Randy Septiansyah Fkik
Randy Septiansyah Fkik
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun oleh :
RANDY SEPTIANSYAH
NIM : 1110101000057
TAHUN 2014/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Randy Septiansyah
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Juni 2014
ABSTRAK
Penggunaan komputer secara berlebihan akan meningkatkan risiko
gangguan kesehatan kerja. Salah satunya adalah gangguan kesehatan mata.
Gangguan kesehatan pada mata terjadi akibat mata mengalami kelelahan.
Kelelahan mata muncul karena otot – otot mata dipaksa bekerja keras terutama
dalam melihat objek dekat dalam jangka waktu lama seperti pekerja pengguna
komputer. Selain itu juga gelombang elektromagnetik yang dihasilkan layar
komputer menyebabkan radiasi dan bisa menggangu kesehatan mata yang
menimbulkan kelelahan mata. Untuk itu, perlu diketahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan kelelahan mata seperti faktor usia, istirahat mata, kelainan
refraksi, jarak monitor, durasi penggunaan komputer maupun tingkat
pencahayaan.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel
pada penelitian ini ditentukan dengan cara Total Sampling yaitu 50 pekerja
pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang
diisi oleh pekerja untuk mengetahui keluhan kelelahan mata, usia, istirahat mata
dan durasi penggunaan komputer. Kelelahan mata dan kelainan refraksi
ditentukan dengan pemeriksaan langsung oleh tenaga medis dan tenaga ahli
refraksionis. Sedangkan tingkat pencahayaan dan jarak monitor diukur dengan
menggunakan lux meter dan penggaris.
Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja
pengguna komputer mengalami kelelahan mata. Selain itu terdapat hubungan
antara kelainan refraksi (Pvalue 0,015), durasi penggunaan komputer (Pvalue 0,007),
jarak monitor dengan (Pvalue 0,039) dan tingkat pencahayaan (Pvalue 0,043).
Variabel durasi penggunaan komputer memiliki OR terbesar diantara variabel lain
yaitu 17,000 sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan komputer memiliki
risiko 17 kali terhadap kelelahan mata. Faktor lain
Untuk mengurangi kelelahan mata pada pekerja, saran yang diajukan
untuk perusahaan adalah meningkatkan kualitas pencahayaan sesuai standar yang
dianjurkan, menata kembali ruangan, melakukan perawatan lampu, memasang
filter pada monitor, memasukkan program untuk mengingatkan istirahat mata
pada komputer dan mengadakan pemeriksaan mata secara berkala bagi pekerja.
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PROGRAM STUDY PUBLIC HEALTH
MAJORING OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Undergraduated Thesis, June 2014
ABSTRACT
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
Telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
RANDY SEPTIANSYAH
NIM. 1110101000057
Pembimbing I Pembimbing II
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
Ketua
Anggota I
Anggota II
v
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997 - 1998 : TK Kencana Palembang
1998 - 2004 : Sekolah Dasar Negeri 3 Palembang
2004 - 2007 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Palembang
2007 - 2010 : Madrasah Aliyah Negeri 3 MODEL Palembang
2010 - sekarang : Program S1- Peminatan Keselamatan Kesehtan Kerja (K3)
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
RIWAYAT ORGANISASI
2005 - 2006 : Ketua Pramuka SMP Negeri 17 Palembang
2008 - 2009 : OSIS Madrasah Aliyah Negeri 3 MODEL Palembang
2012 : Ketua Training ESQ Basic di Universitas Islam Negeri
(UIN)
2012 : Ketua Milad FKIK UIN Jakarta ke-8
2013-Sekarang : Manajer IT Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
2013-Sekarang : Sekretaris Menteri Kesehatan DEMA UIN Syarif
Hidayatullahhgk
vi
KATA PENGANTAR
menyelesaikan penyusunan skripsi ini sesuai dengan rencana. Skripsi ini disusun
dalam rangka tugas akhir dengan judul “Faktor- faktor yang berhubungan dengan
keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona
a. Orang tua kami yang telah memberikan doa dan dukungan secara penuh.
b. Ibu Yuli Amran, M.KM dan Ibu Iting Shofwati, M.KKK yang telah
Kesehatan Kerja Angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan moral dan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk hal
tersebut kami mengharapkan saran guna memperbaiki skripsi ini sehingga menjadi lebih
sempurna. Harapan kami semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kami dan para
pembaca.
Randy Septiansyah
vii
DAFTAR ISI
viii
2.2.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan ........................................................................ 21
2.2.3 Faktor Karakteristik Lingkungan Kerja ........................................................... 23
2.3 Pengendalian Kelelahan Mata Akibat Penggunaan Komputer .............................. 29
2.4 Kerangka Teori....................................................................................................... 35
ix
Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 ............. 59
4. Hubungan antara Jarak Monitor dengan Kelelahan Mata pada Pekerja
Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 ............. 60
5. Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata
pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda ............ 60
6. Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata pada
Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda 2014 ........... 61
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR GRAFIK
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Bekerja merupakan suatu aktivitas yang bersifat produktif dan dilakukan oleh
seseorang yang sehat, normal dan ada peluang untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Dalam melakukan pekerjaan, seseorang sering mengalami masalah antara lain tidak
hadir karena berbagai sebab misalnya sakit, kecelakaan akibat kerja, konflik antara
pekerjaan, yang menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Menurut biro
penelitian Forrester Research, jumlah pengguna komputer di dunia pada tahun 2008
mencapai angka 1 miliar dan diprediksi akan meningkat hingga 2 miliar pada tahun
2015. Penggunaan komputer membuat pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan
cepat. Meskipun sudah banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pemakaian komputer,
namun belum banyak yang menyadari bahwa pemakaian komputer juga dapat
menimbulkan masalah tersendiri. Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang
kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan
1
Mata lelah, tegang atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena otot –
ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam
jangka waktu lama. Otot mata sendiri terdiri dari tiga sel – sel otot yaitu otot eksternal
yang mengatur gerakan bola mata, ciliary yang berfungsi memfokuskan lensa mata dan
otot iris yang mengatur sinar masuk ke dalam mata. Semua aktifitas yang berhubungan
dengan pemaksaan otot – otot tersebut untuk bekerja keras bisa membuat mata lelah.
Gejala mata terasa pegal biasanya akan muncul setelah beberapa jam kerja. Pada
saat otot mata menjadi letih, mata akan menjadi tidak nyaman atau sakit. Sedangkan
menurut Suma’mur (1996) kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi –
fungsi mata seperti terhadap otot – otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu
pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras.
Gejala kelelahan mata dibagi menjadi 3 yaitu gejala visual seperti penglihatan
rangkap, gejala okular seperti nyeri pada kedua mata, dan gejala referral seperti mual
dan sakit kepala (Pakasi 1999). Kelelahan mata dapat menimbulkan gangguan fisik
seperti sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya
diwaktu malam, mata merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman
penglihatan dan berbagai masalah lainnya, dampak lain dari kelelahan mata di dunia
Computer Vision Syndrome (CVS) yaitu suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai
keluhan antara lain mata lelah dan kering, sakit kepala, pandangan buram, dan sensitif
2
terhadap cahaya (Affandi, 2006). Sedangkan menurut Pheasant (1991) gejala – gejala
seseorang mengalami kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar
mata, pandangan kabur, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih, mata merah,
mata berair, sakit kepala, dan pusing disertai mual. Faktor yang dapat mempengaruhi
kelelahan mata menurut Occupational Health and Safety Unit Universitas Queensland
adalah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, istirahat mata), faktor
karakteristik pekerjaan (durasi penggunaan komputer), dan faktor perangkat kerja (jarak
monitor).
Kelelahan mata menurut Treivino Pakasi (1999) dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi faktor okular dan
sistemik. Sedangkan untuk faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat pencahayaan dan
distribusi penyebaran cahaya di area kerja. Gejala visual menurut (OSHA, 1997). Usia
pekerja menurut Guyton (1994) juga mempengaruhi kelelahan mata, North (1993)
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja visual antara lain kemampuan
individual itu sendiri, jarak penglihatan ke objek, pencahayaan, durasi, ukuran objek,
bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata semakin memburuk
selama kita meneruskan pekerjaan dengan jam kerja panjang dan bergantung pada
komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian dari kategori resiko
kantor menderita problema tersebut (Robinson, 2003 dalam Hana 2008). Penelitian yang
3
dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) juga didapatkan bahwa proporsi
keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator komputer sebesar 91,6%.
Di Indonesia kelelahan mata merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan
karena adanya interaksi mata secara terus menerus dengan penggunaan komputer. Hasil
penelitian yang dilakukan di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia pada tahun 2009 didapatkan angka prevalensi kelelahan mata pada pekerja
lebih dari 2 jam per hari akan membuat mata lelah dan kering karena mata terus
digunakaan untuk melihat layar monitor (Broumand, 2008). Selain itu, gelombang
dapat menyebabkan kerusakan pada retina. Pancaran radioaktif ini akan terus aktif
hingga meluruh habis selama 20 tahun. Kerusakan pada mata tidak bersifat langsung,
tetapi bersifat gradual (Subitha, 2013). Untuk mencegah hal tersebut kita perlu
dengan layar monitor, pencahayaan ruangan serta posisi monitor terhadap mata agar
pekerjaanya.
PT. Duta Astakona Girinda adalah sebuah perusahaan jasa konsultasi mengenai
pengembangan sistem dan integrasi, strategi dan implementasi dengan akses terkemuka.
Dalam pekerjaan tersebut, pekerja sangat bergantung pada komputer dalam pemakaian
4
waktu yang cukup lama dan terus menerus sehingga dapat menimbulkan konsekuensi
penulis melakukan pengukuran pencahayaan pada 10 meja pekerja di kantor PT. Duta
Astakona Girinda dengan hasil yaitu 7 dari 10 titik yang dilakukan pengukuran atau 70%
pencahayaan di lingkungan kerja perkantoran adalah 100 lux. Selain itu, berdasarkan
hasil interview dengan pekerja PT. Duta Astakona Girinda, mereka merasakan keluhan
kelelahan mata seperti mata merah dan terasa perih dan juga cahaya ruangan yang dirasa
kurang terang karena ada beberapa lampu ruangan yang mati. Hingga saat ini belum
kelelahan mata pada pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda. Untuk itu
peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda.
meningkatkan risiko kesehatan kerja seperti gangguan kesehatan mata. Salah satu
gangguan kesehatan mata yang paling sering terjadi adalah kelelahan mata. Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2014, diketahui bahwa
5
pada 10 pekerja yang menggunakan komputer di PT. Duta Astakona Girinda didapatkan
dilakukan pada jam istirahat 12.00 WIB pada jam kerja. Selain itu, berdasarkan hasil
interview dengan pekerja PT. Duta Astakona Girinda, mereka merasakan keluhan
kelelahan mata seperti mata merah dan terasa perih dan juga cahaya ruangan yang dirasa
PT. Duta Astakona Girinda dengan hasil yaitu 7 dari 10 titik yang dilakukan pengukuran
atau 70% nya belum memenuhi standar pencahayaan di perkantoran. Nilai standar
pencahayaan di lingkungan kerja perkantoran adalah 100 lux. Berdasarkan teori dan data
– data di atas, terdapat resiko gangguan kelelahan mata akibat penggunaan komputer.
Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang
berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta
Astakona Girinda.
1. Bagaimana gambaran kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta
istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun
2014?
6
3. Bagaimana gambaran jarak monitor dengan pekerja pengguna komputer di PT. Duta
2014?
6. Apakah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan istirahat mata)
berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta
7. Apakah jarak monitor berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna
7
2. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan
istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda
tahun 2014.
tahun 2014.
istirahat mata) dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT.
pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.
mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja
8
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan agar pekerja merasa aman dan
Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi
tentang hal – hal yang berhubungan dengan kelelahan mata khususnya untuk
dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda
penelitian cross sectional (potong lintang). Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Mei sampai Juni 2014. Penelitian ini menetapkan karyawan di PT. Duta Astakona
Girinda yang berjumlah 50 orang sebagai populasi. Jumlah sampel dalam penelitian
ditentukan dengan cara total sampling, sehingga keseluruhan populasi diambil sebagai
sampel yaitu sebanyak 50 orang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dengan cara pengisian kuesioner, pemeriksaan refraksi mata, diagnosa oleh
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kelopak mata
Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata karena berfungsi sebagai
proteksi mekanis pada bola mata anterior yang menyebarkan film air mata ke
konjungtiva dan kornea sehingga dapat mencegah mata menjadi kering (Cameron, et al,
2006).
b. Retina
Pada retina terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel batang sangat peka terhadap
cahaya tetapi tidak dapat membedakan warna dan berfungsi untuk melihat pada siang
hari. Sedangkan sel kerucut kurang peka terhadap cahaya dan dapat membedakan warna
serta berfungsi untuk melihat pada malam hari, Selain itu, terdapat dua buah bintik yaitu
bintik kuning (fovea) dan bintik buta (blind spot). Pada fovea terdapat sejumlah sel saraf
kerucut sedangkan pada blind spot tidak terdapat sel batang maupun sel kerucut. Suatu
objek dapat dilihat dengan jelas apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada fovea.
Bintik kuning (fovea) berperan dalam penglihatan untuk melihat objek yang lebih kecil
10
c. Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan serta terletak dibelakang iris dan
disokong oleh serabut-serabut halus zonula. Lensa memiliki pembungkus lentur yang
ditopang di bawah tegangan oleh serat-serat penunjang. Lensa mata berfungsi untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk sehingga cahaya yang jatuh tepat difokuskan
pada binting kuning retina. Saat seseorang melihat objek yang jauh, otot mata yang
berfungsi memfokuskan bayangan berelaksasi, tegangan ini menjaga agar lensa tetap
tipis dan berada pada dayanya yang paling rendah, dan mata berfokus pada objek jauh.
Sedangkat saat seseorang melihat objek yang dekat, lensa mata akan menebal (Cameron,
et al, 2006).
d. Kornea
dibandingkan pada benda sekitar (indeks bias relatif). Indeks bias hampir konstan untuk
semua kornea, tetapi kelengkungan cukup bervariasi pada setiap orang dan berperan
besar dalam gangguan penglihatan. Apabila kornea terlalu melengkung, mata akan
berpenglihatan dekat. Sedang jika kelengkungan pada kornea kurang maka mata akan
11
e. Iris
Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu celah yang dapat berubah
ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator untuk mengontrol jumlah cahaya yang
masuk ke mata. Iris memiliki lapisan batas anterior yang tersusun dari fibroblast dan
kolagen serta stroma selular dimana otot sfingter terletak di dalamnya yang dipersarafi
f. Pupil
Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Pupil dapat mengecil
sehubungan dengan fungsinya sebagai pengatur kebutuhan cahaya yang diperlukan mata
untuk membantu proses penglihatan secara optimal. Dalam pengamatan iridiologi, pupil
yang tertekan ke bawah merupakan indikasi adanya ketegangan syaraf yang berat. Selain
itu, pupil yang membesar dan melebar merupakan indikasi kelelahan saraf atau deplesi
Gerakan bola mata bersifat ritmis dan harmonis. Terdapat enam macam otot
(abduksi)
12
5. Musculus oblique superior, berfungsi menarik bola mata ke arah nasal bawah
6. Musculus oblique inferior, berfungsi menarik bola maat ke arah nasal atas dan
Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan. Diameter
bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan
rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar cahaya. Mata juga memiliki sistem
mempertahankan bentuk bola mata yaitu sekitar 1,6 kPa (12 mmHg).
khususnya bagi para pekerja yang menggunakan komputer secara terus – menerus dan
dalam jangka waktu yang lama. Efek negatif tersebut seperti Sindrom Mata kering,
13
al, 2005) penglihatan kabur 3. penglihatan kabur,
(membaik jika berkedip), 4. mata berat/lelah,
berpasir, dan atau 5. mata berair,
sensitive terhadap cahaya 6. mata merah,
7. mata berpasir,
8. mata perih, dan
9. sensitive terhadap cahaya.
2. Kelelahan Suatu kondisi subjektif Kuesioner dengan keluhan berupa:
Mata yang disebabkan oleh 1. Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar
(Pheasant, penggunaan otot mata mata.
1990) secara berlebihan. 2. Pandangan kabur.
3. Pandangan ganda.
4. Sulit dalam memfokuskan
penglihatan.
5. Mata perih.
6. Mata merah.
7. Mata berair.
8. Sakit kepala, dan
9. Pusing disertai mual
3. CVS Sindroma penglihatan pada Kuesioner dengan keluhan berupa:
(Compute pemakaian komputer. 1. Mata lelah / tegang (asthenopia)
Vision 2. Sakit kepala
Syndrom) 3. Penglihatan kabur
(Affandi, 4. Mata kering
2005) 5. Sakit pada leher dan punggung
6. Peka terhadap cahaya
7. Penglihatan ganda
14
Gangguan penglihatan yang disebabkan karena penggunaan komputer, oleh The
suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara lain mata lelah dan
kering, sakit kepala, pandangan buram dan sensitif terhadap cahaya (Fauzi, 2006).
Sindrom mata kering (Dry Eye Syndrom) dan kelelahan mata merupakan 2 gejala CVS
(Compute Vision Syndrom) dari 7 gejala yang disebutkan oleh Affandi (2005).
Kelelahan mata juga dikenal dengan asthenopia dimana terjadi ketegangan pada organ
visual. Menurut Pheasant (1990) gejala – gejala seseorang mengalami kelelahan mata
antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata, pandangan kabur, pandangan
ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih mata merah, mata berair, sakit
Menurut Suma’mur (2009), kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada
fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu
iluminasi, kualitas ilumiasi dan distribusi cahaya. Kualitas iluminasi adalah tingkat
pencahayaan yang dapat berpengaruh pada kelelahan mata, penerangan yang tidak
memadai akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas
penerangan yang ada. Kualitas iluminasi meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta
warna penerangan yang digunakan. Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan
15
kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata sehingga
Kelelahan mata timbul karena ketegangan pada mata dan disebabkan oleh
melihat dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan kondisi
Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak
dekat secara terus – menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebakan mata harus
berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata oleh karena lama
Menurut Pheasant (1991) gejala – gejala seseorang mengalami kelelahan mata yaitu :
Sedangkan menurut Asyari (2002) terdapat dua gejala kelelahan mata yaitu
gejala okular seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat lelah, merah dan
berair dan gejala visual yang terjadi karena mata mengalami gangguan untuk
16
memfokuskan bayangan pada retina. Kelelahan ini akan menyebabkan penglihatan
Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah rasa
1. Usia
usia 45 – 50 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin berkurang
semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin muda
seseorang maka kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang
Selain itu, menurut Ilyas (2008) usia juga berpengaruh terhadap daya akomodasi.
Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun. Jarak terdekat dari
suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik dekat” atau punktum
maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas
dapat dikatakan bahwa benda terletak pada titik jauh atau punktum remotum dan pada
17
saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas akomodasi. Berikut Tabel 2.1 Korelasi
10 7
20 10
30 14
40 22
50 40
60 200
Hasil penelitian yang dilakukan di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
antara usia pekerja ≥ 45 tahun dengan keluhan kelelahan mata lebih besar daripada usia
2. Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar
tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang
bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus (Ilyas, 2004).
menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat
di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan
perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu
18
keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan
istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan
dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata.
Terjadi bila kekuatan optik mata terlalu tinggi (biasanya karena bola mata yang
Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata terlalu pendek) dan
3) Astigmatisme
Kekuatan optik kornea di bidang yang berbeda tidak sama. Sinar cahaya pararel
yang melewati bidang yang berbeda ini jatuh ke titik fokus yang berbeda.
seseorang yang berusia lebih dari 40 tahun atau lebih, akan memberikan keluhan
setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa perih.
Kelainan refraksi dilakukan dengan memeriksa tajam penglihatan mata satu per
satu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kartu snallen. Kartu snallen
adalah kartu yang terdiri dari deretan huruf atau angka dengan ukuran berjenjang sesuai
19
ukuran snallen dan dipakai untuk menguji tajam penglihatan. Pemeriksaan dilakukan
dengan meletakkan kartu snallen pada jarak 6 meter di depan pasien. Pasien dengan
kondisi mata normal akan mampu membaca dengan jelas baris ke-7 dari urutan baris
huruf kartu snallen pada jarak 6 meter, baris ke-6 pada jarak 9 meter, dan akhirnya baris
pertama pada jarak 60 meter. Pada jarak-jarak tersebut seluruh huruf membentuk sudut
penglihatan sebesar 5 menit dan kaki-kaki huruf membentuk sudut penglihatan sebesar 1
menit. Mata normal diharapkan mempunyai tajam penglihatan 6/6, yaitu baris snallen
3. Istirahat Mata
Menurut Anshel (1996) dalam Nourmayanti (2009) ada tiga jenis istirahat bagi
2) Mini break yaitu mengistirahatkan mata setiap setengah jam selama lima menit
dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh. Selain itu, lakukan juga
jalan-jalan, bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan makan siang.
Menurut Joseffina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama istirahat yang diperlukan
20
Perubahan fokus pada mata adalah cara lain untuk memberikan otot mata
luar jendela beberapa saat dan melihat objek yang jaraknya kurang lebih 2 kaki (OSHA,
1997). Bila pekerja terlalu lama melihat dalam jarak dekat maka pekerja perlu
mengalihkan pandangan ke arah yang jauh. Relaksasi atau istirahat mata selama
beberapa saat setiap 30 menit dapat menurunkan ketegangan dan menjaga mata tetap
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam
(Murtopo dan Sarimurni, 2005) perlu dilakukan istirahat selama 15 menit terhadap
pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur berguna untuk
komputer. Selain itu, pekerja yang melakukan istirahat 5 menit selama 4 kali sepanjang
Melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia (Afandi,
2002). Kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satu gangguan
kesehatan yang terjadi adalah Computer Vision Syndrome (CVS). Parwati (2004)
menyatakan gejala CVS timbul setelah 2 jam penggunaan komputer terus-menerus dan
pada pengguna komputer lebih dari 2 jam per hari. Berbagai gejala yang timbul pada
pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang
21
masuk ke mata, juga diakibatkan karena mata seorang pekerja komputer berkedip lebih
sedikit dibandingkan pekerja mata normal pekerja biasa sehingga menyebabkan mata
menjadi kering dan terasa panas (Wasisto, 2005). Durasi kerja bagi seseorang
menentukan tingkat efisiensi dan produktivitas kerja. Lamanya seseorang bekerja sehari
secara baik pada umumnya 6-8 jam. Memperpanjang jam kerja lebih dari kemampuan
tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan
(Aryanti, 2006).
Berdasarkan survei yang dilakukan di Amerika tahun 2004 bahwa lebih dari 143
juta orang Amerika menghabiskan waktu di depan komputer setiap hari dan rata-rata
waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam per hari
Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek,
derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, luminansi dari lapangan penglihatan,
yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya
3. Jarak Monitor
terlalu dekat. Jarak yang sesuai adalah 40 inci. Sedangkan menurut Grandjean (1991),
menyebutkan bahwa jarak rata-rata ideal melihat ke layar adalah 30 inci. Menurut
Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) pada saat menggunakan
komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah 20-40 inch
22
atau sekitar 50-100 cm. Monitor yang terlalu dekat dapat mengakibatkan mata menjadi
tegang, cepat lelah, dan potensi ganggguan penglihatan. Jarak ergonomis antara layar
(Hanun, 2008).
4. Beban Kerja
Beban kerja berat akan berpengaruh pada kelelahan mata seseorang karena jika
beban kerja berat maka dibutuhkan penglihatan yang maksimal saat bekerja dalam
jangka waktu yang lama (Mangunkusumo, 2002). The University of North Carolina di
Asheville mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja
sebagai berikut:
1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama
2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama
3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama
1. Tingkat Pencahayaan
a. Pencahayaan
23
cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Selain itu, penerangan yang buruk
dapat berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
Pencahayaan tempat kerja yang memadai baik yang alami atau buatan
tempat kerja selain ditentukan oleh kuantitas atau tingkat iluminasi yang
menyebabkan objek dan sekitarnya terlihat jelas tetapi juga oleh kualitas dari
cahaya, tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula dekorasi tempat kerja khususnya
mengenai warna dari dinding, langit-langit, peralatan kerja ikut menentukan tingkat
pekerjaan agar terlihat secara jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan
kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Pencahayaan yang
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
24
kerja perkantoran yaitu minimal 100 lux. Sedangkan tingkat pencahayaan pada
25
b. Sumber Pencahayaan
1) Pencahayaan Alami
cahaya alami yaitu matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariasi
menurut jam, musim dan tempat. Pencahayaan dari sumber matahari dirasa
2) Pencahayaan Buatan
memadai atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami
tempat kerja.
26
c. Sistem Pencahayaan
dan Local lighting. General lighting digunakan untuk pencahayaan menyeluruh atau
Penerangan lokal biasa digunakan khusus untuk menerangi sebagian ruangan dengan
sumber cahaya dan biasanya berada dekat dengan permukaan yang diterangi.
(Aryanti, 2006).
d. Pengukuran Pencahayaan
dalam satuan lux (Suma’mur, 1996). Penilaian pencahayaan, menggunakan alat ukur
light meter atau lux meter untuk mengukur intensitas cahaya. Alat ini terdiri atas
sebuah fotosel sensitif yang menimbulkan arus listrik pada cahaya jatuh pada
intensitas penerangan umum dan lokal. Pada penerangan umum perlu dilakukan di
seluruh ruangan tempat kerja termasuk mesin dan ruangan kosong. Pada penerangan
27
lokal dilakukan pengukuran di tempat (obyek) yang ingin diketahui intensitasnya
(Santoso, 2004).
Suhu dan kelembaban menjadi faktor yang sangat penting dalam kulitas udara
Tempat kerja yang nyaman merupakan salah satu faktor penunjang gairah kerja.
Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan menurunkan produktivitas kerja, juga
akan membawa dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. (Santoso,
2004).
Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
gerakan, dan suhu radiasi. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi cuaca kerja dalam
lingkungan kerja yang nyaman, tidak dingin maupun panas. Suhu yang nyaman berkisar
antara 24oC – 26oC bagi orang-orang Indonesia. Suhu panas terutama berakibat
menurunnya prestasi kerja dan daya pikir. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Selain itu, suhu terlalu rendah dapat
Tingkat kelembaban yang rendah akan berefek pada penguapan air mata.
Menurut Herold, penguapan air mata bergantung pada uap air di sekitar mata.
bertemperatur < 24ºC atau > 26ºC mengalami sindroma dry eye yang menyebabkan
kelelahan mata.
28
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI tahun
2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran bahwa suhu udara ruangan perkantoran berkisar antara 18-28oC, sedang
untuk kelembaban berkisar antara 40%-60%. Agar ruang kerja perkantoran memenuhi
persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya diantaranya bila suhu udara ruangan
melebihi 28oC perlu dipasang Air Conditioner (AC), kipas angin , dan sebagainya.
sekali antara lain mengukur suhu tubuh, mengukur suhu udara, mengukur suhu ruang,
Vision Syndrom (CVS) pada pekerja pengguna komputer termasuk (Heiting, 2014):
Melakukan pemeriksaan mata secara rutin adalah hal yang paling penting
yang dapat pekerja pengguna komputer lakukan untuk mencegah atau mengobati
sebelum mereka mulai bekerja pada komputer dan sekali setahun sesudahnya.
Kelelahan mata sering disebabkan oleh cahaya yang kurang atau terlalu
terang, baik dari sinar matahari di luar ruangan yang masuk melalui jendela atau dari
29
pencahayaan interior yang keras. Ketika menggunakan komputer, pencahayaan
menutup tirai, nuansa atau tirai. Melakukan perawatan bagi lampu yang padam atau
bola lampu yang hemat energi atau intensitas rendah. Selain itu perlu diperhatikan
juga tata letak penempatan lampu agar tingkat pencahayaan di tempat kerja merata
dan memenuhi standar yang telah ditentukan. Jika mungkin, atur posisi monitor
komputer atau layar sehingga jendela berada di samping, bukan di depan atau
belakangnya.
3. Minimalkan silau
Silau pada dinding dan permukaan lantai, serta refleksi pada layar komputer
juga dapat menyebabkan kelelahan mata. Pertimbangkan untuk memasang layar anti-
silau pada monitor dan jika mungkin, ganti cat dinding putih dengan warna yang
lebih soft. Sekali lagi, tutup jendela. Ketika cahaya luar tidak dapat dikurangi,
Lakukan penggantian tabung monitor lama (disebut tabung sinar katoda atau
CRT) dengan layar datar liquid crystal display (LCD), seperti pada komputer laptop.
30
Selain itu, perlu dipasang kaca pelindung (filter) pada layar monitor komputer untuk
Layar LCD biasanya lebih nyaman pada mata dan memiliki permukaan anti-
reflektif. Layar CRT kuno menyebabkan gambar terlihat "flicker " atau berkelip-
kelip, yang merupakan penyebab utama dari kelelahan mata karena penggunaan
komputer. Bahkan jika flicker ini tak terlihat, masih bisa memberikan kontribusi
layar komputer. Jika ia tampak seperti sumber cahaya, itu artinya brightness
terlalu terang. Jika tampak kusam dan abu-abu, mungkin brightness terlalu
gelap.
b. Ukuran teks dan kontras. Sesuaikan ukuran teks dan kontras untuk
Biasanya, warna teks hitam pada latar belakang putih adalah kombinasi
31
terlihat dan yang berhubungan dengan kelelahan mata seperti warna oranye
jumlah cahaya biru yang dipancarkan oleh color display untuk kenyamanan
6. Sering berkedip
membasahi mata untuk mencegah kekeringan dan iritasi. Ketika bekerja di depan
komputer, orang lebih jarang berkedip - sekitar sepertiga sesering seperti biasa. Air
mata yang melapisi mata menguap lebih cepat selama fase tidak berkedip dan ini
dapat menyebabkan mata kering . Selain itu, udara di lingkungan kantor yang kering
dapat meningkatkan seberapa cepat air mata menguap, hal ini menimbulkan risiko
latihan ini: Setiap 20 menit, berkedip 10 kali dengan menutup mata seolah-olah jatuh
tertidur (sangat lambat). Ini akan membantu membasahkan mata. Lakukan secara
7. Latihan mata
Penyebab lain dari ketegangan mata pada pengguna komputer adalah mata
berfokus pada layar monitor adalah dengan berpaling dari komputer setidaknya
setiap 20 menit dan menatap sebuah objek yang jauh (setidaknya 20 kaki atau 6
32
meter) selama 20 detik. Beberapa dokter mata menyebutnya "aturan 20-20-20".
(Flammini, 2013)
menyejukkan mata secara periodik. Istirahat dalam waktu yang singkat dan sering
jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan istirahat yang lama tetapi jarang. Selain
itu, perlu dilakukan training atau penyuluhan tentang cara melakukan istirahat mata
yang efektif, posisi kerja ergonomi yang baik untuk mencegah penyakit akibat kerja
Untuk mengurangi risiko kelelahan mata dan leher, nyeri punggung dan
33
yang kurang istirahat selama menggunakan komputer mereka sepanjang hari kerja.
Dalam hal ini disarankan National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH) VDT Studies and Information untuk melakukan istirahat selama 15 menit
terhadap pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur
signifikan lebih cepat sebagai akibat dari istirahat ekstra, sehingga output kerja
hari. Selama istirahat komputer, lakukan juga berdiri, bergerak dan meregangkan
lengan, kaki, punggung, leher dan bahu untuk mengurangi ketegangan dan kelelahan
otot.
Tetapi sebagian besar pekerja terkadang tidak sempat untuk melakukan hal
tersebut, dan kadang kondisi ruang kerja tidak ada jarak sejauh 6 meter untuk
(Agarwal, 2014). Eye Defender, merupakan salah satu program gratis yang
menit agar mata kita bisa lebih segar. Program istirahat mata lainnya yang secara
gratis bisa di download yaitu WorkRave, yang juga membantu mengingatkan untuk
rest-break).
34
9. Mengatur tempat kerja
kenyamanan dan posisi ideal yang sehat bagi tubuh selama pemakaian komputer
(Garodia, 2008). Jika sering melihat bolak-balik antara dokumen dan layar
komputer, hal ini dapat menyebabkan kelelahan mata. Tempatkan dokumen pada
posisi berdiri berdekatan dengan monitor. Postur yang tidak tepat selama bekerja
komputer 20 sampai 24 inci dari mata. Bagian tengah layar harus sekitar 10 sampai
15 derajat di bawah mata untuk penentuan posisi yang nyaman terhadap kepala dan
leher pekerja. Pekerja pengguna komputer juga sebaiknya menjaga jarak mata pada
tidak optimal untuk jarak ke layar monitor) sebaiknya menggunakan kacamata yang
dirancang khusus untuk menggunakan komputer yaitu bagian atas lensa untuk
melihat komputer dan bagian bawahnya untuk membaca. Selain itu, hindari
penggunaan lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena kelelahan mata
35
2.4 Kerangka Teori
komputer telah banyak dilakukan. Dalam penelitian Dewi (2009), faktor-faktor yang
berhubungan dengan kelelahan mata pada operator komputer diantaranya usia, lama
2009) faktor pencahayaan, suhu, kelembaban, dan istirahat mata. Usia (Guyton, 1991),
kelainan refraksi (Asosiasi Optometri Amerika, 2004), ukuran objek (OHS Universitas
Queensland) dan jarak melihat monitor (Pheasant, 1991) juga berhubungan dengan
kelelahan mata. Suswanto (1993) dalam Aryanti (2006) menambahkan faktor durasi
penggunaan komputer.
Faktor Individu
Usia
Kelainan Refraksi
Istirahat Mata
Faktor Pekerjaan
Durasi Penggunaan
Komputer
Jarak Monitor Kelelahan Mata
Ukuran Objek
Beban Kerja
Posisi Monitor
Faktor Lingkungan
Tingkat Pencahayaan
Suhu
Kelembaban
36
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada beberapa kerangka teori
diantaranya adalah faktor pencahayaan, suhu dan kelembaban, dan istirahat mata
Amerika, 2004), jarak melihat monitor (Pheasant, 1991). Selain itu, faktor durasi
penggunaan komputer, beban kerja dan posisi pandang juga berhubungan dengan
Untuk faktor suhu dan kelembaban udara tidak dimasukkan karena suhu
udara menggunakan Air Conditioner (AC) yang diatur secara sentral dengan suhu
21°C-24°C sehingga suhu dan kelembaban di setiap ruangan relatif sama. Faktor
beban kerja tidak dimasukkan karena sebagian besar pekerja memiliki lama waktu
kerja > 4 jam dan tidak ada pekerja yang bekerja kurang dari 2 jam meskipun
berbeda jabatan namun durasi penggunaan komputer pekerja sebagian besar > 4 jam
baik pada lini manager maupun karyawan. Selain itu juga posisi pandang tidak ikut
37
pekerjaan masing – masing pekerja. Untuk durasi penggunaan komputer, ada
terdiri atas faktor pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata), faktor
pekerjaan (jarak monitor dan durasi penggunaan komputer), dan faktor lingkungan
Faktor Individu
Usia
Kelainan Refraksi
Istirahat Mata
Faktor Lingkungan
Tingkat Pencahayaan
38
3.2. Definisi Operasional
No. Variabel Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Kelelahan Mata Suatu kondisi subjektif yang Melakukan Diagnosa 1. Ya Ordinal
disebabkan oleh penggunaan pemeriksaan Dokter 2. Tidak
otot mata secara berlebihan. tentang kelelahan
Gejalanya berupa: mata pada pekerja
1. Nyeri atau terasa berdenyut oleh tenaga medis
di sekitar mata. yaitu dokter untuk
2. Pandangan kabur. memastikan
3. Pandangan ganda. keluhan tersebut
4. Sulit dalam memfokuskan benar – benar
penglihatan disebabkan karena
5. Mata perih. penggunaan
6. Mata merah. komputer.
7. Mata berair.
8. Sakit kepala, dan
9. Pusing disertai mual
Faktor Individu
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Independen
1. Usia Lama hidup pekerja dihitung Memberikan Kuesioner 1. ≥ 45 tahun Ordinal
sejak tahun kelahiran sampai kuesioner kepada 2. < 45 tahun
saat dilakukan penelitian. pekerja (Guyton, 1991)
2. Kelainan Refraksi Suatu ketidakseimbangan Pemeriksaan mata Trial Lens, 1. Ada kelainan Ordinal
sistem penglihatan pada mata pekerja oleh Snellen Chart dan 2. Tidak ada
sehingga menghasilkan Refraksionis Autorefraktometer kelainan
bayangan yang kabur.
39
Faktor Individu
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Independen
3. Istirahat Mata Kegiatan mengistirahatkan Memberikan Kuesioner 1. Tidak Ordinal
mata dari layar monitor setiap kuesioner kepada 2. Ya
satu jam sekali selama 10 pekerja
menit. (Joseffina, 1999)
Faktor Pekerjaan
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Independen
4. Jarak Monitor Jarak antara mata pekerja Pengukuran Mistar 1. < 50 cm Ordinal
dengan layar monitor pada saat langsung 2. ≥ 50 cm
posisi nyaman bekerja menggunakan (OSHA, 1997)
menggunakan komputer. mistar dari mata
ke bagian tengah
layar pada posisi
nyaman pekerja.
5. Durasi Penggunaan Waktu yang digunakan pekerja Memberikan Kuesioner 1. > 4 jam Ordinal
Komputer selama bekerja dengan kuesioner kepada 2. ≤ 4 jam
komputer. pekerja
Faktor Lingkungan
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Independen Ukur
6. Tingkat Jumlah cahaya yang Pengukuran Lux 1. Tidak memenuhi standar Ordinal
Pencahayaan diterima di area titik langsung dengan meter 2. Memenuhi standar
dilakukannya pengukuran direct reading Disesuaikan dengan standar tingkat
dan dinyatakan dengan lux, instrument pencahayaan dari KEPMENKES RI.
diukur pada meja pekerja No. 1405/MENKES/ SK/XI/02 di
atau tempat diletakkannya lingkungan industri.
monitor komputer
40
3.3. Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer
2. Ada hubungan antara kelainan refraksi dengan kelelahan mata pada pekerja
3. Ada hubungan antara istirahat mata dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna
4. Ada hubungan antara jarak monitor dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna
5. Ada hubungan antara durasi penggunaan komputer dengan kelelahan mata pada
6. Ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan kelelahan mata pada pekerja
41
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
studi cross sectional atau potong lintang karena variabel independen dan variabel
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di PT. Duta
memiliki karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel (Umar, 1996). Penelitian ini menetapkan karyawan di PT. Duta
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2009). Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara total
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua populasi sebagai
sampel (Arikunto, 2002). Kelebihan dari metode ini terhadap penelitian adalah dapat
42
Arief, 2003) semakin besar sampel maka semakin tepat dalam memperkirakan populasi
dan mampu memberikan hasil yang akurat daripada jumlah sampel yang kecil. Untuk itu
1. Kuesioner
refraksi, karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja dengan cara
pekerja.
2. Lux meter
Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas pencahayaan dengan satuan lux
(lx) dengan menangkap cahaya yang menghasilkan arus listrik ke bagian photocell pada
alat ini. Semakin kuat intensitas cahaya maka semakin besar arus yang dihasilkan.
3. Mistar
Mistar digunakan untuk mengukur jarak monitor dengan mata pekerja yang
dihitung dengan satuan centimeter. Jarak monitor diukur mulai dari titik tengah layar
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan mata agar diketahui apakah ada kelainan
43
4.5 Metode Pengumpulan Data
terdiri dari beberapa item pertanyaan yang berkaitan dengan variabel dependen dan
independen serta observasi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya
pernah digunakan oleh Maryamah (2011). Selain itu, pengumpulan data yang perlu
pengukuran khusus dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten untuk menjaga
a. Kelelahan Mata
Kelelahan mata diketahui dengan cara pemeriksaan langsung oleh tenaga medis
yaitu dokter. Dokter tersebut akan menanyakan keluhan terkait gejala kelelahan mata
setelah pekerja menggunakan komputer lebih dari 2 jam dan selanjutnya melakukan
pemeriksaan kondisi fisik pekerja terutama pada bagian mata untuk memastikan gejala
Selain itu dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner yang terdiri dari daftar
checklist gejala kelelahan mata. Jika responden menjawab atau memberi checklist pada
salah satu gejala selain gejala mata perih, mata merah, dan mata berair maka responden
tersebut mengalami kelelahan mata. Mata merah, mata perih dan mata berair merupakan
gejala yang disebabkan karena dry eye syndrom. (Salibello & Nilsen, 1995; Rey &
Maer, 2007)
44
Pengukuran kuesioner dilakukan hanya untuk melihat gambaran keluhan
kelelahan mata, bukan untuk menentukan pekerja tersebut mengalami kelelahan mata
b. Usia
Penghitungan usia pekerja dihitung mulai pekerja itu lahir sampai dengan
yang diisi oleh responden atau pekerja. Jika usia pekerja telah melebihi 6 bulan, maka
c. Istirahat Mata
Ada tidaknya kelainan refraksi mata yang berupa gangguan penglihatan seperti
rabun jauh, rabun dekat, dan sebagainya diukur oleh Refraksionis dengan menggunakan
menggunakan komputer selama bekerja baik itu kegiatan mengetik ataupun membaca di
f. Tingkat Pencahayaan
45
Lux meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan,
- Letakkan sensor sejajar dengan posisi permukaan titik sampling dan mengarah
- Lalu dilakukan pembacaan display pada tiap titik lokasi sampel dan
Standar pencahayaan untuk pekerjaan tidak terus – menerus yaitu minimal 100
lux, pekerjaan terus – menerus yaitu minimal 200 lux, dan untuk pekerjaan rutin
pekerjaan tersebut berdasarkan jenis pekerjaan di PT. Duta Astakona Girinda adalah
sebagai berikut:
1. Pekerjaan tidak terus General Affair, Marketing, 100 lux 1. ≥ 100 lux
46
Pada saat dilakukan pengukuran, operator harus berhati-hati agar tidak
g. Jarak Monitor
dihitung dalam satuan centimeter (cm). Jarak Pengukuran dihitung mulai dari mata
1. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka/bilangan berfungsi untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
47
g. Tingkat Pencahayaan: 1 = Tidak memenuhi standar, 2 = Memenuhi standar.
kerja industri.
2. Editing
Data yang telah dikumpulkan dan dikoding melalui kuesioner dan pengukuran
dependen yaitu kelelahan mata dan hasil variabel independen yaitu usia, istirahat mata,
kelainan refraksi mata, dan durasi penggunaan komputer serta hasil pengukuran dari
3. Entry
melakukan proses entry data atau proses memasukkan data menggunakan komputer
4. Cleaning
Untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada data tersebut, baik dalam
48
1. Analisis Univariat
independen dan variabel dependen. Variabel independen antara lain yaitu usia, istirahat
mata, kelainan refraksi mata, tingkat pencahayaan, jarak monitor, dan durasi
2. Analisis Bivariat
antara variabel independen (usia, istirahat mata, kelainan refraksi mata, tingkat
dependen kelelahan mata dengan uji kemaknaan 5%. Jika pvalue ≤ 0,05 artinya secara
sedangkan jika pvalue > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen
Keterangan:
2
Df = (b-1).(k-1) (O-E) X2 = Chi- Square
O = nilai onservasi
X2 = ∑ E = nilai ekspektasi (nilai harapan)
P = < 0,05
E b = jumlah baris
k = jumlah kolom
49
BAB V
HASIL
PT. Duta Astakona Girinda didirikan pada awal 1987 menyediakan jasa
dengan akses terkemuka studi kasus metodologi, survei dan analisis. Juga mengalami
Keberhasilan pelaksanaan dilakukan oleh sekelompok orang yang berdedikasi tinggi dan
inovatif dengan pemahaman yang komprehensif tentang sekarang dan masa depan
teknologi informasi.
Pekerja PT. Duta Astakona memiliki visi strategis yang memungkinkan kliennya
melihat kebutuhan bisnis Commerce Internet mereka untuk menjadi layanan yang dapat
memimpin pasar lokal di bidang teknologi informasi. PT. Duta Astakona Girinda telah
lunak, termasuk Cisco, Microsoft, Hewlett Packard, Oracle, Sun, MapInfo, Corvu, lihat
SQL, GRM (Manajemen Sumber Daya Global), GAP (GRM Application Product) dan
lain-lain.
50
5.1.1 Visi dan Misi PT. Duta Astakona Girinda Jakarta Selatan
daya manusia yang inovatif dan berdedikasi tinggi serta pemahaman teknologi
informasi yang komprehensif baik sekarang maupun masa yang akan datang
informasi di Indonesia.
Pekerja PT. Duta Astakona Girinda sehari – hari bekerja duduk di depan
komputer dengan waktu yang relatif sama. Pekerja memiliki lama waktu kerja >4 jam
dan tidak ada pekerja yang bekerja kurang dari 2 jam meskipun berbeda jabatan baik
PT. Duta Astakona Girinda berada di Gedung Gratia Center yang terdiri dari 4
lantai dengan aksesnya menggunakan tangga dan lift. Setiap ruang terdapat jumlah
51
pekerja yang berbeda – beda, tergantung dengan kebutuhan pekerjaan di perusahaan.
Setiap pekerja memiliki perangkat komputer dengan besar layar monitor 21 inci. Sekat
pada ruangan berupa tembok dengan warna cat putih serta ac di ruangan diatur sama
PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014 dilakukan dengan pemeriksaan langsung oleh
tenaga medis dan juga penyebaran kuesioner pada pekerja untuk melihat gambaran jenis
keluhan kelelahan mata. Hasil pengukuran kelelahan mata hanya berdasarkan hasil
diagnosa dokter walaupun hasil kuesioner tersebut mengalami keluhan dari kelelahan
mata. Hal ini bertujuan agar hasil pengukuran yang didapat lebih akurat dan objektif.
Duta Astakona Girinda Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Ya 35 70
Tidak 15 30
Total 50 100
52
Berdasarkan tabel 5.1 di atas bahwa dari 50 pekerja, yang mengalami kelelahan
mata yaitu sebanyak 70%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja
mengalami kelelahan mata. Jenis keluhan yang dirasakan bervariasi. Keluhan yang
paling banyak dirasakan pekerja yaitu penglihatan kabur, mata perih, sakit kepala dan
mata berair.
100
90 Keluhan Kelelahan Mata
80
70
Persentase %
60
50
40 46 44
30 38 38
32
20 26 26
10
14 12
0
Grafik 5.1
Jenis Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer
di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014
Berdasarkan grafik 5.1, diketahui jenis keluhan kelelahan mata yang paling
banyak dikeluhkan oleh pekerja adalah penglihatan kabur sebanyak 46% pekerja.
Sedangkan jenis keluhan kelelahan mata yang paling sedikit dikeluhkan oleh pekerja
adalah pusing mual sebanyak 12%. Sebagian besar pekerja mengeluhkan jenis keluhan
berupa penglihatan kabur. Hal ini mungkin disebabkan layar monitor yang digunakan
53
pekerja tidak menggunakan anti glare dan tingkat pencahayaan lingkungan kerja yang
kurang. Jenis keluhan lainnya yang banyak dikeluhkan yaitu mata perih (44%), mata
5.4.2 Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban pada instrumen kuesioner dan
pemeriksaan refraksi oleh refraksionis didapatkan bahwa gambaran faktor pekerja (usia,
istirahat mata, kelainan refraksi mata) pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta
Astakona Girinda Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut :
54
Jumlah Persentase
No Variabel Kategori
(n=50) (%)
> 4 jam 44 88
Durasi Penggunaan
5 ≤ 4 jam 6 12
Komputer
Total 50 100
Tidak memenuhi 42 84
Tingkat standar
6
Pencahayaan Memenuhi standar 8 16
Total 50 100
1. Usia
kelahiran untuk kemudian dihitung secara akurat jumlah usia pekerja tersebut.
Variabel usia dikategorikan menjadi usia ≥ 45 tahun dan usia < 45 tahun.
Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian
besar pekerja memiliki usia < 45 tahun yaitu sebanyak 94% pekerja.
2. Kelainan Refraksi
ke dalam dua kategori yaitu yang memiliki kelainan refraksi dan tidak memiliki
kelainan refraksi. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2, diketahui
bahwa sebagian besar pekerja memiliki kelainan refraksi yaitu sebanyak 54%
pekerja.
55
3. Istirahat Mata
univariat pada tabel 5.2, diketahui bahwa lebih banyak pekerja yang tidak
4. Jarak Monitor
pengukuran langsung pada sampel dengan kategori pekerja yang bekerja dengan
jarak < 50 cm dan ≥ 50 cm. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2,
diketahui bahwa sebagian besar pekerja bekerja dengan jarak monitor ≥ 50cm
(72% pekerja).
menjadi dua kategori yaitu pekerja yang menggunakan komputer > 4 jam dan ≤
4 jam. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2, diketahui bahwa
sebagian besar pekerja yaitu 88% pekerja menggunakan komputer dalam durasi
pekerja.
56
6. Tingkat Pencahayaan
pekerja. Pada penelitian ini, tingkat pencahayaan digolongkan menjadi dua yaitu
Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2, diketahui bahwa tingkat
pencahayaan pada meja pekerja yang tidak memenuhi standar ada sebanyak 84%
standar ada hanya 16% pekerja. Hal ini menunjukan sebagian besar pekerja
mata, istirahat mata, jarak monitor, durasi penggunaan komputer dan tingkat
PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014, dilakukan analisis bivariat dengan metode
statistik menggunakan uji Chi Square . Berikut hasil untuk masing-masing variabel.
Tabel 5.3
Analisis hubungan Variabel Independen dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja
Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun 2014
Kelelahan Mata
P.
No Variabel Hasil Ukur Ya Tidak Total OR
Value
n % n % n %
1 Usia ≥ 45 tahun 2 66,7 1 33,3 3 100
0,841
< 45 tahun 33 70,2 14 29,8 47 100 1,000
(0,071-10,137)
Total 35 70 15 30 50 100
57
Kelelahan Mata
P.
No Variabel Hasil Ukur Ya Tidak Total OR
Value
n % n % n %
2 Kelainan Ada 23 85,2 4 14,8 27 100 0,015 5,271
Refraksi
Kelainan (1,380-20,138)
Tidak Ada 12 52,2 11 47,8 23 100
Kelainan
Total 35 70 15 30 50 100
3 Istirahat Tidak 24 77,4 7 22,6 31 100 0,205 2,494
Mata
Ya 11 57,9 8 42,1 19 100 (0,721-8,619)
Total 35 70 15 30 50 100
4 Jarak < 50 cm 13 92,9 1 7,1 14 100 0,039 8,273
Monitor
≥ 50 cm 22 61,1 14 39,8 36 100 (0,972-70,418)
Total 35 70 15 30 50 100
5 > 4 jam 34 77,3 10 22,7 44 100 0,007 17,000
Durasi
Penggunaan ≤ 4 jam 1 16,7 5 83,3 6 (1,774-
Komputer 35 70 15 30 50 100 162,887)
Total
6 Tingkat Tidak 32 76,2 10 23,8 42 100 0,043 5,333
Pencahayaan
memenuhi (1,079-26,538)
standar
Memenuhi 3 37,5 5 62,5 8 100
standar
Total 35 70 15 30 50 100
kelelahan mata. Sebaliknya pekerja yang berusia < 45 tahun sebagian besar (70,2%)
juga mengalami kelelahan mata. Hasil uji statistik chi square diketahui bahwa pada
58
derajat kemaknaan 5% didapatkan Pvalue = 1,000 sehingga p > 0,05. Jadi, antara
usia dengan kelelahan mata tidak memiliki hubungan yang bermakna. Dari hasil
pekerja yang memiliki usia ≥ 45 tahun memiliki risiko 0,841 kali mengalami
kelelahan mata dan pekerja yang tidak memiliki kelainan refraksi mata sebanyak
52,2% yang mengalami kelelahan mata. Dari hasil uji statistik chi square pada
derajat kemaknaan 5% didapatkan Pvalue = 0,015 atau (p < 0,05) sehingga ada
hubungan yang bermakna antara kelainan refraksi mata dengan kelelahan mata. Dari
artinya pekerja yang memiliki kelainan refraksi memiliki risiko 5,271 kali
refraksi mata.
kelelahan mata yaitu 77,4% pekerja. Pekerja yang melakukan istirahat mata juga
mengalami kelelahan mata sebanyak 57,9% pekerja. Hasil uji statistik chi square
59
atau (p > 0,05) sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara istirahat mata
dengan kejadian kelelahan mata. Dari hasil perhitungan risk estimate didapatkan OR
= 2,494 (95% CI ; 0,721-8,619), artinya pekerja yang tidak melakukan istirahat mata
memiliki peluang 2,494 kali mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan yang
sebagian besar mengalami kelelahan mata. Pekerja yang bekerja dengan jarak
pekerja yang bekerja dengan jarak monitor ≥ 50 cm dan mengalami kelelahan mata
sebanyak 61,1%. Hasil uji statistik chi square diketahui bahwa Pvalue = 0,039 atau (p
< 0,05) sehingga pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa antara jarak monitor dengan
kelelahan mata memiliki hubungan yang bermakna. Hasil perhitungan risk estimate
dengan jarak monitor < 50 cm memiliki peluang 8,273 kali mengalami kelelahan
mata dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan jarak monitor ≥ 50 cm.
kelelahan mata yaitu sebanyak 77,3%. Pekerja yang menggunakan komputer < 4 jam
60
hanya 16,7% yang mengalami kelelahan mata. Hasil uji statistik chi square
diketahui bahwa Pvalue = 0,007 atau (p < 0,05) sehingga pada α = 5% dapat
disimpulkan bahwa antara jarak monitor dengan kelelahan mata memiliki hubungan
peluang 17,000 kali mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang
memenuhi standar dan pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak 76,2%
pekerja. Hanya 37,5 % pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan memenuhi
standar dan juga mengalami kelelahan mata. Hasil uji statistik chi squrae didapatkan
Pvalue = 0,043. Artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
pekerja yang bekerja pada tingkat pencahayaan tidak memenuhi standar memiliki
risiko 5,333 kali mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang
61
BAB VI
PEMBAHASAN
mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 ini,
Penulis menyadari terdapat keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain:
Menurut Suma’mur (2009), kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada
fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu
pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras. Trevino
Pakasi (1999) menyebutkan bahwa kelelahan mata merupakan suatu kondisi subjektif
yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara berlebihan. Keadaan mata yang lelah
ini dapat disebabkan oleh bahaya dari monitor, koreksi penglihatan yang berkurang,
membaca dokumen dengan ukuran huruf yang kecil serta kurangnya kedipan.
bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama
dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman, sehingga banyak
penyakit yang dapat menyerang mata dan menyebabkan gangguan penglihatan atau
62
kelainan refraksi mata (Shiozawa, 2006; Francis, 2005; Evi, 2011). Selain itu, dapat
diakibatkan karena melihat benda secara terus menerus dengan jarak yang dekat dan
Hasil dari penelitian yang dilakukan pada pekerja yang menggunakan komputer
di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 menunjukkan bahwa dari 50 pekerja yang
diteliti, sebagian besar mengalami kelelahan mata. Hal ini dapat dilihat dari durasi
penggunaan komputer yang bisa mencapai rata – rata lebih dari 6 jam/hari. Penelitian
komputer lebih dari 2 jam per hari. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Saliberrl
& Nilsen (1995) telah menunjukkan bahwa pekerja yang menggunakan komputer lebih
dari 2 jam per hari, sebanyak 90% mengalami gejala gangguan penglihatan.
bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata semakin memburuk
selama kita meneruskan pekerjaan dengan jam kerja panjang dan bergantung pada
komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian dari kategori resiko
kantor menderita masalah tersebut (Robinson, 2003 dalam Hana, 2008). Penelitian yang
dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) juga menyatakan bahwa proporsi
keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator komputer sebesar 91,6%.
sebagian besar pekerja bekerja > 4 jam dan mengalami kelelahan mata sebanyak 77,3%
pekerja. Menurut data EyeCare Technology (1995) didapatkan bahwa terdapat 60 juta
63
Terminal (VDT) untuk penggunaan 3 jam atau lebih dalam sehari. Hal tersebut juga
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rey dan Meyer (1980) terhadap
pengguna monitor di sebuah industri pembuat arloji di Swiss, bahwa ternyata ditemukan
perbedaan yang signifikan mengenai gangguan pada mata antara pengguna monito yang
bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam per hari
(Oborn, 1995).
Pada penelitian ini juga diketahui bahwa pekerja yang memiliki kelainan refraksi
sebagian besar mengalami kelelahan mata. Bagi pekerja dengan jarak monitor < 50 cm,
hampir seluruhnya mengalami kelelahan mata. Tetapi sebagian besar pekerja bekerja
dengan jarak monitor ≥ 50 cm. Pekerja yang melakukan istirahat mata maupun tidak
melakukan istirahat mata dan pekerja yang berusia < 45 tahun maupun ≥ 45 tahun
Selain itu, tingkat pencahayaan yang kurang juga dapat menimbulkan kelelahan
mata. Menurut Santoso (2004) pencahayaan yang intensitasnya rendah (poor lighting)
akan menimbulkan kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata.
pekerjaannya. Sebagian besar pekerja bekerja dengan tingkat pencahayan yang tidak
memenuhi standar, dan sebagian besar pekerja tersebut mengalami kelelahan mata.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan (Pvalue = 0,043) antara
Untuk mengurangi munculnya kelelahan mata akibat komputer, para dokter mata
64
depan komputer, pekerja harus istirahat paling tidak 20 detik dengan melihat obyek atau
benda yang jaraknya sekitar 20 kaki (20 feet = 6 meter). (Flammini, 2013)
manusia dapat melihat objek dengan jelas pada usia 20 tahun. Semakin tua usia
seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun. Hal ini disebabkan setiap tahun
menyesuaikan diri sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin
sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin muda seseorang
maka kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan
yang bekerja di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 berusia ≤ 45 tahun dan hanya
6% yang berusia > 45 tahun. Dari hasil uji statistik diketahui Pvalue = 1,000, artinya tidak
ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kelelahan mata. Baik pekerja yang
berusia > 45 tahun maupun yang ≤ 45 tahun sama-sama mengalami kelelahan mata. Hal
ini mungkin saja dipengaruhi kondisi lingkungan tempat kerja seperti pencahayaan yang
kurang. Menurut Suma’mur (1996) bahwa pencahayaan yang buruk dapat berakibat
pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. Jarak monitor juga
pada pekerja berusia ≤ 45 tahun yang menggunakan komputer dengan jarak < 50 cm
mengalami kelelahan mata sebanyak 92,3% pekerja. Selain itu juga, bisa dipengaruhi
65
oleh durasi penggunaan komputer yang ≥ 4 jam per hari. Pekerja berusia ≤ 45 tahun
gejala kelelahan mata pada pengguna komputer lebih dari 2 jam per hari. Begitu juga
penelitian yang dilakukan oleh Saliberrl & Nilsen (1995) telah menunjukkan bahwa
pekerja yang menggunakan komputer lebih dari 2 jam per hari, sebanyak 90%
Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan perawatan bagi lampu yang
padam atau kusam untuk mendapatkan pencahayaan ruangan yang memenuhi standar
dan mengupayakan tidak bekerja dengan jarak monitor < 50 cm. Selain itu pekerja juga
sebaiknya melakukan istirahat mata secara rutin dengan aturan 20-20-20 dimana setiap
20 menit bekerja di depan komputer, pekerja harus istirahat paling tidak 20 detik dengan
melihat obyek atau benda yang jaraknya sekitar 20 kaki (20 feet = 6 meter). (Flammini,
2013)
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar
tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang
bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus (Ilyas, 2004; Hael,
2006). Kelainan refraksi mata bisa disebabkan oleh adanya faktor radiasi cahaya yang
berlebihan atau kurang yang diterima oleh mata. Situasi tersebut menyebabkan otot yang
membuat akomodasi pada mata akan bekerja bersama, hal ini merupakan salah satu
66
Hasil penelitian dengan pengukuran refraksi yang dilakukan oleh tenaga
refraksionis menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja PT. Duta Astakona Girinda
memiliki kelainan refraksi dan dari pekerja tersebut juga sebagian besar mengalami
kelelahan mata. Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa 54% pekerja
yang memiliki kelainan refraksi, hanya 14,8% pekerja yang tidak mengalami kelelahan
mata. Hasil uji statistik diketahui Pvalue = 0,015, artinya ada hubungan yang bermakna
antara kelainan refraksi mata dengan kelelahan mata. Hasil dari penelitian ini selaras
dengan teori yang mengemukakan bahwa gangguan refraksi mata seperti gangguan
(phoria) dapat menyebabkan kelelahan mata karena terus menerus berakomodasi untuk
dapat melihat subyek yang lebih jelas (Nendyah Roestjawati, 2007:31). Ada beberapa
pekerja yang tidak mengetahui jenis kelainan refraksi dirinya. Pekerja beranggapan
bahwa jika tidak menggunakan kacamata berarti visus mata mereka dalam keadaan
normal sehingga sebagian pekerja ada yang tidak terkoreksi visus matanya.
Mata yang normal akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada
keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. Pekerja yang
memiliki kelainan refraksi akan mengakomodasikan matanya secara optimal. Mata yang
2007). Penggunaan kacamata lebih baik dibandingkan dengan penggunaan lensa kontak
karena pada saat menggunakan komputer mata akan jarang mengedip sehingga dalam
suhu ruangan yang menggunakan AC, mata akan menjadi cepat kering. Upaya
selanjutnya yang dapat dilakukan bagi pekerja yang sudah memiliki kelainan refraksi
67
adalah dengan menggunakan kacamata yang dirancang khusus untuk menggunakan
komputer yaitu bagian atas lensa untuk melihat komputer dan bagian bawahnya untuk
membaca serta menghindari penggunaan lensa kontak pada saat bekerja dengan
melakukan banyak istirahat – istirahat pendek namun sering dan teratur. Menurut
NIOSH, kondisi kerja sangat berperan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja
termasuk beban kerja, waktu kerja yang lama dan kurangnya istirahat.
istirahat mata 62% dan yang melakukan istirahat mata sebanyak 38%. Pekerja yang
tidak melakukan istirahat mata maupun pekerja yang melakukan istirahat mata sebagian
besar mengalami kelelahan mata. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa pada
derajat kemaknaan 5% didapatkan Pvalue sebesar 0,205 atau (p > 0,05) sehingga tidak ada
hubungan yang bermakna antara istirahat mata dengan kejadian kelelahan mata. Hal ini
mungkin saja dipengaruhi kondisi lingkungan tempat kerja seperti pencahayaan yang
kurang, durasi penggunaan komputer > 4 jam dan kelainan refraksi yang belum
dikoreksi sehingga pekerja yang sudah melakukan istirahat mata tetap saja mengalami
kelelahan mata. Selain itu, mungkin dikarenakan pekerja belum memahami bagaimana
durasi ataupun metode istirahat mata dilakukan dengan efektif disela – sela aktivitas
kerjanya dengan komputer agar istirahat yang dilakukan bisa maksimal dalam
mengurangi kelelahan mata. Frekuensi istirahat yang teratur berguna untuk memotong
68
rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi pengguna komputer
Upaya yang bisa dilakukan pekerja yaitu meng-install program untuk membantu
mengingatkan waktu istirahat mata pada masing – masing komputer pekerja. Istirahat
secara teratur dapat memotong rantai kelelahan tetapi karena pekerjaan yang sibuk
banyak pekerja yang tidak beristirahat secara teratur setelah penggunaan komputer
setiap jam secara berturut- turut. Menurut Joseffina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama
istirahat yang diperlukan bagi pekerja yang menggunakan komputer dianjurkan adalah
selama 10 menit/jam (dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu).
Menurut Santoso (2009), setelah bekerja dengan komputer perlu mengistirahatkan mata
sejenak dengan melihat pemandangan yang dapat menyejukkan mata secara periodik.
Istirahat dalam waktu yang singkat dan sering jauh lebih bermanfaat dibandingkan
Jarak monitor yang cukup dekat akan membuat mata selalu berakomodasi dan
terfokus pada layar monitor sehingga menyebabkan mata pekerja menjadi cepat lelah.
Menurut Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) pada saat
adalah 20-40 inch atau sekitar 50-100 cm. Monitor yang terlalu dekat dapat
mengakibatkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan potensi ganggguan penglihatan.
Jarak ergonomis antara layar monitor dengan pengguna komputer berkisar antara 50 cm
69
Pada variabel jarak monitor, pekerja yang bekerja dengan jarak monitor < 50 cm
yaitu 28% maupun ≥ 50 cm yaitu 72% sebagian besar mengalami kelelahan mata.
Pekerja yang bekerja dengan jarak monitor < 50 cm dan mengalami kelelahan mata ada
sebanyak 92,9%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Pvalue = 0,039 atau (p >
0,05) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak monitor dengan
kelelahan mata. Hal ini selaras dengan penelitian Cahyono (2005) pada petugas
Operator Komputer Sistem Informasi RSU Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta bahwa
gangguan kelelahan mata juga dipengaruhi oleh jarak pandang pengguna komputer
dengan layar monitor. Penelitian Rey and Meyer (1998) juga menyatakan bahwa
operator komputer lebih mudah mengeluhkan kelelahan pada mata apabila pada jarak
yang tidak tepat. Hal ini juga dibuktikan pada penelitian Noermayanti (2009) yang
menyatakan adanya hubungan antara jarak mata ke monitor dengan keluhan kelelahan
mata dimana kelelahan mata memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan mata.
untuk menjaga agar gambar tetap tajam (Roestijawati, 2007). Sebaiknya pekerja
pengguna komputer lebih memperhatikan jarak mata pada saat menggunakan komputer
untuk tidak terlalu dekat, minimal 50 cm. Selain itu, perlu dipasang kaca pelindung
(filter) pada layar monitor komputer untuk mengurangi radiasi maupun tingkat kesilauan
monitor.
70
6.7. Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata
yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8
jam kerja (Wasisto, 2005). Semakin lama berinteraksi dengan layar monitor,
Hasil penelitian di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 menunjukkan bahwa
sebagian besar pekerja menggunakan komputer > 4 jam sebanyak 88% dan dari pekerja
tersebut sebagian besar mengalami kelelahan mata yaitu sebanyak 77,3%. Hasil analisis
bivariat menunjukkan bahwa Pvalue = 0,007 atau (p > 0,05) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara jarak monitor dengan kelelahan mata. Hal ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprisupiati (2007) dan penelitian oleh Dewi dkk
(2009) bahwa ada hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan komputer dengan
kelelahan mata.
4 jam sehari. Apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami refraksi
(Sari, 2002). Dalam hal ini disarankan National Institute for Occupational Safety and
Health (NIOSH) VDT Studies and Information untuk melakukan istirahat selama 15
menit terhadap pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur
berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi
71
6.8. Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata
berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan
sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan
(Brewer, 2006; Sakai, 2009). Penerangan yang baik adalah penerangan yang
memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat
dan tanpa upaya yang tidak perlu (Hoffman, 2008; Richa, 2009).
Untuk variabel pencahayaan, hasil yang didapatkan dari analisis bivariat adalah
sebagian besar pekerja PT. Duta Astakona Girinda bekerja dengan tingkat pencahayaan
yang tidak memenuhi standar dan pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak
76,2% pekerja. Dalam penelitian didapatkan Pvalue = 0,043 yang menunjukkan terdapat
hubungan bermakna antara tingkat pencahyaan dengan kelelahan mata. Dari hasil
analisis bivariat ini juga diketahui bahwa responden yang bekerja dengan tingkat
pencahayaan yang tidak memenuhi standar memiliki risiko 5,3 kali untuk mengalami
kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan
memenuhi standar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
sebagian lampu padam dan ada yang memang sengaja dimatikan. Selain itu, belum ada
sinkronisasi tata letak meja pekerja maupun posisi lampu di ruangan sehingga ada
72
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan kerja yang aman dan nyaman, serta mempunyai kaitan dengan produktivitas
kualitas maupun sakit mata, lelah, dan pening kepala bagi pekerja. Penerangan yang
lebih baik dapat memberikan hal berupa efisiensi yang lebih tinggi, dapat meningkatkan
Upaya yang bisa dilakukan oleh pihak perusahaan untuk memperbaiki tingkat
pencahayaan yang dibawah standar tersebut agar pekerja tidak mengalami kelelahan
mata adalah dengan mengganti lampu di ruangan yang mati, menyalakan semua lampu
di ruang kerja, menambah watt pada lampu atau menggantinya dengan lampu hemat
energi yang memiliki tingkat pencahayaan yang lebih optimal serta mengatur posisi
tempat kerja ataupun posisi bola lampu agar menghasilkan penyinaran yang optimum
73
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Astakona Girinda tahun 2014, sebanyak 70% pekerja mengalami kelelahan mata
2. Gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan istirahat mata)
pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014
yaitu:
a. 94% pekerja pengguna komputer berusia < 45 tahun dan hanya 6% pekerja
b. Sebanyak 54% pekerja memiliki kelainan refraksi dan yang tidak memiliki
sebanyak 62% dan yang tidak melakukan istirahat mata sebanyak 38%
pekerja.
Astakona Girinda tahun 2014 bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 72% pekerja
74
4. Gambaran durasi penggunaan komputer pada pekerja pengguna komputer di PT.
Duta Astakona Girinda tahun 2014 bahwa sebagian besar pekerja menggunakan
komputer > 4 jam dengan persentase 88% dan pekerja yang menggunakan
5. Gambaran tingkat pencahayaan di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014 bahwa
sebagian besar pekerja bekerja pada tingkat pencahayaan yang tidak memenuhi
standar.
6. Tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan kelelahan mata pada pekerja
7. Ada hubungan bermakna antara kelainan refraksi dengan kelelahan mata pada
8. Tidak ada hubungan bermakna antara istirahat mata dengan kelelahan mata pada
9. Ada hubungan bermakna antara jarak monitor dengan kelelahan mata pada
10. Ada hubungan bermakna antara durasi penggunaan komputer dengan kelelahan
mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun
2014.
11. Ada hubungan bermakna antara tingkat pencahayaan dengan kelelahan mata
pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014.
75
7.2 Saran
Bagi Perusahaan
1. Pencahayaan di tempat kerja masih banyak yang belum memenuhi standar sehingga
perlu dilakukan perawatan bagi lampu yang padam atau kusam. Pencahyaan yang
buruk berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
Selain itu perlu diperhatikan juga tata letak penempatan lampu agar tingkat
pencahayaan di tempat kerja merata dan memenuhi standar yang telah ditentukan.
2. Perlu dipasang filter atau kaca anti glare untuk mengurangi tingkat kesilauan dan
3. Untuk mengatasi kurangnya istirahat mata yang teratur sebaiknya di Install software
atau program untuk mengingatkan waktu istirahat mata pada masing masing
komputer pekerja. Selain itu, ruang kerja juga sebaiknya di setting kembali dengan
meletakkan benda - benda yang memiliki kontras yang dapat menyejukkan mata
seperti lukisan, tanaman, dll agar pekerja dapat merelaksasikan mata dengan
melakukan istirahat mata yang efektif, ergonomi atau posisi kerja yang baik dan
pemeriksaan mata secara berkala untuk mencegah penyakit akibat kerja terutama
76
Bagi Pekerja
dimana setiap 20 menit bekerja di depan komputer, pekerja harus istirahat paling
tidak 20 detik dengan melihat objek atau benda yang jaraknya sekitar 20 kaki. Hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya otot – otot mata yang tegang dan bisa
2. Upayakan tidak bekerja dengan jarak monitor dengan mata < 50 cm karena jarak
monitor yang terlalu dekat mengakibatkan terjadinya mata tegang, cepat lelah, dan
pencahayaan ruangan akan turun dan tidak memenuhi standar sehingga berisiko
layar monitor dan melakukan pengecekan terhadap setting display layar monitor
77
DAFTAR PUSTAKA
Affandi E.S. 2005. Computer vision syndrome (Sindrom penglihatan komputer). Dalam
Agarwal, Emit. 2014. The 20-20-20 Rule for Reducing Computer Eyestrain. Diakses
Arief, D. 2003. Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen Dosen pada
Universitas Indonesia.
Rineka Cipta
78
http://uppm.fkm.unes.ac.id/uploads/files/u_2/abstrak4.doc. Diunggah pada
Badan Standar Nasional. 2001. SNI 03-6575-2001. Tata Cara Perancangan Sistem
Cahyono; P. Herry, 2005. Hubungan Penerangan dan Jarak Pandang ke Layar Monitor
Cameron, John R., et al. 1999. Physics of The Body. Diterjemahkan oleh dra. Lamyarni I
Evi Widowati. 2011. Getaran Benang Lusi Terhadap Kelelahan Mata. Jurnal Kemas, 7
(1): 1-6
Fauzi, Ahmad.2006. Penyakit akibat kerja karena penggunaan komputer. Bagian Ilmu
http://digilb.unila.ac.id/files/disk1/13/lapyunilapp-gdl-jou-2007-afauzi-617-
79
Fauzia, I. 2004. Upaya untuk Mengurangi Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja yang
Indonesia, Jakarta.
Balancing Technology and Social Issues. CRC Press Taylor & Francis
Group:Boca Raton
Francis C. 2005. Effects of two eye drop products on computer users with subjective
54
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Cetakan ke VII. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ganong, William F., 2001. Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh H.M. Djauhari E.
Garodia, dr. Vinay. 2008. Dry Eye And Computer Vision Syndrom. New Delhi. Visitech
Eye Centre
Guyton, AC. 1991. Fisiologi Kedokteran II. Diterjemahkan oleh Adji Dharma, Jakarta:
Hana, Lilian. 2008. Tinjauan Tingkat Pencahayaan dan Keadaan Visual Display Terkait
80
Hanum, Iis Faizah. 2008. Efektivitas Penggunaan Screen pada Monitor Komputer untuk
Mengurangi Kelelahan Mata Pekerja Call Centre di PT. Indosat NSR Tahun
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01bb/.../doc.pdf
Hael, Mughrabi. 2006. Specific features and mechanisms of fatigue in the ultrahigh-
Haeny, Noer. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata pada.
Heiting, Gary dan Larry Wan. D. 2014. Computer Eye Strain: 10 Steps for Relief.
Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Ilyas, Sidarta. 2004. Kelainan refraksi dan koreksi penglihatan. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Ilyas, Sidarta. 1991. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Jaschinski, 1990. Jarak Melihat Layar VDU dan Dokumen di Dempat Kerja. Dari:
2013.
81
KEPMENKES RI, 2002. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Dari:
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201405%
20ttg%20Persyaratan%20Kesehatan%20Lingkungan%20Kerja%20Perkantoran
Telkom BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang Tahun 2011. Skripsi S1.
Murtopo, Ichwan dan sarimurni. 2005. Pengaruh Radiasi Layar Komputer terhadap
Nendyah Roestijawati, 2007, Syndrom Dry Eye pada Pengguna Visual Display
Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009. Skripsi S1.
Occupational Health and Safety Unit. Visual Fatigue. 2011. The University of
82
http://www.nccahccnsa.ca/230/Promoting_Aboriginal_Vision_Health.nncah
OSHA. 1997. Working Safely with Video Display Terminals. U. S. Department og Labor
November 2013.
Padmanaba, Cok Gd Rai. 2006. Pengaruh penerangan dalam Ruang Terhadap Aktivitas
Pakasi, Trevino. 1999. The Eye Problem of Public Transportation’s Drivers and Its
Prevention. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja Vol XXXII No. 1 hal 22-
25. Jakarta.
Parwati, I.O., 2004. Pengaruh masa kerja dan Intensitas Pencahayaan terhadap
2014.
Pascarelli, Emil. 2004. Dr. Pascarelli’s Complete Guide to Repetitive Strain Injury
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Works, and Health. USA: Aspen Publisher Inc.
Rinilda, Nur. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Sindrom Mata
83
Skripsi S1. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran dan Ilmu
pekerja dan lingkungan kerja dengan sindroma dry eye. Tesis dari Universitas
2014.
Roestijawati N. 2007. Sindrom dry eye pada pengguna visual display terminal (VDT).
Prestasi Pustaka.
Prasetyo, Eko. 2006. Hubungan tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja dengan Keluhan
Richa, Talwar. 2009. A Study of Visual and Musculoskeletal Health Disorders among
328
Sakai, Tatsuo. 2009. Review and Prospects for Current Studies on Very High Cycle
84
Saliberrl & Nilsen. 1995. Is there a typical VDT patient? A demographic analysis. J. Am
Guna Dharma.
Suma’mur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung.
Suma’mur, PK. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto
Tarwaka dkk. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Produktivitas.
Taylor & Francis. 1997. Aspek Keselamatan Kerja pada Pemakaian Komputer. Elektro
Yuhardin. 2007. Tahun 2015, jumlah Komputer Dunia Capai 2 Miliar. Dari:
2014.
85
LAMPIRAN
A. HASIL ANALISIS UNIVARIAT
Kelelahan_Mata
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 35 70.0 70.0 70.0
Tidak 15 30.0 30.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Usia_45
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >=45 3 6.0 6.0 6.0
<45 47 94.0 94.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Kelainan Refraksi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 27 54.0 54.0 54.0
2 23 46.0 46.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Istirahat Mata
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 31 62.0 62.0 62.0
Ya 19 38.0 38.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Jarak_Monitor
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <50 14 28.0 28.0 28.0
>=50 36 72.0 72.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Durasi Penggunaan Komputer
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >=4 44 88.0 88.0 88.0
<4 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Cahaya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak memenuhi standar 42 84.0 84.0 84.0
Memenuhi standar 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
umur_45
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
.017 1 .897
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .017 1 .898
Fisher's Exact Test 1.000 .666
Linear-by-Linear Association .017 1 .898
b
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,90.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
1 2 Total
Kelelahan_Mata Ya 23 12 35
Tidak 4 11 15
Total 27 23 50
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
6.445 1 .011
b
Continuity Correction 4.969 1 .026
Likelihood Ratio 6.593 1 .010
Fisher's Exact Test .015 .012
Linear-by-Linear Association 6.316 1 .012
b
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,90.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Tidak Ya Total
Kelelahan_Mata Ya 24 11 35
Tidak 7 8 15
Total 31 19 50
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
2.138 1 .144
b
Continuity Correction 1.310 1 .252
Likelihood Ratio 2.105 1 .147
Fisher's Exact Test .205 .127
Linear-by-Linear Association 2.096 1 .148
b
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,70.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Risk Estimate
Durasikomp
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,80.
Risk Estimate
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Perkenalkan saya:
Nama : Randy Septiansyah
NIM : 1110101000057
Saya bermaksud meneliti tentang “FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER
DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014”. Penelitian ini merupakan
tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi pertanyaan pada
kuesioner ini dengan lengkap. Setiap data yang Anda isikan pada kuesioner ini dijamin
kerahasiannya.
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda ceklist (√ ) pada kolom/kotak yang disediakan untuk setiap jawaban
yang Anda isikan.
Jika jawaban bukan merupakan pilihan, maka isilah pada garis bawah (_______)
yang tersedia
Khusus pekerja, isi pertanyaan No. Responden
yang hurufnya BERWARNA UNGU
LEMBAR KUESIONER
A. Pekerja
A1. Nama :
Note: Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini dengan cara melingkari.(A4-A7)
A6. Apakah setiap satu jam pemakaian komputer anda mengistirahatkan mata minimal
10 menit ?
1. Tidak
2. Ya
________________ jam
A9. Berapa lama rata-rata anda bekerja menggunakan komputer di kantor?
________________ jam
C. Hasil Pengukuran
________________Terima Kasih________________