan uang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pengertian perikatan.
d.   Obyeknya harus mungkin.

 Wanprestasi dan Akibatnya


Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan
debitur.
Ada empat kategori dari wanprestasi, yaitu :
Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
a.Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan
b.Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
c.Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya
Akibat-akibat wanprestasi berupa hukuman atau akibat-akibat bagi debitur yang
melakukan wanprestasi, dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur ( ganti rugi )
b. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian.
c. Peralihan resiko.

 Hapusnya Hukum Perikatan


Pasal 1381 secara tegas menyebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan. Cara-cara
tersebut adalah:
      Pembayaran.
      Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(konsignasi).
      Pembaharuan utang (novasi).
      Perjumpaan utang atau kompensasi.
      Percampuran utang (konfusio).
      Pembebasan utang.
      Musnahnya barang terutang.
      Batal/ pembatalan.
      Berlakunya suatu syarat batal.
      Dan lewatnya waktu (daluarsa).

 Materi hukum perjanjian


 Pengertian perjanjian
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal 1313 BW).

 Syarat sahnya Perjanjian (pasal 1320 kuhpdt)


1. Sepakat untuk mengikatkan diri
Sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu
harus bersepakat, setuju untuk seia sekata mengenai segala sesuatu yang
diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya tidak ada
pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian berarti mempunyai wewenang untuk
membuat perjanjian atau mngadakan hubungan hukum. Pada asasnya setiap orang
yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum.
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini diperlukan untuk dapat
menentukan kewajiban debitur jika terjadi perselisihan. Pasal 1338 KUHPerdata
menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai suatu pokok yang
paling sedikit ditetapkan jenisnya.
4. Sebab yang halal
Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai maksud untuk
mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak halal ialah jika
ia dilarang oleh Undang Undang, bertentangan dengan tata susila atau ketertiban.
Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang
tidak mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.
 Pembatalan Perjanjian
Suatu perjanjian dapat di batalkan oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian
ataupun batal demi hukum. Perjanjian yang di batalkan oleh salah satu pihak
biasanya terjadi karena :
1. Adanya suatu pelanggaran dan pelanggaran tersebut tidak di perbaiki dalam
jangka waktu yang ditentukan atau tidak dapat diperbaiki.
2. Pihak pertama melihat adanya kemungkinan pihak kedua mengalami
kebangkrutan atau secara financial tidak dapat memenuhi kewajibannya.
3. Terkait resolusi atau perintah pengadilan
4. Terlibat hukum
5. Tidak lagi memiliki lisensi, kecakapan, atau wewenang dalam melaksanakan
Perjanjian

 Materi sistem pendaftaran tanah di indonesia


 Pengertian
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus,
berkesinambungan ,dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian
surat tanda bukti haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.”

 Tujuan pendaftaran tanah


Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar
dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

 Objek pendaftaran tanah


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Pasal 9, obyek pendaftaran tanah meliputi :

1. “Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan, dan hak pakai;
2. Tanah Hak Pengelolaan ;
3. Tanah Wakaf ;
4. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun ;
5. Hak Tanggungan ;
6. Tanah Negara.”

 Pendaftaran tanah secara sistematik dan sporadic


1. Pendaftaran tanah secara sistematik
adalah kegiatan pendaftaran untuk pertama kali yang dilakukan secara
serentak, yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum terdaftar
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan, umumnya
prakarsa dari pemerintah.
2. Pendaftaran tanah secara sporadic,
adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau
beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
desa atau kelurahan secara individual atau masal, yang dilakukan atas
permintaan pemegang atau penerima hak atas tanah yang bersangkutan.

 Sistem pendaftaran tanah


Terdapat dua macam sistem pendaftaran tanah, yaitu sistem pendaftaran akta dan
sistem pendaftaran hak.Baik sistem pendaftaran akta maupun sistem pendaftaran
hak, tiap pemberian atau menciptakan hak baru serta pemindahan dan
pembebanannya dengan hak lain kemudian, harus dibuktikan dengan suatu akta.
Dalam akta tersebut dengan sendirinya dimuat data yuridis tanah yang
bersangkutan, yaitu perbuatan hukumnya, haknya, penerima haknya, dan hak apa
saja yang dibebankan.

Indonesia dalam pendaftaran tanah menggunakan sistem Torrens atau sistem


pendaftaran hak.Hal tersebut tampak dengan adanya buku tanah sebagai dokumen
yang memuat data yuridis dan data fisikyang dihimpun dan disajikan sejak
diterbitkannya sertifikat sebagai bukti hak yang didaftar. Dalam pandangan
umum, dengan adanya sistem Torrens maka dapat dinyatakan bahwa:

1. Pendaftaran didasarkan kepada tanah bukan kepada orang;


2. Pada pendaftaran terdapat sejumlah dokumen yang merupakan rangkaian dari
proses yang mendahuluinya sehingga satu bidang tanah terdaftar dan dianggap
sebagai sesuatu yang sudah benar, tetapi masih harus melihat masalah-masalah
materil yang ada di dalam setiap hak tersebut, sehingga sedapat mungkin
terelak dari kemungkinan adanya gugatan dari orang-orang yang merasa lebih
berhak;
3. Kepastian hak-hak dari seseorang yang tanahnya terdaftar;
4. Garansi dari negara atas kehilangan dengan suatu kompensasi.

 Asas perlekatan (accesie) dan asas pemisahan horizontal


 Asas perlekatan (accesie)
Asas ini mengatakan bahwa bangunan dan tanaman yang ada di atas dan merupakan
satu kesatuan dengan tanah, merupakan “bagian” dari tanah yang bersangkutan.
Perbuatan hukum mengenai tanah dengan sendirinya meliputi tanaman dan bangunan
yang ada di atasnya.
 asas pemisahan horizontal
Asas ini menekankan bahwa bangunan dan tanaman bukan merupakan bagian dari
tanah. Oleh karena itu, hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi pemilikan
bangunan dan tanaman yang ada di atasnya. Oleh karena itu, perbuatan hukum
mengenai tanah, tidak dengan sendirinya meliputi bangunan dan tanaman yang ada di
atasnya.

 Materi hukum jaminan


 Pengertian
Hukum Jaminan adalah keseluruhan dari kaidah – kaidah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan
pembebanan jaminan untuk mendapatkan  fasilitas/kredit.

 Jaminan ada 2 (dua) yaitu :


 Jaminan umum
yaitu jaminan dari pihak debitur yang terjadi atau timbul dari undang-undang,
yaitu bahwa setiap barang bergerak ataupun tidak bergerak milik debitur menjadi
tanggungan utangnya kepada kreditur. Maka apabila debitur wanprestasi maka
kreditur dapat meminta pengadilan untuk menyita dan melelang seluruh harta
debitur.
 Jaminan khusus
yaitu bahwa setiap jaminan utang yang bersifat kontraktual, yaitu yang terbit dari
perjanjian tertentu, baik yang khusus ditujukan terhadap benda-benda tertentu
maupun orang tertentu.

 Jaminan Khusus ada 2 (dua) yaitu :

 Jaminan kebendaan

adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, mempunyai
hubungan langsung atas benda tertentu debitur, dapat dipertahankan
terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suite) dan dapat
di peralihkan (contoh : Hipotik, gadai dll).

 Jaminan immaterial (perorangan)

adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan


tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap
harta kekayaan debitur umumnya (Contoh borgtocht)
 Jaminan Kebendaan ada 2 (dua) yaitu :

1. Benda Bergerak, lembaga jaminannya adalah : Gadai, Fidusia


2. Benda Tidak Bergerak lembaga jaminannya : Hypotik dan hak tanggungan

 Perjanjian kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

1. Perjanjian Pokok

adalah Perjanjian antara debitur dan kreditur yang berdiri sendiri tanpa
bergantung pada adanya perjanjian. Contoh : perjanjian kredit bank

2. Perjanjian tambahan (accesoir)

adalah Perjanjian antara debitur dan kreditur yang diadakan sebagai


perjanjian tambahan dari pada perjanjian Pokok. Contoh : perjanjian
pembebanan jaminan, seperti perjanjian gadai, tanggungan dan fidusia.

 Jaminan Benda Bergerak


1. GADAI
 Dasar Hukumnya :
Pasal 1150 – 1160 BW dan PP 103 tahun 2000 tentang Perusahaan Umum
Pegadaian
 Objek Gadai
Objek gadai adalah benda bergerak (benda bergerak berwujud dan tidak
berwujud)
Pengecualian Objek Gadai :
1. Barang milik negara
2. Surat utang, surat efek dan surat berharga lainnya
3. Hewan yang hidup dan tanaman
4. Segala makanan dan benda yang mudah busuk
5. Benda yang kotor
6. Benda yang untuk menguasai dan memindahkannya membutuhkan izin
7. Barang yang karena ukurannya yang besar tidak dapat disimpan dalam
pegadaian
8. Barang yang berbau busuk dan mudah merusakkan barang lain jika
ditempatkan bersama-sama
 Bentuk dan Substansi Perjanjian Gadai
Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang diperkenankan untuk
membuktikan perjanjian pokoknya (Pasal 1151 BW). Perjanjian gadai dapat
dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis (akta dibawah tangan dan akta
otentik) sebagaimana dengan perjanjian pokoknya yaitu perjanjian pemberian
kredit.
 Jangka Waktu Gadai
Pada prinsipnya jangka waktu gadai tidak berubah, yaitu 15 hari dan maksimum
120 hari. Yang mengalami perubahan adalah besarnya uang pinjaman, sewa
modal dan maksimum sewa modal. Semakin besar jumlah uang pinjaman maka
semakin besar sewa modalnya begitupun sebaliknya.
 Hapusnya Gadai
Dalam Pasal 1152 BW ditentukan 2 cara hapusnya hak gadai, yaitu :
1) Barang gadai itu hapus dari kekuasaan pemegang gadai, dan
2) Hilangnya barang gadai atau dilepaskan dari kekuasaan penerima gadai surat
bukti kredit
 Hapusnya Hak Gadai :
1) Hapusnya perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai
2) Terlepasnya benda gadai dari kekuasaan penerima gadai
3) Musnahnya barang gadai
4) Dilepaskannya benda gadai secara sukarela
5) Percampuran (penerima gadai menjadi pemilik benda gadai)
 Eksekusi Gadai
Dilakukan apabila yang debitor lalai melunasi hutangnya, maka pemegang gadai
berhak untuk menjual bendanya dengan melakukan pelelangan dan mengambil
pelunasannya.

2. FIDUSIA
 Dasar Hukumnya :
Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
 Subjek dan Objek Fidusia
- Subjek dari jaminan fidusia
adalah pemberi fidusia (orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang
menjadi objek jaminan fidusia) dan penerima fidusia (orang perorangan atau
korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan
jaminan fidusia
- Objek Jaminan Fidusia :
1) Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud
2) Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak
tanggungan
 4 (empat ) tahap terjadinya perjanjian fidusia :
1. Perjanjian pinjam meminjam uang
2. Pembebanan
3. Penyerahan kembali dari kreditur kepada debitor
4. Pendaftaran
 Pembebanan dan Substansi Jaminan Fidusia
Pembebanan jaminan fidusia dilakukan dengan :
1) Dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia
2) Utang yang pelunasannya dijaminkan dengan jaminan fidusia adalah :
a. Utang yang telah ada
b. Utang yang akan timbul dikemudian hari yang telah diperjanjikan dalam
jumlah tertentu
c. Utang yang pada utang eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi
d. Jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia atau
kepada kuasa atau wakil dari penerima fidusia
e. Jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis
benda termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan
maupun yang diperoleh kemudian.
 Pendaftaran Fidusia
Pendaftaran Fidusia diatur dalam Pasal 11-18 UU No. 42 tahun 1999 tentang
jaminan fidusia dan PP No. 86 Tahun 2000. Tentang tata cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akte Jaminan Fidusia. Hal hal yang diatur
antara lain: Pendaftaran Fidusia, tata cara perbaikan sertifikat, pencoretan
pendaftaran dan penggantian sertifikat.
 Tujuan pendaftaran Fidusia adalah:
1. Untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan.
2. Memberikan hak yang didahulukan (freferen) kepada penerima fidusia
terhadap kreditur yang lain. Ini disebabkan jaminan fidusia memberikan hak
kepada penerima fidusia untuk tetap menguasai bendanya yang menjadi obyek
jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan.
 Hapusnya fidusia
Ada tiga sebab hapusnya jaminan fidusia :
1. Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia. Yang dimaksud dengan hapusnya
utang adalah antara lain karena pelunasan dan bukti hapusnya hutang berupa
keterangan yang dibuat kreditur.
2. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia
3. Musnahnya barang yang menjadi objek jaminan fidusia. Musnahnya benda
jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi.

 Jaminan Benda Tidak Bergerak


1. HAK TANGGUNGAN
 Dasar Hukumnya :
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Hak Tanggungan
 Asas-Asas Hak Tanggungan
1) Mempunyai kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang hak
tanggungan (droit de frefent)
2) Tidak dapat dibagi-bagi
3) Hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada
4) Dapat dibebankan selain tanah juga benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah tersebut.
5) Dapat dibebankan atas benda lain yang berkaitan dengan tanah yang baru
akan ada dikemudian hari, dengan syarat diperjanjikan secara tegas.
6) Sifat perjanjiannya adalah accesoir (tambahan)
7) Dapat dijadikan jamian untuk utang yang baru akan ada
8) Dapat menjamin lebih dari satu utang
9) Mengikuti objek dalam tangan siapapun objek itu berada (droit de suite)
10) Tidak diletakkan sita oleh pengadilan
11) Hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu (spesialitas)
12) Wajib didaftarkan (publisitas)
13) Pelaksanaan eksekusi mudah dan pasti
14) Dapat dibebankan dengan disertai janji-janji tertentu.
 Subjek dan Objek Hak Tanggungan
Yang menjadi subjek hukum dalam pembebanan hak tanggungan adalah
pemberi hak tanggungan (dapat perorangan atau badan hukum) dan
pemegang hak tanggungan (dapat perorangan atau badan hukum dengan
kedudukan sebagai pihak yang berpiutang).
Yang menjadi objek dalam pembebanan hak tanggungan adalah setiap hak
atas tanah dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1) Dapat dinilai dengan uang
2) Termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum, karena harus memenuhi
syarat publisitas
3) Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena apabila debitur cidera
janji, benda yang dijadikan jaminan utang akan dijual dimuka umum.
4) Memerlukan penunjukan dengan undang-undang
 Ada 5 jenis hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan dengan hak
tanggungan, yaitu :
1) Hak Milik
2) Hak Guna Usaha
3) Hak Guna Bangunan
4) Hak Pakai, baik hak milik maupun hak atas negara
5) Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada
atau akan ada merupakan suatu kesatuan dengan tanah tersebut.
 Proses Terjadinya Hak Tanggungan
1) Dimulai dari perjanjian kredit diikuti dengan HPHT (bilamana belum
didaftar maka diikuti dengan SKMHT)
2) Pendaftaran
 Manakala Hak Tanggungan tidak didaftar maka ada sanksi yang dikenakan :
1. Sanksi Administrasi
2. Sanksi Perdata
3. Sanksi Pidana
 Peralihan Hak Tanggungan
Pada dasarnya hak tanggungan dapat dialihkan kepada pihak lainnya, diatur
dalam pasal 16 – 17 UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan. Peralihan hak
tanggungan dapat dilakukan dengan cara :
1. Cessi
Yaitu perbuatan hukum mengalihkan piutang oleh kreditur pemegang hak
tanggungan kepada pihak lainnya. Cessi harus dilakukan dengan akta otentik
dan akta dibawah tangan.
2. Subrogasi
Yaitu penggantian kreditur oleh pihak ketiga yang melunasi utang debitur
3. Pewarisan
4. Sebab-sebab lainnya
 Hapusnya Hak Tanggungan
Ada 4 sebab hapusnya hak tanggungan yaitu :
1. Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan
2. Dilepaskan hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan
3. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh
Ketua Pengadilan Negeri
4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan

2. HIPOTEK
 Pengertian
Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas barang-barang tidak bergerak, untuk
mengambil penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal
1162 KUH Perdata).
 Objek Hipotik :
Objeknya adalah benda tidak bergerak (tetap). Sebelum berlakunya UUPA, objek
hipotik juga meliputi hak atas tanah dan segala sesuatu di atas tanah tersebut
(asas accessie). Setelah berlakunya UUPA, hipotik masih tetap berlaku terhadap
hak atas tanah beserta segala sesuatu yang berlaku atas tanah.
Selama UU mengenai HT tsb dalam Pasal 51 UUPA belum terbentuk, maka yang
berlaku ialah ketentuan mengenai hipotik tersebut dalam KUHPerd. Setelah
berlaku UUHT, maka hipotik atas tanah dinyatakan tidak berlaku lagi
 Subjek Hipotik :
hipotik hanya dapat diletakkan/ dipasang oleh orang yang dapat
mengoperkan/memindahtangankan benda jaminan (Pasal 1168 KUHPerdata).

Anda mungkin juga menyukai