Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran


 Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. SUCI INDAH SARI 1713440007
2. YULIANI SUSILOMARIS 1713441001
3. HASRILIA BESKARA 1713441008
4. NUR RAHMA AMAR 1713442003

Dosen Mata Kuliah : Dr. Sugiarti, M.Si


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Hakikat Belajar Dan Pembelajaran” ini
dengan baik.
Penyusunan makalah ini didasari oleh pemeberian tugas dari dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran sebagai tugas harian selama perkuliahan. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dikarenakan kurangnya kemampuan kami dalam hal penyusunan dan penulisan
makalah. Namun, Besar harapan kami makalah ini bias memberikan sedikit kontribusi pemikiran,
informasi dan pengetahuan bagi semuanya. Serta dapat diterima oleh dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran yang telah memberikan tugas.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh keluarga, dosen mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran, teman-teman sesama mahasiswa dan pihak-pihak lain yang telah
memberikan dukungan, dorongan, dan bantuan kepada penulis.

Makassar, 01 September 2020


A. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa dalam keseluruhan proses pendidikan dalam
kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, banyak dipengaruhi oleh faktor bagaimana
proses belajar yang dialami oleh peserta didik, baik faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar itu sendiri maupun faktor lain yang ada di luar individu tersebut. Faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan Yakni, faktor intern dan faktor ekstren. Adapun faktor intern yaitu faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstren adalah faktor yang ada di
luar individu.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor
internal dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor, yaitu:
a. Faktor jasmani
Faktor jasmani terdiri dari atas:
a) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya
atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar seseorang
akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Selain itu juga akan cepat
lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah,
kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi
alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, makan,
tidur dan beribadah.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah
buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya
juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada Lembaga
pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya.
b. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis
yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah : intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Untuk mendapatkan penjelasan
tentang ketujuh faktor tersebut di atas dapat di uraikan sebagai berikut:
a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari:
 kecakapan untuk menghadapi dan menyusuaikan kedalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif.
 Mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif.
 Mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Inteligensi besar pegaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang
sama, siswa yang mempunyai inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari
pada yang mempuyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun begitu siswa
yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam
belajarnya. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses kompleks dengan
banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah
satu faktor di antara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat
menghambat/mempengaruh negative terhadap belajar, akhirnya siswa gagal
dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal
dapat berhasil dengan baik dalam belajar jika ia belajar dengan baik.
Maksudnya belajar dengan menerapkan metode yang efesien dan faktor-
faktor yang mempengaruhi belajarnya. Seperti faktor jasmaniah, psikologi,
keluarga, sekolah dan masyarakat memberi pengaruh yang positif. Jika siswa
memiliki inteligensi yang rendah, ia perlu mendapat perhatian dan pendidikan
dilembaga pendidikan khususnya.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata
tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat
menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka
belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,usahakanlah bahan pelajaran
selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai
dengan hobbi ataupun bakatnya.
c) Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi, beberapa
dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu
yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat
selalu diikuti dengan perasaan senang, dan dari situ diperoleh suatu keputusan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang di pelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan
untuk belajar, ia tidak memperoleh keputusan dari pelajaran itu. Bahan
pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih muda dipelajari dan dikuasi,
karena minat dapat menambah kegiatan belajar.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat
diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal
yang berhubungan dengan cita-citanya serta kaitannya dengan bahan pelajaran
yang sedang dipelajarinya itu.
d) Bakat
Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih
dan dikembangkan agar dapat terwujud. Bakat memerlukan latihan dan
pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang.
Selain, kecerdasan bakat merupakan faktor yang menentukan berhasil
tidaknya seseorang dalam belajar. Belajar pada bidang yang sesuai dengan
bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau berlatih. Orang yang berbakat dalam berbahasa dan bersastra
misalnya, akan lebih cepat dapat menguasai bahan dan sastra dibandingkan
dengan orang lain yang kurang tahu tidak berbakat di bidang itu. Bakat juga
dapat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai
dengan bakatnya, maka hasil belajarnya cendrung lebih baik. Karena ia senang
belajar dan pastilah ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting
untuk mengetahui bakat siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
e) Motifasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan
sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan
individu yang ingin dipenuhi. Ada dua macam motivasi yaitu motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang
ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi
yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka,
ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan
hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua
pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Dengan memiliki, kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa
diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam
mengahadapi masalahmasalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan
bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahannya,
maupun kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi secara
tetap dan cermat merupakan kemampuan umum yang dapat digunakan dalam
berbagai bidang.
Motifasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Didalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat
adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya. Dalam proses
belajar haruslah diperhatikan apa yang mendorong siswa agar dapat belajar
dengan baik atau mempunyai motif untuk berfikir dan memutuskan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan, dan menunjang
dalam belajar. Motif-motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa
dengan cara memberikan latihan-latihan dan kebiasaan-kebiasaan yang
kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari penjelaan-
penjelasan di atas jelaslah bahwa motifasi yang kuat sangatlah perlu dalam
belajar. Dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan
adanya latihanlatihan dan kebiasaan-kebiasaan dan juga pengaruh lingkungan.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang yang
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya,
anak dengan kakaknya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya
sudah siap untuk menulis, denagan otaknya sudah siap untuk berfikir, dan
lainlain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara
terus menerus. Untuk itu diperlukan latihan-latihan dan belajar. Dengan kata
lain, anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya
sebelum belajar. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).
Jadi, kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu terganggu dari kematangan
dan belajar.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atu berinteraksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematanagn berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika
siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan
cendrung lebih naik.
c. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan etapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga
darah tidak/kurang lancar pada bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala
dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi seolaholahotak
kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus
memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal
yang selalu sama tanpa ada variasi, dan megerjakan sesuatu karena terpaksa dan
tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatiannya. Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kelelahan itu juga dapat mempengaruhi belajar siswa. Agar
siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari agar jangan samapi terjadi
kelelahan dalam belajarnya, sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari
kelelahan. Kelelahan baik kelelahan jasmani maupun rohani dapat dihilangkan
dengan cara sebagai berikut :
1. Tidur
2. Istirahat
3. Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
4. Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran
darah,misalnya obat gosok
5. Rekreasi dan ibadah yang teratur
2. Faktor Eksternal
a. Guru sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang
sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda
bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa,
khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut
merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas
mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Guru yang mengajar siswa adalah
seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi
tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi
utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga
menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai
manusia. Dengan penghasilan yang diterimanya tiap bulan ia dituntut
berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak
tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Tinggal di sub-
kebudayaan Indonesia yang berbeda dengan daerah asal merupakan persoalan
penyesuaian diri sendiri. Ada perilaku, norma, nilai, sub-kebudayaan lokal yang
masih harus dipelajari oleh guru yang bersangkutan. Di satu pihak, guru
mempelajari perilaku budaya wilayah tempat tinggal bertugas. Di lain pihak, pada
tempatnya warga masyarakat setempat perlu memahami dan menerima guru
sebagai pribadi yang sedang tumbuh. Guru adalah seorang yang belum sempurna.
Ketidaksempurnaan tersebut perlu dipahami, dan emansipasi guru menjadi pribadi
utuh juga perlu dibantu oleh warga masyarakat tempatnya bertugas. Guru juga
menumbuhkan diri secara profesional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari
profesi guru sepanjang hayat.
Hal-hal yang dipelajari oleh setiap guru adalah
1. memiliki integritas moral kepri- badian,
2. memiliki integritas intelektual berorientasi kebenaran,
3. memiliki integritas religius dalam konteks pergaulan dalam masyarakat
majemuk,
4. mempertinggi mutụ keahlian bidang studi sesuai dengan kemampuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni,
5. memahami, menghayati, dan mengamalkan etika profesi guru,
6. bergabung dengan asosiasi profesi, serta
7. mengakui dan menghormati martabat siswa sebagai klien guru. Dalam
mempelajari profeși keguruan tersebut, guru akan menghadapi masalah
intern yang harus dipecahkan sendiri. Sudah barang tentu rekan sejawat
guru yang senior merupakan tempat mengadu, pembìmbing, dan Pembina
pertumbuhan jabatan profesi guru.
b. Prasarana dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan
olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas
laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya
prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik.
Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya prasarana dan sarana menentukan jaminan
terselenggaranya proses belajar yang baik. Justru di sinilah timbul masalah
"bagaimana mengelola prasarana dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara
proses belajar yang berhasil baik."
Prasarana dan sarana proses belajar adalah barang mahal Barang-barang
tersebut dibeli dengan uang pemerintah dan masyaraka Maksud pembelian
tersebut adalah untuk mempermudah siswa belajas Dengan tersedianya prasarana
dan sarana belajar berarti menuntur guru dan siswa dalam menggunakannya.
Peranan guru adalah sebagai berikut:
1) memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar yang
menggembirakan,
2) memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada
keberhasilan siswa belajar, dan
3) mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasarana dan sarana secara tepat
guna.
Peranan siswa sebagai berikut:
1) ikut serta memelihara dan mengatur prasarana dan sarana secara baik,
2) ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara
tepat guna, dan
3) menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka pencerdasan
kehidupan generasi muda bangsa. Dalam berperan serta tersebut siswa akan
mengatasi masalah kebiasaan menggunakan prasarana dan sarana yang
kurang baik di sekitar sekolah. Dalam hal ini siswa belajar memelihara
kebaikan fasilitas umum dalam masyarakat. yang ditemukan
c. Kebijakan Penilaian
Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk
kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses belajar
berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang
dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau
bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang
lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut
adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Hasil
belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa.
Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau proses pembelajaran.
Pelaku aktif pembelajaran adalah guru.
Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari
dua sisi. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan "tingkat perkembangan mental"
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar. "Tingkat perkembangan
mental" tersebut terkait dengan bahan pelajaran. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Secara
menyeluruh proses belajar berjalan dalam waktu beberapa tahun sesuai dengan
jenjang sekolah. Proses belajar di pendidikan dasar selama sembilan tahun, terdiri
dari tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Proses belajar di pendidikan
menengah berlangsung selama tiga tahun. Secara menyeluruh, hasil belajar
merupakan kumpulan hasil penggal-penggal tahap belajar.
Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan
tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat
digolongkan lulus atau tidak lulus. Kelulusannya dengan memperoleh nilai
rendah, sedang, atau tinggi, yang tidak lulus berarti mengulang atau tinggal kelas,
bahkan mungkin dicabut hak belajarnya. Dari segi proses belajar, keputusan
tentang hasil belajar berpengaruh pada tindak siswa dan tindak guru. Jika
digolongkan lulus, maka dapat dikatakan proses belajar siswa dan tindak
mengajar guru "berhenti" sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah
proses belajar ulang bagi siswa, dan mengajar ulang bagi guru. Keputusan tentang
hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan bagi guru. Keputusan hasil
belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, siswa terpengaruh
atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, sekolah dan guru diminta
berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa,
d. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang
dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut
ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Tiap siswa dalam lingkungan
sosial memiliki kedudukan, peranan, dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam
kehidupan tersebut terjadi pergaulan, seperti hubungan sosial tertentu. Dalam
kehidupan tersebut terjadi pergaulan, seperti hubungan akrab, kerja sama, kerja
berkoperasi, berkompetisi, berkonkurensi, bersaing, konflik, atau perkelahian.
Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki
kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa terterima,
maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya,
jika ia tertolak, maka ia akan merasa tertekan.
Pengaruh lingkungan sosial tersebut berupa hal-hal berikut:
1) pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan
berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi belajar,
2) lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira. rukun, dan damai;
sebaliknya, mewujud dalam suasana perselisihan, bersaing, salah-
menyalahkan, dan cerai-berai. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada
semangat dan proses belajar. Suasana kejiwaan dalam lingkungan sosial siswa
dapat menghambat proses belajar, dan
3) lingkungan sosial siswa di sekolah atau juga di kelas dapat ber- pengaruh
pada semangat belajar kelas. Dan setiap guru akan disikapi secara tertentu
oleh lingkungan sosial siswa. Sikap positif atau negatif terhadap guru akan
berpengaruh pada kewibawaan guru. Akibatnya, bila guru menegakkan
kewibawaan maka ia akan dapat mengelola proses belajar dengan baik.
Sebaliknya, bila guru tak berwibawa, maka ja akan mengalami kesulitan
dalam mengelola proses belajar.
e. Kurikulum Sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan dini pada suatu kurikulum,
Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan
oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan
pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut guru
menyusun desain instruksional untuk membelajarkan siswa. Hal itu berarti bahwa
program pembelajaran di sekolah sesuai dengan sistem pendidikan nasional,
Kurikulum disusun berdasarkan tuntûtan kemajuan masyarakat. Kemajuan
masyarakat didasarkan suatu rencana pembangunan lima tahunan yang
diberlakukan oleh pemerintah. Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat,
timbul tuntutan kebutuhan baru, dàn akibatnya kurikulum sekolah perlu
direkonstruksi, Adanya rekonstruksi tersebut menimbulkan kurikulum baru.
Demikian seri perubahan kurikulum yang terkait dengan pembangunan
masyarakat. masalah itu adalah:
1) tujuan yang akan dicapai mungkin berubah. Perubahan kurikulum sekolah
menimbulkan masalah, Bila tujuan berubah, berarti pokok bahasan, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi akan berubah. Sekurang-kurangnya, kegiatan
belajar- mengajar perlu diubah,
2) isi pendidikan berubah; akibatnya buku- buku pelajaran, buku bacaan, dan
sumber yang lain akan berubah. Hal ini akan menimbulkan perubahan
anggaran pendidikan di semua tingkat,
3) kegiatan belajar-mengajar berubah; akibatnya guru harus mempelajari strategi,
metode, teknik, dan pendekatan mengajar yang baru. Bila pendekatan belajar
berubah, maka kebiasaan belajar siswa juga akan mengalami perubahan, dan
4) evaluasi berubah; akibatnya guru akan mempelajari metode dan teknik evaluasi
belajar yang baru. Bila evaluasi berubah, maka siswa akan mempelajari cara-
cara belajar yang sesuai dengan ukuran 1lulusan yang baru.
Perubahan kurikulum sekolah tidak hanya menimbulkan masalah bagi guru dan
siswa, tetapi juga petugas pendidikan dan orang tua siswa. Bagi guru, ia perlu
mengadakan perubahan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus menghindarkan
diri dari kebiasaan pem- belajaran yang "lama". Bagi siswa, ia perlu mempelajari
cara-cara belajar, buku pelajaran, dan sumber belajar yang baru. Dalam hal ini
siswa harus menghindarkan diri dari cara-cara belajar "lama". Bagi petugas
pendidikan, ia juga perlu mempelajari tata kerja pada kurikulum "baru", dan
menghindari kebiasaan kerja pada kurikulum “lama". Bagi orang tua siswa, ia
perlu mempelajari maksud, tata kerja, peran guru, dan peran siswa dalam belajar
pada kurikulum "baru". Orang tua perlu memahami adanya metode dan teknik
belajar “baru" bagi anak- anaknya. Dengan memahami dan mempelajari teknik
belajar yang "baru", maka ia dapat membantu proses belajar anaknya secara baik.

B. Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran


1. Merumuskan Tujuan Khusus
Dalam merancang pembelajaran, tugas pertama dari seorang guru adalah
merumuskan tujuan pembelajaran khusus beserta materi pelajarannya. Sebab tujuan
umum (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) dari pembelajaran sudah
dirumuskan oleh para pengembang kurikulum. Tugas guru adalah menterjemahkan
tujuan umum pembelajaran (SK dan KD) menjadi tujuan khusus (indikator)
pembelajaran yang lebih spesifik dan mudah terukur.
Rumusan tujuan pembelajaran menurut Bloom (1964) mencakup 3 aspek penting yaitu
domain kognitf, afektif, dan psikomotorik.
a. Domain kognitif
Pada domain kognitif, tujuan pembelajaran berkaitan dengan aspek
intelektual siswa, melalui penguasaan pengetahuan dan informasi mengenai data
dan fakta, konsep, generalisasi, dan prinsip. Semakin kuat seseorang dalam
menguasai pengetahuan dan informasi, maka semakin mudah seseorang dalam
melaksanakan aktivitas belajar.
b. Domain afektif
Domain afektif adalah domain yang berhubungan dengan penerimaan dan
apresiasi seseorang terhadap suatu hal dan perkembagan mental yang ada dalam diri
seseorang.Mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai.Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-
ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku.
c. Domain psikomotor
Domain psikomotor adalah domain yang menggambarkan kemampuan dan
keterampilan seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau performance yang
berupa keteerampilan fisik dan ketrampilan non fisik. Keterampilan fisik adalah
keterampilan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan menggunakan otot,
sedangkan keterampilan nonfisik adalah keterampilan seseorang dalam
menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan memecahkan suatu
permasalahan.
2. Memilih pengalaman belajar     
Memilih pengalaman belajar haruslah dilakukan siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Belajar bukan hanya sekedar mencatat dan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman, sehingga siswa harus didorong secara aktif untuk melakukan kegiatan
tertentu, mencari dan menemukan sendiri fakta. Ada kalanya proses pembelajaran juga
dilakukan dengan simulasi dan dramatisasi. Tujuan yang hendak dicapai tidak
hanya  sekedar untuk mengingat, tapi juga menghayati suatu peran tertentu yang
berkaitan dengan perkembangan mental dan emosi siswa. Ada kalanya siswa juga diberi
kesempatan untuk belajar secara berkelompok yang memberikan pengalaman pada
siswa untuk mampu bersosialisasi dengan orang lain.
3. Menentukan kegiatan belajar mengajar
Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai pada dasarnya dapat
dirancang melalui pendekatan kelompok atau pendekatan individual. Pendekatan
kelompok adalah pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan
klasikal, yakni pembelajaran di mana setiap siswa belajar secara berkelompok baik
kelompok besar maupun kelompok kecil. Pembelajaran Pembelajaran individual adalah
pembelajaran di mana siswa belajar secara mandiri melalui bahan ajar yang dirancang
demikian sehingga siswa dapat belajar menurut kecepatan dan kemampuan masing-
masing. Pembelajaran melalui kelompok atau individual, hal ini sangat tergantung pada
tujuan khusus yang ingin dicapai. Tentu saja pendekatan pembelajaran yang dilakukan
akan memiliki konsekuensi terhadap tugas-tugas belajar yang harus dilakukan siswa
untuk kelancaran proses kegiatan belajar mengajar ada sejumlah faktor sebagai sumber
yang dapat digunakan oleh setiap guru.
4. Menentukan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran
Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pembelajaran khususnya yang
berperan sebagai sumber belajar meliputi instruktur atau guru dan juga tenaga
profesional. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai pengelola
pembelajaran. Dalam pelaksanaan peran tersebut di antaranya guru berfungsi
penyampai informasi. Agar guru dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya secara baik
maka guru harus memiliki kemampuan untuk berbicara serta komunikasi, menggunakan
berbagai media seperti, OHP, LCD, papan 24 tulis, dan sebagainya. Kemampuan-
kemampuan ini sangat diperlukan dalam memerankan sebagai penyampai informasi.
Peran yang lain dari seorang guru adalah mengatur lingkungan belajar untuk
memberikan pengalaman belajar yang memadai bagi setiap siswa. Kemampuan yang
dimiliki guru untuk hal itu menggambarkan tingkat profesional dan keterampilan guru.
Guru dituntut untuk dapat mendesain dan mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar
dengan penuh semangat sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
5. Memilih bahan dan alat
Penyeleksi bahan dan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan
pembelajaran. Penentuan bahan dan alat dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. keberagaman kemampuan intelektual siswa
b. jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswa
c. tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus
d. berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
e. bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan
f. fasilitas fisik yang tersedia
6. Ketersediaan fasilitas fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas, pusat media, laboratorium,
dan lain-lain. Guru dan siswa akan bekerja sama menggunakan bahan pelajaran,
memanfaatkan alat, berdiskusi, dan lain sebagainya dan kesemuanya itu dapat
digunakan melalui proses perencanaan yang matang melalui pengaturan secara
profesional termasuk adanya dukungan finansial sesuai dengan kebutuhan.
7. Perencanaan evaluasi dan pengembangan
Prosedur evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah sistem perencanaan
pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Manakala berdasarkan evaluasi seluruh elemen telah tersedia dengan
lengkap maka kita dapat menentukan tahap berikutnya. Evaluasi terhadap hasil belajar
siswa akan memberikan informasi tentang:
a. Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran, yakni mengenai isi pelajaran,
prosedur pembelajaran, dan juga bahan-bahan pelajaran yang digunakan.
b. Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti pengalaman belajar.
c. Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus.
d. Kelemahan-kelemahan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
KESIMPULAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yakni,


faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar meliputi, faktor jasmani, faktor psikologis, faktor kelelahan. Faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal
dari luar diri seseorang tersebut. adapun langkah-langkah dalam menyusun perencanaan
pembelajaran yakni merumuskan tujuan, memilih pengalaman belajar, menentukan kegiatan
belajar mengajar, menentukan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran, memilih bahan
dan alat, ketersediaan fasilitas fisik, dan perencanaan evaluasi dan pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursyaidah. 2020. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Peserta Didik. Padang:


IAIN.

Sa’adah, Siti Masykurotus. 2019. Perencanaan Pembelajaran. Blitar: IAIN.

Anda mungkin juga menyukai