Anda di halaman 1dari 5

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan yang
penting di Indonesia. Kedelai telah menjadi makanan sehari-hari dengan berbagai
teknik pengolahan yang bertambah tahun semakin meningkat. Kedelai dapat
digunakan sebagai bahan baku industri dengan nilai ekonomi tinggi yang dapat
dijadikan sebagai olahan makanan berupa tempe, tahu, kecap, susu kedelai dan lain-
lain serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan makan ternak.
Produktivitas kedelai dari tahun 2012 - 2013 mengalami penurunan, pada tahun
2012 produktivitas kedelai mencapai 14,85 Kw/Ha, dan pada tahun 2013 produtivitas
kedelai mengalami penurunan, dengan hasil produktivitas 14,16 Kw/Ha atau
menurun sebesar 0,69 Kw/Ha. Namun pada tahun 2014 produktivitas mengalami
peningkatan mencapai 15,06 Kw/Ha (Badan Pusat Statistik, 2014). Hasil produksi
dan produktivitas kedelai tahun 2009-2014 yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 dibawah
ini.

Tabel 1.1 Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Indonesia Tahun
2009-2014
Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)
2009 722.791,0 13.48 974.512
2010 660.823,0 13.73 907.031
2011 622.254,0 13.68 851.286
2012 567.624,0 14.85 843.153
2013 550.797,0 14.16 780.163
2014 611.805,0 15,06 921.336
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

1
2

Diketahui bahwa setiap tahun mulai dari tahun 2009 sampai 2013, terjadi
penurunan luas areal panen di Indonesia rata-rata 6,54% setiap tahun. Hal ini
berdampak pada penurunan jumlah produksi nasional rata-rata 5,37% tiap tahun
mulai dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Hingga pada tahun 2014 terjadi
peningkatan luas areal panen mencapai 611.805 Ha. Luas areal panen berpengaruh
pula dengan peningkatan produksi, dimana pada tahun 2013 produksi kedelai
mencapai 780.163 ton kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2014 sebesar
921.336 ton.

Tabel 1.2 Data Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia, Tahun 2009-2014


Tahun Konsumsi/Kapita Proyekdi Pertumbuhan Total
(Kg/th) Penduduk (000 Penduduk (%) Konsumsi (000
jiwa) ton)
2009 9,67 242.835 1.49 2.349
2010 9,77 246.380 1.46 2.407
2011 9,87 249.903 1.43 2.466
2012 9,97 253.402 1.40 2.525
2013 10,07 256.874 1.37 2.585
2014 10,17 260.316 1.34 2.646
Sumber : Litbang Departemen Pertanian 2004

Berdasarkan Tabel 1.2 data proyeksi konsumsi kedelai di Indonesia permintaan


kedelai setiap tahunnya meningkat dengan kebutuhan konsumsi tahun 2013-2014
mencapai 2.585 ribu ton dan pada tahun 2014 kebutuhan konsumsi mengalami
peningkatan mencapai 2.646 ribu ton. Dari data proyeksi konsumsi kedelai di
Indonesia setiap tahunnya permintaan kedelai meningkat dengan total konsumsi rata-
rata 2.496 ribu ton/tahun. Pertumbuhan permintaan kedelai setiap tahun meningkat
tidak dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Sehingga harus dilakukan upaya
impor dalam jumlah yang cukup besar.
3

Upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian dalam negeri untuk memenuhi


kebutuhan kedelai dan mengurangi jumlah impor salah satunya dengan melaksanakan
program penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing dengan melakukan
perakitan varietas tanaman kedelai untuk menemukan galur-galur tanaman kedelai
yang unggul (Kementerian Pertanian, 2013). Perakitan varietas tanaman, salah
satunya dilakukan dengan cara konvensional melalui persilangan tanaman pada tetua
yang bersifat unggul guna mendapatkan individu tanaman baru yang memiliki sifat
lebih baik dari tetuanya. Hal ini dapat diusahakan dengan cara seleksi terhadap
populasi beberapa tanaman dari hasil persilangan yang dilakukan berulang kali tanam
untuk mendapatkan galur harapan guna memperbaiki karakter tanaman yang
diharapkan. Seleksi menjadi satu cara untuk mendapatkan varietas atau galur unggul
dari beberapa hasil persilangan dari program pemuliaan tanaman. Seleksi tanaman
dapat dilakukan menggunakan beberapa metode. Salah satu metode yang digunakan
adalah seleksi pedigree. Seleksi pedigree merupakan salah satu seleksi pada populasi
bersegregasi dari hasil persilangan.
Penelitian ini telah dilakukan seleksi sebelumnya pada generasi F2 yang
dilanjutkan seleksi pada ganerasi F3 untuk mendapatkan genotipe karakter yang lebih
unggul dari tetua. Hasil persilangan terdapat 12 genotipe dengan 4 tetua dengan tetua
Dering dan Rajabasa memiliki keunggulan karakter tahan karat daun dan potensi hasil
tinggi, dan tetua Polije 2 dan Polije 3 memiliki keunggulan karakter produktivitas
tinggi dan umur genjah. Persilangan dari 4 tetua tersebut dilakukan seleksi pedigree
dari generasi F2 hingga F7 untuk mendapatkan karakter umur genjah dan
produktivitas tinggi yang stabil. Dengan menggunakan metode seleksi pedigree
diharapkan mendapatkan respon seleksi dari genotipe tanaman yang unggul dengan
sifat berumur genjah dan produktivitas tinggi yang dilakukan pendugaan heterosis.
Heterosis merupakan seleksi tanaman hasil persilangan yang lebih unggul dari kedua
tetua.
4

1.2 Rumusan Masalah


Kebutuhan kedelai di Indonesia tidak terpenuhi dengan produksi dalam negeri
yang masih rendah serta meningkatnya kebutuhan. Meningkatnya kebutuhan kedelai
seiring bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan hasil produksi dalam negeri
tidak terpenuhi. Upaya meningkatkan hasil produksi kedelai untuk memenuhi
kebutuhan kedelai salah satunya menggunakan pengembangan teknologi pertanian
dengan pemuliaan tanaman. Pengembangan dengan pemuliaan tanaman yang
dihasilkan dari persilangan untuk mendapatkan tanaman genotipe baru dengan
potensi produksi tinggi dan berumur genjah. Adapun tahap-tahap pembuatan varietas
unggul baru salah satunya melalui seleksi tanaman pada genotipe hasil persilangan.
Hal ini dapat dilakukan dengan usaha seleksi tanaman menggunakan metode pedigree
generasi F3 pada berbagai karakter tanaman untuk perbaikan beberapa sifat keturunan
yang lebih unggul dari kedua tetua. Berdasarkan permasalahan di atas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah dengan menggunakan seleksi pedigree pada generasi F3 menghasilkan
genotipe sesuai dengan harapan yang memiliki potensi hasil tinggi dan berumur
genjah lebih unggul dari kedua tetua ?
b. Berapa nilai presentase heterosis kemajuan genetik dari genotipe hasil persilangan
yang dihasilkan pada seleksi galur harapan tanaman kedelai dibandingkan rerata
hasil kedua tetua dari hasil generasi F3 ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan ulasan dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui respon seleksi tanaman F3 pada beberapa genotipe hasil persilangan
dengan menggunakan seleksi pedigree
b. Mengetahui nilai heterosis kemajuan genetik dari hasil persilangan galur pada
genotipe generasi F3.
5

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian yang berjudul Pengaruh Tingkat dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao Asal Biji MCC 02 (Theobroma
Cacao L.) adalah sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti: mengembangkan jiwa keilmiahan serta melatih berpikir
cerdas, inovatif dan profesional.
b. Bagi Perguruan Tinggi: mewujudkan Tridharma Perguruan Tinggi
khususnya dalam bidang penelitian dan meningkatkan citra perguruan tinggi
sebagai pencetak agen perubahan yang positif untuk kemajuan bangsa dan negara.
c. Bagi Masyarakat: dapat merekomendasikan penerapan penyiraman
yang tepat untuk bibit kakao.

Anda mungkin juga menyukai