Anda di halaman 1dari 10

MATERI PERTEMUAN KE-15 MATKUL SPI, Oleh Dosen Pengampu

AKTUALISASI DAN ANALISIS


SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Pengantar
Sebelum Islam masuk dan berkembang, di Indonesia sudah memiliki corak dan
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah kita
pelajari. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi
(proses bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa
dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang.
Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat
kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke
Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar
bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari
Madinah. Cara Masuknya Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun
penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan
persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh
pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam);.
Semoga makalah sederhana ini bisa bermanfaat dalam kegiatan kajian perkuliah
sejarah Perdabaab Islam (SPI), selamat belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Peradaban Islam di Indonesia Masa Kerajaan


Beberapa sumber menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama
hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke delapan masehi. Ini mungkin di dasarkan
kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti
Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan
seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam
perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agam Islam yang bermahzab Syafi’i
telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di
anggap sebagai awal masuknya agama Islam ke Indonesia. Daerah yang pertama-tama
dikunjungi ialah:
1.    Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai
bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.
2.    Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad
menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit,
Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk Islamnya penguasa kerajaan
Mataram,yaitu Sultan Agung maka kemenangan agam Islam hampir meliputi sebagai
besar wilayah Indonesia. Sejak pertengahan abad ke XIX, agama Islam di Indonesia secara
bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang singkretik (mistik).
Sumber yang lainnya juga menyebutkan bahwa penduduk kepulauan Indonesia
dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad
masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah dartan asia tenggara.wilayah barat nusantara dan sekitar malaka sejak
masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi
yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara
Cina dan India. Sementara pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku, dipasarkan di Jawa
dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan
penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-1 M sering disinggahi pedagang
asing. Sperti lamuri (Aceh) Barus dan Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan Gresik
di Jawa).
Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai
kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), islam pertama kali
berkembang diTimur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Portugis (1511),
merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil
hutan dan rempah-rempah dari seluruh plosok Nusantara dibawa ke Cina dan India,
terutama Gujarat yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu
itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke Barat
lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi laut Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua.
Jalanpertama di sebelah Utara menuju teluk Oman, melalui selat  Ormuz ke teluk Persia.
Jalan keuda melalui teluk Aden dan laut merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan
harus melalui daratan ke Kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran tersebut, kapal-
kapal Arab, Persia dan India mondar mandir dari Barat ke Timur dan terus ke negeri Cina
dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya.
Ada indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke-9
M tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai Barat India,
karena barang-barang yang diperlukan sudah dapat dibeli di sini. Kapal-kapal Indonesia
juga mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada zaman Sriwijaya, pedagang-
pedagang Nusantara mengunjugi pelanuhan-pelabuhan Cina dan pantai Timur Afrika.
Sampai berdirinya kerjaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama Islam di
Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase. (1) singgahnya pedagang-pedagang Islam di
pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutam Cina, (2)
adanya komunitas-komunitas islam dibeberapa daerah di kepulauan Indonesia.
Sumbernya,disamping berita-berita asing juga makanan-makanan Islam, dan (3)
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Masuknya Islam kedaerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan.
Disamping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika datang islam juga
berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya
ke daerah semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu erat hubungannya dengan usaha
penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan
internasional. Datangnya orang-orang muslim ke daerah itu sama sekalibelum
memperhatikan dampak-dampak politik, karena mereka datang hanya memang untuk
usaha pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang islam dalam bidang politik
terlihat pada abad ke-9 M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani Cina
terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan kaisar Hi-Tsung (878-889 M). Akibat
pemberontakkan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh. Sebagian lainnya ke Kedah,
wilayah yang masuk ke kuasaan Sriwijaya,bahkan ada yang ke Palembang dan membuat
perkampungan Muslim disini. Kerajaan-kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang
melindungi orang-orang muslim di wilayah kekuasannya.
Dikerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih
berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah
dikepulauan Nusantara mengakui berada dibawah perlindungannya. Tetapi sejak Gajah
mada meninggal dunia (1364M) dan di susul Hayam Wuruk (1389M), situasi Majapahit
kembali mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawhardana Da
Bhre Wirabumi berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Setelah Bhre Wirabumi meninggal,
perebutan kekuasaan dikalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada tahun
1468M, Majapahit diserang Girindrawardhana dan Kediri. Sejak itu, kebesaran Majapahit
dapat dikatakan sudah habis. Tome Pires (1512-1515 M), dalam tulisannya suma oriental,
tidak lagi menyebut-nyebut nama Majapahit. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama
semakin memuncak akhirnya menyebabkan keruntuhannya.
Pertumbuhan masyarakat  islam disekitar Majapahit dan terutama dibeberapa kota
pelabuhan di Jawa erat hubungannya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan
yang dilakukan orang-orang islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik
di Samudra Pasai, Malaka dan Aceh.
Tome Pires juga mennyebutkan bahwa di Jawa sudah ada  kerajaan yang bercorak
Islam, yaitu Demak, dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir Utara Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat, disamping masih ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu.
Perkembangan Islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi
raja Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada raja-raja islam pesisir untuk membangun
pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah bimbingan spiritual Sunan Kudus,
meskipun bukan yang tertua dari wali songo, Demak akhirnya berhasil menggantikan
Majapahit sebagai kraton pusat.
Pengaruh Islam masuk ke Indonesia bagian Timur, khususnya daerah Maluku , tidak
dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat lalulintas pelayaran
internasional di Malaka. Raja Ternate yang keduabelas, Molomatea (1350-1357M)
bersahabat karib dengan orang Arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-
kapal, tetapi agaknya bukan dalam kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa di Ternate
sudah ada masyarakat islam sebelum rajanya masuk islam. Demikian juga di Banda, Hitu,
Makyan, dan Bacan. Menurut Tome Pires, orang masuk islam di Maluku kira-kira tahun
1460-1465M. Hal itu sejalan dengan berita Antonio Galvao. Orang-orang islam datang ke
Maluku tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan
sebagaimana halnya di Jawa. Mereka datang dan menyebarkan agama Islam melalui
perdagangan, dakwah dan perkawinan.
Proses islamisasi pada taraf pertama dikerajaan Gowa dilakukan dengan cara damai,
oleh Dato’ Ri Bandung dan Dato’ Sulaeman keduanya memberikan ajaran-ajaran Islam
kepada masyarakat dan raja. Setelah secara resmi memeluk agama Islam, Gowa
melancarkan perang terhadap Soppeng. Wajo, dan terakhir Bone. Kerajaan-kerajaan
itupun masuk islam, Wajo 10 Mei 1610 M, dan Bone 23 November 1611 M.
Proses Islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam tetapi terus
berlangsung intensif dengan berbagai cara dan saluran. Kedatangan Islam dan penyebaran
kepada golongan bangsawan dan rakyat umumya, dilakukan secara damai. Apabila situasi
politik dalam kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perbutan
kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka Islam dijadikan alat politik bagi golongan
bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan
dengan pedagang-pedagang muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai
pelayaran dan perdagangan. Apabila kerajaan Islam sudah berdiri, penguasanya
melancarkan perang terhadap kerajaan non-islam. Hal itu bukanlah persoalan agama tetapi
karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain:
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam
Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan
pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.
Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali
Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit,
mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan
pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari
masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri
menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan
cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang
yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran
pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti
Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai
sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran
Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari
para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah
dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.

II. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia Masa Pra dan Pasca Kemerdekaan sampai
Era Modern
Ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja.
Berdasarkan pengalaman melwan penjajahan yang tak mungkin tak dihadapi dengan
perlawan fisik, tetapi harus melalui pemikiran-pemikiran dan kekuatan organisasi, seperti :
 Budi Utomo (1980) – Taaman Siswa (1992)
 Sarikat Islam (1911) – Nahdhatul Ulama (1926)
 Muhammadiyah (1912) – Partai Nasional Indonesia (1927)
 Partai Komunis Indonesia (1914)
Menurut Deliar Noer, selain yang tersebut diatas masih ada organisasi Islam lainnya yang
berdiri pada masa itu, diantaranya:
 Jamiat Khair (1905)
 Persyarikatan Ulama (1911)
 Persatuan Islam (1920)
 Partai Arab Indonesia (1934)
Organisasi perbaharu terpenting dikalangan organisasi tersebut diatas adalah
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan Nahdhatul Ulama yang
dipelopori oleh K.H Hasyim Asy’ari. Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi
kaum penjajah, maka Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama bersama-sama menjadi
sponsor pembentukan suatu federasi islam yang baru yang disebut Majelis Islan Ala
Indonesia (Majelis Islam Tertinggi di Indonesia) yang disingkat MIAI, yang didirikan di
Surabaya pada tahun 1937.
Masa pemerintahan Jepang ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh pemerintahan
Jepang yang menguntungkan kaum muslimin di Indonesia, yaitu:
a)    Shumbu, yaitu kantor urusan agama yang menggantikan kantor urusan pribumi zaman
Belanda, yang dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada 1 Oktober 1943.
b)   Masyumi, (Majelis Syura Muslimin Indonesia) menganntikan MIAI yang dibubarkan
pada bulan Oktober 1943, tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokoh
persatuan umat islam di Indonesia, juga untuk meningkatkan bantuan kaum muslimin
kepada usaha peperangan Jepang.
c)    Hizbullah, (Partai Allah atau Angkatan Allah)  semacam organisasi militer untuk
pemuda-pemuda muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin. Organisasi inilah yang
menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Organisasi-organisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan masih tetap
berkembang di masa kemerdekaan, seperti Muhammadiyah, Najdhatul Ulama, Masyumi
dan lain-lain. Namun ada gerakan-gerakan islamyang muncul sesudah tahun 1945 sampai
akhir orde lama. Gerakan ini adalah DI/TII yang berusaha dengan keras untuk
merealisasikan cita-cita negara islam Indonesia. Namun gerakan pemberontakan atas nama
Islam itu bisa ditumpas dan saat ini berbagai organisasi keagamaan dapat melaksanakan
kegiatannya dengan mengakui dan berpedomanan bahwa pancasila sebagai dasar Negara
dan masyarakat bebas menjalankan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama yang
dipeluknya.

III. Pengaruh Masuknya Islam terhadap Bangsa Indonesia


               Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk
agama hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut
animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar
baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, maupun di bidang kebudayaan yang antara
lain seperti di bawah ini:
1.   Pengaruh Bahasa dan Nama
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh
bahasa Arab. Bahasa Arab sudah banyak menyatu dalam kosa kata bahasa
Indonesia, contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar,
koran, jual, kursi dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama
yang berciri Islam (Arab) seperti Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul,
Muthalib, Muhaimin, Junaidi, Aminah, Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani
dan Rahma.
2.    Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan
salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak
dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita
juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di
Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah
Timur Tengah.
3.   Pengaruh dalam Bidang Politik
Pengaruh inin dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam
di Indonesia seperti konsep kekholifahan atau kesultanan yang sering kita jumpai
pada kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore dan diera
modern dengan dewan perwakilan dengan konsep musyawarah (syuro)
4.   Pengaruh di bidang ekonomi
Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab,
Parsi,dan Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya
kewajiban membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak,
waqaf, menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian
umat Islam semakin berkembang.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 M dengan berimannya orang perorang.
Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui selat
Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan
Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad ke-7. Kerajaan-kerajaan islam yang ada di
Indonesia adalah:
 Sumatera: kerajaan Samudra Pasai, kerajaan Malaka, dan kerajaan Aceh
 Jawa: kerajaan Demak, kerajaan Pajang, kerajaan Mataram, kerajaan Banten, dan
kerajaan Cirebon
 Kalimantan: kerajaan Bnajar dan kerajaan Kutai
 Sulawesi: kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan Bone, kerajaan Wajo, kerajaan Soppeng, dan
kerjaan Luwu.
Pada zaman modern kebangkitan Islam semakin berkembang di Indonesia
membetuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sareka Dagang Islam (SDI),
Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(Perti), dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI), Persatuan Muslimin
Indonesia (Permi), dan partai Islam Indonesia (PII). Organisasi-organisasi sosial
keagamaan islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar baru,
menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.
Peradaban-peradaban Islam sbeelum kemerdekaan adalah birokrasi keagamaan,
ulama dan ilmu-ilmu pengetahuan, dan arsitek bangunan. Sedangkan peradaban islam
setelah kemerdekaan adalah Departemen Agama, Pendidikan, Hukum Islam, haji,
Majelis Ulama Indonesia (MUI).
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M.A., Drs. Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2014.
Kartodirdjo, Sartono. Sejarah Indonesia Baru. Jakarta: PT Gramedia, 1987
Hasjmy, Prof. A.. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung: Al-
Maarif, 1981.

Suminto, H. Aqib. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES, 1986.


Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2014
Supriyadi, M.Ag, Dedi.. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Yatim, M.A., Dr. Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
http://makalahpendidikanagamaislamtarbiyah.blogspot.co.id/2014/02/sejarah-peradaban-
islam-di-indonesia.html

http://spistai.blogspot.co.id/2009/03/sejarah-peradaban-islam-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai